Illite UMUM KESIMPULAN DAN SARAN

31 OH 8 Al 4 Si 4 O 10 . 4H 2 O Gambar dari struktur kaolinite dapat dilihat dalam Gambar 2.9. Gambar 2.9 Struktur Kaolinite Das, 2008

b. Illite

Illite adalah mineral lempung yang pertama kali diidentifikasi di Illinois. Mineral illite bisa disebut pula dengan hidrat-mika karena illitemempunyai hubungan dengan mika biasa Bowles, 1984. Mineral illite memiliki rumus kimia sebagai berikut: OH 4 K y Si 8-y . Al y Al 4 . Mg 6 . Fe 4 . Fe 6 O 20 Dimana y adalah antara 1 dan 1,5. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal, tebal dan komposisi yang hampir sama dengan montmorillonite. Perbedaannya ada pada :  KaliumK berfungsi sebagai pengikat antar unit kristal sekaligus sebagai penyeimbang muatan.  Terdapat ± 20 pergantian silikon Si oleh aluminiumAl pada lempeng tetrahedral.  Struktur mineral illitetidak mengembang sebagaimana montmorillonite. Universitas Sumatera Utara 32 Pembentukan mineral lempung yang berbeda disebabkan oleh subtitusi kation-kation yang berbeda pada lembaran oktahedral. Bila sebuah anion dari lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation diisi oleh aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium disubstitusikan kedalam lembaran aluminium dan mengisi seluruh posisi kation, maka mineral tersebut disebut brucite. Struktur mineral illite dapat dilihat dalam Gambar 2.9 Gambar 2.10 Struktur Illite Das, 2008

c. Montmorillonite

Montmorillonite adalah nama yang diberikan pada mineral lempung yang ditemukan di Montmorillon, Perancis pada tahun 1847 yang memiliki rumus kimia OH 4 Si 8 Al 4 O 20 . nH 2 O Dimana: nH 2 O adalah banyaknya lembaran yang terabsorbsi air. Mineral montmorillonite juga disebut mineral dua banding satu 2:1 karena satuan susunan kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedral mengapit satu lempeng alumina oktahedral ditengahnya. Universitas Sumatera Utara 33 Struktur kisinya tersusun atas satu lempeng Al 2 O 3 diantara dua lempeng SiO 2 . Inilah yang menyebabkan montmorillonite dapat mengembang dan mengkerut menurut sumbu C dan mempunyai daya adsorbsi air dan kation lebih tinggi. Tebal satuan unit adalah 9,6 Å 0,96 μm, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11. Gaya Van Der Walls mengikat satuan unit sangat lemah diantara ujung-ujung atas dari lembaran silika, oleh karena itu lapisan air n.H 2 O dengan kation dapat dengan mudah menyusup dan memperlemah ikatan antar satuan susunan kristal. Sehingga menyebabkan antar lapisan terpisah. Ukuran unit massa montmorillonite sangat besar dan dapat menyerap air dengan sangat kuat sehingga mudah mengalami proses pengembangan.Gambar dari struktur Montmorillonitedapat dilihat di dalam Gambar 2.11. Gambar 2.11 Struktur Montmorillonite Das, 2008

2.2.1.1 Sifat-Sifat Tanah Lempung

Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung clay adalah sebagai berikut Hardiyatmo, 1992 : Universitas Sumatera Utara 34 a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 b. Permeabilitas rendah c. Kenaikan air kapiler tinggi d. Bersifat sangat kohesif e. Kadar kembang susut yang tinggi f. Proses konsolidasi lambat Mineral lempung memiliki karakteristik yang sama. Bowles 1984 menyatakan beberapa sifat umum mineral lempung antara lain : 1. Hidrasi Partikelmineralselalu mengalami hidrasi, hal ini dikarenakan lempung biasanyabermuatannegatif, yaitu partikel dikelilingi oleh lapisan-lapisan molekul airyangdisebut sebagai airterabsorbsi. Lapisan iniumumnyamemiliki tebalduamolekul. Oleh karenaitu disebutsebagailapisan difusigandaataulapisanganda. 2. Aktivitas Aktivitastanah lempung adalah perbandinganantaraIndeks PlastisitasIPdenganpersentase butiranlempung,dan dapat disederhanakandalampersamaan: � = �� ����� ������ ����ℎ ������� Dimana : persentase lempung diambil sebagai fraksi tanah yang 2 µm untuknilaiA Aktivitas, A 1,25 : Tanah digolongkanaktifdan bersifatekspansif Universitas Sumatera Utara 35 1,25A0,75 : Tanah digolongkannormal A0,75 : tanah digolongkantidakaktif. Nilai- nilaikhasdariaktivitasdapatdilihatpadaTabel 2.4. Tabel2.4 Aktivitas Tanah Lempung Minerologi Tanah Lempung Nilai Aktivitas Kaolinite 0,4–0,5 Illite 0,5–1,0 Montmorillonite 1,0–7,0 Sumber: Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah Mekanika Tanah, Bowles, 1994 3. . Flokulasi dan Disperse Mineral lempung hampir selalu menghasilkan larutan tanah – air yang bersifat alkalin Ph 7 sebagai akibat dari muatan negatif netto pada satuan mineral. Flokulasi larutan dapat dinetralisir dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam ion H + , sedangkan penambahan bahan-bahan alkali akan mempercepat flokulasi. Untuk menghindari flokulasi larutan air dapat ditambahkan zat asam. Lempung yang baru saja terflokulasi dapat dengan mudah didispersikan kembali ke dalam larutan dengan menggoncangnya, menandakan bahwa tarikan antar partikel jauh lebih kecil dari gaya goncangan. Apabila lempung tersebut telahdidiamkan beberapa waktu dispersi tidak dapat tercapai dengan mudah, yang menunjukkan adanya gejala tiksotropik, dimana kekuatan didapatkan dari lamanya waktu. Sebagai contoh, tiang pancang yang dipancang ke dalam lempung Universitas Sumatera Utara 36 lunak yang jenuh akan membentuk kembali struktur tanah di dalam suatu zona di sekitar tiang tersebut. Kapasitas beban awal biasanya sangat rendah, tetapi sesudah 30 hari atau lebih, beban desain akan dapat terbentuk akibat adanya adhesi antara lempung dan tiang R.F.Craig, Mekanika Tanah. 4. . PengaruhZat Cair Air berfungsi sebagai penentu plastisitas tanah lempung. Molekulair berperilakusepertibatang-batangkecilyang mempunyai muatan positifdisatusisidanmuatan negatif disisilainnya hal ini dikarenakan molekul air merupakan molekul dipolar. Sifat dipolarairterlihatpadaGambar2.12. Gambar 2.12 SifatDipolarMolekulAirDas,2008 Molekul bersifat dipolar, yang berarti memiliki muatan positif dan negatifpada ujung yang berlawanan, sehingga dapat tertarik oleh lempung secara elektrik dalam 3 kasus,hal ini disebut dengan hydrogen bonding, yaitu: 1. Tarikanantarpermukaannegatifdanpartikellempungdenganujungpositif dipolar. 2. Tarikanantarakation- kationdalamlapisangandadenganmuatannegatifdari ujung dipolar. Kation- kation ini tertarik oleh permukaan partikel lempung yangbermuatannegatif. Universitas Sumatera Utara 37 3. Andilatom-atom hidrogen dalammolekul air,yaituikatanhidrogen antara atomoksigendalammolekul-molekulair. Gambar 2.13 MolekulAirDipolarDalamLapisanGandaHardiyatmo,2002 Air yang tertarik secara elektrik, yang berada di sekitar partikel lempung, disebut air lapisan ganda double-layer water. Sifat plastis tanah lempung adalah akibat eksistensi dari air lapisan ganda. Ketebalan air lapisan ganda untuk kristal kaolinite dan montmorillonitediperlihatkan dalam Gambar 2.14. Gambar 2.14 Air partikel lempung a Kaolinite b Montmorillonite T.W. Lambe, 1960. Universitas Sumatera Utara 38 Air lapisan ganda pada bagian paling dalam, yang sangat kuat melekat pada partikel disebut air serapan adsorbed water. Pertalian hubungan mineral-mineral dengan air serapannya, memberikan bentuk dasar dari susunan tanahnya. Tiap- tiap partikel saling terikat satu sama lain, lewat lapisan air serapannya. Maka, adanya ion-ion yang berbeda, material organik, beda konsentrasi, dan lain-lainnya akan berpengaruh besar pada sifat tanahnya. Partikel lempung dapat tolak- menolak antara satu dengan yang lain secara elektrik, tapi prosesnya bergantung pada konsentrasi ion, jarak antara partikel, dan faktor-faktor lainnya. Secara sama, dapat juga terjadi hubungan tarik-menarik antara partikelnya akibat pengaruh ikatan hidrogen, gaya van der Waals, macam ikatan kimia dan organiknya. Gaya antara partikel berkurang dengan bertambahnya jarak dari permukaan mineral seperti terlihat pada Gambar 2.15. Bentuk kurva potensial sebenarnya akan tergantung pada valensi dan konsentrasi ion, larutan ion dan pada sifat dari gaya- gaya ikatannya. Ikatan antara partikel tanah yang disusun oleh mineral lempung akan sangat besar dipengaruhi oleh besarnya jaringan muatan negatif pada mineral, tipe, konsentrasi, dan distribusi kation-kation yang berfungsi untuk mengimbangkan muatannya. Schofield dan Samson 1954 dalam penyelidikan pada kaolinite, Olphen 1951 dalam penyelidikan pada montmorillonite, menemukan bahwa jumlah dan distribusi muatan residu jaringan mineral, bergantung pada pH airnya. Dalam lingkungan dengan pH yang rendah, ujung partikel kaolinite dapat menjadi bermuatan positif dan selanjutnya dapat menghasilkan gaya tarik ujung ke permukaan antara partikel yang berdekatan. Gaya tarik ini menimbulkan sifat kohesifnya. Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 2.15 Hubungan Potensial Elektrostatis, Kimia, Dan Sebagainya, Dengan Jarak Permukaan Lempung

2.2.2 Semen

Semen cement adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapurgamping sebagai bahan utama dan lempungtanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubukbulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapurgamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida CaO, sedangkan lempungtanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida SiO 2 , Alumunium Oksida Al 2 O 3 , Besi Oksida Fe 2 O 3 dan Magnesium Oksida MgO. Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips gypsum dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi Universitas Sumatera Utara 40 dikemas dalam kantongzak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.

2.2.2.1 Jenis-Jenis Semen

Umumnya jenis semen yang dikenal saat ini antara lain sebagai berikut : 1. Semen Portland Portland Cement Semen Portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan jalan menghaluskan terak yang mengandung senyawa-senyawa kalsium silikat dan biasanya juga mengandung satu atau lebih senyawa-senyawa kalsium sulfat yang ditambahkan pada pengggilingan akhir. Tipe-tipe semen Portland ada lima, diantaranya : a. Tipe I Ordinary Portland Cement Semen Portland tipe ini digunakan untuk segala macam konstruksi apabila tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya tahan terhadap sulfat, panas hidrasi dan sebagainya. Semen ini mengandung 5 MgO dan 2,5-3 SO 3 . b. Tipe II Moderate Heat Portland Cement Semen Portland tipe ini digunakan untuk bahan konstruksi yang memerlukan sifat khusus tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang. Biasanya digunakan untuk daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai. Semen ini mengandung 20 SiO 2 , 6 Al 2 O 3 , 6 Fe 2 O 3 , 6MgO , dan 8 C 3 A. c. Tipe III High Early Strength Portland Cement Semen ini merupakan semen yang digunakan biasanya dalam keadaan- keadaan darurat dan musim dingin. Digunakan juga pada pembuatan beton tekan. Semen ini memiliki kadungan C 3 S yang lebih tinggi dibandingkan Semen Portland tipe I dan II sehingga proses pengerasan terjadi lebih cepat dan cepat Universitas Sumatera Utara 41 mengeluarkan kalor. Semen ini tersusun dari 3,5-45 Al 2 O 3 , 6 Fe 2 O 3 , 35 C 3 S, 6 MgO, 40 C 2 S dan 15 C 3 A. d. Tipe IV Low Heat Portland Cement Semen tipe ini digunakan pada bangunan dengan tingkat panas hiderasi yang rendah misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal. Baik sekali untuk mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini memiliki kandungan C 3 S dan C 3 A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas lebih rendah. Semen ini tersusun dari 6,5 MgO, 2,3 SO 3 , dan 7 C 3 A. e. Tipe V Super Sulphated Cement Semen yang sangat tahan terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat pengeboran lepas pantai, pelabuhan dan terowongan. Komposisi komponen utamanya adalah slag tanur tinggi dan kandungan aluminanya yang tinggi. Semen ini tersusun dari 5 terak Portland Cement, 6 MgO, 2,3 SO 2 dan 5 C 3 A. PersyaratankomposisikimiasemenPortlandmenurutASTMDesignationC150- 92, seperti terlihat padaTabel. 2.5. Table 2.5 Persyaratan Standart Komposisi Kimia Semen Portland Sumber: ASTM Standard On Stabilization With Admixture, 1992 Universitas Sumatera Utara 42 2. Semen Putih Portland cement yang memiliki warna keabu-abuan. Warna ini disebabkan oleh kandungan oksida silika pada Portland Cement tersebut. Jika kandungan oksida silika tersebut dikurangi 0,4 maka warna semen Portland berubah menjadi warna putih. 3. Semen Masonry Semen Masonry dibuat dengan menggiling campuran terak semen Portland dengan batu kapur, batu pasir atau slag dengan perbandingan 1:1 . 4. Semen Sumur Minyak Oil Well Cement Semen ini digunakan pada temperatur dan tekanan tinggi, sering dijumpai pada penggunaan pengeboran minyak atau digunakan untuk pengeboran air tanah artesis. Semen ini merupakan semen Portland yang dicampur dengan retarder untuk memperlambat pengerasan semen seperti lignin, asam borat, casein dan gula. 5. Semen Alami Natural Cement Semen ini dihasilkan dari kerang batu kapur yang mengandung tanah liat seperti komposisi semen di alam. Material ini dibakar sampai suhu pelelehannya hingga menghasilkan terak. Kemudian terak tersebut digiling menjadi semen halus. Dalam pemakaiannya dicampur dengan semen Portland. 6. Semen Alumina Tinggi High Alumina Cement Semen yang memiliki kandungan alumina tinggi, dimana perbandingan antara kapur dan alumina adalah sama. Semen ini dibuat dengan mencampur kapur, silika dan oksida silika yang dibakar hingga meleleh dan kemudian Universitas Sumatera Utara 43 hasilnya didinginkan lalu digiling hingga halus. Ciri dari semen ini memiliki ketahanan terhadap air yang mengandung sulfat dan air laut cukup tinggi. 7. Semen Pozzolona Semen ini mengandung senyawa silika dan alumina dimana bahan pozzolona sendiri tidak memiliki sifat seperti semen, akan tetapi bentuk halusnya dan dengan adanya air, senyawa-senyawa tersebut membentuk kalsium aluminat hidrat yang bersifat hidraulis. 8. Semen Trass Semen yang dihasilkan dengan menggiling campuran antara 60 - 80 trass atau tanah yang berasal dari debu gunung berapi yang serupa dengan pozzolona dengan menambah CaSO 4 . 9. Semen Slag Slag Cement Semen slag ini dikenal 2 macam tipe, yaitu : • Eisen Portland Cement Semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran 60 terak Portland dan 40 butir-butir slag tanur tinggi. • High Often Cement Semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran yang mengandung 15 - 19 terak Portland Cement dan 41 - 85 butir-butir slag dengan penambahan CaSO 4 .

2.2.3 Limbah Karbit CCR

Limbah kapur karbit calsium carbide residuCCR adalah bahan sisa dari industri pengolahan gas asitilena acetylene.Kalsium karbida atau karbit adalah Universitas Sumatera Utara 44 sebuah senyawa kimia dengan rumus kimiaCaC 2 . Senyawa murninya tidak berwarna, tapi kalsium karbida yang biasanya digunakan warnanya adalah abu- abu atau coklat dengan kandungan CaC 2 hanya sekitar 80-85 sisanya adalah CaO, Ca 3 P 2 , CaS, Ca 3 N 2 , SiC, etc.. Penggunaan utamanya dalam industri adalah untuk pembuatan asetilena dan kalsium sianamida. Karbit digunakan dalam proses las karbit dan juga dapat mempercepat pematangan buah. Limbah karbit diperoleh dari industri bengkel las karbit di Jl. Sei Serayu, Kecamatan Medan Baru, Sumatera Utara. Limbah karbit mengandung sekitar 60 unsur kalsium. Komposisi kimia limbah karbit antara lain yaitu 1,48 SiO 2 , 59,98 CaO, 0,09 Fe 2 O 3 , 9,07 Al 2 O 3 , 0,67 MgO dan 28,71 unsur lain Benny Santoso, Indriyo Harsoyo dalam Novita, 2010. Hasil pengujian analisis kimia pada Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA USU terhadap limbah karbit yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Hasil Pengujian Analisis Kimia Limbah Karbit No Parameter Hasil Satuan Metode 1 Silika Oksida SiO 2 3,8169 Gravimetri 2 Besi Oksida Fe 2 O 3 0,0007 Spektrofotometri 3 Aluminium OksidaAl 2 O 3 3,1151 Gravimetri 4 Kalsium Oksida CaO 0,0093 Titrimetri Sumber: Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA USU, 2015 Universitas Sumatera Utara 45

2.3 STABILITAS TANAH

Bila benda yang diuji merupakan tanah lempung yang memiliki kuat dukung tanah yang rendah dan kadar air yang tinggi, sehingga tidak dimungkinkannya suatu struktur berada diatas tanah lempung, maka tanah harus distabilisasi. Bowles 1984 mengemukakan bahwa ketika tanah di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan atau pun memiliki indeks konsistensi yang tidak stabil, permeabilitas yang cukup tinggi, atau memiliki sifat-sifat lain yang tidak diinginkan yang membuatnya tidak sesuai untuk digunakan di dalam suatu proyek konstruksi, maka tanah tersebut perlu dilakukan usaha stabilisasi tanah. Stabilisasi dapat dikelompokkan berdasarkan empat jenis klasifikasi utama, yaitu : 1. Fisiomekanikal, contohnya dengan melakukan pemadatan. 2. Granulometrik, contohnya dengan pencampuran tanah berkualitas buruk dan tanah dengan kualitas yang lebih baik. 3. Fisiokimia, contohnya pencampuran tanah dengan semen, kapur, atau aspal. 4. Elektrokimia, contohnya dengan menggunakan bahan kimia sebagai zat additive. Beberapa tindakan yang dilakukan untuk menstabilisasikan tanah adalah sebagai berikut : 1. Menambah bahan yang menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi atau fisis pada tanah. Universitas Sumatera Utara 46 2. Mengganti tanah yang buruk 3. Meningkatkan kerapatan tanah. 4. Menurunkan muka air tanah. 5. Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi dan kekuatan geser yang timbul. Proses stabilisasi ada 3 tiga yaitu:mekanis,fisis dan kimiawi ataupenambahan campuranadmixture, seperti caradenganmenggunakan lapisan tambahpada tanah misalnyageogrid atau geotekstil,melakukanpemadatandan pemampatan dilapangansertadapatjugadenganmelakukanmemompaanairtanahsehingga airtanah mengalamipenurunan. Stabilisatoryang sering digunakan yakni semen, kapur,abusekam padi,abucangkang sawit,abuampastebu,flyash,bitumendan bahan- bahan lainnya. Salah satu cara menstabilisasikan tanah lempung adalah dengan pencampuran bahan adiktif dengan persentase tertentu sehingga menghasilkan kuat dukung tanah maksimum. Tujuan pencampuran bahan adiktif secara umum adalah sebagai berikut : 1. Mengurangi permeabilitas. 2. Menaikkan kekuatan gesernya. 3. Stabilitas volume. 4. Mengurangi deformability.

2.3.1 Stabilisasi Tanah dengan Semen

Semen merupakan bahan stabilisasi yang baik karena kemampuan Universitas Sumatera Utara 47 mengeras dan mengikat partikel sangat bermanfaat bagi usaha mendapatkan suatu masa tanah yang kokoh dan tahan terhadap deformasi. Campuran tanah- semen akan mengakibatkan kenaikan kekuatan dengan periode waktu kekuatan perawatan yang relatif singkat sehingga untuk melanjutkan konstruksi tidak harus menunggu lama. Semen tidak hanya mengisi pori-pori tanah, tetapi juga menempel pada bidang-bidang kontak antara butir-butir tanah dan berfungsi sebagai bahan pengikat yang kuat Kezdi, 1979. Tipe semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tipe I dengan unsur pembentuknya : C 3 S=50, C 2 S=25 , C 3 A=12 , C 4 AF=8, CSH 2 = 5 Pretty Prescilia Takaendengan, Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi, 2013.

2.3.2 Stabilisasi Tanah dengan Limbah Karbit

Limbah pembakaran karbit dimanfaatkan untuk stabilisasi tanah dengan tujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah asli. Stabilisasi tanah dengan limbah karbit dilakukan dengan cara mencampurkan tanah yang telah dihancurkan dengan limbah karbit dan air yang kemudian dipadatkan sehingga menghasilkan suatu material yang baru. Proses stabilisasi tanah dengan limbah karbit hampir sama dengan proses stabilisasi tanah dengan kapur. Hanya saja kandungan kimiawi di antara kedua bahan stabilisasi ini berbeda. Butiran lempung dalam kandungan yang berbentuk halus dan bermuatan negatif. Ion positif seperti ion hidrogen H + , ion sodium Na + , dan ion kalium K + , serta air yang berpolarisasi, semuanya melekat pada permukaan butiran lempung. Jika unsur kimia seperti Fe 2 O 3 , CaO dan MgO ditambahkan pada tanah Universitas Sumatera Utara 48 dengan kondisi seperti di atas, maka pertukaran ion segera terjadi, dan ion yang berasal dari larutan Fe 2 O 3 , CaO dan MgO diserap oleh permukaan butiran lempung. Jadi, permukaan butiran lempung tadi kehilangan kekuatan tolaknya repulsion force, dan terjadilah kohesi pada butiran itu sehingga berakibat kekuatan konsistensi tanah tersebut akan bertambah. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Tanah merupakan tempat berdirinya suatu struktur atau konstruksi, baik itu konstruksi bangunan maupun konstruksi jalan yang sering menimbulkan masalah bila memiliki sifat-sifat yang buruk seperti plastisitas yang tinggi, kekuatan geser yang rendah dan potensi kembang susut yang besar. Karena besarnya pengaruh tanah terhadap perencanaan suatu konstruksi maka tanah menjadi komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan konstruksi. Tanah lempung merupakan salah satu jenis tanah yang sering dilakukan proses stabilisasi. Hal ini disebabkan tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang, namun ketika kadar air tinggi, tanah lempung akan bersifat lengket kohesif dan sangat lunak., sehingga menyebabkan perubahan volume yang besar karena pengaruh air dan menyebabkan tanah mengembang dan menyusut dalam jangka waktu yang relatif cepat. Sifat inilah yang menjadi alasan perlunya dilakukan proses stabilisasi agar sifat tersebut diperbaiki sehingga dapat meningkatkan daya dukung tanah tersebut. Umumnya sebagian besar wilayahIndonesia terdiri oleh tanah lempung dengan pengembangan yang cukup besarplastisitas tinggi. Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah tertentu agar memenuhi syarat teknis tertentu Hardiyatmo, 2010. Universitas Sumatera Utara 2 Proses stabilisasi tanah ada 3 cara yaitu : 1. Mekanis Stabilisasi mekanis dilakukan dengan cara pemadatan yang dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis peralatan mekanis seperti : mesin gilas roller, benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis, tekstur,pembekuan, pemanasan dan sebagainya. 2. Fisis Stabilisasi secara fisis dilakukan melalui perbaikan gradasi tanah dengan menambah butiran tanah pada fraksi tertentu yang dianggap kurang, guna mencapai gradasi yang rapat. 3. Kimiawi Modification by Admixture Stabilisasi secara kimiawi dilakukan dengan cara menambahkan bahan kimia tertentu sehingga terjadi reaksi kimia. Bahan kimia tersebut dapat berupa Portland cement PC, kapur, gypsum, abu terbang fly ash, semen aspal, sodium dan kalsium klorida, ataupun limbah pabrik kertas dan bahan- bahan limbah lainnya yang memungkinkan untuk digunakan seperti abu sekam padi, abu ampas tebu, abu cangkang sawit dan lain-lain Bowles, 1991. Universitas Sumatera Utara 3

1.2 LATAR BELAKANG