Efektifitas pembelajaran membaca al-qur'an dengan menggunakan metode iqra (studi kasus di SMK Triguna Utama Ciputat)

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

OLEH

LAILATUL BAROAH

NIM : 106011000112

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

(3)

(4)

Nama : Lailatul Baroah Tempat / Tgl Lahir : Jakarta, 8 Juni 1987

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan Metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat

Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Salman Harun

2. H. Abdul Ghofur, MA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 20 April 2011

LAILATUL BAROAH NIM. 106011000112


(5)

i

dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Al-Qur’an merupakan pedoman bagi umat Islam. Namun bagaimana seorang

umat bisa mengamalkan ajaran yang ada di dalam Al-Qur’an jika tidak bisa membacanya. Oleh karena itu, kemampuan membaca Al-Qur’an sangat urgen dan harus dimiliki oleh setiap umat Islam. Dalam hal ini sekolah mengambil peranannya yaitu dengan mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada para siswa. Untuk memudahkan proses belajar mengajar membaca Al-Qur’an dibutuhkan sebuah metode, gunanya yaitu agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat efektif sehingga tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran dapat tercapai. Dalam hal ini metode Iqra’lah yang digunakan dalam praktek membaca Al-Qur’an. Metode

Iqra’ dianggap mudah dan tepat untuk digunakan dalam pembelajaran karena

dalam metode ini terdapat beberapa prinsip yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran Al-Qur’an yang memudahkan para siswa untuk mampu membaca

Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ pada siswa kelas X di SMK Triguna Utama Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Triguna Utama Ciputat pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Teknik yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah teknik angket, observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terdiri dari siswa kelas X. Data penelitian efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ diperoleh dengan menggunakan alat ukur berupa angket yang terdiri dari 43 item pertanyaan. Setelah diperoleh hasil angket

tentang efektifitas pembelajaran membaca Alqur’an dengan menggunakan metode

Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat, lalu penulis menghitung kedua variabel

tersebut dengan menggunakan rumus product moment. Hal ini untuk mengetahui tingkat korelasi kedua variabel tersebut. Setelah penelitian dilakukan maka penulis memperoleh hasil penelitian dengan angka 0,519 yang berarti terdapat korelasi positi antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat, yang mana korelasi tersebut tergolong sedang atau cukup karena korelasinya berada antara 0,40-0,70.


(6)

ii

telah mencurahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Teriring pula shalawat serta salam kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sadari, bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini sudah tentu penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini karena keterbatasan dan kemampuan yang belum sempurna. Namun, berkat adanya bantuan, motivasi, bimbingan, dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga terselesainya skripsi ini. Maka dengan ketulusan hati yang paling dalam penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Bapak Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas waktu luang yang telah diberikan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa.

3. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun dan Bapak H. Abdul Ghofur, MA selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih tidak terkira untuk kesediaannya berbagi ilmu, dan telah meluangkan waktunya kepada


(7)

iii

Terima kasih tidak terkira atas kesediannya memberikan saran dan nasehatnya kepada penulis.

5. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberikan fasilitas dan kenyamanan kepada penulis dalam mencari sumber-sumber yang dibutuhkan.

7. Kepala sekolah, guru dan semua staf di SMK Triguna Utama Ciputat yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian khususnya Bapak Drs. Robbani, AR selaku guru Alqur‘an yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam melakukan penelitian. 8. KH. Mahfudz Asirun selaku pimpinan pondok pesantren Al-Itqon dan

Ustj. Hj. Masyrifah selaku pimpinan asrama santri putri pondok pesantren Al-Itqon dan para guru-guru. Terima kasih atas limpahan kasih sayang dan ilmu yang sudah diberikan kepada penulis selama 6 tahun, semoga menjadi manfaat dunia dan akhirat.

9. Bapak tercinta Amin dan Umi tersayang Holilah yang tulus ikhlas mengorbankan dan mencurahkan perhatiannya untuk mendidik, mengasuh serta memberikan motivasi yang tinggi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kakak tercinta Nurmayanti, S.Pd serta suami Jamalulail, S.HI dan adik-adikku tersayang Raihanul Jannah, Maulana Yusuf, Aida Handayani, dan Lukman Nul Hakim. Terima kasih atas do’a, semangat dan motivasi yang selalu kalian berikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(8)

iv

12.Muhammad Amin beserta keluarga, Siti Marqiyah, S.Pd.I, Ahmad Ridwan Fauzi beserta istrinya dan Aisyah, S.Pd.I yang selalu membantu dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

13.Siti Zubaedah, S.Ag beserta keluarga, bunda Joice dan bunda Dewi. Terima kasih atas pengajaran pemahaman tarjamah Al-Qur’annya. Semoga menjadi manfaat bagi penulis.

14.Kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam skripsi ini yang tidak penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jika ada yang benar dalam penulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah apabila di dalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu dari kekhilafan diri penulis sebagai hamba Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan penulis dapat tercapai sesuai dengan apa ya ng penulis harapkan dan cita-citakan. Amin.

Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang berguna

bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”.

Jakarta, 20 April 2011


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A..Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ... 9

1. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ... 9

2. Guru Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an . 13 3. Anak Didik Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ... 17

4. Lingkungan Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ... 19

5. Strategi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ... 21

6. Evaluasi Pembelajaran Al-Qur’an dengan Menggunakan Metode Iqra’... 23

B. Macam-Macam Metode Membaca Al-Qur’an ... 24

1. Metode Qaidah Baghdadiyah... 26

2. Metode Qira’ati ... 28

3. Metode Iqra’... 30

C. Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ... 36


(10)

vi

E. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Variabel Penelitian ... 43

C. Metode Penelitian ... 44

D. Populasi dan Sampel ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Pengolahan Data ... 47

G. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK Triguna Utama ... 50

B. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Alqur’an di SMK Triguna Utama Ciputat ... 53

C. Deskripsi Data ... 55

D. Analisis Data ...83

E. Interpretasi Data ...87

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 88

B. Saran... 89

DAFTAR PUSTAKA... 90


(11)

vii

DAFTAR TABEL

1. .. Kisi-Kisi Kuesioner ... 44

2. .. Kriteria Penilaian Angket ... 45

3. .. Indeks Korelasi... 47

4. .. Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama... 49

5. .. Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010 ... 50

6. .. Data Siswa SMK Triguna Utama Tahun Ajaran 2009/2011 ... 51

7. .. Dalam membaca siswa tidak mengeja bacaan ... 54

8. .. Guru tidak banyak menuntun, namun sesekali hanya memberi contoh ... 55

9. .. Apabila ada bacaan yang tidak jelas, guru langsung memberi penjelasan ... 56

10.Guru menyimak bacaan siswa satu persatu ... 56

11. Buku/modul Iqra’ digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an ... 57

12.Ketika membaca siswa tidak langsung berhadapan dengan guru ... 58

13.Siswa tidak membaca satu halaman jika bacaannya sudah fasih dan lancar .. 58

14.Guru memberikan reward pada siswa yang bagus bacaannya untuk menyimak bacaan siswa yang lain ... 59

15.Ketika mengajar guru mempraktekkan bacaan pada siswa dan tidak memberi banyak penjelasan secara teori ... 60

16.Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk menyimak bacaan siswa yang lain ... 61

17.Karena simpelnya bentuk modul Iqra’, sehingga memudahkan siswa untuk membawanya dan membacanya dimanapun siswa inginkan ... 61

18. Alasan modul Iqra’ digunakan karena materinya diawali dengan yang mudah dan gampang ... 62

19.Agar cepat naik pada jilid yang lebih tinggi siswa menjadi rajin mengikuti pelajaran ... 63

20.Guru menyemangati siswa dengan memberikan modul Iqra’ yang beragam warnanya sehingga membuat siswa tertarik untuk membacanya ... 63


(12)

viii

22.Guru selalu menganjurkan siswa untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal permulaan belajar Al-Qur’an ... 65 23.Guru tidak menegur siswa ketika bacaannya salah dan keliru ... 65 24.Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa, maka guru mengacak bacaan yang sama dengan pokok bacaan siswa misalnya siswa baca A dan Bam aka guru menunjuki huru-huruf itu untuksiswa baca ... 66 25.Guru menugaskan siswa agar menulis setiap selesai membaca ... 66 26.Tulisan huruf Al-Qur’an (Arab) siswa menjadi bagus karena sering menulis

huruf Al-Qur’an ... 67 27.Guru selalu mengajak para siswa untuk membaca shalawat setiap selesai

pembelajaran membaca Al-Qur’an ... 68 28.Karena guru sering menyampaikan cerita-cerita Islami, siswa jadi memiliki

pengetahuan tentang sejarah Islam... 68 29.Ketika siswa membaca, guru sering mengajak barmain tebak huru hijaiyah . 69 30.Guru Al-Qur’an tidak pernah mengadakan kuis interaktif masalah tajwid

dengan siswa dalam setiap pembelajaran Al-Qur’an di kelas ... 69 31.Guru menegur siswa yang membuat gaduh di kelas dan memberikan hukuman

bagi yang melanggar ... 70 32.Guru menganjurkan siswa untuk rajin membaca Al-Qur’an agar bacaan siswa

menjadi lancar dan bagus ... 71 33.Guru tidak memberikan penjelasan secara praktis pada siswa yang memiliki

kesulitan membaca Al-Qur’an ... 72 34.Guru Al-Qur’an tidak memberikan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran ... 73 35.Guru memulai pembelajaran dengan hal-hal yang mudah difahami,

disesuaikan dengan kemampuan siswa ... 73 36.Guru menyiapkan alat-alat mengajar yang disesuaikan dengan materi yang

akan diajarkan ... 74 37.Guru tidak menggunakan metode Iqra’ dalam pelaksanaan pembelajaran Al

-Qur’an ... 74 38.Guru tidak mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran ... 75


(13)

ix

39.Saya memiliki semangat yang besar untuk mengikuti pembelajaran Al-Qur’an ... 76 40.Siswa membawa alat-alat ketika belajar Al-Qur’an misalnya mushaf Al-Qur’an, modul Iqra’ dan buku panduan ... 76 41.Sebelum masuk kelas siswa melancarkan bacaan Al-Qur’an ... 77 42.Siswa selalu melanggar aturan yang dibuat oleh sekolah dan guru, misalnya

sering dating terlambat, membuat gaduh di kelas, tidak mengulang-ulangi bacaan dan sebagainya ... 78 43.Siswa mengetahui bentuk tanda baca seperti syakal (harakat) dan syiddah ... 78 44.Siswa berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid ... 79 45.Siswa tidak mengetahui huruf hijaiyah dimulai dari hamzah (أ) sampai iya (ي)

sehingga guru harus menjelaskan dari awal ... 80 46.Dengan adanya buku /modul Iqra’ dari jilis 1 sampai 6, siswa jadi semangat

belajar Al-Qur’an ... 80 47.Dengan kelas yang sejuk dan nyaman, siswa tetap malas mengikuti pelajaran

Al-Qur’an ... 81 48.Siswa belajar Al-Qur’an hanya di sekolah saja, tidak belajar di tempat lain .. 82 49.Siswa malas membaca Al-Qur’an walaupun mereka melihat orang tua sering

membaca Al-Qur’an ... 83 50.Analisis korelasi variabel metode Iqra’ dan variabel efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an ... 84


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Setiap muslim menyadari bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan pedoman hidup dan dasar setiap langkah. Dalam surat Al-Isra ayat 9 Allah SWT berfirman:

















































“Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu‟min yang mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. Al-Isra: 9)1

Bagi umat Islam, Al-Qur’an mengatur hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Al-Qur’an mengatur dan memimpin semua segi kehidupan manusia untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia.

1

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 425-426


(15)

Al-Qur’an dianjurkan untuk dibaca, dipelajari, difahami, diamalkan, disyiarkan dan dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap sikap, tindakan, ucapan, dan perbuatan seorang muslim harus sesuai dengan ajaran

Al-Qur’an. Mengamalkan ajaran Al-Qur’an adalah suatu kewajiban bagi umat

Islam. Untuk bisa mengamalkan Al-Qur’an dengan baik, paling tidak harus melalui beberapa tahapan dintaranya yaitu membacanya dengan baik dan benar,menghafal, mengerti makna ayat-ayatnya dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5:

































































“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan

kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al

-„Alaq: 1-5)2

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa Allah SWT mengajar manusia dengan perantara membaca. Setiap muslim harus bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sebagaimana dalam surat Al-‘Alaq ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Iqra‟ yang artinya bacalah. Ayat tersebut menunjukkan bahwa membaca sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Dengan membaca manusia terbebas dari buta huruf dan kebodohan yang memang tidak pantas dimiliki oleh semua orang khususnya seorang muslim.

Dalam konteks Indonesia, pemerintah memberikan perhatiannya terutama dalam kemampuan membaca Al-Qur’an dikalangan umat Islam dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI no.128/44 Tahun 1982 tentang peningkatan membaca Al-Qur’an

2


(16)

serta instruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 3 Tahun 1991 Tentang Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dikalangan umat Islam.3

Sejalan dengan hal tersebut sesuai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menengah, pemerintah menyebutkan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah harus menempatkan kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik karena salah satu manfaat dari membaca Al-Qur’an ialah akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat. Sebagaimana hadits rasulullah SAW:

لاق ْع هأ يضر ةمامأ ْيبأ ْ ع

:

مَّسو ْيّع ها ىَّص ها لْوسر تْع ًس

لْوقي

:

ب احْص ل اًعْيفش ةمايقلْا مْوي ْيتْي َاف أْرقْلا او رْقا

(

مّسم اور

)

“Dari Abu Umamah ra, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW

bersabda: “Bacalah Al-Qur‟an karena sesungguhnya Al-Qur‟an itu nanti

pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafa‟aat kepada orang yang membacanya.”(HR. Muslim)4

Pemerintah juga memberikan peluang kepada sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, managerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas dan profesionalisme yang dimiliki.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.5

3

Syamsul Bahri, Cepat Pintar Membaca Menulis Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 23

4Abdul Baaqi’,

Shahih Muslim, Juz I, (Beirut: Dar al-fikr, 1995), Ma‟rifai Al-rak‟ataini

Allataini Kana, no. 54, h. 553

5


(17)

Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kemampuan hasil belajar

Al-Qur’an yang diperoleh siswa dengan diperlihatkannya setelah mereka

menempuh pembelajaran. Kemampuan membaca Al-Qur’an dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah metode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Guru harus mampu memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam setiap pertemuan guru dapat menggunakan beberapa macam metode. Keserasian penggunaan metode itu sangat bergantung pada pengetahuan guru tentang metode yang di uji oleh pengalaman guru itu sendiri. Dalam pelaksanaanya kadangkala metode yang digunakan tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan. Bila kenyataan seperti ini dialami oleh guru, maka guru harus sabar dan berusaha memecahkan kesulitannya yakni dengan berusaha memperkaya dirinya dengan pengetahuan metode sehingga dalam mengajar guru dapat meningkatkan lagi pengajarannya melalui berbagai macam metode yang ia kuasai dan mengganti metode yang kurang sesuai dengan metode lain yang menurut anggapannya lebih sesuai. Penggunaan metode yang tepat oleh seorang guru dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar pula terhadap efektifitas pembelajaran dan implikasinya terhadap kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan siswa membaca Al-Qur’an adalah dengan metode Iqra’. Metode

Iqra’ adalah suatu metode atau cara cepat belajar membaca Al-Qur’an yang

disusunsecara sistematis dimulai dari bacaan yang sederhana kemudianmeningkat

setahap demi setahap sehingga terasa ringan bagi yang mempelajarinya. Metode

ini memiliki buku panduan yang terdiri dari 6 jilid.

Dalam implementasinya, SMK Triguna Utama sebagai sekolah swasta yang bukan berbasis agama menginginkan para siswanya dapat membaca Al-Qur’an sehingga sekolah tidak terlepas dari upayanya yakni dengan mengadakan pembelajaran membaca Al-Qur’an di sekolah yang diperuntukkan kepada seluruh siswa. Sekolah ingin melihat para siswanya setelah lulus dari sekolah, selain mereka mendapatkan ilmu pengetahuan umum yang sesuai dengan


(18)

kejuruan, mereka juga mendapatkan tambahan ilmu yang sangat berharga untuk kehidupan di dunia dan akhirat yakni ilmu membaca Al-Qur’an. Dengan ilmu ini para siswa dapat menjalani hidupnya sesuai ajaran agama Allah SWT yaitu agama Islam serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam praktiknya, pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an dilakukan setiap hari dan dibimbing oleh seorang guru yang memiliki kompetensi dalam bidang

Al-Qur’an. Guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan langsung kepada

para siswa agar mereka mampu untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

Sekolah SMK Triguna telah menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan salah satunya dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur’an. Selain itu, untuk mengefektifkan pembelajaran Al-Qur’an guru juga menggunakan metode pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan oleh guru ialah metode Iqra’, tanpa metode suatu pesan pembelajaran tidak akan berproses secara efektif ke arah yang ingin dicapai. Guru menganggap bahwa metode inilah yang cocok diaplikasikan dalam mengajarkan para siswa karena dalam metode ini terdapat beberapa prinsip yang dapat diaplikasikan dalam praktek pembelajaran membaca

Al-Qur’an sehingga memudahkan para siswa untuk mampu membacanya dengan

baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.

Namun, dalam realita sehari-hari tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam hal motivasi dan kemampuan dalam membaca Al-Qur’an yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya sehingga menyebabkan adanya implikasi serius pada proses pembelajaran yang menghambat tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang sesuai dengan harapan dan perbedaan pada hasil kemampuan belajar yang dicapai oleh siswa.

Berdasarkan hasil pemikiran di atas, penulis akan membahas satu

permasalahan yakni tentang ”EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN

MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE IQRA’ (Studi Kasus di SMK Triguna Utama Ciputat)”.


(19)

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau masalah atau variabel yang akan diteliti. Terkait dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang berkaitan dengan efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang menghambat pembelajaran membaca Al-Qur'an di SMK Triguna Utama Ciputat

2. Faktor-faktor yang mendukung pembelajaran membaca Al-Qur’an di SMK Triguna Utama Ciputat

3. Efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar lebih terarah dan terfokus, penulis membatasi permasalahan pada dua titik fokus yaitu:

a. Efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an

Yang dimaksud efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an di sini ialah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur’an yang telah direncanakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proses dan hasil yang ditimbulkan dari pembelajaran Al-Qur’an terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an para siswa. Siswa yang akan diteliti yaitu siswa kelas X (sepuluh) yang masih membaca ditingkatan Iqra’.


(20)

b. Metode Iqra’

Metode Iqra’ adalah salah satu metode belajar mengajar Al-Qur’an yang disusun secara sistematis dan praktis.6 Metode ini digunakan dalam kegaiatan belajar mengajar Al-Qur’an. Dalam metode Iqra’ ada modul yang terdiri dari 6 jilid dengan masing-masing jilid terdiri dari 32 s/d 33 halaman. Metode Iqra’ memiliki beberapa pedoman prinsip yang harus digunakan dalam pengajaran, diantara prinsip-prinsip itu ialah prinsip privatisasi, modul, CBSA, praktis, asistensi, variatif, komunikatif, bacaan langsung, sistematis dan fleksibel. Penggunaan metode Iqra' dipilih karena terdapat kemudahan dalam menggunakannya.

2. Perumusan Masalah

Kemampuan membaca Al-Qur’an dapat dikenali dari hasil belajar peserta didik yang diasumsikan sebagai efek dari pembelajaran. Namun, pembelajaran dapat efektif jika metode yang digunakan tepat guna. Metode merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam tercapainya tujuan pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar membaca Al-Qur’an. Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan

masalah yang akan diteliti adalah ”Bagaimana efektifitas pembelajaran

membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain ialah:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an di SMK Triguna Utama Ciputat.

2. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat.

6

Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟ Yang Mudah dan Menyenangkan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, 2008), Cet. I, h. 11


(21)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain ialah:

1. Untuk memberikan kontribusi teoritik berupa penyajian informasi ilmiah untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’

2. Sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai pembanding dalam penelitian-penelitian lebih lanjut yang sejenis,

3. Untuk menambah pemahaman bagi penulis dalam penerapan ilmu pendidikan di dalam dunia nyata, khususnya dalam mengefektifitaskan pembelajaran membaca Al-Qur’an .


(22)

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia terlahir sebagai makhluk lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai skill (kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan.

Belajar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan suatu proses perubahan melalui pengalaman. Proses tersebut mempersyaratkan perubahan yang relatif permanen berupa sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan melalui pengalaman.

Menurut Moh. Uzer Usman belajar adalah “proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya”.1 Namun secara umum menurut Kochhar yang dikutip dari buku karangan Dede Rosyada menyatakan bahwa belajar akan sukses jika memenuhi dua persyaratan, antara lain ialah:

1

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 5


(23)

a. Belajar merupakan sebuah kegiatan yang dibutuhkan oleh siswa yakni siswa merasa perlu akan belajar. Semakin kuat keinginan siswa untuk belajar, maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilannya.

b. Ada kesiapan untuk belajar yakni kesiapan siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru, baik pengetahuan maupun keterampilan.2 Sedangkan arti dari Pembelajaran adalah “proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang yaitu peserta didik melakukan proses belajar dengan baik sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan”.3 Pembelajaran juga merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.4

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses belajar mengajar yang melibatkan banyak komponen baik dari segi material, sumber daya manusia, fasilitas-fasilitas yang mendukung dan lingkungan untuk mencapai sebuah tujuan yaitu perubahan tingkah laku positif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada baik bersifat profesional, ekonomi atau bidang-bidang lainnya. Karena belajar adalah sebuah pengalaman yang dialami secara langsung atau tidak langsung oleh seorang individu.

Kata “baca” merupakan kata kerja yang memiliki arti melihat serta

memaknai isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati. Membaca menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata

qara‟a. masdarnya adalah qira‟at yang berati bacaan. Arti membaca adalah

2

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. III, h. 99

3

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet. IV, h. 14

4

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. VIII, h. 57


(24)

mengamati, mengucapkan kalimat yang tersusun atas kata. Membaca yang dimaksud dalam pengertian ini ialah bagaimana seorang siswa mengamati, mengucapkan huruf-huruf hijaiyah, baik yang berdiri sendiri maupun yang digabung (gandeng) dengan huruf-huruf yang lain yang terdapat di dalam

Al-Qur’an. Dasar penguasaan oleh siswa yang ditanamkan adalah dengan

mengenali huruf-huruf Al-Qur’an yang tertuang.

Al-Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan”, berasal dari kata “qara‟a

yang artinya membaca. Adapun pengertian Al-Qur’an menurut istilah antara lain yaitu :

a. Kitab yang hanya berisi firman Allah semata. Tidak ada didalamnya perkataan siapapun. Seperti dalam surat An Nisaa ayat 82:

























“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur‟an? kalau kiranya Al-Qur‟an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisaa: 82).5

b. Kitab yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril dengan bahasa Arab. Sebagaimana firman Allah dalam surat Asy-Syu’ara ayat 192-195:



















































“Sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang

jelas.” (QS.As-Syu‟ara: 192-195).6

5

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya …, h. 132

6


(25)

c. Kitab yang diturunkan sebagai pedoman hidup untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Sebagaimana firman Allah dalam surat Az Zumar ayat 41:









































“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur‟an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap

mereka”. (QS. Az-Zumar: 41)7

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Quran adalah kitab yang hanya berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad melalui malaikata Jibril dengan menggunakan bahasa Arab dan dijadikan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia.

Qara‟a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, sedangkan qira‟ah ialah menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapi. Al-Qur’an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sehingga Al-Qur’an menjadi nama khas kitab itu sebagai nama diri dan secara keseluruhan mencakup penamaan ayat-ayatnya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 17-18:





























“Sesungguhnya atas tanggunga Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18)”.(QS. Al -Qiyamah: 17-18)8

7

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya…, h. 751

8


(26)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan melibatkan beberapa unsur diantaranya yaitu pendidik, peserta didik, alat pendidikan, bahan/materi dan sebagainya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Membaca, mempelajari, memahami serta mengajarkan Al-Qur’an adalah ibadah yang sangat tinggi nilainya.

2. Guru yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam dimensi dunia pendidikan, guru adalah sosok manusia yang mempunyai tanggung jawab besar yaitu membawa siswanya pada satu taraf kematangan tertentu. Guru adalah salah satu variabel terpenting dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Profil guru sangat menentukan bagi keberhasilan proses belajar mengajar dalam sebuah aktifitas pendidikan. Karena itulah peran guru selalu dilirik dan dicermati dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia (anak didik) di sebuah lembaga pendidikan.

Menurut Syaiful Bahri dalam bukunya Guru dan Anak Didik “guru

adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”.9 Sedangkan Mohammad Uzer Usman mendefinisikan istilah “guru sebagai

jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus”.10

Dalam konsep Islam guru adalah “sumber ilmu dan moral.Ia merupakan tokoh identifikasi dalam hal keluasan ilmu dan keluhuran akhlaknya, sehingga siswanya berupaya untuk mengikuti langkah-langkahnya.”11

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa guru adalah sosok manusia mulia yang memiliki tugas sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan

9

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 30

10

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 5

11

Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1998), Cet.I, h. 167


(27)

pemberi informasi kepada peserta didik. Ia juga perencana, pembimbing, pelatih, pengelola kelas dan sebagai motivator dalam mengembangkan kepribadian anak didik, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Untuk menjadi seorang guru diperlukan adanya syarat-syarat dan keahlian khusus, demikian pula seorang guru Al-Qur’an, ia harus benar -benar menguasai seluk-beluk pendidikan khususnya dalam pengajaran Al-Qur’an dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan. Kedudukan seorang guru yang mengajarkan membaca Al-Qur’an adalah mulia. Sebagaimana sabda Rasululullah SAW:

ل ق ، ع ها ضر فع ب ثع عو

:

يّع ها َّص ها لوسر ل ق

مَّسو

:

َّعو أرقلا مَّعت م مكريخ

)

ير خبلا اور

(

“Dari Utsman bin Affan ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur‟an.” (HR. Bukhari)12

Menurut beberapa pendapat tokoh Muslim terdahulu di antaranya yaitu Imam Al-Ghazaly, Al-Nahlawy, Al-Abrasy menyatakan bahwa:

Seorang guru yang professional harus mempelajari kehidupan psikis (tabiat, minat, kemampuan dan sebagainya) anak didik selaras dengan masa perkembangannya, menguasai bidang yang diajarkan serta berusaha mendalami dan mengembangkannya, mempunyai kemampuan mengajar, tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan kehidupan yang dapat mempengaruhi tingkah laku peserta didik serta mampu memberikan solusinya secara Islami.13

Mendidik atau mengajar adalah tugas guru yang sangat luhur. Sehingga sebagai pendidik seorang guru harus mempunyai kesenangan bekerjasama dengan orang lain khususnya dengan peserta didik dan memiliki sifat sosial yang besar. Diantara tugas guru yang lain, menurut Mahmud Yunus ialah:

12

Abu Abdillah Muhammad, Shahih Bukhori, juz III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995),

Khoirukum man Ta‟allam Al-Qur‟an wa „Allamahu, no. 5.027, h. 244

13

Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), Cet.3, h. 116


(28)

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki masyarakat. Gurulah salah satu sosok yang dapat menanamkan adat istiadat yang baik dalam jiwa anak didik dan memasukkan pendidikan akhlak dan keagamaan dalam hati sanubari anak-anak. Sekolah adalah sumber untuk tiap-tiap perbaikan dan guru yang ikhlas dapat mengangkat derajat umat.” 14

Imam Al-Ghazali melukiskan “betapa penting kepribadian bagi seorang guru dalam mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya, jangan membohongi perbuatannya karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala.15

Dari statemen di atas dapat dilihat bahwa amal perbuatan, perilaku, akhlak dan kepribadian seorang guru, khususnya guru yang mengajarkan Al-Qur’an adalah sangat penting, mungkin lebih penting daripada ilmu pengetahuan yang dimilikinya karena kepribadian seorang pendidik yang mengajarkan Al-Qur’an akan diteladani dan ditiru oleh anak didiknya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

M. Jawad Ridha mengemukakan tentang beberapa prinsip dasar kode etik seorang guru antara lain yaitu:

a. Keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalannya b. Menyayangi anak didiknya

c. Menghindarkan diri dari ketamakan dan komersialisasi ilmu, yakni tidak menjadikan ilmunya itu sebagai sarana mencapai tujuan dunia semata. d. Bersikap toleran dan pemaaf.

e. Bersikap adil, selalu memiliki kesadaran dan rasa empati. f. Bersikap jujur dan tulus dalam menghadapi suatu persoalan.16

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai seorang guru, maka mereka juga dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip keguruan yang nantinya akan memudahkan mereka untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Diantara prinsip keguruannya ialah:

14

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet.1, h. 53

15

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali…, h. 56

16

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 124-125


(29)

a. Memperhatikan kesiapan, kemampuan, pertumbuhan, dan perbedaan anak didik

b. Membangkitkan semangat belajar pada anak didik. c. Menumbuhkan bakat dan sikap anak didik yang baik. d. Mengatur proses belajar mengajar dengan baik.

e. Memperhatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang mempengaruhi proses mengajar.

f. Menciptakan hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.17 Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, maka kehadiran guru yang berkualitas dan professional serta memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu itu sangat dibutuhkan, khusunya seorang guru yang berkompeten dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini ada beberapa macam sifat dan sikap guru yang ideal dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an diantaranya yaitu hendaknya guru mengajarkan membaca Al-Qur’an sesuai tingkat kemampuan intelektual dan daya serap anak didiknya sehingga tidak membebankan siswa yang memang memiliki daya serap lemah, memiliki kesabaran dan kesungguh-sungguhan dalam mengajar, berperilaku sopan santun dan bertutur kata yang baik, memiliki pengetahuan yang mendalam tentang materi yang akan diajarkan yakni pengetahuan tentang ilmu Al-Qur’an diantaranya yaitu ilmu tajwid,

makhraj huruf, qira’at serta dapat menanamkan kecintaan terhadap

Al-Qur’an ke dalam jiwa anak didik sehingga mereka semakin rajin membaca

Al-Qur’an dan dapat mengamalkan ajaran Islam.

3. Anak Didik yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Anak didik merupakan faktor yang penting dalam interaksi belajar-mengajar. Karena tujuan dari interaksi edukatif adalah membantu siswa dalam mengarahkan perubahan tingkah laku secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan.

17

Muhaimin, dkk, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahnman Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan Islam, (Pustaka Dinamika, 1999), Cet. I, h. 114


(30)

Imam Al-Ghazali menggunakan istilah anak dengan beberapa kata, seperti As-Shabiy (kanak-kanak), al-muta‟allim (pelajar), dan thalabul

„ilmi (penuntut ilmu pengetahuan). Oleh sebab itu, istilah anak didik dapat diartikan sebagai anak yang sedang mengalami perkembangan jasmani dan rohani sejak awal terciptanya dan merupakan obyek utama dari pendidikan (dalam arti yang luas).18

Dilihat dari kedudukannya, menurut Abudin Nata bahwa anak didik adalah:

Makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menuju fitrahnya masing-masing. Dalam pandangan yang lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan. Yakni dengan cara melibatkan mereka dalam proses kegiatan belajar mengajar.19

Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa serta faktor sifat yang dimiliki siswa.

Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi keluarga dan lain sebagainya. Misalnya saja siswa yang berasal dari keluarga yang tidak biasa menerapkan anaknya untuk mencintai dan mempelajari Al-Qur’an sejak kecil, maka siswa tersebut akan kesulitan ketika mengikuti pembelajaran Al-Qur’an. Sedangkan melihat dari sifat anak didik, Wina sanjaya berpendapat bahwa:

Di lihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Tidak disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda, yang dapat dikelompokkan kepada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini tentunya akan menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam pengelompokan siswa maupun perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar.20

Demikian pula halnya mengenai tingkat pengetahuan anak didik. Seorang anak didik yang memiliki pengetahuan mengenai dasar ilmu Al-Qur’an (ilmu tajwid) misalnya akan memudahkan proses pembelajaran

18

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali…, h. 64

19

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I, h. 79

20


(31)

mereka, dibandingkan dengan anak didik yang belum memiliki pengetahuan dasar ilmu Al-Qur’an. “Dalam pandangan Islam hakikat ilmu berasal dari Allah sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu dari Allah maka membawa konsekuensi perlunya seorang anak didik mendekatkan diri kepada Allah dan menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik.”21

Dalam hubungan ini muncullah aturan normatif tentang perlunya kesucian jiwa bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu. Asma Hasan Fahmi menyebutkan beberapa akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik, diantaranya yaitu:

a. Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu.

b. Harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan dan mendekatkan diri kepada Allah

c. Peserta didik harus sabar dalam memperoleh ilmu.

d. Seorang peserta didik harus menghormati guru dan selalu berusaha untuk memperoleh kerelaan dan keridhoan dari guru atas ilmu yang sudah diberikannya.22

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa seorang anak didik yang hendak menuntut ilmu khususnya menuntut ilmu Al-Qur’an mereka harus menyiapkan diri dan hati mereka dengan meluruskan niat untuk benar-benar menuntut ilmu, memiliki kesabaran karena belajar itu butuh proses untuk menjadi sukses dan menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik sehingga ilmu yang akan kita pelajari akan mudah difahami dan diamalkan dalam kehidupan.

4. Lingkungan yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Lingkungan sebagai salah satu sumber belajar. “Lingkungan adalah

tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi belajar siswa.”23

Menurut

21

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 80

22


(32)

Oemar Hamalik lingkungan adalah “segala sesuatu di sekitar yang bermakna/ memberikan pengaruh terhadap individu, baik positif atau negatif.” 24

Menurut sartain, sebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya psikologi pendidikan beliau membagi lingkungan menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu: lingkungan alam atau luar (eksternal or physical environment) dan lingkungan sosial (social environment).25

a. Lingkungan alam atau luar

Yang dimaksud dengan lingkungan alam atau luar ialah “segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini yang bukan manusia.”26 Hal-hal yang termasuk lingkungan alam atau luar diantaranya yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Lingkungan alam atau luar dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran Al-Qur’an, misalnya saja kurangnya pencahayaan dan suasana yang bising akan mengakibatkan terganggunya siswa dalam menerima pembelajaran Al-Qur’an. Suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Sedangkan kurangnya pencahayaan pada gedung dan suasana yang bising dapat menghambat efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an.

Di dalam menciptakan lingkungan atau iklim belajar yang menyenangkan, perlu diperhatikan beberapa hal. Diantaranya pencahayaan harus terang, sarana dan prasarana memadai, jauh dari kebisingan.

b. Lingkungan sosial

Yang dimaksud dengan lingkungan sosial menurut Ngalim Purwanto yaitu:

23

Abudin Nata, Persepektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. I, h. 298

24

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran…, h. 98

25

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 16, h. 72

26


(33)

Semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti pergaulan dengan orang lain, dengan keluarga, teman-teman, kawan sekolah, dan sebagainya. Sedangkan pengaruh tidak langsung, melalui radio, telivisi, dan sebaginya dan dengan berbagai cara.27

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar anak didik. Seorang guru yang selalu memperlihatkan suri tauladan yang baik khususnya dalam kecintaannya dalam mempelajari Al-Qur’an dapat menjadi daya dorong positif bagi kegiatan belajar anak didik.

Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa seperti keluarga, masyarakat, perkumpulan dan juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat yang terus melestarikan pelajaran Al-Qur’an seperti dilanggar atau di masjid, hal itu juga dapat mempengaruhi aktivitas dan memotivasi anak didik untuk mempelajari dan semakin mencintai Al-Qur’an.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar Al-Qur’an siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

“Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang paling dikenal oleh anak didik. Oleh karena itu, keluarga disebut sebagai primary community yaitu sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama.”28

Sifat dan perilaku orang tua dapat memberikan dampak baik maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua membaca Al-Qur’an setelah shalat misalnya, secara tidak langsung akan ditiru oleh anak, sehingga anak akan berusaha untuk senantiasa membaca dan mencintai Al-Qur’an. lingkungan keluarga merupakan dasar dari pendidikan anak. Hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat.

27

Ngalim Purwanto, Imu Pendidikaan Teoritis dan Praktis…, h. 73

28

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 22


(34)

5. Strategi Pembelajaran Al-Qur’an

Secara umum strategi mempunyai pengertian yakni “suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.” 29 Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Muhibbin Syah menerangkan dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, bahwa “strategi mengajar adalah sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.” 30

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:

a. Mengidentifikasi serta menerapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menerapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.31

29

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. II, h. 6

30

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 9, h. 214

31


(35)

Jika seseorang ingin berhasil dalam proses belajar mengajar, ia harus pandai memilih strategi dan metode penyampaian yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Salah satu faktor keberhasilan guru dalam menyampaikan materi adalah dengan pemilihan strategi dan metode yang tepat, di samping faktor lain yang juga harus dikuasai.

Tujuan utama pemilihan strategi adalah untuk memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar sehingga siswa meyakini bahwa dengan belajar dirinya akan menjadi terampil, menjadi pandai melakukan segala hal dalam rangka mempermudah melakukan berbagai aktifitas kehidupan.

6. Evaluasi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Metode Iqra’

Guru mengetahui keisapan murid sebelum pembelajaran dimulai dengan cara bertanya, menyelidiki, mengetes (pre test) yang disebut dalam satu istilah appersepsi. Guru ingin mengetahui hasil proses belajar mengajar yang baru saja dilakukan dengan mengadakan post test. Sedangkan apabila guru ingin mengetahui hasil pelaksanaan pendidikan pada umumnya dengan mengadakan evaluasi.

Evaluasi adalah suatu istilah yang sering digunakan di sekolah. Selain istilah evaluasi, sering juga digunakan istilah-istilah lain seperti tes, pengukuran, penilaian dan lain-lain. Jadi, pengertian evaluasi yaitu penilaian terhadap kemampuan murid dalam menguasai bahan pengajaran yang telah diberikan.32

Adapun evaluasi yang dilakukan antara lain ialah:

a. Evaluasi awal adalah evaluasi yang berfungsi sebagai penjajakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan siswa yang baru masuk dan akan ditempatkan untuk memulai Iqra’ berapa.

b. Evaluasi harian atau sewaktu-waktu dilakukan karena siswa akan pindah halaman, pindah jilid dari buku Iqra’ 1-6 dan juga untuk melaksanakan evaluasi terhadap hafalan para siswa.

32

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 40


(36)

c. Evaluasi persemester dilaksanakan untuk mengisi raport materi yang diteskan berbentuk lisan dan tulisan.

Setiap kegiatan pembelajaran selalu menghendaki adanya hasil. Guru selalu berharap bahwa hasil yang diperoleh sekarang lebih memuaskan dari hasil yang diperoleh sebelumnya. Untuk menentukan dan membandingkan antara satu hasil dengan lainnya dioerlukan adanya evaluasi. Seorang guru melakukan evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peserta didik yang mana yang terpandai dan kurang pandai di kelasnya.

b. Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki oleh peserta didik atau belum.

c. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik. d. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah

mengalami didikan dan ajaran.

e. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih materi, metose dan berbagai penyesuaian dalam kelas.

f. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport, ijazah, piagam dan sebagainya.33

Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh guru untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.

B.Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu metha yang berarti melewati atau melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. “Metode berarti suatu jalan yang dilalui

33


(37)

untuk mencapai tujuan.”34 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud.” 35

Menurut Abudin Nata metode adalah “cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai ilmu terkait.”36 Jadi, dapat dijelaskan bahwa metode membaca Al-Qur’an adalah suatu cara atau langkah untuk mengucapkan dan melafadzkan kalimat-kalimat atau ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai aturan yang terdapat dalam kaidah ilmu Tajwid.

Metode mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Apabila proses pendidikan itu tidak menggunakan metode yang tepat, maka sulit sekali untuk mengharapkan hasil yang maksimal. Kesadaran akan pentingnya sebuah metode sudah diakui oleh semua aktifitas yang sistematis dan terencana dalam proses pembelajaran karena lewat metode yang digunakan akan dapat diprediksi dan dianalisis sampai sejauh mana keberhasilan suatu proses tersebut.

Baik atau tidaknya sebuah metode tergantung pada beberapa faktor seperti faktor keadaan dan kesesuaian metode dengan materi. Jika metode tersebut kurang sesuai dan kurang tepat, maka kemungkinan tujuan yang hendak dicapai tidak dapat terwujud.

Oleh karena itu, dalam hal ini guru Al-Qur’an harus pandai-pandai memilih metode khususnya metode dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an agar tercapai tujuan yang diinginkan yakni meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dan meningkatkan minat para siswa agar gemar dan membiasakan diri untuk membaca Al-Qur’an. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa macam metode dalam membaca Al-Qur’an.

34

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. I, h. 40

35

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. 4, h. 652

36


(38)

1. Metode Qaidah Bagdhadiyah

a. Pengertian Metode Qaidah Bagdhadiyah

Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba‟, ta‟. Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “. Secara didaktik materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit kepada yang abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ). 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap belajar.37Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.38 Metode ini berasal dari Baghdad Iraq masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah dan dianggap sebagai metode tertua.

b. Sistem Pengajaran Metode Qaidah Baghdadiyah

Terdapat beberapa sistem yang digunakan dalam metode ini, antara lain yaitu:

1) Hafalan

Sebelum siswa diberi materi, terlebih dahulu harus menghafal huruf-huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf dari alif (ا) sampai ya’ (

ي) ditambah dengan huruf hamzah ( ء ) dan lam alif ( ا). 2) Eja

Maksud dari eja yaitu, sebelum santri membaca per kalimat terlebih dahulu membaca huruf secara eja, misalnya: alif fathah a ( ا ),

ba’ fathah ba ( ) dan seterusnya. 3) Modul

Siswa yang lebih dahulu menguasai materi, dapat melanjutkan kepada materi/halaman berikutnya tanpa harus menunggu siswa atau temannya yang lain.

37

Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”, dari http://www.google.co.id. 8Januari 2011

38

Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksaan Pendidikan Agama Islam Pada SD, (Jakarta: CV. Multiyasa, 1986), Cet. VI, h. 126


(39)

4) Tidak Variatif

Pada metode ini tidak disusun menjadi beberapa jilid buku, melainkan hanya 1 jilid buku saja

5) Pemberian contoh yang Absolut

Seorang ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, terlebih dahulu memberikan contoh kemudian santri mengikutinya, sehingga santri tidak diperlukan untuk bersikap aktif.

c. Keunggulan dan Kelemahan yang Terdapat dalam Metode Qaidah Baghdadiyah

Beberapa keunggulan metode Qaidah Baghdadiyah antara lain yaitu: 1) 30 huruf hijaiyah hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah

secara utuh sebagai tema sentral, sehingga anak-anak mengetahui dan hafal huruf hijaiyah tersebut

2) Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.

3) Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri.

4) Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah. 5) Anak didik akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan

materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.

6) Anak didik yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.39

Beberapa kekurangan metode Qaidah baghdadiyah antara lain. yaitu: 1) Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf

hijaiyah dahulu dan cara membacanya harus dieja.

2) Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca.

3) Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja. 40

39

Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”…, 8 Januari 2011

40

Label Qur’an, “Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur‟an”, dari http://qashthaalhikmah.blogspot.com, 8 Januari 2011.


(40)

2. Metode Qira’ati

a. Latar Belakang Munculnya Metode Qira’ati

Metode Qira'ati ditemukan oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode ini disebarkan sejak awal 1970-an. Sejak tahun1963, KH. Dachlan Salim .Zarkasyi adalah seorang guru mengaji dan beliau suka mengamati keadaan kelas-kelas mengaji di manapun beliau berkunjung. Sebagaimana biasa sebagai seorang guru mengaji, beliau menggunakan kaedah yang biasa dikenali dengan Muqaddam atau Turutan atau biasa juga disebut kaedah Baghdadiyah.

Hasil daripada pengalaman dan pengamatan beliau, anak-anak murid yang beliau ajar ternyata sebahagian besar mereka hanya mampu menghafal huruf bukan mengerti huruf. Dan jika dapat membaca pun ternyata bacaannya tidak tartil seperti apa yang dikehendaki dalam bacaan Al-Qur’an yang baik. Dan biasanya waktu bagi murid-murid untuk menguasai bacaan tartil diperlukan waktu yang lama. Tidak puas dengan hasil tersebut, beliau mencoba alternatif lain dengan membeli buku-buku kaedah baca Al-Qur’an dan menelitinya dengan tujuan agar dapat mencapai hasil yang lebih memuaskan.

Namun, setelah mengamati semua kaedah yang ada ternyata beliau masih belum menemukan kepuasan. Beliau tidak yakin dengan kejayaan kaedah-kaedah tersebut karena berbagai sebab, seperti menggunakan contoh-contoh perkataan yang bukan dari bahasa Arab atau dari Al-Qur’an bahkan ada yang berbunyi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.41 Karena tidak ditemukan buku yang dikehendaki, tercetuslah gagasan untuk menyusun metode yang berbeda dengan metode-metode yang

sudah ada sebelumnya yakni metode Qira’ati. Dalam penyususnan

metode ini dibutuhka proses yang sangat panjang serta dilakukan dengan penelitian, pengamatan, dan percobaan. Pada tahun 1970-an, buku

41

Santri Mbeling, “Sejarah Singkat Penemuan Metode Qira‟ati”, dari http://qiraati.wordpress.com , 8 Januri 2011


(41)

Qiraati ditashih dan mendapatkan restu dari ulama besar Al-Qur'an yakni K.H.Arwani Amin.

b. Sistem Pengajaran Metode Qira’ati

Secara umum metode pengajaran Qira'ati adalah : 1) Bacaan Langsung

Yang dimaksud bacaan langsung ialah bacaan tanpa di eja. 2) CBSA (cara belajar siswa aktif)

CBSA diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang menekankan pada siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar.

3) Privat

Siswa diharuskan berhadapan langsung pada guru, agar dapat mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai kaidah makhraj.

4) Modul

Yaitu siswa dalam menyelesaikan program qira’ati tergantung

kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan kelas atau temannya.

5) Variatif

c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Qiraati

Diantara keunggulan yang dimiliki metode Qira’ati ialah:

1) Anak didik walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'an dengan tajwidnya itu fardlu ain.

2) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan anak didik. Prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru antara lain ialah Tiwagas (teliti, waspada, dan tegas), dan Daktun (tidak boleh menuntun). Prinsip yang harus di pegang oleh anak didik yaitu CBSA dan LCTB (lancar, cepat, tepat, benar).


(42)

4) Anak didik yang sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnnya, setelah itu santri akan mendapatkan syahadah.

Diantara kekurangan metode Qira’ati yaitu:

1) Bagi anak didik yang tidak lancar bacaannya maka akan lama kelulusanna karena metode ini kelulusan tidak ditentukan oleh bulan/tahun.

2) Metode ini hanya dapat diajarkan oleh para guru yang sudah pernah

ikut pelatihan Qira’ati dan memiliki syahadah/ ijazah Qira’at.

3) Metode ini kurang fleksibel karena metode ini hanya dapat diajarkan pada tingkatan SD sampai perguruan tinggi, dan tidak dapat diajarakan pada orang yang sudah tua.

3. Metode Iqra’

a. Latar belakang munculnya metode Iqra’

KH. As’ad Humam bersama kawan-kawannya yang dihimpun dalam

wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus AMM) Yogyakarta, telah mencari bentuk baru bagi sistem pengelolaan dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an. Setelah melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H (16 Maret 1988) didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA)

“AMM” Yogyakarta.

Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Ramadhan 1409 H (23 April 1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) “AMM” Yogyakarta. Bersamaan dengan didirikannya TKA-TPA, KH. As’ad Humam tekun menulis dan menyusun buku Iqra’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai Metode Iqra‟.

Metode Iqra’ adalah sebuah metode pengajaran Al-Qur’an dengan menggunakan buku Iqra’ yang terdiri dari enam jilid dan dapat dipergunakan untuk balita sampai manula.42 Metode Iqra’ semakin

42

Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqra‟ dengan Benar, (Jakarta: CV. Tunas Utama, 2009), Cet. I, h. 13


(43)

berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan metode Iqra’ sebagai program utama perjuangannya.

b. Prinsip-Prinsip Pengajaran Metode Iqra’

Menurut KH. As’ad Humam penyusun buku Iqra’, prinsip-prinsip metode Iqra’ ada 10 macam yaitu:

1) Dibaca langsung (tidak dieja)

Anak didik langsung membaca huru-huruf, tanpa mengeja satu huruf dengan huruf lainnya. Siswa tidak diperkenalkan Alif fathah A, Ba fathah Ba, Kha fathah Kha, dan sebagainya. akan tetapi langsung diperkenalkan dengan bunyi huruf A, Ba, Ta, Tsa dan seterusnya. 2) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

Maksudnya guru menerangkan pokok-pokok bahasan setelah itu siswa aktif membaca sendiri, guru hanya sebagai penyimak dan motivator, jangan sampai menuntun kecuali hanya memberikan contoh saja. Atau dapat dikatakan bahwa CBSA ini adalah belajar yang menekankan pada keaktian para siswa, sedangkan guru membimbing dan mengarahkan.

3) Privat

Maksudnya guru menyimak seorang demi seorang secara bergantian dengan bertatap muka. Tujuannya agar para siswa dapat mengetahui dengan benar bagaimana mengucapkan huruf-huruf secara tepat sesuai dengan kaidah makhraj.

4) Modul

Maksudnya buku Iqra’ disusun berdasarkan tahapan-tahapan/pokok-pokok bahasan tertentu sehingga akan terasa mudah serta ringan dalam mempelajarinya. Jadi bagi siswa yang dianggap sudah benar maka boleh membacanya diloncat-diloncat tidak perlu utuh tiap halaman.


(44)

5) Praktis

Yang dimaksud dalam prinsip ini ialah guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak penjelasan karena tujuan buku Iqra’ adalah bagaimana mengajarkan membaca dengan mudah dan cepat, sehingga hal-hal yang bersifat teoritis diajarkan setelah siswa mampu membaca Al-Qur’an. Dan dengan menggunakan buku

Iqra’ siswa lebih mudah untuk mempelajarinya karena mudah dibawa

kemana-mana dan buku Iqra’ mudah ditemukan di toko-toko terdekat. 6) Variatif

Materi Iqra’ disajikan dalam buku yang terdiri dari 6 jilid. Setiap jilid diberi sampul yang berbeda dengan jilid lainnya dan diberi warna-warni indah, sehingga menarik perhatian para siswa untuk saling berlomba dalam mencapai warna-warni jilid berikutnya. Mereka berlomba-lomba untuk cepat menyelesaikan satu buku dan berganti dengan buku lainnya, sehingga hal ini dapat menghindari kejenuhan para santri.

7) Komunikatif

Maksudnya yaitu guru tidak diam saja apabila siswa membaca huruf atau kata dengan benar, akan tetapi guru memberikan sanjungan atau penghargaan umpamanya dengan kata-kata: bagus, betul, pintar dan sebagainya. Guru juga akan menegur siswa yang keliru bacannya dengan kata-kata: Awas, Stop, Eee, dan sebagainya.43

8) Fleksibel

Metode Iqra’ dapat dipergunakan untuk berbagai tingkat usia, dari mulai balita, TK, SD, SMP, SLTA dan dewasa. Berdasarkan sifat dan karakteristik dari metode Iqra’ tersebut, tingkat keberhasilan dan kemudahan dalam proses belajar mengajar membaca Al-Qur’an dapat tercapai dengan baik. Disamping itu, siapapun yang sudah bisa membaca Al-Qur`an pasti bisa mengajarkannya, bahkan yang baru

43

Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟ Yang Mudah dan


(1)

32 M. Abdul Latif 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 1 3 3 4 4 67

33 M. Danil 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 1 4 4 4 4 68

34 M. Fauzan 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 1 4 4 2 4 4 4 4 3 66

35 M. Rifa'i. W 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 69

36 M. Rif'at. R 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 1 3 3 3 4 4 3 3 4 64

37 M. Yusuf 3 4 4 4 4 3 2 2 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 62

38 Nanda Rakasiwi 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 3 3 4 3 4 4 69

39 Nia Septiyani 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 67

40 Nur Atim 4 4 4 1 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 64

41 Pramantyo. N 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 69

42 Putri Winarti 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 67

43 Reza Firmansyah 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 70

44 Rico Hari.R 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 64

45 Riki Darmawan 3 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 1 4 3 3 3 61

46 Rija Gumilar 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 68

47 Ririn Indriani 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 1 4 4 4 3 4 4 4 68

48 Septian Dwi. C 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 1 4 3 4 67

49 Setiawan 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 63

50 Soni Putra 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 1 3 4 3 4 3 3 3 4 65

51 Supardiana 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 70

52 Taufiq Hidayat 4 4 3 3 2 4 3 4 4 4 1 3 4 3 1 4 3 3 4 61

53 Yanwar Sapri. S 3 4 4 4 4 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 65

54 Yanna Tuhu. W 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 1 3 3 4 3 3 3 4 4 62

55 Yogha P 4 4 4 3 4 4 1 3 4 4 1 4 3 3 3 4 3 4 4 64

Total 20 5 20 6 21 0 20 5 19 6 19 6 18 8 18 1 18 1 20 5 15 7 19 7 19 8 17 4 17 1 19 5 18 9 19 8 20 2 365 4


(2)

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Drs. Mardias

Jabatan : Kepala Sekolah SMK Triguna Utama Hari/Tanggal : Jum’at, 25 Februari 2011

Tempat : Ruang Kepala Sekolah Waktu : 09.00 WIB s/d selesai

Pokok Pertanyaan

1. Sejak kapan pelajaran membaca Alqur’an diberlakukan di seolah ini?

Jawab: pelajaran membaca Alqur’an mulai diadakan dan dimasukkan ke dalam muatan lokal sejak tahun 2005

2. Apa yang melatarbelakangi pelajaran membaca Alqur’an dijadikan sebagai muatan lokal di sekolah ini?

Jawab: ada 2 alasan yang melatarbelakangi diadakannya pelajaran membaca Alqur’an diantaranya yaitu:

a. Sebagai bentuk keprihatinan sekolah karena melihat anak-anak Islam yang memang berlatar belakang Islam tapi tidak dapat membaca Alqur’an dan belum bisa membaca bacaan shalat.

b. Diantara tujuan dalam shalat itu ialah mencegah perbuatan keji dan munkar. Hal ini juga bersesuaian dengan tujuan yang diinginkan oleh sekolah yaitu agar akhlak dan budi pekerti siswa menjadi baik dengan mampunya para siswa membaca Alqur’an yang nantinya akan diaplikasikan di dalam bacaan shalat. Dengan begitu jika shalatnya baik maka akan baik pula seluruh perbuatan yang dilakukan para siswa.

Oleh karena itu pelajaran membaca Alqur’an dipisahkan dari pelajaran pendidikan agama Islam karena melihat kepentingan/urgensi yang ada dalam membaca Alqur’an.


(3)

pembelajaran membaca Alqur’an dapat terlaksana dengan efektif?

Jawab: diantaranya yaitu mushaf Alqur’an, modul Iqro’ (jilid 1 sampai 6), media proyektor, OHP, LCD, dan sebagainya.

4. Apakah selama ini bapak sudah puas dengan pelaksanaan pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini?

Jawab: belum puas, karena saya merasa bahwa waktu yang disediakan masih kurang untuk pelaksanaan pembelajaran ini, namun jika ditambahkan lagi waktunya itu tidak memungkinkan karena akan banyak lagi jadwal yang akan berubah.

Jakarta, 25 Februari 2011

Interviewer Interviewee


(4)

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Drs. Robani, AR Jabatan : Guru Alqur’an

Hari/Tanggal : Jum’at, 25 Februari 2011

Tempat : SMK Triguna Utama (Ruang Guru) Waktu : 13.00 WIB s/d selesai

Pokok Pertanyaan

1. Sejak kapan Bapak bertugas sebagai guru Alqur’an di sekolah ini?

Jawab: Sejak tahun 2003 yakni ketika masuk pertengahan semester kedua tepatnya pada tahun ajaran 2004/2005

2. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini?

Jawab: Proses pembelajaran membaca Alqur’an dilaksanakan dengan tetap mengacu pada petunjuk dan arah yang telah ditentukan dan digariskandalam kurikulum. Keunggulan pembelajaran Alqur’an di sekolah ini ialah pembelajaran dilakukan setiap hari di semua kelas X, XI dan XII di SMK Triguna Utama dan merupakan salah satu dari muatan lokal.

3. Apa saja penunjang yang menjadikan pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini terlaksana dengan baik?

Jawab: Diantara faktor yang menunjang pembelajaran ini antara lain yaitu adanya dukungan besar dari pihak yayasan dan sekolah dengan menyediaka berbagai macam sarana dan media yang diperlukan misalnya mushaf Alqur’an, Modul Iqro’ dari jilid 1-6, kelas yang luas dan ber-AC, musholla, Multimedia, LCD, dan Proyektor. Ditambah lagi dengan adanya kerjasama dari para orang tua siswa yang mengontrol dan selalu mengingatkan anak-anak mereka agar tidak lupa membawa alat alat yang digunakan dalam pembelajaran membaca Alqur’an. Diantara faktor yang lain yakni penggunaan metode yang disesuaikan dengan pembelajaran


(5)

pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

4. Apa saja faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini?

Jawab: Diantara faktor yang menghambat pembelajaran yakni datang dari para siswa yang terkadang masih kurang semangat mengikuti pelajaran membaca Alqur’an. Hal itu terjadi karena masih kurangnya kesadaran dari para siswa tentang pentingnya memiliki kemampuan membaca Alqur’an. 5. Langakah apa saja yang Bapak lakukan untuk mengatasi hambatan

tersebut?

Jawab: Untuk mengatasi hambatan tersebut, saya sebagai guru Alqur’an selalu memberi nasehat dan membangun semangat para siswa dengan selalu memberikan sharing dan berbagi cerita, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dan memberikan tauladan dengan sikap-sikap yang baik dalam interaksi sehari-hari.

6. Apa saja strategi yang Bapak lakukan dalam mengefektifkan pembelajaran membaca Alqur’an dengan metode Iqro’?

Jawab: Strategi yang saya lakukan agar pembelajaran Alqur’an dengan metode Iqro dapat efektif diantaranya yaitu dengan strategi tahsinul kitabah dan shalawat atau bernyanyi. Setiap anak-anak selesai membaca di hadapan guru, siswa diperintahkan untuk menulis bacaan mereka. Dan dalam kegiatan pembelajaran setiap awal dan akhir pembelajaran selalu bernyanyi dengan melantunkan shawalat.

7. Menurut Bapak, apakah metode Iqro’ yang digunakan telah memadai dan efektif sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai?

Jawab: Menurut saya dengan metode iqro’ pembelajaran menjadi efektif dan tujuan dapat tercapai. Hal ini terbukti dari kemampuan para siswa yang telah mengikuti pembelajaran, yang awalnya mereka tidak dapat membaca dan mengenal huru, namun setelah mengikuti pembelajaran mereka mereka sedikit-sedikit sudah bisa membaca Alqur’an. Sekalipun mereka belum mengenal secara teori tentang hukum bacaan tajwid, namun


(6)

mereka sudah mampu mempraktekkannya secara langsung ketika membaca.

8. Berdasarkan metode pembelajaran yang dilakukan, apakah terdapat perbedaan dari segi peningkatan kemampuan siswa sebelum dilaksanakannya pembelajaran membaca Alqur’an dan sesudahnya?

Jawab: Jelasnya ada, itu kan dapat dilihat dari siswa yang sebelumnya kurang dan tidak mampu membaca dan menulis huruf-huruf Alqur’an, setelah mengikuti pembelajaran siswa mulai lancar membaca dan mampu menulis huruf-huruf Alqur’an serta pengetahuannya menjadi bertambah. 9. Bagaimana perhatian kepala sekolah dalam pembelajaran membaca

Alqur’an?

Jawab: Kepala Sekolah sangat memberikan perhatian yang cukup besar dalam pelaksanaan pembelajaran membaca Alqur’an, hal ini dibuktikan dari penyediaan sarana dan media dari sekolah yang memadai sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

Jakarta, 25 Februari 2011

Interviewer Interviewee