19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Otonomi Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 tentang Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Mas’ud Said 2008:6 menjelaskan bahwa Otonomi Daerah dipahami
sebagai sebuah proses devolusi dalam sektor publik dimana terjadi pengalihan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintahan provinsi dan
kabupatenkota. Dengan kata lain, dalam konteks Indonesia, otonomi daerah diartikan sebagai proses pelimpahan kekuasaan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah provinsi dan kabupatenkota sebagaimana yang diamanatkan Undang- Undang.
Tujuan utama pembentukan pemerintah daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk mendorong keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan pertumbuhan
pembangunan daerah, baik itu pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan pembangunan infrastruktur. Pudjianto 2009:2 menyatakan bahwa
“tujuan utama otonomi daerah adalah meningkatkan efektifitas pengelolaan sumber daya di
daerah, keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan meningkatan kesejahteraan serta pelayanan umum kepada masyarakat
”.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.2 Hubungan Antara Keuangan Pusat dan Daerah
Presiden selaku kepala negara yang berwewenang mengelola kekuasaan negara atau yang disebut pemerintahan pusat, menyerahkan kekuasaan tersebut
kepada kepala pemerintahan daerah yaitu Gubernur, Walikota ataupun Bupati untuk mengelola keuangan daerahnya sendiri dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan yang terpisahkan. Konsep hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah diturunkan dari Undang -Undang Dasar 1945
Pasal 18A ayat 1. Pasal tersebut adalah yang melandasi lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Selanjutnya, Direktorat Jenderal Primbangan Keuangan 2011:II-11 menjelaskan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 18A ayat 2 menyebutkan
bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang-Undang. Pasal ini merupakan landasan filosofi dan landasan konstitusional pembentukan Undang-
Undang No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Djumhana yang dikutip oleh Karianga 2011:42
menjelaskan: 1.
hubungan antara pusat dan daerah menyangkut hubungan pengelolaan pendapatanrevenue
dan penggunaan
expenditure baik
untuk kepentingan pengeluaran rutin maupun pembangunan daerah dalam rangka
memberikan pelayanan publik yang berkualitas responsible dan akuntabel,
Universitas Sumatera Utara
21
2. konsep hubungan antara pusat dan daerah adalah hubungan administrasi
dan hubungan kewilayahan. Hubungan tersebut diatur sedemikian rupa melalui kewajiban pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan
kepada pemerintah daerah. Sehingga semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan yang diserahkan ke daerah menjadi sumber
keuangan daerah. Makalah Pudjiianto 2009:3 Hubungan antara Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pembagian Urusan .
UU No.322004
sumber pendanaa
UUNo.332004
Gambar 2.1 Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah Pemerintah
Pusat Pemerintah
Daerah
Desentralisasi Dekonsentrasi
Tugas pembantu pemerintah
pusat kepada daerah
APBD
PAD
UU NO.342000
Pendapatan Transfer
Lain-lain PAD yang sah
Belanja
SurplusDefisit Pembiayaan
APBN
APBN
Pelaksana Urusan
DBH DAU
DAK Dana
Otsus
Dana Hibah Dana
Penyesuaian
Dana Darurat Penggunaan
SILPA
Pencairan Dana
Cadangan
Hasil penjualan kekayaan yg
dipisahkan
Pinjaman Daerah
Universitas Sumatera Utara
22
2.1.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD terus berkembang dari era orde baru sampai pada era pasca reformasi. Pada era Orde
Lama Wajong, 1962:81 dalam Halim, 2002:16 mengatakan bahwa APBD adalah rencana pekerjaan keuangan financial werkplan yang dibuat untuk jangka waktu
tertentu, dalam waktu dimana legislative DPRD memberikan kredit kepada badan eksekutif Kepala Daerah untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan
rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar grondslag penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup
pengeluaran tadi. Pada era reformasi, berdasarkan pasal 64 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, APBD didefenisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana di satu pihak
menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu,
dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran dimaksud Mamesah,
1995:20 dalam Halim, 2002:16 dalam Renyowijoyo, 2010: 172 Kedua defenisi di atas menjelaskan bahwa Anggaran daerah memiliki unsur-
unsur: 1. rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci,
Universitas Sumatera Utara
23
2. adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan
adanya biaya-biayayang merupakan batas maksimal pengeluaran- pengeluaran yang akan dilaksanakan,
3. jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka, 4. periode anggaran, yaitu biasanya 1 satu tahun.
Fungsi anggaran dilingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena:
1. anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik, 2. anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan
antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan, 3. anggaran memberikan landasan penilaian kinerja pemerintah,
4. hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada
publik. Pada era reformasi struktur APBD banyak mengalami perubahan. Bentuk
APBD yang pertama di dasari oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Tentang Pengurusan Pertanggungjawaban dan Pengawasan keuangan
Daerah, serta Tata Cara Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara disebutkan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
24
1. APBD merupakan pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap
tahun dengan Peraturan Daerah, 2.
APBD terdiri atas Anggaran Pendapatan, Anggaran Belanja dan Pembiayaan,
3. Pendapatan Daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah,
4. Belanja Daerah dirinci menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja,
Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan daerah, secara
garis besar sebagai berikut: 1. penyusunan rencana kerja pemerintah daerah,
2. penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran, 3. penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara,
4. penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD, 5. penyusunan rancangan perda APBD,
6. penetapan APBD. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 menyebutkan bahwa Anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah rencana keuangan pemerintah yang harus disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
25
2.1.4 Pendapatan Asli Daerah
Otonomi daerah tidak dapat lepas dari permasalahan kapasitas keuangan dari setiap daerah. Otonomi sering dikaitkan dengan prinsip automoney, yang Artinya
kemampuan daerah dalam menyelenggarakan kewenangannya diukur dari kemampuannya menggali sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri.
Implikasi dari prinsip ini yang kemudian mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli daerah. Menurut Undang -Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pendapatan ASLI Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Halim 2002:64 menyatakan Pendatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.Darise
2009:33 menyatakan Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-
undangan. Selanjutnya Kaho, 19998:129 dalam Munir, 2005:160 menyatakan Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan daerah yang berasal dari sumber-
sumber keuangan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, penerimaan dinas-dinas dan penerimaan lain-lain
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyatakan sumber-
sumber PAD terdiri dari: 1. pajak daerah,
2. retribusi daerah,
Universitas Sumatera Utara
26
3. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, 4. lain-lain PAD yang sah.
Menurut kementerian keuangan Republik Indonesia 2011: II-14, PAD bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mengoptimalkan
potensi pendanaan daerah sendiri dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah yang merupakan sumber
penerimaan daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemerintah dan
kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab dapat dilaksanakan.
Sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, apabila kebutuhan pembiayaan suatu daerah lebih banyak diperoleh dari subsidi, sumbangan atau
bantuan dari pusat, dan nyata-nyata peranan atau kontribusi PAD terhadap kebutuhan pembiayaan tersebut sangat rendah, maka dapat dipastikan kinerja
keuangan daerah tersebut masih lemah. Dan rendahnya PAD merupakan bukti ketidakmampuan daerah dalam mengelola sumber daya perekonomian terutama
sumber-sumber pendapatannya.
2.1.4.1 Pajak Daerah
Sriyana 1999:106 dalam Munir,dkk 2005:141 menyebutkan bahwa pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan diseluruh negara. Oleh
karena itu, perlu adanya pengaturan tentang perpajakan yang mampu menjamin adanya efisiensi dan efektivitas pengelolaan pajak. Pajak daerah merupakan
Universitas Sumatera Utara
27
komponen utama Pendapatan Asli Daerah. Sebagai sumber utama PAD, pemerintah senantiasa mendorong peningkatan penerimaan daerah yang
bersumber dari pungutan pajak dan retribusi daerah melalui penyempurnaan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan sesuai dengan perkembangan
keadaan. Pemungutan pajak daerah didasarkan atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah yang merupakan
pengganti dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan Pajak Daerah adalah Kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya keperluan rakyat. Halim 2002:64 menyatakan bahwa Pajak Daerah merupakan penerimaan daerah yang
berasal dari pajak. Munir,dkk 2005:141 menyatakan Pajak Daerah diartikan sebagai pembayaran wajib dari perorangan atau badan hukum kepada Negara
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi kepentingan umum. Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2011: III-21 menjelaskan
Untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dan membangun hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang lebih ideal.
Kebijakan perpajakan dan retribusi daerah diarahkan untuk lebih memberikan kepastian hukum, pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah
Universitas Sumatera Utara
28
dibidang perpajakan penguatan local taxing power, peningkatan efektivitas pengawasan, dan perbaikan pengelolaan pendapatan pajak.
Mardiasmo dkk 2002: 146-147 mengungkapkan bahwa langkah penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah adalah
dengan menghitung potensi penerimaan pajak daerah yang rill yang dimiliki suatu daerah tersebut, sehingga dapat diketahui peningkatan kapasitas pajak daerah.
Peningkatan kapasitas pajak pada dasarnya adalah optimalisasi sumber-sumber
pendapatan daerah. 2.1.4.2 Retribusi Daerah
Selain pajak daerah terdapat juga retribusi daerah yang merupakan sumber pendapatan asli daerah. Secara umum retribusi mungkin masih termasuk yang
kurang populer bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pedalaman. Pemanfaatan hasil penerimaan dari masing-masing jenis
retribusi daerah diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan dengan jenis layanan bersangkutan yang pengalokasiannya ditetapkan dengan peraturan daerah
tersebut. Saragih 2003:64 menjelaskan Retribusi Daerah merupakan salah satu jenis
penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. Sedangkan
yang dimaksud dengan Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah
Universitas Sumatera Utara
29
sama halnya dengan pajak daerah yaitu dapat dipaksakan. Pemungutan retribusi tidak boleh dilakukan dengan semena-mena karena akan menimbulkan konflik.
Baik pemerintah maupun masyarakat mempunyai posisi yang sama untuk menentukan bagaimana sebaiknya retribusi harus diterapkan sehingga pemenuhan
kewajiban retribusi daerah seperti, berapa jumlah retribusi yang dibayar masyarakat harus sesuai dengan tarif retribusi daerah yang ditetapkan berdasarkan
peraturan daerah. Mengenai potensi Retribusi Daerah, Saragih 2003:65 memaparkan bahwa
Semakin banyak jenis pelayanan publik dan meningkatnya mutu pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah terhadap masyarakatnya, maka
kecenderungan perolehan dana retribusi semakin besar. Namun banyaknya jenis retribusi yang dikenakan kepada masyarakat jelas merupakan beban bagi
masyarakat lokal. Oleh sebab itu, kebijakan retribusi daerah sering menimbulkan kontraversial di daerah, baik sebelum maupun sesudah otonomi daerah
diberlakukan.
2.1.4.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Dalam era globalisasi dan perkembangan Ilmu pengetahuan dan tekhnologi IPTEK, pemerintah dituntut memahami perubahan pola pikir untuk menggali
sumber-sumber pendapatan melalui pola privatisasi dengan menciptakan hubungan kemitraan antara pemerintah daerah dengan pihak swasta. Beberapa
pola privatisasi antara lain:
Universitas Sumatera Utara
30
1. build, lase, and transfer BLT adalah pihak swasta membangun, kemudian menyewakannya, selanjutnya jika keuntungan sudah didapat
dalam jangka waktu kesepakatan bersama dengan pemerintah daerah makan fasilitas tersebut dikembalikan kepada pemerintah daerah.
Penyewaan tersebut merupakan sumber pendapatan daerah, 2. build, operate, and late BOT adalah pihak swasta membangun fasilitas
umum kemudian mengoperasikannya sampai jangka waktu tertentu kemudian diambil alih oleh pemerintah daerah,
3. renovate, operate, and transfer RLT, adalah pihak swasta merenovasi fasilitas mulik pemerintah daerah kemudian mengoperasikannya dalam
jangka waktu tertentu. Setelah pihak swasta tersebut memperoleh keuntungan kemudian mentransfernya kembali kepada pemerintah,
Sesuai dengan Pasal 6 Undang -Undang Nomor 33 Tahun 2004 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaiman telah diubah dengan
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, jenis hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
1. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah BUMD, 2. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Negara BUMN,
3. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
31
2.1.4.4 Dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan
daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang mencakup: hasil penjualan
aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau
pengadaan barang danatau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak dan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan
fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari Badan Layanan Umum Daerah.
2.1.5 Dana Perimbangan
Penyelenggaraan pemerintahan
daerah merupakan
subsistem dari
pemerintahan negara sehingga antara keuangan daerah dengan keuangan negara akan mempunyai hubungan yang erat dan saling berpengaruh. Untuk mendukung
penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab di daerah serta secara proporsional diwujudkan dengan
peraturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan keuangan daerah. Sumber pembiayaan
pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
Universitas Sumatera Utara
32
daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan.
Setiap penyerahan atau pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah dalam rangka desentralisasi dan dekonsentrasi disertai dengan
pengalihan sumber daya manusia dan sarana serta pengalokasian anggaran yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan penyerahan dan pelimpahan
kewenangan tersebut. Sedangkan penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dalam rangka tugas pembantuan disertai pengalokasian anggaran dari ketiga jenis
pelimpahan wewenang tersebut, hanya pelimpahan wewenang dalam rangka pelaksanaan desentralisasi saja yang merupakan sumber keuangan daerah melalui
alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat kepada pemerintahan daearah.
Devas, dkk,1989:144 mengemukakan bahwa hubungan keuangan pusat dan daerah pada prinsipnya adalah menyangkut pembagian tanggungjawab untuk
melaksanakan kegiatan tertentu antara tingkat-tingkat pemerintahan dan menyangkut pembagian sumber penerimaan untuk menutup pengeluaran akibat
kegiatan-kegiatan tersebut. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 2011:II- 14 menyebutkan Dana Perimbangan bertujuan untuk membantu daerah dalam
mendanai kewenangannya, serta untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah dan untuk mengurangi
kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-daerah. Ketiga komponen ini merupakan bagian dari transfer ke daerah dari pemerintah serta merupakan satu
kesatuan yang utuh.
Universitas Sumatera Utara
33
Konsep hubungan keuangan antara pusat dan daerah diturunkan dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18A ayat 2 menyebutkan bahwa hubungan
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan Undang-Undang. Pasal ini merupakan landasan filosofi dan landasan konstitusional pembentukan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Pada pasal 1 Undang-Undang ini menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Puasat dengan Pemerintah Daerah adalah suatu system pemerintahan keuangan dalam Negara
Kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah secara proporsional demokratis, adil, transparansi dengan
memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, sejalan dengan kewajiban, pembagian kewenangan, dan tanggungjawab serta tata cara
penyelenggaraan kewenangan tersebut. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 2011: II-13 Peran pemerintah
daerah sangat dibutuhkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam rangka menjaga keserasian dan keseimbangan antara pertumbuhan dan pemerataan
Growth with Equity. Disamping itu dalam menjaga keselarasan dengan prioritas nasional, pemerintah daerah harus tetap memperhatikan pembangunan daerah
yang memprioritaskan pada pengentasan kemiskinan Pro Poor, menciptakan lapangan kerja Pro Job, dan mempertahankan kelestarian lingkungan Pro
Environment. Demikian, setiap daerah dapat memberikan kontribusi terbaik
Universitas Sumatera Utara
34
dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan nasional dengan tetap mengutamakan kemandirian daerah dalam mengelola sumber-sumber keuangan
daerah.
Darise 2009:38 menyebutkan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan antara pemerintah daerah. Sesuai dengan Pasal 10 Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004, dana perimbangan terdiri atas:
1. dana bagi hasil,
2. dana alokasi umum,
3. dana alokasi khusus,
2.1.5.1 Dana Bagi Hasil
Darise 2009-38 menjelaskan bahwa Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasrkan angka
persentase tertentu dengan memperhatikan petensi daerah penghasil. Direktorat
Jenderal Keuangan 2011: III-54 menyatakan Dana bagi Hasil terdiri dari:
1. dana bagi hasil pajak, Penerimaan pajak diperoleh Pemerintah dalam APBN dibagihasilkan
kepada dengan proporsi yang telah ditetapkan berdasrkan Undang -Undang Nomor 33 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
yang ditujukan dalam rangka memperkecil kesenjangan keuangan antara
Universitas Sumatera Utara
35
pemerintah pusat dan pemerintah daearh untuk mendanai penyelenggaraan pemerintah daerah. Dana Bagi Hail Pajak bersumber dari :
1. pph Pasal 21 dan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25Pasal 29 Wajib Pajakorang pribadi dalam negeri,
2. pajak bumi dan bangunan PBB, 3. cukai hasil tembakau dialokasikan sejak tahun 2009.
2. dana bagi hasil bukan pajak, Penerimaan bukanpajak adalah penerimaan yang berasal dari Sumber Daya
Alam, yang meliputi penerimaan dari Pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, pertambangan umum, pertambangan panas bumi,
kehutanan dan perikanan.
2.1.5.2 Dana Alokasi Umum
Halim 2002:65 menjelaskan bahwa Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antardaerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU suatu daerah ditentukan atas besar
kecilnya celah fiskal suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah fiscal need dan potensi daerah fiscal capacity Alokasi DAU bagi daerah
yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU relative kecil. Sebaliknya daerah yang potensi fiskalnya kecil,
namun kebutuhan fiscal besar akan memperoleh alokasi DAU yang relative besar.
Universitas Sumatera Utara
36
Dalam Undang -Undang Nomor 34 Tahun 2004 porsi Dana Alokasi Umum DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 persen dari penerimaan Dalam Negeri
Netto. Sementara itu, proporsi pembagian DAU adalah bagian 10 untuk provinsi dan 90 untuk KabupatenKota. Pengalokasian DAU kepada masing-masing
daerah menggunakan formula DAU, yaitu dihitung berdasarkan formula atas
dasar celah fiskal CF dan Alokasi dasar. Variabel DAU terdiri dari:
1. variabel alokasi dasar yaitu belanja pegawai yang dicerminkan oleh jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah PNSD,
2. variabel kebutuhan fiskal terdiri dari jumlah penduduk, luas wilayah
daratan dan perairan, indeks pembangunan manusia, indeks kemahalan konstruksi, dan produk domestik regional bruto PDRB per kapita,
3. variabel kapasitas fiskal yang merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil Pajak dan bukan
pajak. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 2011:III-99 menyatakan
bentuk umum formula alokasi DAU dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut ini:
Dimana: DAU
= Dana Alokasi Umum
AD =
Alokasi Dasar
DAU = AD+CF
Universitas Sumatera Utara
37
CF =
Celah Fiskal Dimana
CF =
KbF – kPf
Celah Fiskal CF merupakan selisih antara kebutuhan FiskalKbF dengan
Kapasitas FiskalKpF KbF
= TBR a
1
IP +a
2
IW+a
3
IPM+a
4
IKK+a
5
IPDRBKap
Dimana: TBR
= Total belanja rata-rata APBD IP = Indeks Jumlah Penduduk
IW = Indeks Luas Wilayah IPM = Indeks Pembangunan Manusia
IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi Sampai dengan tahun 2007 penyaluran DAU dilakukan oleh Ditjen
Perbendaharaan melalui KPPN setempat Kepala Daerah bertindak selaku KPA dari Bendaharawan Umum Negara membuat DIPA dan menyampaikannya kepada
Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk mendapat pengesahan. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-masing ½ dari besaran alokasi masing-masing
daerah. Secara sistematika penyusunan Formula Dana Alokasi Umum dapat di lihat pada gambar 2.2 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 2.2 Formula Umum Dana Alokasi Umum Menurut Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 DANA ALOKASI UMUM
Alokasi Dasar
Alokasi Berdasarkan
Celah Fiskal
Belanja Pegawai
Kebutuhan Fiskal
Kapasitas Fiskal
Indeks Penduduk
Indeks Luas Wilayah
Indeks Pembangunan
Manusia Indeks PDRB
per kapita Pendapatan
Asli Daerah
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil SDA
Universitas Sumatera Utara
39
2.1.5.3 Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah. Darise 2009:39 menjelaskan bahwa Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai prioritas nasional
khususnya untuk membiayai kebutuhan saran dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong
percepatan pembangunan daerah. Yang dimaksudkan sebagai daerah tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus.
Selain itu DAK akan berfungsi untuk pemberantasan masalah kemiskinan, pengembangan kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Setiap daerah
memiliki kebutuhan yang berdeda dengan daerah lain, seperti daerah transmigrasi. dana alokasi khusus berlangsung tanpa ada usulan dalam menetapkan hasil akhir
alokasi kepada daerah. Kemampuan keuangan daerah dihitung melalui indeks fiskal neto IFN tertentu yang ditetapkan setiap tahun. Pada tahun 2011, arah
kebijakan umum DAK adalah untuk membantu daerah-daerah yang kemampuan keuangannya relative rendah yaitu berada dibawah rata-rata nasional atau INF-nya
kurang dari 1 satu. Pengalokasian dana alokasi khusus memperhatikan ketersediaan dana dalam
APBN berarti bahwa besaran dana alokasi khusus tidak dapat dipastikan setiap
Universitas Sumatera Utara
40
tahun. DAK tahun 2011 digunakan untuk mendanai kegiatan di bidang, yaitu: pendidikan, kesehatan, infrastruktur jalan, irigasi, air minum, sanitasi, prasarana
pemerintahan, pertanian, kelautan dan perikanan, lingkungan hidup, kehutanan, perdagangan, sarana dan prasarana desa tertinggal dan kawasan perbatasan,
erumahan dan pemukiman, transportasi. Formula Dana Alokasi Khusus TA 2011 secara garis besar dapat dibagi
menjadi 4 kelompok besar, yaitu: 1. penetapan program dan kegiatan,
2. penghitungan alokasi DAK, 3. arah dan Penggunaan DAK,
4. administrasi pengelolaan DAK.
2.1.6 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pengelolaan keuangan daerah dalam Sutedi 2009:239 menjelaskan kelompok
lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan meliputi:
1. hibah berasal
dari pemerintah,
pemerintah daerah
lain, badanlembagaorganisasi
swasta dalam
negeri, kelompok
masyarakatperorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat, 2. dana
darurat dari
pemerintah dalam
rangaka penanggulangan
korbankerusakan akibat bencana alam, 3. dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupatenkota,
4. penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah,
Universitas Sumatera Utara
41
5. bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya. Demikian juga dengan penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, digunakan
antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik daerahBUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang bekerja sama dengan pihak
ketiga, atau hasil divestasipenyertaan modal pemerintah.
2.1.7 Belanja Daerah
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 menyatakan Belanja daerah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan
bersih pada tahun anggaran yang bersangkutan. Menurut Halim 2007:322 menyatakan bahwa Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah mengurangi
nilai kekayaan bersih. Belanja Daerah dalam APBD yang semula dikelompokkan kepada:
1. belanja tidak langsung, 2. belanja langsung.
Setelah disesuaikan menjadi belanja: 1.
belanja operasi, merupakan semua pengeluaran pemerintah yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Kelompok belanja
ini meliputi: a.
belanja pegawai, b.
belanja barang, c.
belanja subsidi, d.
belanja hibah, e.
belanja bantuan sosial,
Universitas Sumatera Utara
42
f. belanja bantuan keuangan
2. belanja modal, merupakan pengeluaran pemerintah yang manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah kekayaan atau aset daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti
biaya operasi atau pemeliharaan Belanja modal meliputi:
a. belanja tanah,
b. belanja peralatan dan mesin,
c. belanja gedung dan bangunan,
d. belanja jalan, irigasi dan jaringan,
e. belanja aset tetap lainnya,
f. belanja aset lainnya.
3. belanja tidak terduga, merupakan pengeluaran yang dilakukan
pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga. Belanja Daerah Basis Kas adalah semua pengeluaran oleh bendahara
umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam priode tahun anggaran bersangkutan yang tidak diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Belanja Daerah Basis Akrual adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupatenkota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.Belanja pemerintah yang efisien dan efektif akan menjadi kunci keberhasilan pembangunan suatu bangsa.
Universitas Sumatera Utara
43
Berapapun besarnya pendapatan akan menjadi kurang bermakna apabila pola belanjanya masih melakukan pemborosan-pemborosan dan tidak berorientasi
pada kepentingan masyarakat. Disamping itu, bagi negara yang masih berkembang seperti Indonesia belanja pemerintah mempunyai peranan yang
cukup krusial sebagai stimulus pembangunan ekonomi. Dengan demikian Belanja daerah merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode
anggaran belanja daerah.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahuli