Faktor Resiko Patofisiologi Manifestasi Klinis

pembuluh darah yang menyediakan darah ke otak. Penyebab kondisi ini karena adanya perkembangan deposit lemak di dalam dinding pembuluh darah. Yang disebut Atherosclerosis. Deposit lemak ini dapat menyebabkan dua jenis obstruksi, yaitu: 1. Cerebral thrombosis, yaitu trombus bekuan darah yang berkembang dan menyumbat bagian dari pembuluh darah. 2. Cerebral embolism, yaitu bekuan darah yang lepas dan beredar dalam sirkulasi pembuluh darah dan menuju ke pembuluh darah otak dan menyumbat pada pembuluh darah yang kecil. Silent cerebral infarction SCI,atau “silent stroke,” adalah cedera otak yang disebabkan oleh gumpalan darah yang mengganggu aliran darah di otak. Hal ini merupakan faktor resiko untuk stroke di masa depan yang dapat menyebabkan kerusakan otak progresif. Stroke hemoragik, 13 dari kasus stroke, merupakan hasil dari pembuluh darah lemah yang pecah dan terjadi perdarahan di sekeliling otak. Darah yang terakumulasi, menekan sekeliling dari jaringan otak. Terdapat dua jenis stroke hemoragik, yaitu perdarahan intraserebral di dalam otak dan perdarahan subarahnoid. Kelemahan pembuluh darah pada stroke hemoragik, sering kali disebabkan oleh: 1. Aneurysm, pengembungan dari bagian lemah dinding pembuluh darah. Jika tidak ditangani, aneurysm yang tipis, lemah dan mudah bergerak, akan berlanjut sampai terjadi robekan dan pecah. Hal ini menyebabkan terjadinya perdarahan di otak. 2. Arteriovenous malformation AVM, merupakan jalinan pembuluh darah yang abnormal. Malformasi ini menyebabkan perdarahan di otak jika dinding pembuluh darah yang tipis pecah.

2.2.3. Faktor Resiko

Menurut American Heart Association 2012, faktor resiko dapat dibagi menjadi faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah, diobati ataupun dikontrol. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Faktor Resiko Stroke Tidak Dapat Diubah Dapat Diubah Usia Jenis kelamin Ras Riwayat keluarga Riwayat Transient Ischemic Attack atau serangan jantung Hipertensi Diabetes melitus Merokok Penyakit arteri karotis Fibrilasi atrium Penyakit jantung koroner Kolesterol tinggi Kurang aktifitas fisik dan obesitas

2.2.4 Patofisiologi

Menurut Prince 2003, gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri- arteri yang membentuk sirkulasi Willisi: arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang- cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Hal ini terjadi akibat salah satu dari proses patologik yang mendasari, seperti: 1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan. 2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah. 3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium. 4. Ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Manifestasi Klinis

Menurut Mansjoer 2000, gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis dapat berupa: • Kelumpuhan wajah atau anggota badan biasanya hemiparesis yang timbul mendadak. • Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan gangguan hemisensorik. • Perubahan mendadak status mental konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma. • Afasia bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan. • Disartria bicara pelo atau cadel. • Gangguan penglihatan hemianopia atau monokuler atau diplopia. • Ataksia trunkal atau anggota badan. • Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala. Menurut Baehr, et al2010, cara berkembangnya gambaran klinis terjadi seiring dengan perjalanan waktu, terutama tergantung pada jenis infark embolik, hemodinamik, atau lakunar, tetapi defisit neurologis khas yang terlihat merupakan fungsi lokasi lesi. Tabel 2.2 Manifestasi Klinis Letak Lesi Defisit Neurologis Manifestasi Klinis Arteri oftalmika Iskemia retina dan mononuclear blindness Arteri komunikans posterior Hemianopsia homonis kontalateral Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara danatau defisit thalamik Arteri khoroidea anterior Hemiparesis dan hemihipestesia kontralateral serta hemianopsia homonim kontralateral Bifurkasio “T” arteri karotis interna Peningkatan tekanan intrakranial secara cepat Arteri serebri media oklusi cabang utama Hemiparesis dan hemihipestesia kontralateral, terutama brakhiofasialis. Kadang- kadang hemianopsia homonim kontralateral, dan defisit neuro- psikologis antara lain afasia motoriksensorik, akalkulia, agrafia, dan apraksia motorik jika lesi pada hemisfer dominan, atau apraksia konstruktif dan kemungkinan anosognosia jika terjadi pada hemisfer non-dominan. Arteri serebri media oklusi cabang- cabang perifer Lesi pada girus frontalis inferior atau girus angularis, menyebabkan afasia motorik atau sensorik kanan, apraksia konstruktif, anosognosia kiri, hemianopsia homonim kontralateral. Arteri serebri anterior Infark di area sentral adalah hemiparesis yang terutama mengenai tungkai, paresis tungkai terisolasi, dan paraparesis pada infark bilateral. Gangguan mental lainnya, defisit neuropsikologis apraksia, disfungsi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kandung kemih inkontinensia, dan refleks primitif patologis refleks genggam, refleks isap, dan refleks palmomental. 2.3 Rehabilitasi 2.3.1 Definisi