Skrip 2 Analisis Naskah 2.1 Sintaksis

Bermula tahun 1987, beberapa perusahaan saya dirikan, yaitu Tata Roofindo Graha yang bergerak di industri genteng metal; Pariarti Shindutama, Pasarini Padibumi sebagai produsen sandal; Pasarantik Sekardana yang memproduksi kertas-kertas sembahyang bagi warga Tionghoa. Telah tiga dekade saya bergelut dalam dunia transformasi sekaligus mengubah logo dan nama kelompok usaha sampai akhirnya secara resmi acara perubahan nama kelompok usaha tersebut dilakukan pada 1 Desember 2011 dan dikemas dalam sebuah acara makan siang bersama dengan kalangan pengusaha. Dengan bendera baru bernama CT Corp, diharapkan penyebutan namanya menjadi lebih simpel dan orang-orang asing juga bisa lebih mudah untuk melafalkan nama baru perusahaan ini. Perubahan nama dan logo ini sekaligus sebagai bagian dari proses transformasi untuk melangkah dengan semangat dan spirit untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik for a better Indonesia. Bagian Empatpuluh Pad bagian ini penulis mendeskripsikan secara singkat sejarah sosok Chairul Tanjung yang dulunga disekolahkan oleh neneknya di sekolah Belanda, SD dan SMP Van Lith, Jakarta, yang sangat disiplin, yang mengajarkan pertama kali tentang bisnis, kejujuran, kedisplinan, dan tanggung jawab. Ketika SD, Chairul Tanjung sudah diajarkan berjualan es mambo, kacang, dan kue-kue. Kelihatannya sepele, hanya jualan kudapan, tetapi saya harus menghitung sekaligus mempertanggungjawabkan hasil penjualan kudapan itu kepada guru secara jujur dan apa adanya. Sejak itu saya mulai mengenal nilai uang dan prinsip ekonomi. Berdasarkan pengalaman hidup itulah, saya sangat menyakini bahwa pendidikan merupakan jalan utama agar bisa keluar dari jerat kemiskinan. Masalah sosial ini memang tidak akan pernah berakhir sepanjang manusia hidup di dunia ini, karena itu kita harus berusaha keras untuk mengatasinya dengan segala daya dan upaya.

4.2.2 Skrip

Perangkat framing ini melihat bagaimana strategi wartawan bercerita. Kita bisa menilai gaya bertutur yang dibunakan wartawan dari perangkat ini. Bagaimana wartawan memulai sebuah tulisan, bagaimana klimaksnya, bagaimana Universitas Sumatera Utara karakter dan emosi manusia yang ada dalam sebuah tulisan. Perangkat ini bisa diamati dari kelengkapan berita, yaitu 5W 1H who, what, where, when, why dan how Bagian Satu Chairil Tanjung yang merupakan kakak kandung dari Chairul Tanjung menjadi pendorong yang kuat untuk mengambil jurusan di Perguruan Tinggi Negeri UMPTN, dengan rektornya waktu itu adalah Prof. Dr. Mahar Mardjono dari Fakultas Kedokteran. Penulis menjelaskan bagaimana perjuangan Chairul Tanjung dalam memasuki Perguruan Tinggi Negeri UMPTN. Bagian ini juga dimanfaatkan penulis untuk mendeskripsikan riwayat “Kain Halus Ibu sebagai Biaya Kuliah” dan ketegasan orangtua dalam menjaga serta mendidik anak-anaknya dengan memegang prinsip “Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya”. Bagian Dua Empat orang tokoh diperkenalkan dalam bagian dua. Mereka adalah Beni Surya, Pak Surya, Toni, dan Hadi Surya yang merupakan satu keluarga yang menjalankan salah satu percetakan Bravo Printing di Jalan Bango V, Nomor 5 Senen. Penulis mendeskripsikan suatu usaha yang dapat memperoleh keuntungan dengan berkerjasama dengan Bravo Printing. Keuntungan diperoleh dari memfotokopi buku asisten praktikum sebesar Rp 15.000, hal ini diperoleh dari pembayaran uang fotokopi dengan harga Rp 300 dikalikan dengan 100 jumlah mahasiswa yang berada dalam satu kelas dan yang harus dibayarkan kepada Bravo printing sebesar Rp 150, sehingga dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp 15.000 dengan praktis didapatkan dengan proses mudah. Bagian Tiga Bagian ini mendeskripsikan sosok Chairul Tanjung yang menjadi seorang juragan fotocopy. Harga murah yang ditawarkan dalam fotocopy menjadi sebuah Universitas Sumatera Utara keunggulan yang membuat dia menjadi perhatian dari teman-temannya untuk memperoleh fotocopy dengan harga murah. Penulis juga memperlihatkan bahwa sosok Chairul Tanjung yang terus berusaha dalam memperoleh keuntungan demi kelangsungan kuliahnya dan mengurangi beban orangtuanya. Usaha di bawah tangga juga ia lakukan demi memperoleh uang dan membantu teman-teman yang kesulitan mencari mesin fotocopy yang jarak fotocopy dengan kampus sangat jauh. Bagian Empat Pada bagian ini masih tetap mendeskripsikan gambaran sosok Chairul Tanjung yang terus berusaha mengambil kesempatan selagi bisa memperoleh keuntungan di Perguruan Tinggi Negeri UMPTN. Bagian ini penulis menapilkan dua orang yang berkaitan dengan penjualan alat kedokteran kampus yaitu Vera yang merupakan junior Chairul Tanjung di FKG UI dan ayahnya Brigjen drg. Sarkawi yang merupakan kepala kesehatan gigi di Angkatan Darat. Hal ini dilakukan untuk dapat berbincang bersama ayahnya dan dapat menjamini dalam usaha importir peralatan kedokteran. Bagian Lima Bagian lima akan memperkenalkan dua tokoh seperti Alin dan Wati, mereka mahasiswa yang mendapatkan nilai D di mata kuliah Kewiraan dan tidak mampu untuk berdiplomasi dengan semua orang. Penulis menggambarkan sudut pandang seseorang yang yakin dengan bantuannya dapat memperoleh keberhasilan untuk memperbaiki nilainya. Serta menggambarkan sosok seseorang yang mampu berdiplomasi dengan orang lain. “Jadi begini Pak, kebetulan kedua teman saya ini mendapat nilai D pada mata kuliah Kewiraan. Mereka sudah pasti tidak lulus dan harus mengulang pada semester selanjutnya, sementara saya yakin mereka tahu apa saja dasar pemahaman dan penilaian terkait Kewiraan”. Bagian Enam Pada bagian ini penulis memperkenalkan beberapa tokoh seperti Hadi Hidayati yang merupakan teman yang membantu tokoh dalam deskriptif cerita ini, Universitas Sumatera Utara Pak Habibi, Mayjen TNI Nugroho Notosusanto, Pak Harto, Prof Sujudi, Pak Moh Arifin, Boy M. Bachtiar, Firmon dan Molen. Tokoh-tokoh inilah yang tergambar dalam deskriptif yang menceritakan tentang kegiatan tokoh sebagai mahsiswa teladan, aktivis sekaligus pebisnis. Kegiatan ini berlangsung di daerah Bukit Duri, dekat SMA 8 Jakarta, dan di Daerah Salemba, ini terjadi dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-39, 17 Agustus 1984 yang merupakan momentum kebangkitan dan sekaligus mengemban tugas sebagai Ketua FKG-UI. Pada bagian ini juga penulis memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai sifat seseorang mahasiswa yang aktif dalam menyampaikan pendapat, tegas, jujur, serta teladan dan bertanggung jawab dalam mengemban tugas yang sedang dikerjakannya. Bagian Tujuh Pak Arifin dan Nucholis Madjid diperkenalkan pada bagian ini yang menceritakan kegiatan untuk memperkenalkan penyakit talasemia kepada masyarakat dengan melakukan seminar dan penggalangan dana untuk membantu penyakit talasemia. Pada bagian ini tokoh juga diperkenalkan kepada orang-orang penting seperti Pak Ginanjar Kartasasmita yang merupakan menteri muda peningkatan produksi dalam negeri, serta Pak Teddy Rachmat yang merupakan direktur utama PT. Astra Indonesia. Seminar ini dilakukan di Hotel Borobudur pada tahun 1985. Pada bagian ini penulis menegaskan bahwa masyarakat harus mengetahui tentang apa itu penyakit thalasemia dan melakukan kegiatan yang lebih serius menanggapi tentang penyakit ini. Bagian Delapan Pada bagian ini penulis menggambarkan sudut pandang bahwa memulai usaha itu tidak mudah yang terlihat dari catatan keuangan yang menunjukkan lebih besar pasak daripada tiang. Awalnya penulis memperkenalkan Boy M. Bachtiar yang memberikan sedikit suntikan dana untuk memulai suatu usaha. Selain laku keras, kedekatan dengan teman-teman serta kebiasaan sering mentraktir teman dalam bisnis tidak bisa dibiarkan sampai akhirnya memutusakan kelangsungan usaha kecil tidak bisa dipertahankan. Universitas Sumatera Utara Bagian Sembilan Keluarga Chairul Tanjung diperkenalkan dalam bagian ini dimulai dari Chairil Tanjung yang merupakan kakak dari Chairul Tanjung, Chairal Tanjung, Selvi Tanjung, Lukman Hakim dan Oki Hertina yang merupakan adiknya serta A.G. Tanjung dan Halimah yang merupakan orangtua dari tokoh dalam deskriptif cerita ini. Penulis mendeskripsikan tentang kehidupan Chairul Tanjung dari semasa kecil hingga menjadi sosok Chairul Tanjung yang penuh dengan ketekunan dan kebijaksanaan. Peristiwa ini berlangsung di tanah kelahiran di Gang Sempur II dan di Gang Sempur IV Kemayoran Jakarta, yang merupakan tempat tinggalnya dan dilahirkan tepat pada tanggal 18 Juni 1962. Pada bagian ini penulis memberikan sudut pandang sosok orangtua yang tegas yang memberikan pola pendidikan keras serta tegas memberikan peraturan tingkah laku layaknya tingkah laku pada zaman dulu baik formal maupun informal kepada anak-anaknya yang sampai saat ini semua itu masih terasa. Bagian Sepuluh Tidak ada tokoh diperkenalkan pada bagian ini hanya sosok Chairul Tanjung yang sedang menunggu Bapak untuk membawa sejumlah uang untuk membayar zakat kami sekeluarga. Beberapa kali meneteskan airmata saat tetangga memperhatikan dan sempat akan memberikan zakat kepada kami. Di sudut gang Mesjid Batutulis saya menunggu Bapak, dan saat itu saya masih duduk di kelas dua SMP. Terus terang kejadian ini masih membayang hingga kini dan tidak mungkin akan terlupakan sampai kapan pun. Bagian Sebelas Sembilan tokoh diperkenalkan pada bagian ini yaitu Prita teman sekelas Chairul Tanjung, Yan Drayono, Bambang, Beni, Dewi, Retno, Eca, Bramundito, dan Basrizal yang merupakan teman-teman yang tergabung dalam teater di SMP Van Lith di Jalan Gunung Sahari Nomor 91 Tebet Barat. Pada bagian ini penulis mencoba untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan Chairul Tanjung dalam berbagai kegiatan, dan pergaulan selama memasuki SMP. Pada saat peringatan kemerdekaan Indonesia sekolah selalu Universitas Sumatera Utara mengadakan berbagai perlombaan antar kelas dan mencoba untuk menggeluti teater demi penampilan pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Bagian Duabelas Mas Yan Drayono merupakan guru teater yang mengajar Chairul Tanjung, hal ini menunjukkan ketertarikan terhadap teater dan mencoba menggelutinya. Sejak SMP kelas II hingga memasuki SMA kelas II Chairul Tanjung memiliki ketertarikan terhadap seni drama. Penulis melihat sudut pandang bahwa ketertarikan terhadap seni drama itu sangat kuat dalam diri Chairul Tanjung yang mendorong ia untuk terus mempelajari seni drama dengan latihan teater, membaca, membuat kliping mengenai ilmu seni, hal ini juga menunjukkan bahwa jiwa seni Chairul Tanjung juga dapat dicontoh bagi pemuda-pemudi Indonesia. Bagian Tigabelas Empat orang tokoh diperkenalkan pada bagian ini, yaitu Mas Yan, Rendra, Monang Pakpahan, dan Ade Herman yang merupakan teman teater dalam cerita ini, seperti cerita sebelumnya yang menceritakan sosok Chairul Tanjung yang terjun dalam dunia teater. Pada tahun 1979 di Gunung Gede Sukabumi daerah Purbowati di Aula Kampus Tisakti mereka menampilan segala kegiatan dan mempelajari teater lebih dalam lagi dan kegiatan mengamenpun dilakukan dan hasil dari mengamen dikumpulkan dan dibagi rata untuk makan bersama dengan tukang becak. Berkemah bersama teman-teman teaterpun dilakukan demi pementasan baca puisi Rendra. Sudut pandang yang terlihat pada bab ini menggambarkan sosok seorang Chairul Tanjung yang selalu memperhatikan orang disekitarnya dan melakukan segala usaha demi kesuksesannya kelak. Bagian Empatbelas Mas Yan dan Monang yang merupakan teman-teman Chairul Tanjung semasa SMP di Utan Kayu, dan mereka bertemu dengan teman-temannya kembali di sebuah Hotel Hilton yang sekarang sering disebut dengan Hotel Sultan pada tahun 1987. Universitas Sumatera Utara Penulis menceritakan pertemuan mereka yang berlangsung di Hotel Hilton dan kebetulan sedang mengikuti acara Bazar Indonesia di sana. Mereka ngobrol di pinggir danau buatan di bawah pohon kamboja yang mirip rumah-rumah bali dan kali ini Chairul Tanjung mencoba mengajari Mas Yan untuk menjadi seorang pebisnis yang memanfaatkan relasinya. Bagian Limabelas Dua orang tokoh diperkenalkan pada cerita ini yaitu Pak Ganjar dia adalah seorang guru biologi tali tambang serta Budi Siahaan yang merupakan salah satu siswa yang disuruh untuk membeli tali tambang. Pada waktu itu Pak Ganjar selaku guru biologi memberi tugas penelitian kepada siswa SMA 1 Boedi Oetomo untuk meneliti dan melihat rute perjalanan yang sulit yang membutuhkan tali tambang untuk melewatinya. Pada tahun 1978 di SMA 1 Boedi Oetomo Pak Ganjar memutar beberapa film pendek yang berisikan pengalaman kakak kelas yang tahun lalu melakukan penelitian dan dari film tersebut tergambar bahwa rute menuju lokasi praktikum harus dilalui dengan berjalan kaki melewati medan yang cukup berat. Penulis memperlihatkan bahwa untuk menikmati apa yang kita inginkan kita harus berjuang keras dan mencoba untuk melakukan apa saja demi kesuksesan meski sakit tapi membuahkan hasil yang nikmat. Bagian Enambelas Tidak ada tokoh yang diperkenalkan dalam bagian ini, tetapi menceritakan sosok Chairul Tanjung yang merupakan alumni SMAN 1 Boedi Oetomo. Mayoritas siswa SMAN 1 Boedi Oetomo berasal dari keluarga berada. Tidak sedikit siswa yang membawa mobil sendiri. Uang dari orangtua cukup bahkan berlebih, dandanan modis, sehingga sekolah kami dikenal sebagai sekolah yang siswanya ganteng-ganteng dan siswinya cantik-cantik. Pada hari Sabtu 16 September 2006 diadakan reuni alumnus bagi siswai SMAN 1 Boedi Oetomo dan banyak alumnus yang hadir kemacetan pun terjadi hingga Gunung Sahari, Kramat Raya, bahkan daerah Istana Negara. Tujuan diadakannya reuni adalah untuk penggalangan dana demi memperbaiki Sekolah Universitas Sumatera Utara SMAN 1 Boedi Oetomo menjadi sekolah dengan predikat bergengsi, bagus dan tidak kumuh. Bagian Tujuhbelas Abdul Azis yang merupakan anggota group fisika. Bagian ini menceritakan pengalaman tokoh melakukan penelitian dan dilanjutkan lebih sentimatis di KIR Jaya dalam pengabdian kepada masyarakat dan hasil diskusi internal grup fisika kami menetapkan Mijen di Semarang sebagai lokasi untuk kegiatan bakti sosial. Pada tahun 1979 dalam kelompok Ilmiah Remaja KIR Jaya, saya terpilih mewakili SMA 1 Boedoet dan beberapa teman lainnya. Lokasi untuk mendapatkan air sebetulnya tidak terlalu jauh. Masyarakat hanya perlu turun sejauh 100 meter. Namun, karena belum ada jaringan pipa PDAM, berjalan kaki demi mendapatkan air kami anggap efektif. Bagian Delapanbelas Satu tokoh diperkenalkan dalam bagian ini, dia adalah Michael Chaim ia kelahiran Taiwan kebangsaan Singapura yang memberi ide kepada Chairul agar membuka pabrik sepatu dengan menceritakan kisah permulaan perusahaan sepatu yang berakhir menjadi pabrik sandal. Pada tahun 1987 bertempat di Citeureup, Bogor berawal dari dua orang kawan yang membuat pabrik sepatu sesuai arahan Chiam, bila kemudian di akhir cerita malah berakhir menjadi pabrik sandal. Bermodal kekuatan, tekad, tanah dan bangunan serta perkiraan usaha kedepannya, dari sinilah untuk pertama kali saya memberanikan diri meminjam uang ke bank pemerintah, yakni Bank Exim Ekspor Impor. Sudut pandang yang diperlihatkan penulis adalah keberanian dalam diri yang berawal dari coba-coba meski tujuan awal tidak berhasil tapi membuahkan hasil dari usaha yang lain. Bagian Sembilanbelas Pada bagian ini diperkenalkan isteri dari Chairul Tanjung yaitu Anita Ratnasari. Bagian ini menceritakan kisah yang bermula dari pertemuan Chairul Tanjung dan isterinya Anita yang akhirnya memutuskan untuk menikah. Mereka Universitas Sumatera Utara bertemu pada tahun 1987 di sebuah restoran Bakmi Gajah Mada dikawasan jalan Thamrin Jakarta. Berawal dari pertemuan di Restoran Gajahmada di Kawasan jalan Thamrin dimana Chairul Tanjung yang menggunakan baju safari serba hitam yang sedang menjamu rekannya dari korea, sedang Anita bersama teman-teman merasa terpana saat menatap sosok Chairul Tanjung dan tumbuh rasa saling suka. Pada tahun 1994 setelah menjalani masa pacaran dan pendekate mereka memutuskan menikah. Bagian Duapuluh Pada tahun 1995 mengisahkan keinginan ibu Chairul Tanjung yang ingin naik haji. Pada saat itu perasaan saya sangat bingung, bukan dikarenakan soal biaya keberangkatan ibu ke tanah suci melainkan dengan siapa ibu berangkat ke tanah suci nantinya. Saya sangat memikirkan keadaan ibu sampai akhirnya saya memutuskan untuk mendampingi ibu ke tanah suci. Penulis menceritakan sudut pandang seorang anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya dan menjaga ibunya kemanapun ia pergi seperti seorang ibu yang mengandung anaknya selama 9 bulan, ibu akan terus membawa anaknya kemanapun ia pergi dan selalu menjaganya. Bagian Duapuluhsatu Abdul Azis yang merupakan teman Chairul Tanjung yang diberikan pabrik sepatu kepadanya. Selain itu juga menceritakan pengalaman tokoh dalam ilmu pembuatan laporan khususnya mengenai keuangan, dan pengalihan pabrik sepatu. Pabrik sepatu yang terletak di Citeureup Bogor dan Lembaga Manajemen PPM yang terletak di Menteng Jakarta. Tokoh masuk kedalam Kelembagaan Manajemen pada tahun 1989 dan menjelang tahun itu sudah memiliki dua atau tiga pabrik dan menjelang penambahan modal berikutnya saya kembali berencana meminjam ke Bank Exim. Salah satu persyaratan utamanya adalah menyerahkan laporan keuangan perusahaan secara lengkap. Universitas Sumatera Utara Bagian Duapuluhdua Salah seorang diperkenalkan pada bagian ini yaitu Adi Sasono yang merupakan seorang mantan aktifis mahasiswa sekaligus tokoh lembaga swadaya masyarakat. Pertemuan antara Chairul dan Adi Sasono untuk mendiskusikan mengenai restrukturisasi ekonomi di Indonesia yang akan menjadi landasan Visi Indonesia 2030. Pada tahun 1994 diperkenalkanlah Azis Kemas, Aji Sasono, dalam hal ini pemahaman mengenai sudut pandang baru kian bertambah seperti terminologi lingkaran kemiskinan struktural yang merupakan sekelompok kecil orang kaya dan sebagian besar miskin. Solusi yang dilakukan adalah membuat orang diberi kesempatan yang sama. Jangan hanya orang kaya dan pintar saja yang diberi askes. Jangan sampai yang miskin tambah miskin karena anaknya tidak berpendidikan. Sudut pandang yang digambarkan penulis adalah mengenai orang miskin dan orang kaya yang selalu menjadi suatu perbedaan. Padahal intinya orang kaya dan orang miskin itu sama. Bagian Duapuluhtiga Enam orang tokoh yang terdapat pada bagian ini yaitu Mar’ie, Sujudi, Fanni Habibie, Pratiwi Sudarmo, Husein dan Bambang Rahmadi selaku pendiri yayasan KKI yang terletak di jalan Brawijaya. Pada tahun 1998 dan pada tahun 2000 KKR di arahkan kepada upaya pencegahan narkoba. Melihat dari sudut pandang penulis, penulis mendeskripsikan krisi moneter yang terjadi di Asia dan Indonesia pada tahun 1997 yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja, angka pengangguran meningkat, perusahaan- perusahaan gulung tikar, dan sedihnya mengakibatkan anak putus sekolah. Bagian Duapuluhempat Alex Kumala, Ishadi SK, Neni Suemawinata, Handoko dan Agus Mulianto, serta Pak B.J Habiebie dan Akbar Tandjung merupakan tokoh yang terdapat pada bagian ini yang menceritakan tentang program kerja yang bertujuan mengajak seluruh orang Indonesia perduli terhadap krisis moneter. Universitas Sumatera Utara Di Istana Bogor tepatnya pada tahun 1999 pukul 19.00 WIB diadakanlah sebuah acara yang melibatkan seluruh masyarakat di Kota Bogor bahkan pedagang kaki lima juga terllibat dalam acara ini. Adapun acara ini diselenggarakan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat di indonesia yang disebabkan krisi moneter yang kian meningkat menjadi krisis multi dimensi yang berefek terhadap kesengsaraan rankyat, pengangguran dimana-mana serta bencana kelaparan semakin tinggi. Sudut pandang penulis pada bagian ini adalah memperlihatkan sosok Chairul Tanjung yang peduli akan sekitar dan selalu memperdulikan masalah yang terjadi di sekitarnya. Bagian Duapuluhlima Pak Arbali Sukanal merupakan direktur utama Bapindo, yang menceritakan asal mulanya Bank Mega. Saat itu tokoh bertemu dengan Pak Arbali di sebuah Hotel Aryaduta. Seusai Shalat shubuh, Pak Arbali Sukamal menelpon dengan mengatakan pada Chairul Tanjung mau Bank tidak? Pertanyaan itu membuat saya kaget dan tidak menganggap hal itu serius, lalu pak Arbali berkata ini adalah Bank Bapindo milik teman-teman yang lain yang tengah dalam kondisi sakit dan harus diambil oleh pihak lain untuk menyehatkannya. Tokoh dalam cerita ini belum pernah mengelola Bank, dan dengan bantuan Pak Arbali Sukamal bank tersebut mulai membaik dan berganti nama menjadi Bank Mega. Bagian Duapuluhenam Dua orang tokoh diperkenalkan pada bagian ini yaitu Psk Ardahyadi seorang kepala BI dan Pak Cacuk yang merupakan mantan direktur utama PT. Telkom, yang ikut handel dalam pembenahan Bank Mega dan krisis yang terjadi di tahun 1998 yang merupakan momentum kebangkitan. Jalan Geger Kalong Hilir Bandung yang merupakan lokasi terjadinya ceritanya ini dan tepatnya pada tahun 1998 dan dibulan Desember tahun 1995, masalah bank pun terjadi yang terletak pada nasabah yang meminjam uang, seperti biasa, tidak selamanya bahagia, malah sebaliknya banyak debitur bandel Universitas Sumatera Utara yang dengan cara halusdan kooperatif malah menginjak, tidak jarang malah mengancam, hingga nyawa satu-satunya ini menjadi taruhannya. Setelah sumber daya keluar masuk dan proses perekrutan orang-orang andal, terbaik di bidangnya terus kami lakukan. Kami sedang membangun, maka diperlukan sebuah pondasi yang kuat agar tahan menghadapi berbagai bentuk guncangan, yang sampai akhirnya saya ikut turunlangsung ke lapangan, memanggil semua debitur bermasalah dan langsung bertemu dengan saya. Melihat perkembangan yang begitu pesat dengan kinerja bagus, Bank Indonesia meminta agar pengembalian pinjaman awal sebesar Rp 120 miliar saat mengakusisi Bank Mega dikembalikan lebih cepat, serta program berbagai dengan sesam juga dilakukan dengan membuat program para group berbagi dengan membagikan 100.000 paket sembako. Bagian Duapuluhtujuh Ada beberapa tokoh yang diperkenalkan pada bagian ini yaitu Mas Adi Sasono, Anwar Ibrahim dan Dr. Muhammad Syafi’i Antono yang merupakan salah seorang ahli perbankan Syariah. Hal ini memperbincangkan asal mula terjadinya Bank Syariah yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita ini. Pada tahun 1995 dan tahun 2001 Bank Tugu Pratama dikonversikan menjadi Bank Syariah Indonesia BSMI dengan melaksanakan suatu forum yang dimotori oleh Mas Sasono dan Anwar Ibrahim. Sudut pandang yang terlihat pada bagian ini adalah memotivasi seseorang dalam sistem pengembangan perbankan dan bertekad menjadikan suatu keberhasilan yang dapat mengembangkan bisnis perbankan di Indonesia seperti Bank Syariah. Bagian Duapuluhdelapan Bertempat di Guangzhou China tokoh bersama Taufik Hidayat, Megawati, Indra Kartasismita dan Chritian Adinanta yang merupakan sekelompok dalam acara pelepasan tim Piala Thomas dan Piala Uber, dan disinilah tokoh menceritakan pengalaman sebagai Ketua Umum PSBI dalam meraih Piala Thomas. Pada bulan Mei tahun 2002 dan bulan Oktober 2001 Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia PSBI sedang mencari figur ketua umum baru yang Universitas Sumatera Utara dipersiapkan untuk menggantikan Pak Subagyo H.S. Pengurus Internal sebelumnya, sampai akhirnya mereka meminta sosok Chairul Tanjung sebagai Ketua Umum PBSI. Perkembangan Bulu Tangkis di Indonesia sangat pesat sehingga dapat memenangkan Piala Thomas dan terus mempertahankan kejuaraan yang sudah menjadi milik Indonesia. Sudut pandang penulis pada bagian ini adalah menggambarkan sosok seorang pemimpin yang bijaksana yang selalu mempersiapkan segala sesuatunya demi kesuksesan di masa depan. Bagian Duapuluhsembilan Tsunami yang terjadi di Nangroe Aceh Darussalam menewaskan ribuan orang baik itu anak-anak, dewasa, bahkan lansia. Pada bagian ini tokoh yang tergabung dengan beberapa tokoh lain seperti Joefli J. Bahrpenya, Ibu Susi Pudjiastuti, Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono, Jusuf Kalla dan Xanana Gusmao yang merupakan presiden Timor Leste. Mereka berencana menggalangkan bantuan terhadap korban bencana Tsunami yang terjadi di Nangroe Aceh Darussalam. Hari Minggu tepatnya 26 Desember 2004 terjadi Tsunami di Aceh, pada saat itu pula Chairul Tanjung merasa terharu dan mencoba untuk membantu korban terutama korban anak-anak, saat itu yang pertama kali dilakukan oleh sosok tokoh ini adalah mengirimkan Palang Merah Indonesia PMI Pusat yang sangat dibutuhkan oleh para korban sampai akhirnya dua bulan kemudian setelah bencana terjadi dibangunlah asrama bagi anak-anak korban tsunami. Pada tanggal 25 Desember 2005 pembangunan asrama untuk anak-anak korban tsunami sudah rampung dan asrama dipimpin langsung oleh isterinya Anita di bawah naungan Chairul Tanjung Foundation CTF. Kepedulian terhadap sesamanya itu sangat penting karena dalam hidup kita manusia adalah makhluk sosial. Bagian Tigapuluh Anita yang merupakan isteri Chairul Tanjung dan Syamsul Arifin yang merupakan Gubernur Sumatera Utara, melakukan pengguntingan pita menandai dibukanya SMA Unggulan CTF. Rumah Anak Madani RAN yang telah Universitas Sumatera Utara dibangun oleh tokoh dalam bagian ini melakukan terobosan baru dengan menjadikannya Sekolah Unggulan Gratis bagi warga miskin. CTF dinyatakan resmi dibuka pada tanggal 18 Juni 2010, setelah diresmikannya CTF oleh Bapak Syamsul Arifin kemudian dibangun pula sebuah sekolah SMA yang dijalankan oleh Anita Ratnasari. Bagian Tigapuluhsatu Pada tanggal 28 Oktober 2008 tepatnya Hari Sumpah Pemuda, dan diadakan sebuah pagelaran acara peringatan Harkitnas di Gelora Bung Karno yang dihadiri oleh tokoh dalam cerita ini, Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Bapak Hatta Rajasa, Bapak Muhammad Nuh dan Bapak Ishadi. Dalam memperingati satu abad kebangkitan Indonesia dimana sekelompok kecil anak muda terdidik telah meletakkan sebuah fondasi organisasi sebagai cikal-bakal proklamasi 1945. Hal ini menunjukkan bahwa Hari Kebangkitan Indonesia harus selalu diingat mengingat perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah dan meraih kemerdekaan di tahun 1945 dan mendidik pemuda pemudi menjadi lebih berbudi pekerti luhur. Bagian Tigapuluhdua Empat tokoh yang terdapat pada bagian ini yaitu Raden Pardede, Anggito Abimanyun, Bambang Brodjonegoro, dan Suhasil Nazara, yang membicarakan tentang Yayasan Indonesia Forum YIF dan diluncurkan pada tanggal 22 Maret 2007. Sudut pandang yang dibahas mengenai visi dan misi Yayasan Indonesia Forum YIF untuk 2030 kedepan dan bagaimana Indonesia bisa maju, sejahtera dan sejajar dengan negara-negara lain. Bagian Tigapuluhtiga K.H. Ma’ruf Amin yang merupakan Ketua MUI menceritakan pengalamannya kepada Chairul Tanjung di Munas MUI. Tokoh dalam cerita ini mencoba untuk menjadi sosok orang yang mencoba untuk memperbaiki akhlak bangsa dan pemberdayaan ekonomi bersama umat. Universitas Sumatera Utara Sudut pandang yang terlihat oleh penulis adalah kebijaksanaan menjadi seorang ulama yang memberikan contoh yang baik kepada umatnya, baik itu kehidupan di dunia maupun diakhirat. Bagian Tigapuluhempat Ishadi S.K diperkenalkan sebagai bekas direktur TVRI yang sudah tidak bekerja, dan pada kesempatan ini akan menceritakan proses terjadinya Transformasi Televisi Indonesia. Hotel Hyatt merupakan tempat bertemunya Chairul Tanjung dengan Ishadi S.K, pertemuan mereka ini guna menjalankan sebuah studio yang baru saja dimiliki oleh Chairul Tanjung, dimulai dari perekrutan karyawan pada tahun 2000 sampai dengan 2001 akhirnya setelah mengalami perubahan maka berdilah Stasiun Trans TV yang kian tahun kian meningkat dan kinerja karyawan semakin besar. Bagian Tigapuluhlima Dua tokoh dalam cerita ini yaitu Ashish Saboo yang merupakan direksi ahli keuangan di Trans Crop, dan Pak Jacob Oetama selaku Presiden Direktue Kelompok Kompas Gramedia. Jalan Tendean Jakarta merupakan lokasi dimana terjadi suatu kerjasama antara Trans TV dengan Kelompok Kompas Gramedia, karena adanya kesamaan kultur yang dipegang antara kedua belah pihak, yaitu corporate governance dan semangat meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan karyawan serta memiliki visi dan misi yang sama yaitu menyampaikan informasi dan meningkatkan kecerdasan rakyat. Bagian Tigapuluhenam Tidak ada tokoh diperkenalkan pada bagian ini hanya menceritakan bahwasannya Carrefour kini dimiliki oleh orang Indonesia yaitu Chairul Tanjung. Sudut pandang yang terdapat pada bagian ini adalah kegigihan dan keuletan yang terdapat dalam jiwa Chairul Tanjung yang ingin membudidayakan negara sendiri dan memegang teguh tanah air, agar tetap menjadi kebanggaan tersendiri yang telah memiliki sebagian besar saham yang tertanam di negeri sendiri. Universitas Sumatera Utara Bagian Tigapuluhtujuh Tidak terdapat kronologis pada bagian ini, karena bagian ini hanya menceritakan sosok Chairul Tanjung dan tanggapan-tanggapan mengenai sosok dari dirinya. Penulis juga tidak membicarakan secara detail mengenai cerita ini penulis hanya menyebutkan banyak asumsi yang terdapat di luar sana mengenai sosoknya, tugas dan rencana kedepan jauh lebih penting karena roda usaha yang terus berjalan. Bagian Tigapuluhdelapan Sosok Chairul Tanjung menjadi sebuah motivasi dalam bidang usaha karena prinsip dalam sebuah bisnis yang kami masuki harus didukung oleh tenaga kerja yang ahli dan handal di bidang itu dan dianggap mampu membawa perusahaan tersebut menjadi juara. Pengalaman mengajarkan bahwa daya saing ke depan makin lama akan menjadi semakin ketat. Kompetensi dunia usaha satu dengan yang lain akan semakin berat, jadi seorang enterpreneurship itulah kuncinya. Bagian Tigapuluhsembilan Penulis hanya menggambarkan perubahan dari Para Group ke CT Crop tepatnya pada 1 Desember 2011 seiring perkembangan usaha, pemberitaan berbagai usaha di bawah bendera Para Group di berbagai media massa juga semakin menonjol. Panggilan akrab saya yang sering dipanggil Pak CT membuat saya berpikir kenapa tidak nama saya saja yang menggantikan sebagai nama “Para”. Pertimbangan sederhana, lebih mudah dilafalkan oleh lidah orang asing dan lebih simple. Kata Corporation sengaja di pilih, sayang di Indonesia penggunaan kata asing tidak diperkenankan sebagai nama perusahaan nasional. Bagian Empatpuluh Sudut pandang yang terlihat pada bagian ini adalah bahwa sekarang Chairul Tanjung merupakan sosok akumulasi di masa lalu dimana penulis menceritakan semua tempat kejadian akumulasi kisah perjalanan Chairul Tanjung dengan perkataan yang sungguh menganggumkan bahwa kesuksesan yang akan dicapai Universitas Sumatera Utara itu tidak semudah membalikkan tangan dan tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan dan kedisplinan.

4.2.3 Tematik