Analisis dengan Kromatografi Gas Cair atau GLC tidak selalu mudah untuk menghasilkan kromatogram yang baik. Banyak faktor yang harus dipilih
secara tepat, seperti pemilihan ase stasioner, penentuan suhu kolom dan kecepatan aliran gas pembawa, disamping kecermatan preparasi sampel, pembuatan kolom
dan conditioningnya. Hal – hal yang seterusnya akan diuraikan dalam naskah ini akan dapat dipakai untuk membantu memecahkan masalah – maslah yang
dihadapi dalam menoperasikan alat GLC.
2.1.6 Susunan Alat dan Cara Operasinya
Keuntungan penggunn GLC selain kecepatan dan variasi penggunaannya yang luas, juga karena dengan cara ni hanya dibutuhkan jumlah sampel relatif snagat
kecil. Meskipun dengan sampel yang sangat kecil, komponen yang jumlahnya banyak dalam bentuk kromatogram yang dapat memberikan informasi tidak hanya
kuantitasnya, tetapi jugab identitasnya. Selain berbeda dengan kromatografi lain, kolom yang digunakan dalam GLC secara kontinyu dapat mengalami regenerasi,
sehingga praktis dapat digunakan dalam waktu yang tidak terbatas asalkan persyaratan yang diminta selalu dapat dipenuhi.
Tidak seperti pada kromattografi cairan, kromatografi gas cairan merupakan sistem yang tertutup. Komponen dasarnya terdiri dari tangki gas
pembawa, pengatur tekananaliran gas, injektor, kolom, detektor, oven pemanas, amplifier, dan rekorder. Untuk masing – masing penjelasannya dapat diuraikan
sebagai berikut ini.
1. Gas Pembawa
Gas yang umum digunakan adalah Helium He, Nitrogen, Hidrogen dan Argon. Gas pembawa tersebut pada suhu dan tekanan yang normal tidak reaktif dan tidak
Universitas Sumatera Utara
berbahaya kecuali gas hidrogen yang mudah terbakar. Oleh karena itu, harus hati – hati bila menggunakan hidrogen, terutama harus dijagag jangan sampai ada
kebocoran. Karena gas pembawa terssebut tidak reaktif, interaksi antara senyawa – senyawa dalam sampel denga gas pembawa tidak terjadi.
Gas pembawa yang dipakai harus sesuai dengan jenis detektornya, misalnya Thermal Conductivity Detector cocok bila digunakan gas Hidrogen dan
Helium. Selain itu gas pembawa juga harus mempunyai kemurnian yang tinggi, karena kontaminasi dalam jumlah yang kecilpun dapat menyebakan noise pada
signal yang dikirimkan oleh detektor, sehingga dapat memberikan garis dasar yang tidak baiktidak lurus.
2. Injektor
Injektor yang digunakan sama seperti pada kromatografi yang lainnya, injektor tersebut haruslah dipanaskan terlebih dahulu agar sampel yang berupa cairan
dapat menguap. Selain itu desain injektor harus sedemikian, sehingga sampel yang telah menguap tersebut dapat langsung masuk kolom dengan perantaraan gas
pembawa. Pada beberapa alat, sampel tersebut dapat diinjeksikan langsung ke dalam kolom on column injection, terutama untuk menghindari kelemahan tadi.
Hal ini juga lebih disukai khususnya untuk sampel yang titik didihnya tidak terlalu tinggi.
3. Kolom
Ada dua jenis kolom, yaitu kolom dengan isian packed column dan kolom pipa terbuka open tubular column. Kolom isian merupakan suatu pipa yang diisi
bahan penyangga padat yang permukaanya dilapisi dengan cairan fase stasioner yang volatil. Berbeda dengan kolom isian, pada kolom pipa terbuka fase
Universitas Sumatera Utara
stasionernya melapisi permukaan dinding kolom. Oleh karena itu gas pembawa dapat mengalir tanpa terjadi penurunan tekanan dan hal inilah yang
memungkinkan kolom jenis ini dapat dipakai lebih panjang. Panjang kolom isisan biasanya hanya antara 0,7 sampai 2 m, sedangkan kolom pipa terbuka dapat
bervariasi antara 30 sampai 300 m.
4. Penyangga Padat
Zat padat penyangga solid support mempunyai fungsi agar fase cair atau fase stasioner dapat terdistribusi dengan rata pada permukaan yang luas. Penyangga
padat tersebut harus tidak reaktif agar tidak terjadi adsorbsi pada senyawa – senyawa yang dipisahkan. Selain itu harus mempunyai ukuran yang seragam,
tidak mudah pecah karena tekanan, tahan terhadap suhu tinggi, dan mempunyai permukaan yang luas.
Penyangga padat umumnya dibuat dari tanah diatome, yang tersusun dari senyaw silikat yang porous. Tanah diatome, yang tersusun dari senyaw silikat
yang porous. Penyangga padat yang dihasilkan dengan cara ini disebut Chromosorb-P, karena warnanya jingga pink. Bahan tersebut mempunyai
permukaan kira – kira 4 �
2
g dan masih aktif pada senyawa polar. 5. Fase Stasioner Liquid Phase
Fase cairan Liquid phase disebut juga fase stasioner. Pad waktu sekarnag fase cairan yang terdapat dalam perdagangan banyak sekali. Hal ini menyebabkan
bertambahnya kemampuan GLC sebagai alat pemisah dan alat analisis. Pemisahan fase caiiran biasanya didasarkna atas pedoman like dissolves like. Hal ini berarti
bahwa fase stasioner yang bersifat polar cocok untuk sampel yang bersifat polar juga, demikian pula sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya fase stasioner yang nonpolar bersifat nonselektif. Hal ini berarti bahwa bila tidak terdapat daya tarik menarik antara senyawa yang
dainalisis dengan fase stasioner, volatilitas senyawa tersebut terutama akan ditentukan oleh tekanan uapnya. Sebaliknya dalam fase stasioner yanh bersifat
polar, volatilitasnya sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara senyawa yang dianalisis dengan fase stasioner.
6. Detektor Komponen zat – zat yang terrdapat dalam sampel yang telah dipisahkan oleh
kolom harus dapat di deteksi dan akhirnya digambarkan dalam bentuk kromatogram. Mengingat bahwa masing – masing komponen tersebut dalam
konsentrasi yang sangat rendah dalam gas pembawa, detektor harus mempunyai kepekaan yang sangat tinggi.
Berdasarkan jenis respon yang diberikan, detektor dapat digolongkan menjadi detektor integral dan detektor diferensial. Pada detektor integral besarnya
signal bersifat kumulatif, sedangkan pada detektor diferensial besarnya signal bersifat individual dari masing – masing komponen senyawa yang melalui
detektor tersebut. Detektor dapat juga dibedakan menjadi detektor yang bersifat destruktif,
bila senyawa yang dideteksi menjadi rusak seperti Flame Ionization Detektor FID. Sebaliknya senyawa tersebut tidak rusak pada waktu dideteksi seperrti pada
thermal conductivity detektor TCD sehingga masih dapat diteliti lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Jeruk
Jeruk merupakan buah unggulan yang memiliki berbagai jenis. Di Indonesia, ada tiga jenis jeruk unggul yang dikomersialkan, yaitu jeruk besar
citrus maxima Merr, jeruk keprok, dan jeruk siem Citrus nobilis var microcarpa. Dari ketiga jenis tersebut telah dihasilkan banyak varietas jeruk
keunggulan yang mampu menyaingi jeruk impor. Hingga kini, ada 41 varietas jeruk yang sudah dilepas oleh pemerintah melalui Mentri Pertanian
RI.Agromedia,2011.
2.2.1 Sejarah Perkembangan Jeruk
Tanaman jeruk Citrus sp. adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah
terdapat di Indonesia, sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan. Di Indonesia jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting
ketiga setelah pisang dan mangga bila dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun Soelarno,1996.
2.2.1.1 Klasifikasi dan KualitasKandungan Gizi
Dalam sistem klasifikasi, tanaman jeruk manis dapat digolongkan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio : Spermatophyta
Universitas Sumatera Utara