BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa
memperoleh kompetensi belajar. Komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi matematika yang sesuai dengan topik
yang sedang dipelajari, tingkat perkembangan intelektual siswa, prinsip dan teori belajar siswa, keterlibatan siswa secara aktif, keterkaitan dengan
kehidupan sehari-hari dan pengembangan penalaran matematis. Tujuan pembelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar sanggup
menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui dasar pemikiran logis, kritis, cermat, jujur dan efektif; mempersiapkan siswa agar dapat
menggunakan matematika dan pola pikir dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan; menambah dan mengembangkan
ketrampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari- hari; mengembangkan pengetahuan dasar matematis. Menurut Muhsetyo
2007, pembelajaran matematis yang ideal yakni pembelajaran yang melibatkan siswa aktif selama proses pembelajaran, dimana pola pikir siswa
tersebut dapat menggali dan mengembangkan pengetahuan matematis dalam
kehidupan sehari-hari.
Realistic mathematics education, yang diterjemahkan sebagai Pendidikan Matematika Realistik PMR adalah sebuah pendekatan belajar matematika
yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dari Freudentha Institute, Utrecht University di Negeri Belanda. Pendekatan ini
didasarkan pada pemikiran Hans Freudenthal 1905 – 1990 bahwa matematika adalah kegiatan manusia. Menurut pendekatan ini, kelas
matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah realistisdalam Wijaya, 2012, 21-23. Menurut
Dolk 2006, matematika dilihat sebagai kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan masalah. Karena itu, siswa tidak dipandang sebagai penerima
pasif, tetapi harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dibawah bimbingan guru. Pendidikan Matematika
Realistik PMR merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan paradigma pendidikan sekarang.Menurut Wijaya 2012,
ketermaknaan konsep matematika merupakan konsep utama dari PMR. Proses pembelajaran siswa hanya akan terjadi jika pengetahuan yang
dipelajari bermakna bagi siswa. Suatu masalah realistis tidak harus selalu berupa masalah kehidupan sehari-hari melainkan masalah tersebut dapat di
ilustrasikan dalam pikiran siswa. Menurut Sudjana 2004, 28, pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap
upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu peserta didik dan pendidik yang
melakukan kegiatan membelajarkan. Jadi pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik agar terjadinya interaksi antara pendidik
dan peserta didik. Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Menurut Wragg 1997, pembelajaran yang efektif
adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan suatu hasil
belajar yang diinginkan. Pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan yaitu terjadi interaksi antara
guru dengan siswa. Pembelajaran hendaknya tidak menganut paradigma transfer of knowledge, yang mengandung makna bahwa siswa merupakan
objek dari belajar. Jadi proses pembelajaran yakni guru memberi suatu pertanyaan atau menjelaskan pembelajaran sedangkan siswa menanyakan
tentang sesuatu hal yang tidak dianggap cukup dimengerti selama pembelajaran.
Menurut Sukardi 1987,25 mengemukakan bahwa minat belajar adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan
campuran dari perasaan, prasangka, cemas, dan kecenderungan- kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada pilihan tertentu.
Minat belajar siswa membentuk sikap akademik yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswanya. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan
sendiri oleh masing – masing siswa tersebut. Jadi Minat belajar siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Menurut Abdurrahman 1999, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Benjamin S. Bloom
tiga ranah domain hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku
yang cenderung menetap ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Untuk memperoleh hasil belajar
dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan hasil belajar siswa
tersebut tidak hanya diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar
mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Setiap proses belajar mengajar keberhasilan diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya artinya
seberapa jauh tipe hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga
ditunjukan kepada proses pembelajaran yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswanya dalam proses pembelajaran. Semakin baik
proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan.
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Maksudnya belajar merupakan interaksi antara”keadaan internal dan proses kognitif siswa”
dengan “stimulus dari lingkungan” dalam Gagne, 1988, 10-11. Dengan belajar, maka kemampuan mental semakin meningkat. Hal itu sesuai dengan
perkembangan siswa yang beremansipasi diri sehingga ia menjadi utuh dan mandiri. Menurut Winkel 1991,”Jika mereka sudah mengetahui arti belajar
dan pentingnya belajar maka siswa tersebut akan menyukai pembelajaran matematika dan memperoleh hasil belajar matematika yang memuaskan”.
Peneliti berkesempatan melakukan observasi di kelas VII F terhadap proses pembelajaran matematika yang terjadi sebagai berikut:
1. Guru memulai proses pembelajaran dengan berdoa bersama
2. Guru mengabsen kehadiran siswa
3. Guru mengkonfirmasi ke siswa mengenai tugas pekerjaan rumah PR
4. Guru mengajak siswa untuk mengkoreksi pekerjaan rumah PR
5. Siswa membacakan hasil pekerjaan rumah PR ke guru
6. Guru menulis hasil pekerjaan mereka di papan tulis
7. Guru meminta tolong kepada salah satu siswa untuk memasukkan nilai
tugas mereka ke daftar nilai 8.
Guru mengajak siswa untuk belajar materi selanjutnya yaitu mengenai “Penjumlahan dan pengurangan dalam satuan sudut”
9. Guru memberikan contoh soal yang berhubungan dengan materi
tersebut dan siswa memperhatikan bagaimana langkah-langkah cara menyelesaikan soal tersebut
10. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tetapi
tidak ada siswa yang bertanya karena itu guru menganggap semua siswa telah mengerti dan paham bagaimana menyelesaikan soal
tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11. Guru memberikan latihan soal dengan membentuk kelompok belajar
12. Siswa segera bergegas untuk membentuk kelompok belajar
13. Salah satu anggota kelompok belajar ada yang bertanya mengenai
latihan soal yang mereka anggap sulit dikerjakan maka guru menjelaskan dengan tegas dan membuat mereka dapat menyelesaikan
persoalan tersebut 14.
Guru mengajak salah satu kelompok belajar untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, sedangkan kelompok belajar yang lainnya
mendengarkan dan bertanya apabila ada yang kurang dimengerti 15.
Karena kelompok belajar lainnya tidak ada yang bertanya, maka guru mempertegas hasil pekerjaan yang telah dipresentasikan
16. Setelah jam pembelajaran usai, guru memberikan tugas untuk
melanjutkan latihan soal dalam kelompok belajar 17.
Guru menutup proses pembelajaran Proses pembelajaran tersebut termasuk pembelajaran yang ideal karena
siswa aktif selama proses pembelajaran, siswa dapat menggali dan mengembangkan pengetahuan yang diwujudkan dengan bertanya ke guru
atau siswa yang sudah dianggap mengerti selama proses pembelajaran, dan hasil pekerjaan siswa di bahas secara bersama – sama yang bertujuan agar
semua siswa memahami dan mengerti proses pembelajaran yang sedang berlangsung
Hasil dari wawancara peneliti dengan wakil kepala sekolah bagian kurikulum SMP Negeri 1 Ngaglik adalah sekolah tersebut menggunakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Menurut guru tersebut perbedaan antara KTSP dan kurikulum 2013 hanya terletak pada perangkat
pembelajaran yaitu RPP. Berikut perbedaan RPP KTSP dan Kurikulum 2013 www.info-data-guru-ptk.academia.co.id:
Tabel 1. 1 Perbedaan KTSP dan Kurikulum 2013
No KTSP Kurikulum 2013
1 Standar isi ditentukan terlebih
dahulu melalui permendiknas No.22 Tahun 2006. Setelah itu
ditentukan standar kompetensi lulusan SKL melalui
permendiknas No.23 Tahun 2006 Standar kompetensi lulusan SKL
ditentukan terlebih dahulu, melalui permendikbud No.54 Tahun 2003.
Setelah itu baru ditentukan standar isi yang berbentuk kerangka dasar
kurikulum yang dituangkan dalam permendikbud No.67, 68, 69 dan
70 tahun 2013 2
Lebih menekankan pada aspek pengetahuan
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skill dan hard
skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan
dan pengetahuan 3
Di jenjang SD tematik terpadu untuk kelas I-III
Di jenjang SD tematik terpadu untuk kelas I-IV
4 Jumlah jam pelajaran lebih sedikit
dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding kurikulum 2013
Jumlah jam pelajaran perminggu lebih banyak dan jumlah mata
pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
5 Standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi Proses pembelajaran setiap tema di
jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang
SMPSMASMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah yaitu
standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya,
mengelola, menyajikan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyimpul, dan mencipta 6
Teknologi informasi komunikasi TIK sebagai mata pelajaran
Teknologi informasi komunikasi TIK bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran
7 Penilaiannya lebih dominan pada
pengetahuan Standar penilaian menggunakan
penilaian otentik yaitu mengukur semua kompetensi sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil
8 Pramuka bukan ekstrakurikuler
wajib Pramuka menjadi ekstrakurikuler
wajib 9
Penjurusan mulai kelas XI Peminatan penjurusan mulai
kelas X untuk jenjang SMAMA 10
Bimbingan konseling BK lebih pada
menyelesaikan masalah siswa
Bimbingan konseling BK menekankan pengembangan
potensi siswa
Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas VII F yaitu siswa aktif selama proses pembelajaran yang diterapkan dengan siswa
bertanya ke guru mengenai materi ajar atau bahan ajar dan bagaimana menyelesaikan soal-soal yang terdapat pada bahan ajar tersebut.
Dari hasil wawancara dengan para siswa yaitu 25 siswa tidak menyukai proses pembelajaran dan 16 siswa menyukai proses pembelajaran di kelas.
Alasan yang dikemukakan para siswa menganggap mereka tidak menyukai pembelajaran tersebut adalah lebih menginginkan proses pembelajaran di luar
kelas yang berkaitan dengan lingkungan sekolah. Sehingga lingkungan sekolah dapat dimanfaatkan oleh guru selama proses pembelajaran.
Peneliti ingin mencoba pendekatan lain dalam proses pembelajaran matematika di kelas tersebut yang mempergunakan lingkungan sekolah
sebagai konteks dalam pembelajaran matematika. Pendekatan yang akan dipergunakan oleh peneliti adalah pendekatan pendidikan matematika
realistik PMR karena dengan adanya pendekatan PMR maka siswa diajak untuk berpikir kreatif dan terlibat secara langsung untuk menyelesaikan
pemecahan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari realitas. Pendidikan matematika realistik dapat mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ” Hasil – hasil yang Dicapai Dengan Penerapan Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik PMR untuk Materi Bangun Datar Segiempat Terhadap Minat dan Hasil Belajar Siswa di kelas VII D SMP
Negeri 1 Ngaglik”.
B. Identifikasi Masalah