Banks, Trust Companies, dan Credit Union. Kasus pencucian uang yang melibatkan DTI antara lain transfer melalui telex, surat berharga, penukaran
valuta asing, pembelian obligasi pemerintah dan treasury bills.
40
Yakni memanfaatkan lembaga perbankan sebagai mesin pemutihan uang, dengan cara mendepositokan secara nama palsu, menggunakan safe deposit box
untuk menyembunyikan hasil kejahatan, menyediakan fasilitas transfer supaya dengan mudah ditransfer ke tempat yang dikehendaki, atau menggunakan
electronic fund transfer untuk melunasi kewajiban transaksi gelap, menyimpan atau mendistribusikan hasil transaksi gelap itu.
13. Modus Identitas Palsu
41
Pada negara – negara yang menganut sistem hukum AngloSaxon seperti Amerika dan Inggris, Pendapat atau opini di bidang hukum biasanya merupakan
penjelasan tertulis yang dibuat oleh hakim. Penjelasan tertulis tersebut menyatakan peranan para hakim dalam menyelesaikan perkara. Penjelasan tertulis
tersebut dibuat berdasarkan pada rasionalitas dan prinsip hukum yang mengarahkan mereka kepada peraturan yang dibuat. Pendapat biasanya
diterbitkan dengan arahan dari pengadilan dan hasilnya mengandung pernyataan tentang apa itu hukum dan bagaimana seharusnya hukum tersebut
diinterpretasikan. Para hakim pengadilan tersebut biasanya kemudian melakukan
2. Pengertian Dissenting Opinion
40
Ibid.
41
Anonim, “Hati-Hati 10 Modus Operandi Pencucian Uang”, diakses dari http:www.hukumonline.comberitabacahol16002hatihati-10-modus-operandi-pencucian-uang
pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 14.14 WIB
Universitas Sumatera Utara
penegakkan kembali, perubahan, dan penerbitan terhadap hal-hal yang dapat dijadikan sebagai panutan atau teladan dalam hukum. Pendapat atau opini dalam
hukum tersebut dikenal dengan istilah Legal Opinion yangdapat diterjemahkan secara sederhana sebagai pendapat hukum.
Menurut H.F. Abraham Amos, pada negara – negara yang menganut Sistem Hukum Anglo Saxon, Legal Opinion tersebut terdiri dari:
42
1. Judicial Opinion, adalah pernyataan atau pendapat atau putusanhakim
di dalam memutuskan perkara atau kasus, baik kasusperdata maupun pidana
2. Majority Opinion, adalah pendapat hakim yang disetujui
olehmayoritas dari para hakim pengadilan 3.
Dissenting Opinion, adalah pendapat berbeda dala suatu kasus tertentu. Manfaatnya adalah untuk merunut fakta hukum lex factum yang
keliru diterapkan dalam suatu putusan hakim, hal mana dipandang perlu untuk ditangguhkan sementara, diuji materil, atau dibatalkan,
sebelum putusan tersebut mempunyai hukum tetap inkraht van gewisjde
43
Adapun Menurut
Pontang Moerad dissenting opinion merupakan“pendapatputusan yang ditulis oleh seorang hakim atau lebih yang
tidak setuju dengan pendapat mayoritas majelis hakim, yang tidak setujudisagree dengan putusan yang diambil oleh mayoritas anggota
majelishakim”.
44
Di Indonesia, dissenting opinion pertama kali lahir tidak mempunyai landasan yuridis formal karena praktek hakim yang berkembang. Pertama kalinya
dissenting opinion ini memilik landasan yuridis di dalam Undang-Undang
42
H. F. Abraham Amos, Legal Opinion : Aktualisassi Teoritis Empirisme, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2007, hlm. 104.
43
Ibid, hlm. 55.
44
Pontang Moerad B.M., Pembentukan Hukum Melalui Putusan Pengadilan Dalam Perkara Pidana. P.T. Alumni: Bandung, 2005, hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
Kepailitan Nomor 4 Tahun 1998, dan sejak itu sudah banyak putusan pengadilan yang mulai memuat dissenting opinion.
3.Bentuk Putusan Hakim dalam Perkara Pidana
Putusan hakim atau yang biasa disebut juga dengan putusan pengadilan sangat diperlukan untuk menyelesaikan suatu perkara pidana. Putusan hakim ini
dimaksudkan untuk memberikan suatu kepastian hukum tentang statusnya dan untuk dapat mempersiapkan langkah hukum selanjutnya seperti menerima
putusan, melakukan upaya hukum banding, kasasi, grasi, dan sebagainya. Pengertian putusan hakim menurut Leden Marpaung, adalah hasil atau
kesimpulan dari sesuatu yang telah dipertimbangkan dan dinilai dengan semasak- masaknya yang dapat berbentuk tulisan maupun lisan.
45
Ditinjau dari segi praktik dan teoritik mengenai putusan hakim, Lilik Mulyadi menyatakan:
46
Pengertian putusan pengadilan menurut Pasal 1 butir 11 KUHAP adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka,yang dapat
berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang tersebut. Putusan juga
dapat diartikan sebagai hasil atau kesimpulan dari suatu yang telah dipertibangkan “Putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya dalam
persidangan perkara pidana yang terbuka untuk umum setelah melakukan proses dan prosedural hukum acara pidana pada umumnya berisikan amar
hukum yang dibuat dalam bentuk tertulis dengan tujuan untuk menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya”
45
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana; Normatif, Teoritis, Praktik, dan Permasalahannya. PT. Alumni: Bandung, 2007, hlm. 217.
46
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dan dinilai dengan matang yang dapat berbentuk tulisan ataupun lisan.
47
Secara teoritik, putusan bebas dalam sitem hukum Eropa Kontinental biasa disebut dengan Vrijspraak sedangkan dalam sistem hukum Anglo-Saxon putusan
bebas disebut juga dengan Acquital. Pada asasnya, putusan bebas ini biasanya dijatuhkan hakim dengan alasan terdakwa tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan Jaksa atau Penuntut Umum dalam surat dakwaan.
Bentuk putusan yang akan dijatuhkan pengadilan tergantung dari surat dakwaan dengan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan sidang
peradilan. Putusan yang dijatuhkan hakim dimaksudkan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara yang diajukan kepadanya, dengan terlebih dahulu
memeriksa perkaranya. Agar suatu putusan dapat dianggap sah dan berkekuatan hukum, sesuai
dengan Pasal 195 dan 200 KUHAP semua putusan harus diucapkan di sidang terbuka untuk umum dan setelah itu ditandatangai oleh majelis hakim dan
panitera. KUHAP menetapkan 3 bentuk putusan pengadilan dalam pasal 191 dan
pasal 193, yaitu sebagai berikut: 1. Putusan Bebas Vrijspraak
48
Dalam penjelasannya, Pasal 191 ayat 1 KUHAP menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan adalah karena menurut penilaian hakim yang didasarkan pada
47
Kejaksaan Agung, “Peristilahan Hukum Dalam Pratek”, Kejaksaan Agung: Jakarta, 1985, hlm. 221.
48
Lilik Mulyadi,Op.Cit, hlm. 217.
Universitas Sumatera Utara
alat bukti menurut ketentuan hukum acara pidana, perbuatan yang didawakannya tidak cukup terbukti.
Secara yuridis, Majelis Hakim dapat menjatuhkan putusan bebas setelah memeriksa pokok perkara dan bermusyawarah beranggapan bahwa:
49
a. Ketiadaan alat bukti seperti ditentukan asas minimum pembuktian
menurut undang-undang secara negatif negative wettelijke bewijs theorie sebagaimana dianut dalam KUHAP. Jadi, pada prinsipnya
Majelis Hakim pada persidangan tidak cukup membuktikan tentang kesalahan terdakwa serta hakim tidak yakin terhadap kesalahan
tersebut. b.
Majelis Hakim berpandangan terhadap asas minimum pembuktian yang ditetapkan oleh undang-undang telah terpenuhi, tetapi Majelis
Hakim tidak yakin akan kesalahan terdakwa. Pendapat lain, yaitu menurut Martiman Prodjohamidjojo, bahwa dakwaan
tidak terbukti berarti apa yang disyaratkan oleh Pasal 183 tidak terpenuhi, yaitu karena:
50
b. Meskipun terdapat dua alat bukti yang sah, tetapi hakim tidak mempunyai keyakinan atas kesalahan terdakwa, misalnya ada
keterangan dua saksi yang sah, tetapi hakim tidak yakin atas kesalahan a. Tiadanya sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, yang disebut
oleh Pasal 184 KUHAP, contohnya satu saksi tanpa diteguhkan dengan bukti lain.
49
Ibid, hlm. 218.
50
Martiman Prodjohamidjojo, Putusan Pengadilan, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1983, hlm. 77.
Universitas Sumatera Utara
terdakwa. c. Jika salah satu atau lebih unsur tidak terbukti
2. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Onslag van alle Rechtsvervloging Kemudian bentuk lain dari putusan adalah putusan lepas dari segala
tuntutan. Dasar hukum dari eksistensi putusan ini adalah Pasal 191 ayat 2 KUHAP yang berbunyi : “Jika pengadilan berpendapat bahwa pebuatan yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.” Dapat
kita simpulkan bahwa terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum apabila perbuatan yang didakwakan kepadanya memang terbukti secara sahdan
meyakinkan, namun perbuatan itu bukanlah merupakan suatu tindak pidana baik merupakan kejahatan ataupun suatu pelanggaran.
Putusan lepas dari segala tuntutan dapat dijatuhkan bila terdapat alasan penghapus pidana baik yang menyangkut perbuatannya sendiri alasan pembenar
maupun yang menyangkut diri pelaku pidana perbuatan itu alasan pemaaf, misalnya:
51
51
Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2006, hlm. 117-118.
a. Orang yang sakit jiwa, atau cacat jiwanya, diatur dalam Pasal 44 KUHP b. Keadaan memaksa overmacht, diatur dalam Pasal 48 KUHP
c. Membela diri noodweer, diatur dalam Pasal 49 KUHP d. Melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturaan Undang-Undang,
diatur dalam Pasal 50 KUHP
Universitas Sumatera Utara
e. Melakukan perintah yang diberikan oleh atasan yang sah, diatur dalam Pasal 51 KUHP
Menurut Soedarjo,
52
Wigjosoebroto mengklasifikasikan penelitian hukum sebagai berikut: hal-hal yang menjadi penghapus suatu tindak pidana
dalam pasal-pasal tersebut adalah hal yang bersifat umum, selain yang diatur dalam pasal tersebut ada diatur mengenai hal-hal yang menjadi penghapus pidana
yang bersifat khusus, misalnya Pasal 166 dan 310 ayat 3 KUHP. 3. Putusan Pemidanaan Veroordeling
Putusan pemidanaan disebut juga dengan Veroordeling yang diatur dalam Pasal 193 ayat 1 KUHAP yang menyatakan: “Jika pengadilan berpendapat
bahwa terdakwa melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana
F. Metode Penelitian