Pencegahan Avulsi Kerangka Teori Kerangka Konsep

Berikut adalah kelompok kondisi ligamen periodontal yang perlu diperhatikan sebelum memulai perawatan: 21,37 1. Jaringan ligamen periodontal masih sehat gigi avulsi yang telah segera dilakukan replantasi atau berlangsung saat kejadian avulsi. 2. Jaringan ligamen periodontal masih sehat namun perlu dipertimbangkan. Gigi avulsi telah disimpan pada media penyimpanan contoh pada vestibulum rongga mulut, HBSS, larutan salin, susu, atau saliva, serta total waktu gigi avulsi yang berada diluar soket alveolar selama kurang dari 60 menit. 3. Jaringan ligamen periodontal tidak layak untuk dilakukan replantasi, dimana total waktu gigi avulsi berada diluar soket alveolar selama lebih dari 60 menit. Sebaiknya gigi yang avulsi diinstruksikan segera dibersihkandicuci dengan air yang mengalir tanpa disikat, dan dikembalikan pada soketnya seperti semula dan segera ke dokter gigi. Jika tidak memungkinkan gigi dicuci dengan air yang mengalir dan diletakkan pada vestibulum penderita karena gigi dapat terendam di dalam saliva dan pada temperatur tubuh. Prognosis optimal gigi gigi avulsi selama 30 menit. Fiksasisplinting perlu dilakukan jika gigi telah dikembalikan pada soketnya sedangkan perawatan endodontik ditunda untuk tahap berikutnya. 27,28

2.8 Pencegahan Avulsi

Pencegahan avulsi dapat dilakukan dengan cara edukasi kepada orangtua dan pengasuh merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan dokter gigi dalam mencegah terjadinya trauma gigi pada anak. Tindakan preventif yang dapat dilakukan pada trauma gigi anak, yaitu 11,39 : a. Pemakaian mouth guards. Studi telah menunjukkan bahwa mouth guards merupakan tindakan preventif primer dalam mencegah terjadinya injuri dento- alveolar. b. Penggunaan helm. Injuri oral dan maksilofasial sering terjadi pada kecelakaan bersepeda pada anak usia dibawah 15 tahun. Tetapi, helmet yang saat ini tersedia tidak memberikan perlindungan pada bagian bawah wajah termasuk injuri dental. Pemakaian helmet harus dikombinasikan dengan mouth guards yang akan memberikan perlindungan terhadap injuri dental dan injuri kepala. 25,40 c. Penggunaan safety belt. Berdasarkan studi di Amerika Serikat, penggunaan safety belt dapat mengurangi terjadinya injuri fasial sekitar 8-25. 23

2.9 Kerangka Teori

Trauma Gigi Pencegahan Klasifikasi Avulsi Etiologi Prevalensi Predisposisi Pengetahuan dan sikap orang terdekat Penanganan darurat terjadi avulsi Waktu Media Tempat Guru Orang tua penjaga anak Perawatan lanjutan Dokter gigi Medis Prognosis

2.10 Kerangka Konsep

Orangtua : - Pendidikan - Sosioekonomi Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi Orangtua : - Pendidikan - Sosioekonomi Sikap tentang penanganan darurat trauma avulsi Pengetahuan Sikap

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma gigi adalah kejadian yang umumnya terjadi dan perawatannya dikategorikan sebagai tindakan darurat dalam praktik dokter gigi. 1 Trauma gigi dapat menyebabkan gangguan secara estetis, fungsi, dan psikososial bagi anak maupun orangtua. 2 Beberapa studi melaporkan bahwa rerata prevalensi trauma gigi adalah 4,9-37 dari berbagai populasi yang berbeda. 3,4 Jenis trauma gigi menurut klasifikasi WHO yang diadopsi dari klasifikasi Andreasen meliputi kerusakan pada jaringan keras dan pulpa gigi, kerusakan pada jaringan periodontal, kerusakan pada jaringan tulang pendukung, dan kerusakan pada gingival dan jaringan lunak rongga mulut. Salah satu jenis trauma gigi yang serius dibahas yaitu trauma avulsi. 5 Avulsi gigi termasuk didalam klasifikasi Andreasen yang didefinisikan sebagai terlepasnya seluruh gigi secara utuh dari soket alveolar yang diakibatkan oleh trauma gigi. 6,7 . Avulsi merupakan trauma gigi yang paling merusak disebabkan oleh berbagai etiologi. Pada usia 7-9 tahun merupakan kondisi yang paling rentan untuk terjadi avulsi, dihubungkan dengan struktur jaringan periodontal dan tulang alveolar belum terbentuk sempurna sehingga gaya ekstrusi yang timbul hanya ditahan secara minimal. 8,9 Prevalensi avulsi yaitu 0,5-16 dari seluruh kasus trauma gigi permanen yang ada dan umumnya terjadi pada gigi insisivus sentralis maksila. 10,11 Davis dan Knott cited in Baston E B et.al menunjukkan prevalensi avulsi 5,2 dari seluruh kasus trauma gigi permanen. 12 Kerjasama yang baik antara dokter gigi dan orangtua anak sangat diharapkan dalam penanganan darurat gigi yang lepas saat terjadi avulsi. Apabila penanganan darurat telah minimal dilakukan maka prognosis perawatan gigi avulsi dapat lebih baik. Kerjasama dan pengetahuan orangtua terhadap avulsi dianggap penting 1

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 41 104

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru

4 44 69

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

3 30 113

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

1 33 117

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 13

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 0 13

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 0 5

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

1 1 17

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 1 4

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 0 24