Pengaruh jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah angkatan 2012-2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(1)

Pengaruh Jenis Sekolah Mahasiswa dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Angkatan 2012-2014

Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Metina Gulo NIM: 121314019

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh: (1) jenis sekolah mahasiswa terhadap prestasi belajar, (2) tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar, (3) interaksi antara jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa angkatan 2012-2014 Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto. Sampel yang digunakan berjumlah 120 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua sedangkan dokumen digunakan untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa. Analisis data menggunakan analisis varian dua jalan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh jenis sekolah mahasiswa terhadap prestasi belajar dengan Fhitung< Ftabel (0.004 < 3.93). (2) Ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa dengan Fhitung>Ftabel (3.41>3.08). (3) Tidak ada interaksi antara jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa dengan Fhitung<Ftabel (-0.002<3.08).


(2)

The Influences of the Type of School Students and Education Level of Parents Against the Students Learning

Achievement Batch 2012-2014,History Education Study program, Sanata Dharma University,Yogyakarta.

Metina Gulo NIM: 121314019

This study aims to determine whether there is an influence of (1) the type of school on student achievement, (2) the education level of parents on student achievement, (3) interaction between the type of school and the education level of parents on student achievement 2012-2014 History Education Study Program, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The method used is ex post facto. The sample used 120 students. The sampling technique is purposive sampling, while the data were collected using questionnaires and documentation. A questionnaire was used to obtain data on the type of school and parents' education level, while the data of student achievement retrieved from the archive or data GPA of students of 2010-2015. The analysis of the data was two-way anava.

The results of this study indicate that there (1) is no influence between the type of school students on student achievement with the results of Farithmetic<Ftable (0.004 <3.93). (2) is a link between education level of parents on student achievement with the results of Farithmetic>Ftable (3:41> 3:08), (3) is no interaction between the type of school students and the education level of parents on student achievement with the results Farithmetic<Ftable (-0.002 <3:08).


(3)

i

PENGARUH JENIS SEKOLAH MAHASISWA DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN SEJARAH ANGKATAN 2012-2014

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: METINA GULO NIM: 121314019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya tulis ini kepada:

1. Ayah dan ibu yang selalu mendoakan saya setiap hari.

2. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah menyelenggarakan beasiswa sehingga saya bisa kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Abang, kakak, dan adik-adik yang menjadi motivasi saya dalam mengerjakan skripsi ini.

4. Teman, sahabat, yang selalu mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.


(7)

v

MOTTO

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

Pengaruh Jenis Sekolah Mahasiswa dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Angkatan 2012-2014

Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Metina Gulo NIM: 121314019

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh: (1) jenis sekolah mahasiswa terhadap prestasi belajar, (2) tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar, (3) interaksi antara jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa angkatan 2012-2014 Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto. Sampel yang digunakan berjumlah 120 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua sedangkan dokumen digunakan untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa. Analisis data menggunakan analisis varian dua jalan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh jenis sekolah mahasiswa terhadap prestasi belajar dengan Fhitung< Ftabel (0.004 < 3.93). (2) Ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa dengan Fhitung>Ftabel (3.41>3.08). (3) Tidak ada interaksi antara jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa dengan Fhitung<Ftabel (-0.002<3.08).


(11)

ix

ABSTRACT

The Influences of the Type of School Students and Education Level of Parents Against the Students Learning

Achievement Batch 2012-2014,History Education Study program, Sanata Dharma University,Yogyakarta.

Metina Gulo NIM: 121314019

This study aims to determine whether there is an influence of (1) the type of school on student achievement, (2) the education level of parents on student achievement, (3) interaction between the type of school and the education level of parents on student achievement 2012-2014 History Education Study Program, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The method used is ex post facto. The sample used 120 students. The sampling technique is purposive sampling, while the data were collected using questionnaires and documentation. A questionnaire was used to obtain data on the type of school and parents' education level, while the data of student achievement retrieved from the archive or data GPA of students of 2010-2015. The analysis of the data was two-way anava.

The results of this study indicate that there (1) is no influence between the type of school students on student achievement with the results of Farithmetic<Ftable (0.004 <3.93). (2) is a link between education level of parents on student achievement with the results of Farithmetic>Ftable (3:41> 3:08), (3) is no interaction between the type of school students and the education level of parents on student achievement with the results Farithmetic<Ftable (-0.002 <3:08).


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Jenis Sekolah Mahasiswa dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Angkatan 2010-2015 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam rangka memperoleh gelar sarjana (S1) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di Program Studi Pendidikan Sejarah.

3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk yang sangat berharga bagi penulis.

4. Bapak Drs. A. K. Wiharyanto, M.M. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengoreksi skripsi ini hingga selesai.

5. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah menyelenggarakan beasiswa sehingga penulis bisa menyelesaikan kuliah di Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(13)

xi

6. Bapak dan Ibu dosen serta Sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Mahasiswa/I angkatan 2012-2014 Prodi Pendidikan Sejarah yang telah bersedia menjadi responden pada penelitian ini.

8. Teman dan sahabat mahasiswa/I angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang selalu mendukung dan memberi semangat untuk mengerjakan skripsi ini.

9. Teman dan sahabat seperjuangan mahasiswa/I beasiswa angkatan 2012 dari Nias Barat, dan

10. Seluruh pihak yang telah berperan penting dalam mengerjakan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.

Segala hal yang berhubungan dengan skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis. Akhir kata dengan menyadari segala kelemahan dan kekurangan, penulis meminta segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.


(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Kajian Teori ... 10

B. Kerangka Berpikir ... 30

C.Hipotesis ... 32


(15)

xiii

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C.Definisi Operasional Variabel ... 35

D.Metode Penelitian ... 36

E. Metode Pengumpulan Data ... 36

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 38

G.Desain Penelitian ... 39

H.Analisis Data ... 40

I. Variabel Penelitian ... 45

J. Hipotesis Statistik ... 46

K.Jadwal Kegiatan ... 47

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 48

A. Deskripsi Data Penelitian ... 48

B. Pengujian Hipotesis ... 58

C. Pembahasan ... 62

BAB V: PENUTUP ... 70

A.Kesimpulan ... 70

B.Saran-saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

No Nama Tabel Halaman

1 Distribusi populasi 33

2 Distribusi sampel 35

3 Persiapan uji homogenitas 41

4 Persiapan uji analisis varian dua jalan 42

5 Jadwal Kegiatan 47

6 Data prestasi mahasiswa berdasarkan jenis sekolah 49 7 Prestasi belajar dengan jenis sekolah SMA

berdasarkan jurusan

50

8 Prestasi belajar dengan jenis sekolah SMK berdasarkan jurusan

51

9 Data prestasi belajar mahasiswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua

52

10 Frekuensi prestasi belajar mahasiswa dengan tingkat pendidikan orang tua tinggi

54

11 Frekuensi prestasi belajar mahasisiwa dengan tingkat pendidikan orang tua sedang


(17)

xv

12 Frekuensi prestasi belajar mahasiswa dengan tingkat pendidikan orang tua rendah

57

13 Hasil uji normalitas sampel 59

14 Hasil uji homogenitas sampel 60


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Nama Gambar Halaman

I II

Kerangka Berpikir

Desain Dua Faktor

30 40

III Histogram Prestasi Belajar Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Tinggi

55

IV Histogram Prestasi Belajar Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Sedang

56

V Histogram Prestasi Belajar Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Rendah


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No Nama Lampiran Halaman

1 Kisis-kisi kuesioner 76

2 Data prestasi belajar mahasiswa 83

3 Prestasi belajar mahasiswa berdasarkan jenis sekolah 86 4 Prestasi belajar mahasiswa berdasarkan tingkat

pendidikan orang tua

91

5 Menentukan Distribusi Frekuensi dan mean, median, modus, standar deviasi

96

6 Uji normalitas 102

7 Uji homogenitas 108

8 Perhitungan uji homogenitas varian 111 9 Pengelompokkan data analisis varian dua jalan 113 10

11

Perhitungan analisis varian dua jalan Struktur kurikulum SMA

114 118


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa, terutama bangsa yang sedang membangun. Setiap orang juga memerlukan yang namanya pendidikan. Pendidikan penting untuk memberi perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diketahui dari pentingnya arti pendidikan.

Arti pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses perubahan sikap tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengujian dan pelatihan. Pengujian dan pelatihan dapat diperoleh dari lembaga pendidikan yang disebut sekolah. Dari sekolah, anak diuji sejauh mana pengetahuan yang telah diperolehnya. Hasil dari pengujian ini ialah sebuah prestasi yang dapat diwujudkan dengan nilai (angka) ataupun sikap kepribadian anak terhadap lingkungan sosialnya. Pelatihan diberikan supaya anak memperoleh keahlian dalam melakukan sesuatu seperti public speaking (berbicara di depan umum). Anak dilatih cara berbicara di depan umum supaya kelak dapat menjadi seorang pemimpin yang memiliki kemapuan dalam bidangnya.

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, dan tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.1 Proses yang harus dilakukan telah dimulai sejak dini dengan mengikuti pendidikan formal yakni dari tingkat kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan

1

Anton Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonsia, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka 1990, hlm. 232.


(21)

tinggi. Paling tidak dari empat tingkat pendidikan tersebut, anak banyak memperoleh pengetahuan sehingga mampu membuat permohonan dan bertingkah laku sesuai dengan kebutuhannya. Pada proses memperoleh pengetahuan, pendidik membina siswa agar menjadi anak yang manusiawai dan berakhlak mulia.

Pendidikan Sejarah adalah salah satu Program Studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berusaha mencetak guru-guru sejarah di Indonesia. Para mahasiswa yang kuliah di Prodi Pendidikan Sejarah berasal dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, budaya, dan letak geografis yang berbeda-beda. Terdapat mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain NTT, NTB, Nias, Kalimantan, Jakarta, Papua, Tangerang, Lampung, dan Yogyakarta. Terdapat juga mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan orang tua yang berpendidikan, pegawai swasta, PNS, dan petani. Dilihat dari jenis sekolah mahasiswa ada yang berasal dari SMA dan SMK. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi mahasiswa kuliah di Pendidikan Sejarah diantaranya masalah ekonomi dan motivasi. Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah kebanyakan berlatar belakang ekonomi rendah sampai menengah ke bawah. Demikian juga dengan motivasi yang dimiliki oleh mahasiswa tergolong tinggi sampai rendah. Mahasiswa yang kuliah di Pendidikan Sejarah karena memiliki motivasi mampu memperoleh IPK tinggi. Akan tetapi, dari berbagai perbedaan latar belakang mahasiswa, pada kenyataanya hampir semua mahasiswa Pendidikan Sejarah memperoleh IPK yang baik dan termasuk dalam kategori tinggi.


(22)

Perolehan IPK dengan kategori tinggi tidak mudah karena harus memiliki komitmen belajar yang sungguh-sungguh. Melalui perubahan pola pikir dan tindakan seseorang mampu menentukan prestasi yang dimilikinya. Meskipun manusia pada umumnya hanya mengerti cara berpikir namun kurang dalam tindakan (aksi nyata) sehingga terkadang memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Pada kenyataanya mahasiswa Pendidikan Sejarah memiliki kemampuan untuk menentukan aksi nyata dalam hal belajar dengan sungguh-sungguh.

Pendidikan penting juga bagi orang tua. Dimana, orang tua adalah bagian dari sebuah proses yang ditempuh oleh anak dalam meraih prestasi. Wens Tanslain mengatakan bahwa anak-anak pertama kali mengalami proses belajar di dalam keluarga.2 Dalam keluarga anak pertama kali mengalami proses belajar berjalan, berbicara, dan mengurusi dirinya sendiri, serta mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, disiplin, kerja sama, dan bertingkah laku yang baik. Dapat dikatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan lembaga sosial resmi yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.3

Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut ayah, ibu.4 Mereka inilah yang memegang peranan dalam kelangsungan hidup

2

Wens Tanslain, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, Gramedia, 1992, hlm. 45.

3

Ibid, hlm 41.

4 Tamrin Nasution dan Nurhazilah Nasution, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi belajar


(23)

suatu rumah tangga atau keluarga. Sedangkan semua anak atau semua yang berada dalam pengawasan atau asuhan disebut anggota keluarga. Pengertian orang tua erat kaitannya dengan keluarga. Dryarkara mendefinisikan keluarga adalah ayah, ibu, dan anak. Ketiga unsur ini merupakan tritunggal.5

Tingkat pendidikan orang tua dapat terdiri dari Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, dan Perguruan Tinggi. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memberikan pengaruh besar bagi anak dalam hal prestasi belajar.

Setiap orang yang ingin melanjutkan pendidikan diperguruan tinggi tentu harus lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Sekolah Lanjutan Tingkat Atas adalah tingkat pendidikan yang mengarahkan pada suatu jurusan terentu. Jurusan yang diambil ketika di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas akan mempengaruhi kelanjutan dalam memilih pendidikannya.

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dapat terdiri dari SMA/MA dan SMK/MAK. Di SMA ada dua-tiga jenis jurusan yang biasanya ditawarkan oleh sekolah. Diantaranya jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Bahasa. Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari mata pelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika. Ilmu Pengetahun Sosial mempelajari Sosiologi, Sejarah, dan Geografi, serta mata pelajaran umum lainnya. Jurusan Bahasa dibekali dengan ilmu spesifik tentang Bahasa terutama Bahasa Indonesia, jumlah mata pelajaran umum lainnya. Sedangkan Sekolah Menengah

5


(24)

Kejuruan, ini lebih spesifik. Jurusan yang ditawarkan pun menyesuaikan dari kemampuan guru dan sekolah, dan mata pelajaran umum lainnya.

Untuk melajutkan ke Perguruan Tinggi, seseorang biasanya mencari jurusan yang relevan dengan jurusannya ketika masih di Sekolah Menengah Atas. Karena hal ini akan memberi pengaruh pada prestasi yang akan diraih. Akan tetapi, pada kenyataannya kebanyakan mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah berasal dari berbagai jenis jurusan pada saat sekolah tingkat atas. Bukan semata-mata bahwa mahasiswa yang kuliah di Prodi Pendidikan sejarah berasal dari jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Akan tetapi, dari semua jurusan tersebut ada di Prodi Pendidikan Sejarah. Baik Jurusan IPA, IPS, Bahasa maupun Sekolah Menengah Kejuruan.

Jurusan IPA, IPS maupun SMK, masing-masing memiliki tujuan tertentu. Jurusan IPA bertujuan untuk mempelajari ilmu alam (biologi, fisika, dan kimia) dengan baik. Ketiga mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran pokok bagi peserta didik yang mengambil jurusan IPA. Pada jurusan IPA, mata pelajaran sejarah bukan mata pelajaran pokok sehingga jam pertemuan 2x45 menit. Sedangkan jurusan IPS bertujuan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial diantaranya sosiologi, geografi, dan sejarah. jumlah jam pertemuan untuk mata pelajaran tersebut masing-masing 3x45 menit. Semakin banyak jumlah jam pertemuan setiap mata pelajaran maka semakin luas juga pemahaman serta pengetahuan tentang materi yang disampaikan oleh guru. Pemahaman dan pengetahuan diperoleh dari kegiatan yang dilakukan melalui proses belajar


(25)

mengajar sehingga menghasilkan perubahan-perubahan positif pada anak didik menuju kedewasaan dan kesuksesan pada bidang ilmu yang dimilikinya.6

Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar anak, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi taraf intelegensi kemampuan belajar, motivasi belajar, perasaan sikap minat, keadaan fisik-keadaan psikologis. Sedangkan faktor ekstern meliputi keadaaan ekonomi, tingkat pendidikan orang tua, jenis sekolah mahasiswa dan keadaan waktu mencakup jumlah jam setiap hari yang tersedia untuk belajar.

Berdasarkan latar belakang latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi prestasi belajar. Jenis sekolah mahasiswa dapat terdiri dari sekolah negeri/swasta, sekolah di kota/bukan di kota, sekolah terakreditasi, dan SMA/SMK. Dari berbagai macam asal sekolah tersebut peneliti lebih memilih jenis sekolah SMA/SMK. Sebab, SMA/SMK adalah tingkat pendidikan yang paling dekat dengan perguruan tinggi. Sehingga peneliti tertarik untuk menemukan sejauh mana pengaruh dari jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar. Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka penelitian ini hanya difokuskan pada faktor ekstern yaitu jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua.

Pemilihan topik pengaruh jenis sekolah dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa prodi pendidikan sejarah dilihat dan didasarkan pada pengalaman selama menjadi mahasiswa di prodi pendidikan

6


(26)

sejarah, dimana prestasi mahasiswa sangat bervariasi hal ini ditunjukkan melalui Indeks Prestasi Komulatif (IPK) setiap semester dapat menurun ataupun meningkat. Kelihatannya para mahasiswa yang berasal dari jenis Sekolah Menengah Kejuruan pun hampir tidak mengalami kesulitan dalam belajar sejarah karena nilai setiap semesternya baik. Selain itu, tempat dari penelitian ini sangat efektif dan efisien karena dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma. Sehingga peneliti merasa bahwa data, waktu, dan tempat pelaksanaan sangat mudah dicapai serta pengerjaan laporan sangat mendukung.

B.Perumusan Masalah

1. Sejauh mana pengaruh jenis sekolah mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Angkatan 2012-2014?

2. Sejauh mana pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Angkatan 2012-2014?

3. Adakah interaksi antara jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Angkatan 2012-2014?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejauh mana pengaruh jenis sekolah mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi pendidikan Sejarah Angkatan 2012-2014. 2. Mengetahui sejauh mana pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap


(27)

3. Mengetahui sejauh mana interaksi antara jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Angkatan 2012-2014?

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

Bagi Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Angkatan 2012-2014 dapat mengetahui faktor pendukung dalam meraih prestasi belajar sejarah, Sehingga mampu merefleksikan diri menjadi lebih berprestasi lagi ke masa yang akan datang.

2. Bagi Orang Tua

Orang tua mengetahui hal-hal yang dikehendaki anak, sehinga orang tua berusaha sedapat mungkin memberi dukungan intelektual dalam proses belajar anak. Sehingga anak termotivasi untuk belajar secara tekun agar memperoleh prestasi yang membanggakan orang tua.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma, Khususnya Prodi Pendidikan Sejarah. - Memperkaya khazanah dunia pustaka terutama karya ilmiah Pendidikan

Sejarah.

- Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar dosen-dosen Pendidikan sejarah.

- Digunakan sebagai titik tolak dalam penelitian sejenis dengan fokus yang berbeda, sehingga aspek lain yang mempengaruhi prestasi belajar


(28)

Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma dapat dipublikasikan.

4. Bagi Peneliti

- Peneliti dapat berlatih menulis karya ilmiah yang baik.

- Peneliti dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang pengaruh jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Angkatan 2012-2014.


(29)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teori

1. Pengertian Sekolah

Kebanyakan orang berpikir bahwa sekolah tidak penting. Ada yang mengatakan bahwa untuk apa sekolah, sekolah hanya menyita waktu anak, sekolah hanya menghabiskan uang orang tua, dan lain sebagainya. Namun, di balik semua prasangka negatif itu ada nilai yang tidak bisa dibeli oleh siapapun yaitu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sangat besar nilai dan harganya. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan, seseorang harus melalui berbagai proses yakni sekolah. Di sekolah, seseorang akan diajarkan tentang pendidikan oleh pendidik yang ahli di bidangnya. Karena pendidikan sangat bermanfaat bagi kemajuan diri sendiri, lingkungan, dan bahkan negara. Oleh sebab itu, pemerintah merumuskan undang-undang tentang pendidikan.

Meskipun pemerintah telah menerbitkan sebuah Undang-Undang tentang pendidikan nasional, tetapi tanpa sekolah tujuan itu tidak mungkin dapat diwujudkan. Menurut Kompri, sekolah adalah suatu lembaga dimana seorang peserta didik menuntut ilmu secara formal dan merupakan wadah bagi para peserta didik dalam menentukan arah atau langkah yang akan ditempuh serta untuk menentukan cita-cita yang ingin mereka capai untuk masa depannya.7 Di sekolah, peserta didik akan dibantu oleh para pendidik untuk mengembangkan kepribadian yang berguna bagi masa depan. Sehingga Kompri menjelaskan lagi bahwa sekolah adalah suatu wadah untuk

7


(30)

menciptakan sosok manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang siswa yang terlibat di dalamnya, baik dari segi budaya, sosial, maupun ekonomi. Sekolah diciptakan untuk memberikan konstribusi dalam peninggkatan kualitas masyarakat. Melalui sekolah, peserta didik dapat menemukan jadi diri dan menjadi manusia yang dapat memberi manfaat bagi diri sendiri, orang tua, dan lingkungan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah juga diartikan sebagai waktu atau pertemuan ketika murid diberi pelajaran, usaha menuntut kepandaian (ilmu pengetahuan) tentang pelajaran, dan pengajaran.8 Sekolah yang dimaksud disini ialah tempat dimana guru dan siswa melakukan interaksi tentang penyampaian ilmu pengetahuan. Dalam sekolah terdapat yang dinamakan warga sekolah. Yakni guru, siswa, orang tua, staf pegawai tata usaha dan perpustakaan, serta pegawai kebersihan dan keamanan.

Sekolah juga dapat diartikan sebagai tempat anak memperoleh dan mengembangkan pendidikan formal. Pendidikan formal tersebut dimulai sejak anak berumur 7 tahun. Ketika anak berumur tujuh tahun sampai dengan tiga belas tahun, dia dinyatakan peserta didik sekolah dasar. Mulai umur tiga belas tahun sampai dengan 15 tahun, dia dinyatakan peserta didik sekolah menengah pertama. Dari umur 15 tahun sampai dengan 18 tahun, dia dinyatakan sebagai peserta didik sekolah lanjutan tingkat atas. Setelah si anak dinyatakan lulus dari

8


(31)

sekolah lanjutan tingkat atas, maka diperbolehkan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Oleh karena itu, pendidikan formal yang sangat dekat dengan perguruan tinggi adalah sekolah lanjutan tingkat atas, maka peneliti hanya membuat starting poinnya mulai anak menempuh sekolah lanjutan tingkat atas.

Sekolah lanjutan tingkat atas dapat terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK/MAK). Kedua jenis sekolah ini memiliki persamaan dan perbedaan yang signifikan. Keduanya merupakan lembaga pendidikan formal yang dapat tempuh oleh peserta didik untuk mengembangkan pengetahuannya. Selain itu, kedua jenis sekolah ini juga terdapat perbedaan dari segi kurikulum dan jurusan.

a. Tujuan Sekolah

Pada umumnya, sekolah memiliki tujuan ialah memberi tempat bagi anak-anak bangsa mengikuti proses belajar mengajar supaya tujuan pendidikan nasional terlaksana dengan baik. Selain itu, sekolah diciptakan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Sekolah menjadi lembaga pendidikan formal. Dimana, setiap peserta didik memperoleh kesempatan yang sama dengan yang lainnya untuk mengejar mimpinya. Melalui sekolah, peserta didik dapat mengetahui cara bersaing sehat terhadap orang lain, mengembangkan kemampuan diberbagai aspek kehidupan, dan menjalin relasi yang baik dengan orang lain.9

9


(32)

b. Jenis Sekolah Mahasiswa

Jenis sekolah yang dimaksudkan dalam penelitian ini ada dua, yaitu sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK). 1) Sekolah Menengah Atas (SMA)

Sekolah menengah atas merupakan tempat peserta didik yang telah dinyatakan tamat dari sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Sekolah Menengah Atas salah satu jenis sekolah yang membuka ruang bagi peserta didik untuk belajar ilmu pengetahu, baik ilmu pengetahuan alam, sosial, bahasa, dan lain-lain. Mata pelajaran yang ditawarkan di Sekolah Menengah Atas hampir sama dengan mata pelajaran yang ditawarkan pada Sekolah Menengah Kejuruan. Dimana, keduanya mempelajari ilmu pengetahun. Hal yang membedakan ialah jurusan yang ditawarkan oleh sekolah. Biasanya setiap jurusan memiliki jam pertemuan mata pelajaran tertentu yang cukup lama (misalnya 4 jam pertemuan). Di Sekolah Menengah Atas, ada dua juran yang sudah umum harus ditawarkan yakni IPA dan IPS. Peserta didik yang mengambil jurusan IPA mempelajari mata pelajaran tentang ilmu pengetahuan alam. Mata pelajaran ilmu pengetahuan alam terdiri dari tiga yaitu fisika, kimia dan biologi yang masing-masing jam pertemuannya adalah 2x45 menit. Di jurusan IPA, peserta didik juga belajar tentang mata pelajaran sejarah. Jam pertemuan untuk mata pelajaran sejarahpun tidak sebanyak dengan jurusan IPS. Karena, pada jurusan IPA mata pelajaran sejarah hanyalah sebagai mata pelajaran umum saja. Pembahasan materinya pun tidak sedetail di


(33)

jurusan IPS. Buku pelajaran sejarah yang digunakan jurusan IPA berbeda dengan buku yang digunakan jurusan IPS. Hal ini dapat kita ketahui berdasarkan kurikulumm bahwa mata pelajaran sejarah di jurusan IPS berjumlah 3x45 menit setiap pertemuan.

Sedangkan jurusan IPS, mata pelajaran yang harus didalami ialah sejarah, sosiologi dan geografi. Ketiga mata pelajaran tersebut menjadi spesial bagi peserta didik dan modal untuk mengambil jurusan yang sesuai ketika melanjukan studi ke perguruan tinggi dengan jumlah jam pelajaran yang memadai yaitu 3x45 menit setiap pertemuan.

2) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Menurut Undang-Undang, sekolah kejuruan merupakan usaha untuk mempersiapkan peserta belajar terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.10 Harapannya ialah setelah dinyatakan lulus akan segera memperoleh pekerjaan. Prioritas memproleh pekerjaan dapat dipengaruhi oleh keterbatas biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga mata pelajaran yang ditawarkan juga harus lbih spesifik dan dapat diterapkan langsung oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Pada sekolah menengah kejuruan, jurusan yang ditawarkan lebih pada jurusan ketrampilan misalnya pertanian, perkantoran, dan teknik mesin. Jurusan pertanian tidak menuntut ijazah dari perguruan tinggi tetapi ketrampilan untuk membuka lahan dengan kemampuan tertentu.

10


(34)

Demikan pula dengan jurusan perkantoran dan teknik mesin, keduanya dapat memperoleh pekerjaan tanpa ijazah dari perguruan tinggi.

Selain jurusan tersebut di atas, sekolah menengah kejuruan juga memberikan mata pelajaran umum seperti agama, sejarah, Pkn, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Mata pelajaran sejarah yang diajarkan di sekolah menengah kejuruan memperoh jumlah jam yang terbatas yakni 2x45 menit setiap pertemuan. Pembatasan jumlah jam tersebut dapat disebabkan oleh pembagian jumlah jam untuk mata pelajaran keahlian. Sehingga mata pelajaran sejarah bagi peserta didik di sekolah menengah kejuruan sangat terbatas.

c. Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengetian tersebut, setiap sekolah harus melaksanakan kurikulum dengan sebaik-baiknya. Di dalam kurikulum telah memuat semua bentuk tindakan dan tujuan pendidikan. Mata pelajaran yang ditawarkan pun harus berpedoman pada kurikulum yang berlaku supaya ada kesinambungan untuk memenuhi suatu tujuan pendidikan. Dalam menjalankan kurikulum, setiap sekolah membuat struktur kurikulum yang memuat jumlah komponen mata pelajaran serta alokasi waktu yang dibutuhkan.


(35)

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam satu semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sisstem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Struktur kurikulum juga adalah gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran disuatu satuan atau jenjang pendidikan. Struktur pendidikan menengah terdiri atas sejumlah mata pelajaran dan alokasi waktu.

Kurikulum yang digunakan pada penelitian ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada kurikulum KTSP, di SMA dan SMK jumlah jam pertemuan untuk mata pelajaran sejarah memiliki perbedaan. Di SMA, mata pelajaran sejarah di kelas X berjumlah dua jam pertemuan setiap minggu. Di kelas XI-XII program IPS berjumlah tiga jam pertemuan setiap minggu dan di kelas XI-XII IPA berjumlah dua jam pertemuan setiap minggu. Secara keseluruhan, jumlah jam mata pelajaran sejarah di SMA adalah tujuh jam setiap minggu. Sedangkan di SMK mata pelajaran sejarah berjumlah dua jam pertemuan setiap minggu untuk kelas


(36)

X, XI, dan XII. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang berasal dari jenis sekolah SMA mampu memperoleh prestasi belajar yang tinggi tentang sejarah. Hal ini dapat disebabkan oleh materi-materi sejarah yang telah dipelajari dan diketahui ketika belajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

2. Tingkat Pendidikan Orang Tua a. Pengertian Pendidikan

Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta belajar agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.11 Melalui pendidikan manusia mampu mengatahui dan mengikuti perkembangan dunia. Pendidikan memberi pengaruh besar untuk membuka pola pikir dan cara pandang manusia agar mampu berekambang dengan menggunakan akal sehat.

Oleh sebab itu, Indonesia mengedepankan pendidikan bagi masyarakat, supaya menjadi manusia yang dapat memiliki kemampuan berakhlak mulia yang tinggi. Di Indonesia terdapat beberapa jenjang pendidikan yang bisa ditempuh. Jenis pendidikan tersebut diuraikan secara lengkap dalam UUSPN

11


(37)

No 20 Tahun 2003 pasal 15, diantaranya, (1) pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta belajar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (2) pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta belajar terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. (3) pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu. (4) pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta belajar untuk memilih pekerjaan dengan syarat keahlian khusus.12

Dari uraian pengertian pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah upaya yang terorganisisr, berencana dan berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa, dan berbudaya13.

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP), tingkat pendidikan menengah (SMA), dan tingkat pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi).

Tingkat pendidikan tersebut dapat diketahui berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2008 yang menentapkan

12

Ibid, hlm. 2-3.

13

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Edisi Pertama, Jakarta, Penadamedia Group, 2013, hlm. 85.


(38)

perarturan tentang wajib belajar. Dimana, pendidikan formal memiliki tingkatan yang wajib diikuti, diantaranya:

1) Sekolah Dasar

Sekolah Dasar adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.

2) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar atau sejenis. 3) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

Sekolah Lanjutan Tingat Atas merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari sekolah menengah pertama atau sejenis.

4) Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi adalah bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum setelah jenjang pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas. Diperguruan tingga peserta didik disebut mahasiswa. Mahasiswa diperbolehkan memilih jenis jurusan yng sesuai dengan kemampuanya. Diperguruan tinggi, mahasiswa dapat menyelesaikan studinya kurang lebih empat tahun (delapan semester) bagi yang mengambil strata satu (S1). Bagi yang mengambil Diploma (D3) dapat menyelesaikan studi selama tiga tahun (enam Semester).


(39)

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat akhir yang ditempuh oleh orang tua siswa. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal (sekolah) yang pernah diikuti oleh orang tua siswa. Yang dimaksud pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan mengikuti pola berjenjang sesuai dengan perkembangan usia atau kemampuan dan menggunakan sistem yang teratur dalam bentuk birorkrasi, materi pendidikan yang terencana dalam kurikulum, pengakuan resmi setelah evaluasi dengan ijazah.14

Sesuai dengan tingkatan dan bentuk yang ada pada pendidikan formal (sekolah), maka kepribadian yang terbentuk juga akan berbeda atau wawasan pendidikan yang dimiliki akan berbeda. Tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi akan lebih menguntungkan bagi kehidupan seseorang, karena tingkat pendidikan seseorang yang lebih tinggi akan memungkinkan orang tersebut untuk dapat mengembangkan dirinya secara luas.

Perlu dipahami bahwa setiap orang tua mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan dorongan kepada anak-anaknya. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat Perguruan tinggi) memiliki ketrampilan, pemahaman, pengetahuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan orang tua yang tingkat pendidiknnya rendah (tamat SD, SMP, dan SMA/SMK), atau tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali.

14


(40)

Orang tua yang berpendidikan lebih tinggi akan aktif dalam mendorong perkembangan anak. Pengalaman mengenyam pendidikan lebih tinggi memudahkan orang tua membantu kesulitan belajar anak, karena orang tua memiliki pengalaman dan cara untuk mengatasinya. Pengetahuan yang lebih luas memungkinkan orang tua untuk membantu mengatasi kesulitan belajar anak sehingga prestasi belajarnya dapat ditingkatkan.

Orang tua yang tingkat pendidikannya rendah dapat dikatakan kurang atau mempunyai kemungkinan kecil untuk memberi pengaruh terhadap anak-anaknya. Sebab, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan akademisnyapun terbatas sehingga pengaruh yang diberikan kepada anak juga terbatas.

Tingkat pendidikan orang tua juga berkaitan dengan pekerjaan dan penghasilannya. Jenjang pendidikan yang lebih tinggi memungkinkan orang tua menduduki jenjang pekerjaan formal yang lebih tinggi. Dan tidak dapat dipungkiri juga bahwa jenjang pekerjaan yang lebih tinggi anakn mempengaruhi penghasilan dan tingkat sosial ekonomi. Semakin tinggi jenjang pekerjaan formal yang dimiliki akan semakin tinggi pula penghasilannya.

Tingkat pendidikan orang tua juga mewarnai tingkat perhatian orang tua terhadap anaknya. Biasanya orang yang berpendidikan rendah akan mempunyai cakrawala yang sempit tentang pendidikan, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap pengertian orang tua tentang pendidikan. Jika orang tua kurang memahami pendidikan, maka hal ini akan berpengaruh


(41)

terhadap pola asuh orang tua dan kadang-kadang cita-cita pun harus menuruti kehendak orang tua. Dalam hal ini berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi dan mengerti psikologi anak. Orang tua yang seperti ini akan mempunyai pola asuh yang lebih demokratis.

3. Prestasi Belajar a. Belajar

Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan.15 Dengan demikian belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal, tetapi mengalami. Hamlik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubhan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam belajar dipengaruhi oleh pengalaman atau latihan.

Sementara itu, menurut Thorndike mendefinisikan belajar sebagai suatu bentuk hubungan atau koneksi antara stimulus dan respons dan penyelesaian masalah (problem Solving) yang dapat dilakukan dengan cara Trial and Error (coba-coba).16 Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Thorndike berasal dari sebuah uji coba yang dilakukan pada seekor kucing. Dimana, kucing tidak bergerak apabila tidak ada stimulus. Stimulus yang dimaksud disini ialah dorongan dari luar. Stimulus yang didapatkan oleh kucing ialah tali. Ketika

15 Ibid, hlm. 4-6.

16


(42)

kucing melihat tali, maka segera menariknya. Sehingga terjadi proses Tarik menarik.

Dari teori yang diungkapkan oleh Thorndike bahwa belajar itu diperoleh dari kegiatan yang dilakukan setiap hari. Tidak tertutup kemungkinan bahwa melakukan berbagai kegiatan akan memberi keuntungan tersendiri bagi pelakunya. Jadi belajar seharusnya memiliki stimulus yang sesuai dengan apa yang akan dilakukannya17.

1. Ciri-Ciri Belajar18

Menurut Hartini, belajar memiliki beberapa ciri-ciri yakni sebagai berikut: a) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku

maupun nilai dan sikap (afktif).

b) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat, melainkan menetap atau dapat disimpan.

c) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

d) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. 2. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran diartikan sebagai sebuah usaha mengubah emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui proses pembelajaran akan membentuk pengalaman belajar yang dapat meningkatkan moral dan keaktifan peserta didik. Pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan sistematis bersifat interaktif dan komunikatif yang terjadi antara pendidik dan siswa dalam kelas maupun di luar kelas.

17

Ibid, hlm. 127.

18 Hartini Nara dan Eveline Siregar, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010,


(43)

Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah meliputi urutan fakta, tafsiran serta penjelasannya. Tafsiran maupun penjelasan yang diungkapkan bertujuan untuk menyampaikan pemahaman tentang peristiwa yang telah terjadi dimasa lalu. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Taufik bahwa sejarah adalah hasil dari sebuah usaha merekam, melukiskan dan menerangkan peristiwa di masa lalu. Dengan demikian, pembelajaran sejarah lebih menekankan pada peristiwa yang terjadi di masa lampau.19

Pembelajaran sejarah di sekolah bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahaman tentang masa lampu. Melalui pembelajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan, perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jari diri bangsa di tengah-tengah masyarakat dunia. Pembelajaran sejarah juga mempunyai tujuan untuk menanamkan semangat cinta tanah air, mengetahui proses terbentuknya negara Indonesia, meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bagi peserta didik,dan mengetahui proses peradaban manusia di dunia pada masa lampau.

19 Donisetyawan, http://www.donisetyawan.com/pengertian-pembelajaran-sejarah-indonesia/, 2015,


(44)

b. Pengertian Prestasi

Prestasi belajar merupakan suatu transformasi terhadap suatu masukan yang berupa materi pelajaran. Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa, tetapi sulit diungkapkan sebab perubahan hasil belajar ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Sehingga guru hanya dapat melihat perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan peruabahan sebagai akibat dari belajar siswa, baik yang berdimensi cipta maupun rasa. Sementara itu pengertian prestasi belajar oleh Poerwadarminto diartikan sebagai suatu hasil yang telah dicapai anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil pengolahan output dari suatu proses transformasi terhadap masukan atau input yang berupa materi pelajaran. Menurut Ngalim Purwanto belajar dapat digambarkan sebagai berikut:

Masukan Proses Hasil

Materi pelajaran Transformasi Prestasi Belajar

Gambar diatas menunjukkan bahwa masukan merupakan bahan baku yang diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar. Materi pelajaran tersebut akan ditransformasikan kepada siswa melalui suatu proses yang disebut dengan proses belajar mengajar. Hasil dari proses pengolahan materi pelajaran adalah prestasi belajar.


(45)

Prestasi belajar yang dicapai oleh anak didik merupakan hasil dari interaksi antara berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaru belajar itu ada dua yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern terdiri dari intelegensi, minat/bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

a) Faktor intern - Intelegensi

Yang dimaksud dengan Intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah. Intelegensi juga diartikan kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa intelegensi menjadi salah satu faktor untuk menentukan tingkat prestasi belajar. - Minat

Yang dimaksud dengan minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu tanpa adanya paksaan dari orang lain atau kecenderungan jiwa seseorang kepada sesuatu yang biasanya disertai dengan perasaan senang. Sedangkan bakat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir diperoleh melalui proses genetik yang akan terealisasi menjadi kecakapan sesudah belajar. Minat belajar tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik.


(46)

- Motivasi

Yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu tenaga yang terdapat pada diri seseorang untuk menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Seseorang belajar dengan motivasi yang kuat akan melaksanakan kegiatan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat.

b) Faktor Ekstern - Lingkungan keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga adalah faktor pertama dan utama dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan orang-orang terdekat bagi seorang anak. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, susunan rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.20 Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.

- Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup guru, alat/media, kondisi gedung dan kurikulum.

20 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003,


(47)

Guru adalah tenaga pendidik yang memberi sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dengan ilmu yang dimiliknya, seorang guru dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang pintar. Di dalam mengajar, seorang guru memiliki cara yang berbeda-beda, hal ini sesuai dengan kepribadian masing-masing dan latar belakang kehidupan mereka. Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar di kelas, karena hal ini mempengaruhi pola kepemimpinan guru ketika mengajar di kelas.

Alat pelajaran erat kaitannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan oleh guru. Media pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.

Kondisi gedung adalah keseluruhan ruang yang ada di sekolah dan dapat menunjang ataupun menghambat belajar anak di sekolah. Kondisi gedung yang kokok, kuat dan memenuhi syarat kesehatan yang baik akan memberi pengaruh yang baik pula terhadap proses belajar dan prestasi belajar siswa.

Kurikulum diartikan “sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa”. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran.


(48)

- Lingkungan Masyarakat

Yang termasuk pada faktor lingkungan masyarakat ialah media massa dan teman bergaul. Media massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, dan sebagainya akan memberi pengaruh pada cara belajar dan prestasi belajar anak. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik, sebaliknya teman bergaul yang tidak baik akan memberi pengaruh yang tidak baik. Memperoleh prestasi belajar yang baik harus bergaul pada teman yang baik .

Berdasarkan uaraian pengertian dan faktor prestasi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa hakikat prestasi belajar adalah hasil belajar yang dapat dicapai oleh setiap siswa dengan melakukan evaluasi. Hasil evaluasi ini menentukan baik tidaknya siswa atau lulus tidaknya siswa dalam studi tertentu. Maka, pada penelitian ini prestasi belajar ditunjukkan dengan hasil indeks prestasi komulatif (IPK).

c. Pengaruh Asal Sekolah dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar

Pengaruh dapat dimengerti sebagai daya atau yang ditimbulkan dari sesuatu (orang, benda) yang berkuasa atau berkekuatan. Kata pengaruh menunjukkan adanya kemampuan untuk memberi perubahan pada suatu barang, benda, atau suatu keadaan tertentu. Perubahan yang terjadi bisa positif atau negative tergantung pada akibat yang ditimbulkan.

Pengaruh jenis sekolah terhadap prstasi belajar dimaksudkan adalah SMA dan SMK. Jenis asal sekolah tersebut yang paling berpengaruh pada prestasi belajar mahasiswa adalah SMA. Di SMA, mahasiswa mempunyai jumlah jam mata pelajaran sejarah lebih banyak dibandingkan di SMK.


(49)

Semakin banyak jumlah jam mata pelajaran sejarah maka semakin besar peluang bahwa peserta didik memiliki kemampuan, pengetahuan yang luas tentang sejarah.

Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar dimaksudkan adalah orang tua yang telah menempuh pendidikan sampai pada perguruan tinggi. Sehingga dapat memberi pengaruh besar pada prestasi belajar anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin besar peluang untuk memperoleh pekerjaan formal dan mendorong anak-anaknya untuk berprestasi.

B.Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Gambar di atas menguraikan bahwa keberhasilan mahasiswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu faktor ekstern. Faktor ekstern terdiri dari jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua. Jenis sekolah yang ditempuh oleh mahasiswa dapat terdiri dari dua yaitu SMA

Jenis Sekolah Mahasiswa

Tingkat Pend. Ortu

Prestasi Belajar Pendidikan 

PSEJ Latar belakang mahasiswa


(50)

dan SMK. Mahasiswa yang berasal dari jenis sekolah SMA memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang sejarah, hal ini disebakan oleh jumlah jam mata pelajaran sejarah. Sedangkan mahasiswa yang berasal dari jenis sekolah SMK memiliki pemahaman yang terbatas tentang mata pelajaran sejarah, hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah jam mata pelajaran sejarah. Semakin mendalam pemahaman mahasiswa tentang sejarah maka semakin besar ketertarikan untuk belajar sejarah dan memiliki prestasi belajar yang sangat tinggi.

Tingkat pendidikan orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin besar pengaruhnya bagi proses belajar mahasiswa dalam meraih prestasi. Faktor intern dapat berupa komitmen yang ditimbulkan dari dalam diri mahasiswa. Berupa rasa rajin membaca buku, mengerjakan tugas dan sebagainya. Orang tua yang berpendidikan rendah, biasanya akan mempunyai pandangan yang sempit tentang pendidikan. Sehingga orang tua yang tergolong berpendidikan rendah kurang untuk memberi pemahaman tentang pendidikan bagi anak-anaknya. Dan hal ini berbeda dengan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Mereka memiliki pola pikir atau pandangan yang luas terhadap pendidikan. Mereka sangat memberi pengaruh bagi anak-anaknya. Sehingga dengan mudah anak-anaknya memperoleh dukungan yang banyak untuk meraih prestasinya.


(51)

C.Hipotesis

1. Ada pengaruh jenis sekolah mahasiswa terhadap prestasi belajar

2. Ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi mahasiswa 3. Ada interaksi antara jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang


(52)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma. Jln. Affandi Mrican, Tromol Pos 29, Yogyakarta 55002. 2. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan April 2016. B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2015/2016 yang keseluruhannya terdiri dari 202 orang mahasiswa aktif. Angkatan 2010 berjumlah 11 orang, angkatan 2011 berjumlah 12 orang, angkatan 2012 berjumlah 33 orang, angkatan 2013 berjumlah 55 orang, angkatan 2014 berjumlah 48 orang, dan angkatan 2015 berjumlah 43 orang. Populasi mahasiswa secara rinci ditampilkan pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Distribusi Populasi

No Angkatan Jumlah

1 2010 11

2 2011 12

3 2012 33

4 2013 55

5 2014 48

6 2015 43


(53)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Suharsini Arikunto mengatakan bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-15%, atau 20-25%, atau lebih. Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya maka prosentase sampel dalam penelitian ini adalah 60% dari 202 sehingga sampel penelitian ini berjumlah 120 orang yang terdiri tiga angkatan. Yaitu mahasiwa angkatan 2012, angkatan 2013, dan mahasiswa angkatan 2014. Alasannya adalah ketiga angkatan mahasiswa tersebut telah banyak mengambil satuan kredit semester (sks), sehingga mempermudah untuk mengetahui indeks prestasi komulatif (IPK). Selain itu, ketiga angkatan tersebut hampir memiliki kesamaan dalam jumlah satuan kredit semester yang telah ditempuh. Jumlah sampel menentukan hasil penelitian, sehingga semakin banyak sampel yang digunakan, maka hasilnya semakin baik karena dapat membuktikan apakah benar ada pengaruh jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap presatasi belajar.

Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu.21 Tujuannya adalah untuk memudahkan mengumpulkan data yang dibutuhkan.

21


(54)

Tabel 2. Distribusi Sampel

No Angkatan Jumlah

1 2012 30

2 2013 50

3 2014 40

Jumlah 120

C.Definisi Operasional Variabel 1. Jenis Sekolah

Yang dimaksud jenis sekolah mahasiswa dalam penelitian ini adalah lembaga pendidikan yang pernah ditempuh oleh mahasiswa. Dapat berupa Sekolah Menengah Atas (SMA)/MA, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/MAK. Pada penelitian ini, jenis sekolah mahasiswa dibagi menjadi dua yaitu SMA dan SMK.

2. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Yang dimaksud tingkat pendidikan orang tua dalam penelitian ini adalah pendidikan formal (sekolah) yang pernah diikuti oleh orang tua mahasiswa. Dalam hal ini tingkat pendidikan orang tua diklasifikasikan menjadi tiga yaitu tingkat pendidikan rendah (SD dan SMP), tingkat pendidikan sedang (SMA), dan tingkat pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi).

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan suatu transformasi terhadap suatu masukan yang berupa materi pelajaran. Jadi yang dimaksud prestasi belajar adalah sejauh mana seseorang menguasai dan memahami materi pelajaran. Prestasi belajar ditunjukkan dengan nilai yang berhasil dicapai oleh mahasiswa dalam


(55)

Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang di bagi menjadi 4 ketegori yaitu sangat tinggi (3.51-4.00), tinggi (2.76-3.50), sedang (2.00-2.75), dan rendah (<2.00). 4. Pengaruh

Pengaruh dapat dimengerti sebagai daya atau yang ditimbulkan dari sesuatu (orang atau benda) yang berkuasa atau berkekuatan. Kata pengaruh menunjukkan adanya kemampuan untuk memberi perubahan pada suatu barang, benda, atau suatu keadaan tertentu. Perubahan yang terjadi bisa bersifat positif atau negatif tergantung pada akibat yang ditimbulkan.

D.Metode Penelitian

Metode adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan objek penelitian. Metode diartikan juga sebagai cara untuk berbuat, mengerjakan sesuatu secara teratur, terencana dan sistematis.22 Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi variabel tersebut telah terjadi. Penelitian ex post facto dapat juga diartikann “dari sesudah fakta” yang menunjukkan bahwa penelitian itu dilakukan sesudah peristiwa dalam variabel bebas-terikat itu terjadi.23 Data yang dihasilkan pada penelitian ini bersifat kuantitatif.

E.Metode Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Prodi

22

Suhartono W. Pranoto, teori dan MetodologiSejarah, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm. 11

23

Donald Ary, dkk, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004, hlm.410-411


(56)

Pendidikan Sejarah mengenai jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua.

2. Prosedur pengumpulan data a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan kegiatan yang lakukan meliputi:

1) Meminta izin kepada Kaprodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh asal sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2014/2015

2) Seleksi bahan, membangun konsep teori, dan instrument (mencari buku-buku sumber) yang akan digunakan untuk melakukan penelitian ini.

3) Uji coba kuesioner

Peneliti tidak melakukan uji coba kuesioner, Karena kuesioner tersebut sudah terstandar. Selain itu tes ini sudah terjamin validitas dan reliabilitasnya karena kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuesioner James Spillane S.J yang sudah diujicobakan kepada mahasiswa di berbagai universitas yang ada di Indonesia.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 dengan cara membagi kuesioner kepada mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah. Pengisian kuesioner dilakukan di kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(57)

Dalam melaksanakan penelitian ini, kuesioner diedarkan oleh peneliti. Dari pengamatan peneliti selama responden mengisi kuesioner, timbul kesan bahwa responden tidak mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan. 2) Pengecekan terhadapa kelengkapan kuesioner

Setelah kuesioner terkumpul semua, peneliti melakukan pengecekan terhadap kuesioner yang telah terkumpul tersebut. Pengecekan ini dimaksud untuk mengetahui apakah kuesioner yang terkumpul sudah sah atau tidak. Kuesioner dianggap sah apabila responden menuliskan nomor mahasiswa di kolom yang telah disediakan oleh peneliti.

3) Skoring

Dalam penelitian ini, IPK mahasiswa kategorikan menjadi empat, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Mahasiswa yang termasuk kategori sangat tinggi apabila IPKnya berkisar antara 3.76-4.00, kategori tinggi berkisar antara 2.76-3.51, kategori sedang berkisar antara 2.00-2.75, serta mahasiswa yang termasuk kategori rendah adalah mahasiswa dengan IPKnya antara <2.00. Pengelompokkan ini didasarkan pada buku pedoman akademik Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2007.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner, sebagai atat untuk mengumpulkan data jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua.


(58)

Untuk mengetahui data tentang prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma digunakan arsip prestasi belajar atau nilai yang telah berhasil dicapai mahasiswa selama mengikuti kuliah dari semester pertama sampai semester genap 2015/2016.

G.Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan desain factorial dua jalan.24 Dalam penelitian ini, ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yakni tingkat pendidikan orang tua dan jenis sekolah mahasiswa. Variabel bebas ada dua macam yaitu jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua. Variabel terikat yaitu prestasi belajar. Dengan demikian, peneliti menyatakan jenis sekolah dengan “A” dan tingkat pendidikan orang tua dengan “B”, prestasi belajar dengan C. Variabel A, B dan C dapat dijabarkan seperti dibawah ini:

 Variabel jenis sekolah dikategorikan menjadi dua yaitu; A-1 : Sekolah Menengah Atas

A-2 : Sekolah Menengah Kejuruan

 Variabel tingkat pendidikan orang tua dikategorikan menjadi tiga yaitu; B-1 : Sekolah Dasar dan SMP

B-2 : Sekolah Menengah Atas B-3 : Perguruan Tinggi  Variabel Prestasi sama dengan C

Maka desain faktorial dua jalan dapat diuraikan seperti di bawah ini:

24


(59)

Desain Dua Faktor Tingkat

Pend. Ortu

Jenis Sekolah Mahasiswa

A-1 A-2

B-1 X X

B-2 X X

B-3 X X

Gambar II. Desain Faktorial Dua jalan

Gambar di atas terdiri dari enam kolom. Kolom pertama diisi dengan IPK mahasiswa jenis sekolah SMA dan tingkat pendidikan orang tua rendah. Kolom dua, diisi dengan IPK mahasiswa jenis sekolah SMK dan tingkat pendidikan orang tua rendah. Kolom tiga, diisi dengan IPK mahasiswa jenis sekolah SMA dan tingkat pendidikan orang tua menengah. Kolom empat, diisi dengan IPK mahasiswa jenis sekolah SMK dan tingkat pendidikan orang tua menengah. Kolom lima, diisi dengan IPK mahasiswa jenis sekolah SMA dan tingkat pendidikan orang tua tinggi. Dan kolom enam, diisi dengan IPK mahasiswa jenis sekolah SMK dan tingkat pendidikan orang tua tinggi.

H.Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan analisis varian dua jalan untuk semua variabel yaitu jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua. Analisis varian dua jalan memiliki dua syarat uji yaitu uji normalitas dan homogenitas. Supaya dapat dilakukan uji F, dalam


(60)

analisis varian dua jalan terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu uji normalitas dan homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini ialah Liliefors yang statis ujinya sebagai berikut:

Lo = hasil statistik uji Liliefors Lt = tabel penguji Liliefors F (ZI) = frekwensi komulatif teoritik S (ZI) = frekwensi komulatif empirik ZI

x x

S = standar deviasi 2. Uji homogenitas

Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Bartlett adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Persiapan Uji Homogenitas

Sampel df 1/df Si2 Log Si2 df.Log Si2 1

Menghitung S2, B, dan X2 S2

B = (log S2).∑(ni-1) χ2

= {B.∑(ni-1) log S2}

Keputusan Uji : Ho diterima jika χ2

hitung< χ2tabel. Atau Hoditolak χ2hitung<DK atau diterima jika χ2


(61)

Analisis varian Dua Jalan

Tabel 4. Persiapan Uji Analisis Dua Jalan Sumber

Variasi

Jumlah Kuadrat (JK) db MK Fo P

Antara A

Antara B

Antara AB (Interaksi)

Dalam (d)

JKA =

JKA =

JKA =

JK(d) =

A-1

(1)

B-1

(2)

dbA xdbB

(2)

dbT - dbA

dbB - dbAB

0.05

Total (T) JK

T = N – 1

1. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT) JKT =

Keterangan:

JKT = Jumlah Kuadrat Total XT = Jumlah Total

N = Jumlah Sampel

2. Menghitung Jumlah Kuadrat Variabel A (JKA) JKA =

Keterangan:

JKA = Jumlah Kuadrat Variabel A XA = Jumlah Sel A

XT = Jumlah Total

NA = Jumlah Sampel Variabel A N = Jumlah keseluruhan sampel


(62)

3. Menghitung Jumlah Kuadrat Variabel B (JKB) JKA =

Keterangan:

JKB = Jumlah kuadrat variabel B XB = Jumlah Sel B

XT = Jumlah Total

NB = Jumlah Sampel Variabel B N = Jumlah keseluruhan sampel

4. Menghitung Jumlah Kuadrat Interaksi antara Variabel A dengan Variabel B (JKAB)

JKAB = Keterangan:

JKAB = Jumlah kuadrat variabel AB JKA = Jumlah kuadrat variabel A JKB = jumlah kuadrat Variabel B XB = Jumlah Sel A dan B XT = Jumlah Total

nB = Jumlah Sampel Variabel B N = Jumlah keseluruhan variabel 5. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam (JKD)

JKD = JKT-JKA-JKB-JKAB Keterangan:

JKT =Jumlah kuadrat total JKA = Jumlah kuadrat variabel A JKB = Jumlah kuadrat variabel B JKAB = Jumlah kuadrat variabel A dan B 6. Menghitung dbA.

dbA = A-1 Keterangan:

dbA = derajat kebebasan variabel A A = Jumlah kategori variabel A 7. Mengitung dbB.

dbB = B-1 Keterangan:

dbB = derajat kebebasan variabel B B = Jumlah kategori variabel B


(63)

8. Menghitung dbAB. dbAB = dbA x dbB Keterangan:

dbAB = derajat kebebasan variabel A dan B dbA = derajat kebebasan variabel A dbB = derajat kebebasan variabel B 9. Menghitung dbT.

dbT = N-1 Keterangan:

dbT = derajat kebebasan total N = Jumlah sampel

10. Menghitung dbd.

dbd = dbT-dbA-dbB-dbAB Keterangan:

dbT = derajat kebebasan total dbA = derajat kebebasan variabel A dbB = derajat kebebasan variabel B dbAB = derajat kebebasan variabel AB 11. Menghitung Mean Kuadrat Variabel A (MKA)

MKA = Keterangan:

JKA = Jumlah kuadrat variabel A dbA = derajat kebebasan variabel A 12. Menghitung Mean Kuadrat Variabel B (MKB).

MKB = Keterangan:

JKB = Jumlah kuadrat variabel B dbB = derajat kebebasan variabel B

13. Menghitung Mean Kuadrat Interaksi antara Variabel A dengan Variabel B (MKAB).

MKAB = Keterangan:

JKAB = Jumlah kuadrat variabel A dan B dbAB = derajat kebebasan variabel A dan B


(64)

14. Menghitung Mean Kuadrat Dalam (MKd). MKd =

Keterangan:

JKd = Jumlah kuadrat dalam dbd = derajat kebebasan dalam 15. Menghitung harga Fo untuk variabel A (FA)

FA = Keterangan:

MKA = mean kuadrat variabel A MKd = mean kuadrat dalam

16. Menghitung harga Fo untuk variabel B (FB) FB =

Keterangan:

MKB = Mean kuadrat variabel B MKd = Mean kuadrat dalam

17. Menghitung harga F0 untuk interaksi antara variabel A dengan variabel B (menghitung F0 interaksi, atau FAB).

FAB =

Keterangan:

MKAB = mean kuadrat variabel A dan B MKd = mean kuadrat dalam

MKB = mean kuadrat variabel B MKd = mean kuadrat dalam

I. Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto yang dapat diartikan bahwa peneliti tidak mengendalikan variabel bebas-terikat secara langsung karena eksistensi variabel tersebut telah terjadi. Adapun yang menjadi variabelnya adalah sebagai berikut:


(65)

1. Variabel bebas

a. Jenis sekolah mahasiswa, yaitu meliputi: 1) Sekolah Menengah Atas (SMA)

2) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

b. Tingkat pendidikan orang tua, yaitu meliputi:

1) Tingkat Pendidikan Rendah : Tamat SMP, SD, dan tidak sekolah 2) Tingkat Pendidikan Menengah : Tamat SMU

3) Tingkat Pendidikan Tinggi : Tamat Perguruan Tinggi/Akademik

2. Variabel terikat yaitu prestasi belajar yang terbagi menjadi empat yaitu: prestasi belajar sangat tinggi (3.51-4.00), tinggi (2.76-3.50), sedang (2.00-2.75), dan prestasi belajar rendah (< 2.00).

J. Hipotesis Statistik

1. Ada pengaruh antara jenis sekolah mahasiswa terhadap prestasi belajar HoA = µ1 = µ2

H1A = µ1≠ µ2

2. Ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar HoB = µ1 = µ2

H1B = µ1≠ µ2

3. Ada interaksi antara jenis sekolah mahasiswa dan tingkat pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar

HoAB = µ1 = µ2 H1AB = µ1≠ µ2


(66)

K.Jadwal Kegiatan

Tabel 5. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Pelaksanaan/Bulan

Maret April Mei

1 Penyusunan proposal 2 Penyusunan instrumen 3 Perijinan

4 Uji coba instrumen 5 Pengumpulan data 6 Analisis data


(67)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN A.Deskripsi Data

Setelah dilakukan penelitian terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2012/2013, 2013/2014, dan 2014/2015 diperoleh data tentang jenis sekolah mahasiswa, dan tingkat pendidikan orang tua. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 120 semuanya terisi. Dari 120 orang sampel yang diambil, untuk jenis sekolah mahasiswa terdapat 108 orang mahasiswa berjenis sekolah SMA dan 12 orang mahasiswa berjenis sekolah SMK. Untuk tingkat pendidikan orang tua, 48 orang berpendidikan tinggi (tamat perguruan tinggi), 48 orang berpendidikan sedang (tamat SLTP dan SLTA), dan 24 orang berpendidikan rendah (tamat SD, atau tidak sekolah). Adapun data selengkapanya sebagai berikut:

1. Data Prestasi Mahasiswa berdasarkan Jenis Sekolah Mahasiswa

Hasil dari pengolahan dapat menunjukkan bahwa pengaruh jenis sekolah mahasiswa terhadap prestasi belajar adalah sebagai berikut: mahasiswa yang berasal dari jenis sekolah SMA yang memperoleh IPK sangat tinggi sebanyaak 4 orang (3.7%), mahasiswa yang memperoleh IPK tinggi sebanyak 55 orang (50.92%) mahasiswa yang meperoleh IPK sedang sebanyak 44 orang (40.74%), dan mahasiswa yang memperoleh IPK rendah sebanyak 4 orang (3,70%). Sedangkan mahasiswa yang berasal dari jenis sekolah SMK, yang memperoleh IPK sangat tinggi sebanyak 4 orang (33.33%) mahasiswa yang memperoleh IPK tinggi sebanyak 5 orang (41.66%), mahasiswa yang memperoleh IPK sedang sebanyak 1 orang (8.33%), dan mahasiswa yang


(68)

memperoleh IPK rendah sebanyak 2 orang (16.67%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Data Prestasi Belajar Berdasarkan Jenis Sekolah Mahasiswa

Jenis Sekolah

Prestasi Belajar (IPK) Sangat

Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Frekuensi % 3.51-4.00 2.76-3.50 2.00-2.75 < 2.00

SMA 5 55 44 4 108 90

SMK 4 5 1 2 12 10

Jumlah 49 65 6 120 100

Apabila dilihat dari tabel di atas, tampak bahwa sebagian besar mahasiswa berasal dari jenis sekolah SMA yang berjumlah 108 orang. Dari 108 orang, ada 5 orang yang termasuk memperoleh IPK dengan kategori sangat tinggi berkisar antara 3.51-4.00, 55 orang yang termasuk kategori IPK tinggi (2.76-3.50), 44 orang yang tergolong kategori IPK sedang berkisar antara 2.00-2.75, dan 4 orang mahasiswa yang tergolong kategori rendah dengan IPK kurang dari 2.00. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang berasal dari jenis sekolah SMA paling banyak memperoleh IPK dengan kategori tinggi (2.76-3.50).

Sedangkan mahasiswa yang berasal dari jenis sekolah SMK berjumlah 12 orang. Dari 12 orang tersebut, ada 4 orang yang tergolong kategori sangat tinggi (3.51-4.00), ada 5 orang yang tergolong dalam kategori IPK tinggi (2.76-3.50), ada 1 orang dengan kategori sedang (2.00-2.75), serta 2 orang dengan kategori rendah (<2.00). Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang berasal dari


(69)

jenis sekolah SMK lebih banyak mahasiswa yang memperoleh IPK dengan kategori tinggi (2.76-3.50).

Selain memperoleh data prestasi komulatif mahasiswa berdasarkan jenis sekolah, berikut ditampilkan secara rinci prestasi belajar mahasiswa dengan jenis sekolah berdasarkan jurusan, antara lain :

Tabel 7. Prestasi Belajar dengan jenis sekolah SMA Berdasarkan Jurusan

Jurusan

IPK

Jumlah Sangat

Tinggi

Tinggi Sedang Rendah

IPA 3 18 7 1 29

IPS 4 32 34 3 73

Bahasa 1 4 1 - 6

Jumlah 8 54 42 4 108

Dari tabel di atas tampak bahwa mahasiswa pendidikan sejarah paling banyak berasal dari jurusan IPS (Ilmu Pengetaguan Sosial) dengan jumlah 73 orang. Dari 73 mahasiswa, yang memperoleh IPK sangat tinggi sebanyak 3 orang, mahasiswa ynag memperoleh IPK tinggi sebanyak 32 orang, mahasiswa yang memperoleh IPK sedang 34 orang, dan mahasiswa yang memperoleh IPK rendah 3 orang. Apabila dilihat dari jumlahnya, mahasiswa dari jurusan IPS lebih banyak memperoleh IPK dengan kategori sedang (2.00-2.75).

Selanjutnya, mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dengan jumlah 29 orang. Dari 29 mahasiswa, yang memperoleh IPK sangat tinggi sebanyak 3 orang, mahasiswa yang memperoleh IPK tinggi sebanyak 18 orang, mahasiswa yang memperoleh IPK sedang 7 orang, dan mahasiswa yang


(70)

memperoleh IPK rendah sebanyak 1 orang. Apabila dilihat dari jumlah maka, mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA paling banyak memperoleh IPK dengan kategori tinggi (2.76-3.50).

Selain itu, mahasiswa yang berasal dari jurusan Bahasa berjumlah 6 orang dengan IPK sangat tinggi 1 orang, tinggi 4 orang, IPK sedang 1 orang, dan yang memperoleh IPK rendah tidak ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang berasal dari jurusan Bahasa lebih banyak memperoleh IPK dengan kategori tinggi (3.76-3.50). Selanjutnya diuraikan prestasi belajar mahasiswa dengan jenis sekolah SMK berdasarkan jurusan.

Tabel 8. Prestasi Belajar dengan Jenis Sekolah SMK Berdasarkan Jurusan

Jurusan

IPK

Jumlah Sangat

Tinggi

Tinggi Sedang Rendah

Perkantoran 1 2 - 1 4

Pertanian - - - - -

Teknik - 1 - - 1

DLL. 3 2 1 1 7

Jumlah 4 5 1 2 12

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa dari jenis sekolah SMK berjumlah 12 orang. Ada 4 orang mahasiswa dari jurusan perkantoran dengan IPK sangat tinggi sebanyak 1 orang, mahasiswa yang memperoleh IPK tinggi sebanyak 2 orang, dan mahasiswa yang memperoleh IPK rendah 1 orang. Selain itu, ada 1 orang mahasiswa yang berasal dari jurusan teknik dan memperoleh IPK tinggi. Sedangkan 7 orang mahasiswa berasal dari jurusan


(71)

lain-lain (di luar jurusan perkantoran, pertanian, dan teknik), dengan IPK sangat tinggi sebanyak 3 orang, IPK tinggi sebanyak 2 orang, IPK sedang 1 orang, dan IPK rendah 1 orang.

2. Data Prestasi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa prestasi belajar mahasiswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua adalah sebagai berikut: mahasiswa dengan tingkat pendidikan orang tua tinggi sebanyak 48 orang (40%) dari jumlah keseluruhan. Mahasiswa dengan tingkat pendidikan orang tua sedang sebanyak 48 orang (40%), dan mahasiswa dengan tingkat pendidikan orang tua rendah sebanyak 24 orang (20%). Untuk rincian lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Data Prestasi Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Prestasi Belajar (IPK) Tingkat

Pend. Ortu

Sangat

Tinggi Tinggi

Sedang Rendah Frekuensi % 3.51-4.00 2.76-3.50 2.00-2.75 < 2.00

Tinggi 2 30 13 3 48 40

Sedang 5 20 21 2 48 40

Rendah 4 9 10 1 24 20

Jumlah 49 65 6 120 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa dengan tingkat pendidikan orang tua tinggi dan sedang, masing-masing berjumlah 48 orang. Mahasiswa dengan tingkat pendidikan orang tua tinggi yang memperoleh IPK


(72)

sangat tinggi berjumlah 2 orang (3.51-4.00), Mahasiswa yang memperoleh IPK tinggi berjumlah 30 orang (2.76-3.50), mahasiswa yang memperoleh IPK sedang berjumlah 13 orang (2.00-2.75), dan mahasiswa yang memperoleh IPK rendah berjumlah 3 orang (<2.00).

Selain itu, mahasiswa dengan tingkat pendidikan orang tua sedang berjumlah 48 orang. Mahasiswa yang memperoleh IPK sangat tinggi berjumlah 5 orang (3-51-4.00), mahasiswa yang memperoleh IPK tinggi berjumlah 20 orang (2.76-3.50), mahasiswa yang memperoleh IPK sedang berjumlah 21 orang (2.00-2.75), dan mahasiswa yang memperoleh IPK rendah berjumlah 2 orang (<2.00).

Sedangkan mahasiswa dengan tingkat pendidikan orang tuanya rendah berjumlah 24 orang. Mahasiswa yang memperoleh IPK sangat tinggi berjumlah 4 orang (3.51-4.00), mahasiswa yang memperoleh IPK tinggi berjumlah 9 orang (2.76-3.50), mahasiswa yang memperoleh IPK sedang berjumlah 10 orang (2.00-2.75), dan mahasiswa yang memperoleh IPK rendah berjumlah 1 orang (<2.00).

Untuk mengetahui nilai rata-rata, median, modus, dan standar deviasi dapat dibahas satu persatu sebagai berikut.

1) Data Prestasi Belajar Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Tinggi

Dari data yang telah dikumpulkan mengenai prestasi belajar mahasiswa berdasarkan tingkat pendidikan orang tua tinggi dapat dilihat rentang skor IPKnya antara 1,14 sampai 3,53 dan diperoleh harga rata-rata (mean) sebesar 2,83 median sebesar 2,97, dan modus sebesar 3,03, serta standar deviasi 0.53 dengan jumlah mahasiswa 48 orang. IPK tertinggi dari mahasiswa dengan


(1)

132 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

133 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

134 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

135 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

136 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

137 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN EKONOMI ANGKATAN 2012 FAKULTAS EKONOMI UNIMED.

0 5 19

Pengaruh pengelolaan waktu belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2009-2012.

0 5 141

Hubungan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan orang tua terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa : studi kasus mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2007-2010.

3 5 148

Hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dan prestasi belajar dengan minat berwirausaha mahasiswa : studi kasus mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan 2003-2004 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 109

Pengaruh motivasi berprestasi dan jenis pekerjaan yang diminati terhadap prestasi akademik mahasiswa : studi kasus mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun angkatan 2004.

0 0 145

Hubungan antara lingkungan belajar, motivasi belajar dan disiplin belajar dengan prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2003 Universitas Sanata Dharma.

0 0 135

Hubungan antara tingkat pendapatan orang tua, perhatian orang tua dan motivasi belajar dengan prestasi belajar di perguruan tinggi : studi kasus mahasiswa angkatan 2004 Prodi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 164

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dan prestasi belajar dengan minat berwirausaha mahasiswa : studi kasus mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan 2003-2004 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 107

Analisis minat berwirausaha pada mahasiswa dilihat dari tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua : studi kasus mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 119