Saran Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

B. Saran

1. Munculnya inovasi karya anak bangsa untuk memenuhi kebutuhan transportasi yang layak, nyaman dan murah sepatutnya didukung pemerintah dan bukan dihalang-halangi, munculnya moda transportasi umum berbasis aplikasi online tidak lain dikarenakan pemerintah dianggap belum mampu memberikan transportasi umum yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah seharusnya mewadahi perkembangan teknologi transportasi umum karya anak bangsa namun disisi lain tetap mengawasi dan melindungi konsumen pengguna layanan transportasi umum berbasis aplikasi online. 2. Seiring perkembangan teknologi dari tahun ke tahun, data diri konsumen yang mengkases transaksi elektronik dinilai masih belum aman dari jangkauan oknum tidak bertanggung jawab, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya promosi-promosi yang berdatangan kepada akun email pribadi, pembajakan akun-akun sosial media, serta pencurian data kartu kredit seseorang yang bertransaksi melalui internet. Sewajarnya pemerintah dapat mengawasi dan melakukan upaya preventif dalam bentuk himbauan, penyuluhan dan upaya lainnya kepada masyarakat yang mau bertransaksi secara elektronik serta menindak oknum yang menyalahgunakan data diri seseorang sehingga menimbulkan efek jera. 3. Indonesia belum memiliki kebijakan atau regulasi mengenai perlindungan data pribadi dalam satu peraturan khusus. Pengaturan mengenai hal tersebut masih termuat terpisah di beberapa peraturan perundang-undangan dan hanya mencerminkan aspek perlindungan data pribadi secara umum, pasal 26 UU ITE masih belum cukup ideal untuk melindungi data diri dalam bertransaksi secara elektronik khususnya dalam transportasi umum berbasis aplikasi Universitas Sumatera Utara online. Pemerintah diharapkan dapat membuat pengaturan perlindungan data diri dalam suatu peraturan khusus sehingga tidak adanya peraturan yang tumpang tindih dan multi tafsir. Peraturan tersebut nantinya diharapkan dapat meminimalkan penyalahgunaan data diri oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Universitas Sumatera Utara BAB II PENGELOLAAN TRANSPORTASI UMUM BERBASIS APLIKASI ONLINE D. Aspek Hukum Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Pasal 47 ayat 1 UU LLAJ membagi kendaraan menjadi kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor, kemudian pada Pasal 47 ayat 2, kendaraan bermotor dibagi lagi menjadi sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus, mobil barang dan kendaraan khusus, kendaraan bermotor ada yang perseorangan dan ada juga kendaraan bermotor umum. 19 Berdasarkan Pasal 1 poin ke-10 UU LLAJ, kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang danatau orang dengan dipungut bayaran, ojek sendiri merupakan jasa transportasi menggunakan sepeda motor dan dengan dipungut bayaran, dengan membandingkan dua hal di atas maka seharusnya dapatlah kita simpulkan bahwa Ojek merupakan kendaraan bermotor umum. Akan tetapi, permasalahan utamanya justru terletak pada kendaraan itu sendiri, yaitu sepeda motor. Sepeda motor dinilai tidak sesuai dengan angkutan perkotaan di jalan-jalan utama. Bahkan ojek tidak termasuk dalam angkutan umum yang terdapat dalam UU No 22 Tahun 2009 menurut Djoko Setijowarno, Pengamat Transportasi Universitas Atma Jaya. 20 Pendapat dari Djoko Soetijowarno tidaklah salah, namun juga tidak benar seluruhnya. UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 19 Republik Indonesia, Undang-Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Bab VII Pasal 47 angka 1 dan angka 2 20 http:www.sindikat.co.idbloggojek-tidak-sesuai-dengan-peraturan-ilegal-kah, diakses 23 juni 2016 Universitas Sumatera Utara memang tidak menyebutkan dengan jelas bahwa sepeda motor termasuk kendaraan bermotor umum, tetapi dalam UU tersebut juga tidak terdapat larangan mengenai penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan bermotor umum. Contohnya yaitu Pasal 137 ayat 2, “Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda motor, mobil penumpang, atau bus. 21 Peraturan Pemerintah PP No 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan juga tidak disebutkan dengan jelas mengenai penggunaan sepeda motor sebagai kendaraan umum untuk mengangkut orang. Pasal 10 ayat 4 PP No. 74 Tahun 2014 hanya menjelaskan teknis sepeda motor sebagai angkutan barang. Jadi, belum ada peraturan yang mengatur secara jelas mengenai keberadaan Ojek, khususnya Gojek yang dianggap melanggar peraturan angkutan orang. Ojek, telah ada di masyarakat Indonesia sejak lama dan pada hakekatnya merupakan sebuah usaha perorangan dari tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keberadaan PT Gojek sendiri ialah memberikan fasilitas berupa aplikasi Gojek, jaket dan helm yang memudahkan tukang ojek dalam melangsungkan usahanya. Dalam situsnya, www.go-jek.com, mereka sendiri menyatakan bahwa “Gojek adalah perusahaan berjiwa sosial yang memimpin revolusi industri transportasi Ojek” 22 . Gojek bermitra dengan para pengendara ojek yang telah berpengalaman untuk menjalankan usahanya. Oleh karena itu, jika di cermati, keberadaan Ojek dan PT Gojek sesungguhnya merupakan 2 hal yang berbeda, driver Gojek tidak menerima perintah kerja dari PT Gojek, tetapi dari pelanggan ojek dan dikerjakan secara pribadi seperti halnya tukang ojek pada umumnya. 21 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Pasal 137 22 http:katadata.co.idtelaah20150728teknologi-informasi-yang-mengubah-bisnis-ojek, diakses 23 Juni 2016 Universitas Sumatera Utara Hubungan kerja yang ada antara PT Gojek dan Driver Gojek bukanlah hubungan buruh dan majikannya sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1601 dan Pasal 1602 KUHPerdata. Saat ini PT Gojek juga telah mengantongi Surat Izin Usaha PerdaganganSIUP sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan menteri perdagangan. Sehingga, Gojek pun juga turut membayar pajak pada pemerintah sejak awal tahun ini. Kekhawatiran mungkin timbul karena begitu banyaknya Driver Gojek dan mereka menggunakan kendaraannya sendiri tidak disediakan oleh Gojek. Dengan demikian PT Gojek sebenernya tidak menyelenggarakan jasa transportasi. Pasal 201 ayat 2 UU No 22 Tahun 2009 menyebutkan, “Kendaraan Bermotor Umum harus dilengkapi dengan alat pemberi informasi untuk memudahkan pendeteksian kejadian kejahatan di Kendaraan Bermotor.” 23 , driver Gojek dibekali dengan smartphone, dan dalam aplikasi Gojek itu sendiri terdapat GPS yang melacak keberadaan Driver, sehingga ketentuan Pasal 201 ayat 2 telah terpenuhi. 24 Di samping itu, proses seleksi dan penerimaan Driver Gojek juga telah meliputi wawancara, pemeriksaan fisik motor, serta adanya pelatihan bagi Driver itu sendiri, keberadaan Gojek telah menolong menyejahterakan tukang-tukang ojek yang berpenghasilan tidak tetap dan juga memberikan kemudahan serta tarif angkutan yang terjangkau bagi para pelanggan. Bahkan apabila ojek ternyata di regulasi oleh pemerintah, harga yang akan dibayarkan oleh konsumen akan menjadi lebih tinggi. Karena motor perlu di sertifikasi, pengendara perlu di uji, 23 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Pasal 201 24 http:www.sindikat.co.idbloggojek-tidak-sesuai-dengan-peraturan-ilegal-kah, diakses 23 Juni 2016 Universitas Sumatera Utara perlu pemeriksaan rutin berkala rem, mesin motor, ban serta aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan sepeda motor. Sekalipun Gojek belum memiliki pengaturan yang jelas, perusahaan ini tetap diijinkan berjalan, karena dampak positif yang ditimbulkannya sangat besar. Walaupun sempat diberitakan soal adanya larangan bagi taksi dan ojek online namun transportasi umum berbasis aplikasi online dinyatakan tetap dapat beroperasi oleh Menteri Perhubungan seperti yang tertuang dalam Surat Nomor UM.302121Phb2015. Surat ini ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, tertanggal 9 November 2015. Selain ditujukan kepada Kepolisian RI, surat ini juga ditembuskan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Kemanaan Republik Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, serta Gubernur, Kapolda, Korlantas, Dirjen Perhubungan Darat dan Ketua Umum DPP Organda, akan tetapi kemudian Ignasius Jonan membatalkan surat tersebut dan menyatakan bahwa jasa transportasi online dan layanan sejenisnya dipersilakan untuk beroperasi sebagai solusi sampai transportasi publik dapat terpenuhi dengan layak. 25 Jika dicermati dari isi surat ini, sebenarnya surat tersebut berisikan pemberitahuan kepada instansi-instansi yang disebutkan di atas bahwa taksi maupun ojek online dinilai tidak memenuhi ketentuan sebagai angkutan umum karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan “UU LLAJ” dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan “PP 742014”. 25 http:www.hukumonline.comklinikdetaillt56739f735626dapakah-perusahaan- aplikasi-ojek-harus-berizin-perusahaan-angkutan-umum, diakses 23 Juni 2016 Universitas Sumatera Utara Oleh karenanya, Menteri Perhubungan meminta segenap instansi terkait tersebut untuk mengambil langkah-langkah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Jadi, sifatnya adalah pemberitahuan dan imbauan. Dalam artikel Jonan: Kemenhub Tak Bermaksud Melarang Ojek Online yang diakses dari laman portal berita Suara.com 26 , Jonan menegaskan Kementerian Perhubungan hanya mengeluarkan surat imbauan, bukan larangan. perusahaan penyedia aplikasi jasa ojek berbasis online ini menggunakan teknologi aplikasi sebagai salah satu cara transaksi dalam rangka memberikan kemudahan akses bagi konsumen. Pertanyaannya adalah, apakah perusahaan teknologi aplikasi seperti ojek online itu harus memiliki izin khusus untuk industri yang disupportnya, seperti izin perusahaan angkutan? Advokat Bimo Prasetio dalam sebuah tulisan Peran Pemerintah dalam mengatur bisnis jasa berbasis teknologi aplikasi yang dimuat di laman strategihukum.net yang dia kelola, berpendapat, model bisnis dan regulasi dalam satu industri yang akan menentukan apakah perusahaan teknologi aplikasi seperti ojek online itu harus memiliki izin khusus dari instansi terkait industri yang disupportnya atau tidak. 27 Prinsip dan praktiknya dalam skema jual beli yang terjadi melalui teknologi aplikasi dibagi menjadi 2 dua jalur: 1. Transaksi Langsung, konsumen langsung memesan Barang dan Jasa kepada Pelaku Usaha Penyedia melalui teknologi aplikasi, dan barang dan jasa disediakan langsung dari Penyedia.Contoh: Pemesanan tiket film bioskop melalui aplikasi Cineplex 21 ke Cineplex 21, Pemesanan Pizza melalui aplikasi Domino‟s Pizza ke Domino‟s Pizza. 2. Transaksi melalui Penghubung, Konsumen memesan Barang dan Jasa kepada Pelaku Usaha yang menyediakan jasa penghubung, kemudian Pelaku Usaha 26 http:www.suara.comnews20151218121801jonan-kemenhub-tak-bermaksud- melarang-ojek-online, diakses 20 Mei 2016 27 http:strategihukum.netperan-pemerintah-dalam-mengatur-bisnis-jasa-berbasis- teknologi-aplikasi diakses 27 April 2016 Universitas Sumatera Utara tersebut melakukan pemesanan kepada Pelaku Usaha Penyedia yang cocok dengan pesanan Konsumen. Selanjutnya, Penyedia barang dan jasa yang akan menyerahkan barang dan jasa kepada Konsumen yang melakukan pemesanan di awal. Contoh: Pemesanan taksi Express yang bekerjasama dengan perusahaan Grabtaxi melalui aplikasi Grabtaxi, Pemesanan Baju merek Mango melalui aplikasi Zalora yang melakukan usaha retail Baju merek Mango. Sementara, pelaku usaha penghubung seperti Go-Jek menyatakan dalam situs Go-Jek Terms of Use Pasal 1.5 dan dalam artikel Gojek Bukan Perusahaan Transportasi Umum bahwa mereka adalah “Perusahaan Teknologi” yang tidak diwajibkan untuk memiliki izin usaha transportasi yang mereka hubungkan. Bimo juga menjelaskan bahwa selaku pelaku usaha penghubung, operator teknologi aplikasi tidak perlu memiliki izin untuk memperdagangkan barang dan jasa yang ia hubungkan melalui teknologi aplikasi. Hal ini mengingat tanggung jawab atas perdagangan barang dan jasa tersebut ada pada produsen barang dan jasa. Sebagai ilustrasi, Agoda tidak perlu memiliki izin usaha perhotelan, namun hotel yang dipesan melalui Agoda, harus memiliki izin usaha perhotelan. 28 Menjawab pertanyaan di atas, jika memang perusahaan yang menyediakan aplikasi jasa ojek online sebagai pelaku usaha penghubung seperti Go-Jek ini adalah perusahaan teknologi, maka sebetulnya ia tidak wajib memiliki izin usaha seperti perusahaan angkutan umum, sebaliknya, jika perusahaan penyedia aplikasi itu menghendaki menjadi perusahaan angkutan umum, maka ia wajib memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam UU LLAJ dan PP Angkutan Jalan sebagaimana diwajibkan pemerintah. 28 http:www.hukumonline.comklinikdetaillt56739f735626dapakah-perusahaan- aplikasi-ojek-harus-berizin-perusahaan-angkutan-umum, diakses 24 Juni 2016 Universitas Sumatera Utara Terlebih dahulu, perlu diketahui arti perusahaan angkutan umum sebagaimana disebut dalam Pasal 1 angka 21 UU LLAJ dan Pasal 1 angka 13 PP 742014: Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan jasa Angkutan orang danatau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum. Syarat utama adalah berbadan hukum. Sebagai perusahaan angkutan umum, maka Perusahaan Angkutan Umum yang menyelenggarakan angkutan orang danatau barang wajib memiliki: 29 1. izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek; 2. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan atau 3. izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat Berikut ketentuan-ketentuan yang wajib dipatuhi perusahaan angkutan umum atau penyedia jasa angkutan umum, antara lain: 1. Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan, usaha milik daerah, danatau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliput keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan, yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan. 3. Tanda nomor kendaraan bermotor umum adalah dasar kuning, tulisan hitam. 4. Kendaraan yang dipergunakan untuk pelayanan Angkutan orang baik dalam Trayek maupun tidak dalam trayek adalah menggunakan Mobil Penumpang Umum Mobil Bus Umum Pembangunan hukum tidak hanya menambah peraturan baru atau merubah peraturan lama dengan peraturan baru tetapi juga harus dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi semua pihak yang terkait dengan sistem transportasi terutama pengguna jasa transportasi. Mengingat penting dan 29 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Pasal 1 Angka 21 Universitas Sumatera Utara strategisnya peran lalu-lintas dan angkutan jalan yang menguasai hajat hidup orang banyak serta sangat penting bagi seluruh masyarakat, maka pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana pengangkutan perlu di tata dan dikembangkan dalam sistem terpadu 30 Penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan juga perlu dilakukan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas jangkauan dan pelayanannya kepada masyarakat, dengan tetap memperhatikan kepentingan umum, kemampuan masyarakat, kelestarian lingkungan, dan ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan lalu dan kepentingan masyarakat umum sebagai pengguna jasa transportasi perlu mendapatkan prioritas dan pelayanan yang optimal baik dari pemerintah maupun penyedia jasa transportasi, disamping itu perlindungan hukum atas hak-hak masyarakat sebagai konsumen transportasi juga harus mendapatkan kepastian. Pembahasan pembangunan aspek hukum transportasi tidak terlepas dari efektivitas hukum pengangkutan itu sendiri. Pengangkutan di Indonesia diatur dalam KUH Perdata pada Buku Ketiga tentang perikatan, kemudian dalam KUH Dagang pada Buku II titel ke V 31 . Selain itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai pengganti undang- undang lalu lintas angkutan jalan yang selanjutnya disingkat dengan UULLAJ, serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan yang masih tetap berlaku meskipun PP No. 41 Tahun 1993 merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No. 14 tahun 1992 dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324 30 Suwardjoko Warpani,Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung, 2002, hlm.13. 31 http:repository.usu.ac.idbitstream123456789253884Chapter20I.pdf diakses 4 April 2016 Universitas Sumatera Utara UU No. 22 Tahun 2009 bahwa : Pada saat UU LLAJ ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480 dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini. Pasal 2 dan pasal 3 UULLAJ mengatur asas dan tujuan pengangkutan. Adapun Asas penyelenggaraan lalu lintas adalah diatur dalam Pasal 2 UULLAJ yakni 32 : 1. asas transparan; 2. asas akuntabel; 3. asas berkelanjutan; 4. asas partisipatif; 5. asas bermanfaat; 6. asas efisien dan efektif; 7. asas seimbang; 8. asas terpadu; dan 9. asas mandiri. Sedangkan Pasal 3 UULLAJ menyebutkan mengenai tujuan dari Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yakni: 33 1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa; 2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan 3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. Menurut Pasal 4 UULLAJ dinyatakan undang-undang ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yangaman, selamat, tertib, dan lancar melalui: 34 a. Kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, danatau barang di Jalan; b. Kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan 32 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Pasal 2 33 Ibid, Pasal 3 34 Ibid, Pasal 4 Universitas Sumatera Utara c. Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, serta penegakan hukum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Demikian juga dalam Pasal 9 UULLAJ tentang Tata Cara Berlalu Lintas bagi pengemudi kendaraan bermotor umum serta Pasal 141 UULAJ tentang standar pelayanan angkutan orang dan masih banyak pasal-pasal lainnya yang terkait dengan adanya upaya memberikan penyelenggaraan jasa angkutan bagi pengguna jasa atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pemakai jasa angkutan. Dengan berlakunya UU LLAJ tersebut diharapkan dapat membantu mewujudkan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan jasa angkutan, baik itu pengusaha angkutan, pekerja sopir pengemudi serta penumpang. Secara operasional kegiatan penyelenggaraan pengangkutan dilakukan oleh pengemudi atau sopir angkutan dimana pengemudi merupakan pihak yang mengikatkan diti untuk menjalankan kegiatan pengangkutan atas perintah pengusaha angkutan atau pengangkut. Pengemudi dalam menjalankan tugasnya mempunyai tanggung jawab untuk dapat melaksanakan kewajibannya yaitu mengangkut penumpang sampai pada tempat tujuan yang telah disepakati dengan selamat, artinya dalam proses pemindahan tersebut dari satu tempat ke tempat tujuan dapat berlangsung tanpa hambatan dan penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya, luka, sakit maupun meninggal dunia. Sehingga tujuan pengangkutan dapat terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan nilai guna masyarakat 35 35 http:apbisma.blogspot.co.id201404perlindungan-hukum-terhadap-penumpang.html diakses 26 April 2016 Universitas Sumatera Utara Transportasi umum berbasis aplikasi online merupakan suatu fenomena baru dalam transportasi Indonesia, perkembangan teknologi turut berpengaruh pada sistem transportasi dewasa ini, jenis transportasi ini memberikan kemudahan berupa kemudahan untuk memesan jasa transportasi umum yang diinginkan mobil, motor dan pesawat, dari pemesanan itu pengguna layanan juga dapat mengetahui lokasi armada terdekat yang akan menjemputnya dan biasanya biaya yang ditawarkan relatif murah dibandingkan transportasi umum konvensional. Bahkan ada penyedia layanan transportasi umum berbasis aplikasi online yang memiliki kelebihan berbelanja kebutuhan rumah tangga sehingga pengguna layanan tidak lagi harus beranjak dari tempat duduk hanya untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, semua penggunaan fitur diatas hanya semudah menekan layar smartphone saja. Penggunaan transportasi umum berbasis aplikasi online pada perkembangannya juga menuai banyak kecaman dan protes dari penyedia layanan transportasi konvensional serta beberapa pihak terkait. Menurut penyedia layanan transportasi umum konvensional dianggap illegal, secara garis besar beberapa transportasi umum berbasis aplikasi online bertentangan dengan peraturan yang ada di Indonesia, antara lain dalam Pasal 139 Ayat 4 UU LLAJ, yang berbunyi 36 : “Penyediaan jasa transportasi umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, danatau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.” Serta melanggar Pasal 173 ayat 1 UU LLAJ, yakni 37 : 36 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Pasal 139 Ayat 4 37 Ibid, Pasal 174 ayat 1 Universitas Sumatera Utara “Perusahaan Transportasi umum yang meyelenggarakan angkutan orang danatau barang wajib memiliki : 1. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek; 2. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan atau 3. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat. Perusahaan transportasi umum online wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan, yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan Pasal 141 UU LLAJ, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 28 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PM No.46 Tahun 2014 tentang SPM Angkutan Orang dengan Kend. Bermotor Umum Tidak dalam Trayek; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2015 tentang Peruubahan atas PM No. 98 Tahun 2013 tentang SPM Angkutan Orang dengan Kend. Bermotor Umum dalam Trayek. 38 Sebagaimana menurut Pasal 139 Ayat 4 diatas bahwasannya dalam menjalankan usaha transportasi umum online, driver haruslah berbentuk badan usaha, baik badan usaha milik negara BUMN, badan usaha milik daerah BUMD dan atau badan hukum lain PT, Yayasan dan Koperasi, beberapa perusahaan Transportasi umum berbasis aplikasi online Go-jek, Grabbike, dan Grabtaxi sudah berbentuk badan hukum PT, namun perusahaan tersebut adalah perusahaan dibidang penyedia aplikasi dan bukan perusahaan penyedia transportasi umum, 39 bentuk perusahaan ini lebih berfokus sebagai penjembatan yang menghubungkan antara pemilik transportasi umum dengan pengguna yang 38 http:jdih.dephub.go.idindex.phpproduk_hukumviewVUUwZ01qa2dWRUZJVl U0Z01qQXhOUT09 diakses 27 April 2016 39 http:www.hukumonline.comklinikdetaillt56739f735626dapakah-perusahaan- aplikasi-ojek-harus-berizin-perusahaan-angkutan-umum diakses 26 april 2016 Universitas Sumatera Utara membutuhkan transportasi sehingga perusahaan transportasi umum berbasis aplikasi online dinilai ilegal karena perusahan tersebut pada dasarnya merupakan perusahaan penyedia aplikasi namun pada operasionalnya bergerak dalam bidang transportasi umum, Dan tidak berbadan hukum sebagai penyedia transportasi umum sehingga transportasi umum berbasis aplikasi online berada di zona abu- abu. Menurut pengamat tata kota Nirwono joga dari Universitas Trisakti, menyarankan agar perusahaan peranti lunak yang memberi layanan transportasi tidak mengubah haluan tipe bisnis menjadi perusahaan transportasi, 40 selain itu driver transportasi umum online juga harus mematuhi Pasal 173 Ayat 1 UU LLAJ, dimana ada beberapa izin-izin yang harus dimiliki dalam menjalankan usahanya, serta harus mengikuti uji kelayakan, Perusahaan transportasi umum berbasis aplikasi online juga wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan. Dari penjelasan diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa Perusahaan transportasi umum berbasis aplikasi online adalah legal, karena perusahaan ini sedari awal hanya merupakan perusahaan penyedia aplikasi yang menghubungkan antara drive transportasi umum dengan konsumen pengguna layanan transportasi umum berbasis aplikasi online, lebih lanjut perusahaan gojek juga menyatakan perusahaannya adalah perusahaan yang hanya bersifat penghubung yang berorientasi perusahaan teknologi sesuai pada term of use Gojek Pasal 1.5 menyatakan bahwa 41 : 40 http:www.arah.comarticle898transportasi-online-boleh-jalan-jika-mendirikan- koperasi.html diakses 27 April 2016 41 http:www.go-jek.comterms Diakses 20 April 2016 Universitas Sumatera Utara “Untuk menghindari keragu-raguan, kami adalah perusahaan teknologi, bukan perusahaan transportasi atau kurir dan kami tidak memberikan layanan transportasi atau kurir. Kami tidak mempekerjakan penyedia layanan. Aplikasi ini hanya merupakan sarana untuk memudahkan pencarian atas layanan. Adalah tergantung pada penyedia layanan untuk menawarkan layanan kepada anda dan tergantung pada anda apakah anda akan menerima tawaran layanan dari penyedia layanan”. Kedudukan driver hanyalah sebagai mitra dalam operasional transportasi umum online. Masyarakat awam umumnya menganggap bahwa para driver aplikasi online mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan penyedia aplikasi. Alasannya beragam, mulai dari adanya kewajiban driver menjaminkan surat berharga seperti ijazah saat awal mendaftar hingga masalah upah atau asuransi yang diberikan kepada para driver. Pandangan seperti itu tidak seluruhnya salah. Karena pada praktiknya banyak pekerja yang memang diminta perusahaan untuk menitipkan ijazahnya sebelum memulai bekerja. Apalagi soal asuransi dan upah yang lazim dan semestinya diberikan kepada pekerja. Dari sisi hukum, untuk melihat ada tidaknya hubungan kerja, tidak hanya bisa dilihat dari ada tidaknya kewajiban penitipan ijazah, upah dan asuransi seperti di atas. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan selanjutnya disebut UU Ketenagakerjaan sebenarnya sudah memberi rambu-rambu untuk melihat ada tidaknya suatu hubungan kerja. Menentukan ada tidaknya hubungan kerja ini penting untuk melihat apakah ada hubungan „pekerja dan pengusaha‟ di sana. Kalau tidak ada hubungan kerja, berarti tidak ada istilah pekerja dan pengusaha. Yang ada hanyalah mitra. Undang-undang ketenagakerjaan mendefinisikan hubungan kerja sebagai hubungan antara pengusaha dengan pekerjaburuh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dari pengertian itu terlihat Universitas Sumatera Utara tiga unsur hubungan kerja, yaitu pekerjaan, upah dan perintah. Namun bagian Penjelasan UU Ketenagakerjaan tidak menjelaskan lebih jauh dan detil dari unsur- unsur hubungan kerja tersebut. Tidak adanya penjelasan lebih jauh mengenai unsur-unsur hubungan kerja tersebut membuat setiap pihak memiliki penafsirannya masing-masing. Ini misalnya terlihat dalam kasus antara puluhan sopir dan sebuah perusahaan di bidang transportasi angkutan pelabuhan tanjung perak Surabaya, pada kasus tersebut, para sopir berdalih memiliki hubungan kerja karena unsur-unsurnya terpenuhi. Adanya pekerjaan berupa mengemudikan truk dan container ke tujuan yang telah ditunjuk perusahaan, upah berupa gaji pokok setiap bulan dan perintah berupa kewajiban untuk mengantar barang sampai tujuan. Sementara perusahaan berpendapat sebaliknya 42 . Tidak ada pekerjaan karena pekerjaan digantungkan pada order pengiriman dari customer perusahaan, tidak ada upah karena pendapatan sopir dihitung dengan komisi dan diterima setelah selesai mengirim barang dan tidak ada perintah karena yang memerintah adalah customerpengguna jasa pengiriman. Oleh karena peraturan di bidang ketenagakerjaan tidak menjelaskan lebih lanjut unsur hubungan kerja, maka penting untuk melihat bagaimana pandangan pengadilan terhadap ketiga unsur tersebut. Pada putusan Mahkamah Agung Nomor 841 KPdt.Sus2009 dalam perkara antara sopir taksi dan perusahaan taksi misalnya. Dalam perkara tersebut MA menyatakan tidak ada unsur upah karena para sopir taksi hanya menerima komisipersentase. Selain itu, tidak ada unsur perintah karena sopir taksi diberi kebebasan mencari penumpangnya sendiri 43 . 42 http:www.hukumonline.comklinikdetaillt50924dbf2ad1fstatus-hubungan- pengojek-dan-perusahaan-aplikasi-layanan-ojek diakses 26 april 2016 43 Ibid Universitas Sumatera Utara Sebaliknya, pada putusan Mahkamah Agung Nomor 276 KPdt.Sus2013 dalam perkara antara perusahaan di bidang logistik dan sopir. Dalam perkara itu MA mengamini putusan tingkat sebelumnya yang menyatakan ada hubungan kerja antara perusahaan dan sopir tersebut. Alasannya adalah adanya unsur pekerjaan karena sopir hanya mengangkut muatan yang disediakan perusahaan. Bukan disediakandicari sendiri oleh sopir. Dari dua putusan Mahkamah Agung di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai unsur-unsur hubungan kerja sebagai berikut: 1. Pekerjaan: unsur ini terpenuhi jika pekerja hanya melaksanakan pekerjaan yang sudah diberikan perusahaan. 2. Upah: unsur ini terpenuhi jika pekerja menerima kompensasi berupa uang tertentu yang besar jumlahnya tetap dalam periode tertentu. Bukan berdasarkan komisipersentase. 3. Perintah: unsur ini terpenuhi jika pemberi perintah kerja adalah perusahaan. Bukan atas inisiatif pekerja. Berdasarkan sumber pemberitaan media, para driver ini tidak mendapatkan gaji dari perusahaan aplikasi. Justru para driver harus membagi 10 hingga 20 persen pendapatannya ke perusahaan. Berapa pendapatan driver tergantung seberapa banyak penumpang yang bisa ia antar. Perintah mengantar penumpang juga tidak datang dari perusahaan, melainkan dari penumpang dan tentu atas kesediaan driver. Dalam kondisi itu terlihat tidak ada unsur hubungan kerja pada relasi driver dan perusahaan penyedia aplikasi. 44 Dengan demikian maka disimpulkan tidak ada hubungan kerja antara driver dan perusahaan penyedia aplikasi. Driver dan perusahaan penyedia aplikasi hanyalah bersifat mitra dan berdiri sendiri tanpa ada hubungan kerja 44 http:www.hukumonline.comklinikdetaillt50924dbf2ad1fstatus-hubungan- pengojek-dan-perusahaan-aplikasi-layanan-ojek_ftn2 diakses 20 April 2016 Universitas Sumatera Utara Driver yang bermitra dengan perusahaan aplikasi inilah yang sesunguhnya ilegal dikarenakan berdiri sendiri-sendiri tanpa ada berbentuk badan hukum dikarenakan driver adalah sebagai pelaku transportasi umum tersebut. Para driver ini dapat menjadi legal apabila mereka mau bersatu dan membentuk badan hukum seperti koperasi. Para driver yang bersatu dalam badan hukum koperasi ini akan dinilai legal dimata hukum karena sudah sesuai dengan ketentuan pasal 173 ayat 1 UU LLAJ, sehingga dalam kegiatan operasionalnya transportasi umum berbasis aplikasi online tunduk dengan semua ketentuan yang ada dalam UU LLAJ

E. Pengelolaan Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online

Dokumen yang terkait

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

1 77 107

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

0 0 8

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

0 0 1

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

0 0 15

Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

1 1 35

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 0 8

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 0 1

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 0 14

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 2 35

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

0 1 3