Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap Keberhasilan Menyusui Pada Ibu Postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012

(1)

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI TERHADAP KEBERHASILAN

MENYUSUI PADA IBU POSTPARTUM DI RUMAH BERSALIN DELIMA TEMBUNG MEDAN TAHUN 2012

MONA DEWI UTARI 115102018

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap Keberhasilan Menyusui Pada Ibu Postpartum Di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012

Nama : Mona Dewi Utari

Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012 ABSTRAK

Latar belakang: Keberhasilan menyusui adalah kondisi yang ingin dicapai ibu dalam rangka menyusui bayinya yang dilihat dari cukupnya bayi mendapat ASI. Tehnik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar. Kesulitan menyusui biasanya biasanya terjadi ketika ibu baru melahirkan anak pertama. Faktor keberhasilan ,menyusui adalah komitmen ibu untuk menyusui yang dilaksanakan secara dini dan dengan posisi dan perlekatan yang baik dan benar.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan 2012.

Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 51 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan. Analisa data digunakan uji chi- square.

Hasil: Karakteristik demografi responden mayoritas responden berumur 26-30 tahun dengan frekuensi 21 orang (41,2%), jika dilihat dari segi pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMA dengan frekuensi 35 orang (68,6%), jika dilihat dari paritas mayoritas responden yaitu multipara dengan frekuensi 29 orang (56,9%) . Dari 51 responden yang melakukan tehnik menyusui yang benar dengan frekuensi 38 orang (74,5%) dan yang melakukan tehnik menyusui yang salah dengan frekuensi 13 orang (25,5%). Sedangkan yang berhasil menyusui dengan frekuensi 37 orang (72,5%) dan yang tidak berhasil menyusui dengan frekuensi 14 orang (27,5%).Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antar tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui. dengan p value = 0.027.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa tehnik menyusui yang benar berhubungan terhadap keberhasilan menyusui. Jadi, di harapkan agar bidan memberikan informasi yang benar tentang pentingnya tehnik menyusui yang benar pada ibu sejak awal kehamilan hingga masa nifas sehingga tercapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap Keberhasilan Menyusui Di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr.Christoffel L.Tobing, SpOG (K) selaku pembimbing yang telah memberikan waktunya untuk membimbing saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan terimakasih juga untuk support moril yang telah diberikan untuk saya agar proposal ini lebih baik.

4. dr. Zulkifli, M.Si selaku dosen yang telah menvaliditasi lembar observsasi penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Masdelima Parinduri, Amd.Keb selaku kepala Rumah Bersalin Tanjung Delima Tembung yang telah memberikan izin peneliti untuk mengadakan penelitian.


(5)

6. Seluruh Staf dan Dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

7. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis hingga membuat semangat penulis terus terpacu dalam membuat Karya Tulis Ilmiah. Kakak dan adik tercinta yang selalu mendoakan dan memotivasi peneliti.

8. Rekan-rekan mahasiswa program DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih memerlukan perbaikan untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya proposal penelitian ini.

Akhir kata penulis doakan segala bentuk bantuan yang telah di berikan mendapat imbalan dari Allah SWT.

Medan, ... 2012 Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ……….. viii

DAFTAR SKEMA... ix

DAFTAR LAMPIRAN ….……….. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

1. Tujuam Umum... 4

2. Tujuan Khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI. ... 6

1. Definisi ASI ... 6

2. Jenis ASI ... 10

3. Komposisi ASI ... 11

4. Volume ASI ... 13

5. Manfaat ASI ... 13

6. Upaya Memperbanyak ASI ... 16

7. Jadwal Menyusui………... 17

B. Teknik Menyusui ... 1. Langkah – Langkah Menyusui………. 18

2. Posisi Menyusui……….. 19


(7)

4. Lama dan Frekuensi Menyusui ... 27

5. Mitos Tentang Menyusui ... 28

C. Keberhasilan Menyusui ... 31

1. Faktor Keberhasilan Menyusui………. 31

2. Parameter Keberhasilan Menyusui………... 37

3. Sepuluh Langkah Menyusui………. 38

BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 41

B. Hipotesis ... 41

C. Defenisi Operasional ... 42

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 43

1. Populasi ... 43

2. Sampel ... 43

C.Tempat Penelitian ... 44

D.Waktu Penelitian. ... 45

E. Etika Penelitian ... 45

F Instrumen Penelitian ... 45

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

H. Pengumpulan Data... 48


(8)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat……….. 49 2. Analisa Bivariat……… 50 B. Pembahasan

1. Interpretasi Hasil & Diskusi Hasil……… 51 2. Keterbatasan Penelitian……… 65 3. Implikasi Kebidanan……… 65 BABVI KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan……… 67 B. Saran……….. 68 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Definisi Operasional ……… 30 Tabel 5.1 : Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data

Demografi Ibu Postpartum di Rumah Bersalin Delima

Tembung ... 35 Tabel 5.2 :Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan... 37 Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner pengetahuan ... 38 Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap ... 39 Tabel 5.5 : Distribusi frekuensi Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi

Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap ... 40 Tabel 5.6 : Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Macam - Macam Posisi Menyusui ……… 23 Gambar 2.2 : Perlekatan Yang Benar ……….. 27 Gambar 2.3 : Perlekatan Yang Salah ……….. 27


(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 : Kerangka Teori ……….. 40 Skema 3.1 : Kerangka Konsep ………... 41


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Calon Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Observasi

Lampiran 4 : Lembar Surat Pernyataan Content Validity Lampiran 5 : Lembar Content Validity Indek

Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Lampiran 7 : Master Tabel Penelitan

Lampiran 8 : Hasil Out Put Data Penetian

Lampiran 9 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 10 : Balasan Surat Izin Penelitian


(13)

Judul : Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap Keberhasilan Menyusui Pada Ibu Postpartum Di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012

Nama : Mona Dewi Utari

Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012 ABSTRAK

Latar belakang: Keberhasilan menyusui adalah kondisi yang ingin dicapai ibu dalam rangka menyusui bayinya yang dilihat dari cukupnya bayi mendapat ASI. Tehnik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar. Kesulitan menyusui biasanya biasanya terjadi ketika ibu baru melahirkan anak pertama. Faktor keberhasilan ,menyusui adalah komitmen ibu untuk menyusui yang dilaksanakan secara dini dan dengan posisi dan perlekatan yang baik dan benar.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan 2012.

Metodologi Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 51 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan. Analisa data digunakan uji chi- square.

Hasil: Karakteristik demografi responden mayoritas responden berumur 26-30 tahun dengan frekuensi 21 orang (41,2%), jika dilihat dari segi pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMA dengan frekuensi 35 orang (68,6%), jika dilihat dari paritas mayoritas responden yaitu multipara dengan frekuensi 29 orang (56,9%) . Dari 51 responden yang melakukan tehnik menyusui yang benar dengan frekuensi 38 orang (74,5%) dan yang melakukan tehnik menyusui yang salah dengan frekuensi 13 orang (25,5%). Sedangkan yang berhasil menyusui dengan frekuensi 37 orang (72,5%) dan yang tidak berhasil menyusui dengan frekuensi 14 orang (27,5%).Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan antar tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui. dengan p value = 0.027.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa tehnik menyusui yang benar berhubungan terhadap keberhasilan menyusui. Jadi, di harapkan agar bidan memberikan informasi yang benar tentang pentingnya tehnik menyusui yang benar pada ibu sejak awal kehamilan hingga masa nifas sehingga tercapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi.


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebijakan program upaya kesehatan dalam rangka panjang salah satu tujuanya adalah meningkatkan status kesehataan reproduksi bagi wanita usia subur termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok melaksanakan upaya kesehatan reproduksi disemua unit pelayanan (Dinas Kesehatan, 2006).

Masa setelah melahirkan merupakan masa penting bagi seorang ibu. Sebab, saat itu ibu ,menyusui anaknya. Ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif sejak hari pertama kelahiran anak hingga enam bulan kedepan. Pada periode ini , anak sangat membutuhkan nutrisi lengkap guna tumbuh kembangnya. Agar ASI yang diproduksi bagus, seorang ibu harus sehat dan mencukupi kebutuhan gizinya setiap hari (Prasetyono, 2009).

Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta- juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik.Walaupun demmikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukuan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2000).

Pada masa menyusui, seorang ibu harus berupaya mendapatkan informasi yang benar tentang penyusuan. Sayangnya, banyak ibu yang tidak menyadari pentingnya ASI bagi bayi, terutama ibu yang bekerja diluar rumah. Selain faktor kesibukan, ternyata kendala fisik juga turut menurunkan semangat ibu dalam menyusui anaknya ( Prasetyono, 2009).


(15)

ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum usia enam bulan. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui ASI Eksklusif berhasil. Banyak alasan yang dikemukan ibu-ibu antara lain, ibu merasa bahwa ASInya tidak cukup, ASI tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Sesungguhnya hal itu tidak disebabkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASInya cukup untuk bayinya. Informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar, Menyusui Eksklusif belum menjangkau sebagian besar ibu-ibu (Kristyanasari,2009).

Oleh karena Menyusui sangat penting bagi tumbuh kembang bayi yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar tatalaksananya dilakukan dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif (Depkes RI, 2006).

Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI eksklusif srlama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia ( WHO). Sentra laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan survey demografi dan kesehatan Indonesia 2002- 2003 , hanya 15 % ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan. Di Indonesia , rata-rata ibu memberikkan ASI eksklusif hanya 2 bulan. Pada saat bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Ironisnya pada tahun 2005-2006 bayi di Amerika Serikat yang mendapatkan ASI eksklusif justru meningkat menjadi 60-70% (Yuliarti, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2002 dalam Depkes (2005), pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan mutlak diperoleh melalui ASI bagi


(16)

bayi dengan ASI eksklusif. Berdasarkan hal ini maka upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum dan pada masa Menyusui eksklusif. Selain itu Bank Dunia (World Bank) Tahun 2006 mengemukakan bahwa upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan didasarkan bahwa gizi kurang pada anak usia kurang dari 2 tahun akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kecerdasan, dan produktivitas, dan dampak ini sebagian besar tidak dapat diperbaiki.

Menyikapi permasalahan pentingnya Menyusui bagi bayi, pemerintah Indonesia telah menggalakkan program Menyusui Esklusif sejak tahun 1990 yang dikenal dengan Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-ASI). Sehubungan dengan itutelah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/IV/2004 tentang Menyusui secara eksklusif pada bayi Indonesia (Depkes RI, 2005).

Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, didapati data jumlah Menyusui eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi. Yakni, 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5%. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan ( Media Indonesia, 2005).

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, ditemukan berbagai alasan ibu-ibu menghentikan Menyusui Eksklusif kepada bayinya, diantaranya produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%), masalah pada puting susu (28%), pengaruh iklan susu formula (16%) dan pengaruh orang lain terutama suami (4%) (Tasya, 2008).


(17)

Berdasarkan penelitian terhadap 115 ibu postpartum pada klinik Pediatrik (1994) ditemukan keberhasilan menyusui dan Menyusui Eksklusif pada kelompok suami yang tidak mengerti ASI adalah 26,9% dan pada kelompok yang mengerti ASI adalah 98,1% (Roesli, 2008).

Menurut survey awal yang dilakukan di Rumah Bersalin Delima di bulan Januari pada 6 ibu yang postpartum maka didapatlah data 3 ibu yang hanya memberikan ASI nya kepada bayi dan 3 ibu yang memberikan susu formula dikarenakan ASI yang tidak keluar, putting susu lecet, dan bayi yang selalu menangis pada saat disusui.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu “Bagaimanakah hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012” .

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012.

2. Tujuan khusus


(18)

b. Untuk mengidentifikasi tehnik menyusui pada ibu post partum di Rumah Bersalin Delima Tahun 2012

c. Untuk mengidentifikasi keberhasilan menyusui pada ibu post partum di Rumah Bersalin Delima Tahun 2012

d. Untuk Mengidentifikasi hubungan tehnik menyusui dengan keberhasilan menyusui pada ibu post partum di Rumah Bersalin Delima Tahun 2012. D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pelayanan Kebidanan

Manfaat penelitian ini bagi pelayanan di Rumah Bersalin Delima diharapkan dapat memberikan masukan dalam memberikan asuhan bagi ibu post partum bagaimana cara menyusui dengan baik dan benar dalam upaya keberhasilan menyusui.

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para ibu-ibu menyusui di Rumah Bersalin Delima bagaimana menyusui bayinya dengan baik dan benar sehingga cakupan Menyusui meningkat.

c. Bagi Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa D-IV Bidan Pendidik USU bahwa tehnik menyusui berhubungan terhadap keberhasilan menyusui.

d. Bagi Penelitian Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber data bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis atau lebih lanjut dengan tema yang sama


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Definisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi ( Kristiyanasari, 2009).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003).

ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007)

Roesli (2005) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah Menyusui secara Eksklusif saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan


(20)

tim untuk jangka waktu sekurang- kurangnya selama 4 bulan , tetapi bila mungkin sampai 6 bulan.

ASI merupakan makanan utama bayi yang sangat baik dan tidak ada bandingnya, meskipun susu formula termahal dan terbaik. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terbukti bahwa ASI eksklusif memang lebih unggul dibandingkan susu formula. ASI mengandung zat- zat kekebalan yang tidak dimiliki oleh susu formula. Zat kekebalan ini sangat dibutuhkan oleh bayi pada bulan – bulan pertama setelah kelahirannya ( Prasetyono, 2009). a. Payudara

Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub kutan superficial dan pofundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor.

Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan ukuran akan bervariasi sesuai dengan aktifitas fungsiolanalnya.

Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), areola, papilla atau putting. Areola mamea letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan beerwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.


(21)

b. Bentuk –bentuk Payudara

Terkadang wanita berpikir, seperti apakah bentuk payudara yang ideal, hingga saat ini belum ada ketentuan pasti mengenai bentuk payudara ideal karena keindahan payudara bersifat relatif begi setiap orang. Terddapat berbagai macam bentuk payudara pada wanita: ada yang oval, lonjong, persegi, dan masih banyak yang lainnya yang diistilahkan dengan sebutan benda ataupun buah- buahan.

c. Putting Susu

Putting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang- lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat- serat otot uang longitudinal akan menarik kembali putting susu terebut.

Ada 4 macam bentuk putting yaitu bentuk normal/umum, pendek /datar, panjang dan terbenam(inverted). Namun bentuk- bentuk putting ini tidak terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah putting susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau dot kedalam mulut bayi

Struktur payudara terdiri dari tiga lapisan yaitu kulit, jaringan sub kutan, corpus mamae. Ada 15-20 duktus laktiferus, tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktulus. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing- masing dihubungkan dengan saluran air susu sehingga merupakan suatu pohon.


(22)

d. Proses Terbentuknya ASI

Pada hari kedua dan ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan padaa saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi.

a) Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin kedalam darah.melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi oleh jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi dan lamanya bayi menghisap.

b) Refleks aliran ( Let Down Refleks)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormn prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehinffa memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu. Refleks let down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi


(23)

apapun. Tanda- tanda lain dari let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Releks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu. 2. Jenis ASI

Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi: a. Kolostrum

Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi lahir. Kolostrum mengandung banyak protein dan antibody. Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit. Pada masa awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok the. Meskipun sedikit, kolostru mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya, secara berangsur- angsur, produksi kolostrum berkurang saat air susu keluar pada hari ketiga sampai kelima (Prasetyono, 2009).

b. Foremilk

Air susu yang keluar petama kali disebut susu awal ( foremilk). Air susu ini hanya mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus pada bayi (Prasetyono, 2009).

c. Hindmilk

Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hamper selesai. Hindmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin, sebagaiman hidangan utama setelah sup pembuka. Air susu ini


(24)

memberikan sebagian besar 23nergy yang dibutuhkan oleh bayi (Prasetyono, 2009).

3. Komposisi ASI

Komposisi zat gizi dalam ASI adalah: a. Karbohidrat

Karbohiodrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari dan jumlahn ya lebih banyak dibandingkan dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7: 4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cendrung tidak mau minum MPASI. Dengan demikian, Menyusui semakin berhasil. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak. Serta pemberian 23nergy untuk kerja sel- sel saraf. Di dalam usus, sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah penyerapan kalsium dan mineral- mineral lain.

b. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun begitu “whey” dalam protein ASI hamper seluruhnya terserap oleh system pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan “ whey” ASI lebih lunak dan mudah dicerna dibandingkan “whey” PASI. Kasein yang tinggi dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relative keras dalam lambung bayi.


(25)

c. Lemak

Sekitar setengah dari energy yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan PASI. Hal ini karena ASI lebih banyak mengandung enzim pemecah lemak ( lipase). Kandungan total lemak dalam ASI ibu bervariasi satu sama lain, dan berbeda.- beda dari satu fase menyusui ke fase berikutnya.Pada mulanya, kandungan lemak rendah, kemudian meningkat jumlahnya. Komposisi lemak pada menit awal menyusui berbeda 10 menitr kemudian. Demikan halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua dan seterusnya yang akan terus berubah sesuai kebutuhan energy yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi.

Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega 3, omega 6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel- sel jaringan otak. Meskipun produk PASI sudah dilengkapi dengan ketiga unsure tersebutt, susu formula tetap tidak mangandung enzim, karena enzim mudah rusak bila dinaskan.jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI adalah 6:1. Asam Linoleat inilah yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf.

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relative rendah, tetapi bias mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75 % dari zat besi yang terdapat dalanm ASI yang dapat


(26)

diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat besi yang bias terserap dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5- 10 %.

e. Vitamin

Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selam 6 bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.

4. Volume Poduksi ASI

Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan terus menerus menigkat pada 10-14 hari setelah melahirkan ( Prasetyono, 2009, hlm.102).

5. Manfaat ASI a. Bagi Bayi

1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik 2) Mengandung antibody

3) ASI mengandung komposisi yang tepat 4) Mengurangi kejadian karies dentis

5) Member rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi.

6) Terhindar alergi

7) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

8) Membantu perkembangan rahan dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.


(27)

b. Bagi Ibu

1) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung- ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofisis mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

2) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi.

3) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh.Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lwmak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.

4) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.


(28)

c. Bagi Keluarga 1) Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. 2) Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

3) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.

d. Bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan 27nergy27t yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.

2) Menghemat devisa Negara

ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula. 3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.


(29)

4) Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

6. Upaya Memperbanyak ASI

Banyak hal yang mempengaruhi produksi ASI dan pengeluaran ASI yang dipengaruhi oleh dua hormon yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktrin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang dihasilkan juga banyak. Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi, semakin sering putting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula pengeluaran ASI. Hormone oksitosin sering digunakan sebagai horrmon kasih sayang. Sebab kadarnya sangat sipengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, relaks. Hal- hal yang mempengaruhi produksi ASI:

a. Makanan

b. Ketenangan jiwa dan pikiran c. Penggunaan alat kontrasepsi d. Perawatan payudara

e. Anatomis payudara f. Faktor fisiologi g. Pola istirahat

h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan i. Faktor obat- obatan


(30)

j. Berat lahir bayi

k. Umur kehamilan saat melahirkankan 7. Jadwal Menyusui

Dalam 3 hari setelah melahirkan, hanya cairan kuning tebal (kolostrum) yang dihasilkan ibu, dan bayi mempunyai simpanan makanan sendiri. Dulu bayi disarankan untuk didekatkan ke payudara selama 3 sampai 5 menit, antara 3 dan 6 kali dalam 24 jam pertama, kemudian setiap 4 jam selama 2 hari berikutnya, untuk ,membantu agar air susu dapat ditelan. Bukti menunjukkan, pemberian air susu sebaiknya tidak rutin, Karena bayi akan tersedak apabila disusui dengan jarak waktu yang pendek selama bayi menginginkan, dan setiap Menyusui sebaiknya hanya berlangsung dengan singkat. Selama masa tersebut jangan memberikan makanan tambahan kepada bayi berupa air gula atau susu, karena akan mengurangi keinginannya untuk minum ASI.

Jika ibu menyusu sesuai keinginan bayi, biasanya akan lebih mudah dari pada bayi disusui pada waktu- waktu tertentu.

B. Tehnik Menyusui

Kunci dari proses menyusui yang menyenangkan dan bebas masalah adalah mengetahui cara mengisap payudara dengan posisi mulut yang benar.jika bayi ,menghisap dengan posisi mulut yang benar, ia akan mendapatkan cukup ASI dan dapat menghindari masalah dengan payudara dan laktasi (Stopard, 2006).

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI.


(31)

Tehnik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 2003).

Cara menghisap bayi pada payudara ketika menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui bayi, walaupun sudah dapat menghisap tetapi dapat mengakibatkan puting terasa nyeri. Selain itu mungkin masih ada masalah lain, terutama pada minggu pertama setelah persalinan. Saat ini ibu secara emosional lebih peka/sensitif (Sidi, et al. 2004. Hal 6).

1. Langkah- langkah menyusui yang benar

a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu (Sidi, et al. 2004). . b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara

Ibu duduk dan berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak terganggu dan punggung ibu bersandar pada sandaran; Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu; satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu lagi didepan; perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi); telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; ibu menatap bayi dengan kasih sayang (Sidi, et al. 2004. Hal 8). c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di

bawah. Jangan menahan putting susu atau areolanya saja (Sidi, et al. 2004. Hal 8).


(32)

d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi (Sidi, et al. 2004. Hal 8).

e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah

areola. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

2. Posisi Menyusui

Ada tiga posisi dasar menyusui yang harus diketahui oleh ibu agar proses menyusui dapat proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan nyaman. Ketiga posisi yang dimaksud ini adalah:

a. Posisi Mulut Bayi dan Payudara Ibu ( Perlekatan )

Ketika menyusui bayi, ibu kadang mengetahu cara menyusui yang tepat. Cara menyusui dianggap sudah benar, dan perlekatan bayi pun dikira sudah sesuaai prosedur yang sebenarnya, sehingga bayi bias menyusu sepuasnya. Pada saat menyusui, mungkin perlekatan mulut bayi ke putting payudara terlepas, sehingga bayi menangis. Seharusnya ibu berusaha mengarahkan kembali mulut bayi ke putting payudara. Namun, bayi sulit mengarahkan mulutnya ke putting payudara. Inilah pentingnya perlekatan yang baik agar ibu berhasil menyusui bayinya. Barbagai tata laksana perlekatan yang tepat adalah sebagi berikut:


(33)

a) Bayi datang dari arah kebawah, sehingga bayi mendongak dengan hidung bayi berhadapan dengan putting payudara. Dagu bayi ditempelkan pada payudara, dan pipi bayi tampak menggelembung. b) Bibir bawah, dagu, atau pipi bayi dirangsang dengan payudara.

Tindakan ini bertujuan agar mulut bayi terbuka lebar. Saat itu, bayi didekatkan ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi. Ibu tidak boleh menekan kepala bayi atau membenamkan seluruh bagian wajah bayi ke payudara, sehingga bayi sulit bernafas. c) Ibu memastikan bahwa mulut bayi berada pada posisi sedemikian

rupa, sehingga gusinya menggigit daerah areola atau di sekeliling putting payudara ibu.

d) Areola bagian atas mesti terlihat lebih luas ketimbang bagian bawah. Saat itu, mulut bayi terbuka lebar, sedangkan bibir bawahnya terputar keluar.

Supaya ibu bisa menyusui dengan baik, ibu juga perlu mencermati perlekatan yang salah. Diantaranya adalah sebagi berikut:

1) Luas areola atas dan bawah terlihat sama, atau areola bawah tampak lebih luas ketimbang bagian atas.

2) Mulut bayi tidak terbuka lebar, serta bibir bawah ke dalam dan tidak berputar.

3) Dagu bayi tidak melekat pada payudara ibu

4) Jarak antara hidung dan dagu bayi ke payudara ibu sama jauhnya atau saling melekat.

5) Arah kepala bayi tampak lurus atau menunduk guna mencapai payudara.


(34)

b. Posisi Badan Ibu

Posisi bayi juga termasuk faktor pendukung perlekatan yang baik. Diantaranya ialah posisi perut ke perut. Tatalaksana posisi ini adalah bayi berbaring menyamping dengan wajah menghadap dada ibu, sehingga mulut bayi dekat dengan putting payudara ibu, sedangkan perutnya menempel pada perut ibu. Disini, telinga, bahu, lengan bagian atas, dan pinggul bayi harus berada pada satu garis lurus. Untuk lebih jelasnya, silahkan cermati uarain berikut:

a) Posisi Duduk

Biasanya, kesulitan ibu dalam menyusui bayinya dikarenakan bayi tidak diposisikan pada payudara secara tepat. Bila sejak awal ibu bias melakukannya dengan baik, semua kesulitan bias diatasi. Beberapa posisi ibu menyusui bayi dalam keadaan duduk adalah sebagi berikut:

1) Ibu duduk tegak dengan punggung lurus dan pangkuan rata, serta kaki dipijakkan ke tanah secara rata.

2) Ibu bias menggunakan bantal atau kantong pangkuan untuk menyangga berat badan bayi, dan agar bayi sejajar payudara ibu. 3) Ibu menggendong bayi menggunakan lengan kanan bila menyusui

dengan payudara kiri. Demikian pula sebaliknya. Pada posisi ini, kepala, leher, dan punggung bayi dalam keadaan lurus, dan dengan kepala agak terangkat ke belakang.

4) Ibu membuat pangkal leher dan kepala bayi leluasa bergerak ke belakang saat mengadah.


(35)

5) Ibu mengangkat bayi agar hidungnya sejajar dengan puting payudara.

6) Ibu menyentuh mulut bayi pada payudara dengan lembut. Sebaiknya, ibu menunggu bayi dalam beberapa waktu hingga ia membuka lebar mulutnya, misalnya saat ia menguap.

7) Ketika mulut bayi terbuka lebar, ibu segera mengarahkan mulut bayi ke payudara. Pada awalnya, ibu mengarahkan dagu bayi terlebih dahulu, keudian putting payudara diarahkan keatas mulut. Sebaiknya, ibu meletakkan bibir bawah bayi sejauh mungkin dari bagian bawah putting payudara, sehingga sebagian besar areola masuk kedaalam mulutnya. Lidah bayi mesti berada diatas gusi bawah, dan kepalanya tidak boleh berpaling.Bila bayi telah dapat menyusu dengan baik, ibu memindahkan bayi ke tangan sebelah. b) Posisi ibu tidur miring

Pada posisi miring, posisi payudara diatas kepala, sehingga mulut bayi sulit mencapai putting payudara ibu. Bila keadaan ini terus berlanjut, bayi akan frustasi dan mulai menangis. Oleh karena itu, jika ibu menyukai posisi miring, hendaknya ibu mengusahakan agar putting payudaranya sejajar mulut bayi, sehingga mulut bayi dapat lebih mudah mencapai putting payudara, dan ia pun lebih leluasa mengisapnya. Posisi miring dengan kepala bayi menghadap ke atas bias membuat bayi cepat lelah, karena ia harus menahan beban kepala. Posisi tersebut akan membuatnya menderita. Saat itu, tenaga daya isap lambat laun melemah, dan air susu yang diisap pun tidak


(36)

maksimal. Supaya ibu lebih memahami posisi menyusui miring yang tidak tepat.

c) Posisi ibu tidur terlentang

Sama halnya dengan posisi miring, posisi ibu tidur terlentang juga dinilai kurang tepat. Sebab, air susu yang diisap bayi seharusnya menurun, bukan ke atas. Hal ini akan membuat bayi bekerja keras sekuat tenaga untuk memompa naik air susu.

gambar 2.1 Macam-macam posisi saat menyusui

c. Posisi Badan Ibu dan Bayi

Setelah perlekatan, bayi akan terlihat sangat bersemangat menyusu. Selanjutnya, gerakannya akan melambat, bahkan ia pun dapat tertidur saat menyusu kepada ibunya. Bila hal ini terjadi, sebaiknya ibu membangunkan bayi dengan menyentuh pipinya, menggoyang-


(37)

goyangkan tangannya, atau menggelitik telapak kakinya agar ia menghisap ASI lagi.

Boleh jadi, ibu kurang mengetahui cara perlekatan bayi yang tepat, sehingga ibu kadang merasa kesakitan ketika menyusui bayinya. Pada masa- masa awal menyusui, walaupun perlekatan sudah benar, putting payudara bias terasa agak nyeri, yang biasanya akan hilang setelah ibu terbiasa menyusui. Namun, bila ibu merasa sangat kesakitan atau putting payudaranya berdarah, hal itu merupakan indikasi kuat terjadinya perlekatan yang belum benar. Semestinya, menyusui terasa menyenangkan bagi ibu dan bayi, bukan menyakiti ibu.

Semua ibu tentu ingin menyusui bayi dengan cara dan posisi yang tepat. Supaya itu bias terwujud, ibu harus memperhatikan beberapa tips berikut:

a) Saat duduk di sofa yang empuk, sebaiknya ibu meletakkan bantal- bantal kursi di punggung agar badan lebih maju.

b) Ibu meletakkan kaki diatas kursi kecil atau tumpukan buku telepon supaya pangkuan rata.

c) Bila tangan bayi terlalu sering bergerak, hendaknya lengan bayi dilingkarkan ke badan ibu.

d) Bayi diarahkan ke payudara, bukan payudara diarahkan ke bayi. Tindakan ini bertujuan agar ibu merasa nyaman, dan air susu bisa keluar dengan lancar.

e) Jika bayi tidak mau membuka lebar mulutnya, sebaiknya ibu menggesekkan putting payuda atau jari pada bibir atasnya dengan lembut untuk mendapatkan refleks menganga. Terkadang, tindakan


(38)

tersebut perlu dilakukan berulang kali. Oleh karena itu, ibu harus lebih bersabar melakukannya.

f) Seluruh areola tidak harus masuk ke mulut bayi. Saat menyusui, sebaiknya areola bagian atas terlihat lebih luas ketimbbang bagian bawah.

g) Ibu tidak boleh meremas payudara dengan kuat.

h) Bila memerlukan penyangga ketika menyusui, ibu bias meletakkan tangan pada tulang rusuk.

i) Ibu tetap menyusui dengan salah satu payudara selama bayi masih terus mengisap. Setelah beberapa lama, ibu dapat menyusui dengan payudara lainnya,

j) Ibu bisa menyusui sambil berbaring bila telah berhasil menyusui sembari duduk.

k) Untuk melepaskan bayi dari putting payudara, ibu dapat meletakkan jari kelingking disudut mulut bayi untuk menghentikan isapannya. Ibu tidak boleh menarik mulut bayi dari payudara, karena ibu akan merasa kesakitan.

l) Bila ibu masih ragu untuk menentukan posisi menyusui yang benar, ibu bisa menemui para ahli.

3. Cara pengamatan tehnik menyusui yang benar

Menurut (Suherni, dkk, 2009) Menyusui dengan tehnik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu.


(39)

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, perhatikan: bayi tampak tenang; badan bayi menempel pada perut ibu; mulut bayi terbuka lebar; dagu bayi menempel pada payudara ibu; sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak yang masuk; bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan; puting susu ibu tidak terasa nyeri; telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; kepala agak menengadah; melepas isapan bayi. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan, jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan kebawah; menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir); setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan

areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya; menyendawakan bayi yang bertujuan mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Caranya bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan (Sidi, et al. 2004. Hal 9).

Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Bayi tampak tenang


(40)

c. Dagu bayi menempel pada payudara d. Mulut bayi terbuka cukup lebar e. Bibir bawah bayi juga terbuka lebar

f. Areola yang kelihatan lebih luas dibagian atas daripada ibagian bawah mulut bayi.

g. Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya, lembut dan tidak ada bunyi.

h. Putting susu tidak merasa nyeri.

i. Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus. j. Kepala bayi tidak pada posisi tengadah.

Gambar 2.2 Perlekatan yang benar. Gambar 2.3 Perlekatan yang salah.

4. Lama dan frekuensi menyusui

Menurut (kristiyanasari, 2009) Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara


(41)

sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya.Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

5. Mitos Tentang Menyusui

Menurut kristiyanasari,(2009) berkembangnya informasi yang tidak benar dan kurang tepat di masyarakat, ditambah lagi adanya mitos menyusui, dapat membuat ibu kurang percaya diri serta menurun semangatnya untuk menyusui. Yang sangat menyedihkan, mitos-mitos ini diajarkan secara turun temurun sehingga menjadi semacam budaya/adat istiadat. Berikut ini mitos-mitos di seputar masalah menyusui:

a. Menyusui mengubah payudara wanita

Mitos ini tidak benar. Menyusu tidak mengubah bentuk payudara wanita secara permanen. Yang mengubah bentuk payudara adalah kehamilan.kehamilan menyebabkan dikeluarkannya hormone dan


(42)

menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara. Payudara yang sudah penuh terisi air susu tentu akan berbeda bentuknya dengan payudara yang belum pernah terisi air susu (Yuliarti, 2010)

b. Menyusui menyebabkan kesukaran penurunan berat badan

Mitos ini juga tidak benar. Data membuktikan menyusui dapat membantu ibu menurunkan berat badan lebih cepat daripada yang tidak memberikan ASI eksklusif. Dengan menyusui, timbunan lemak sewwaktu hamil akan digunakan dalam proses menyusui. Wanita yang tidak menyusui akan sukar menghilangkan timbunan lemak karena lemak memang khusus dipersiapkan tubuh untuk menyusui.

c. ASI belum keluar pada hari- hari pertama sehingga perlu ditambah susu formula

Pada hari pertama sebenarnya bayi belum memerlukan cairan atau makanan sehingga belum diperlukan pemberian susu formula, cairan lain, atau cairan prelactal feeding. Bayi pada usia 30 menit harus disusukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi nonnutritive sucking, tetapi untuk belajar menyusu atau membiasakan mengisap putting susu, dan guna mempersiapkan ibu mulai memproduksi ASI. Gerakan refleks menghisap pada bayi baru lahir mencapai puncaknya.

d. Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif 4-6 bulan

Ini tidak benar. Banyak ibu bekerja berhasil memberikan ASI eksklusif pada banyinya selama 4-6 bulan, tanpa cuti tambahan. Kuncinya adalah dengan memberikan ASI perah pada bayi selama ibu bekerja.


(43)

e. Payudara kecil, tidak menghasilkan cukup ASI.

Ini juga tidak benar. Besar kecilnya payudara tidak menentukan banyak sedikitnya produksi ASI karena payudara yang besar hanya mengandung lebih banyak jaringan lemak dibandingkan yang kecil.

f. ASI keluar pertama kali harus dibuang karena kotor

ASI keluar pada hari ke-1 hingga hari ke-5 atau ke-7 dinamakan kolostrum atau susu jolong. Cairan jernih kekuningan ini mengandung zat putih telur atau protein dalam kadar tinggi, zat antiinfeksi, atau zat daya tahan tubuh (immunoglobulin) dalam kadar yang lebih tinggi daripada susu mature. g. ASI ibu kurang gizi, kualitasnya tidak baik

Bayi dan ASI sebenarnya bersifat parasit. Sampai batas tertentu, kualitas dan kuantitas ASI akan tetap dipertahankan walaupun harus mengorbankan gizi ibu. Kulitas ASI baru berkurang apabila ibu menderita kekurangan gizi tingkat ke-3.

h. ASI saya tidak cukup, ASI saya kering, bayi tidak cukup mendapat ASI karena minumnya banyak

Dari 100 ibu yang mengatakan produksi ASI-nya kurang, berdasarkan penelitian ternyata hanya dua ibu yang benar- benar kurang. Yang lainnya mempunyai ckup ASI, tetapi kurang mendapat informasi manajemen laktasi yang benar, posisi menyusui masih kurang tepat, dan terpengaruh mitos- mitos menyusui sehingga produksi ASI terhambat.

i. Takut memberikan ASI karena ASI mengandung residu pestisida dan bahan beracun

Banyak ibu gelisah dengan adanya laporan menakutkan tentang tercemarnya susu sapi juga ASI oleh zat beracun, seperti dioxin atau logam


(44)

berat berbahaya yang akan membahayakan bayi. Sebenarnya tidak ditemukan bukti- bukti secara kedokteran adanya bayi yang sakit karena ASI mengandung zat-zat beracun.

C. Keberhasilan Menyusui

Angka keberhasilan menyusui khususnya secara eksklusif meningkat dinegara maju, tetapi hal ini belum terjadi di Negara berkembang seperti di Indonesia. Menyusui dengan baik dan tepat akan membuat produksi ASI lancar dan banyak, dan anak menjadi puas dan tenang setelah menyusu. Banyak ibu yang merasa bahwa menyusu dengan cara apapun hasilnya akan sama, susu tetap bisa keluar dan bayi akan kenyang ( Wordpress, 2011). 1. Faktor- faktor yang berpengaruh Terhadap Keberhasilan Menyusui

a. Memberikan Informasi yang benar tentang ASI

Informasi tentyang ASI perlu diperhatikan kepada siapa saja dan sedini mungkin agar terjadi lingkungan yang mendukung pemberian ASI. Pemberian informasi untuk usia kanak- kanak. Anak sekolah Taman Kanak- kanak dan Sekolah Dasar diperkenalkan tentang pemberian ASI dengan cara memperlihatkan dan menjelaskan bahwa semua makhluk yang melahirkan akan menyusui bayinya sendiri. Dengan demikian mereka akan tahu bahwa bayi manusia sewajarnya juga mendapat ASI ibunya sebagaiman sapi menyusui anak sapi (Sidi, et al.2004)

Pemberian informasi untuk usia remaja. Pada usia ini para remaja melalui pelajaran anatomi dan biologi yang diajarkan di SMP dan SMA diperkenalkan dengan anatomi dan fungsi payudara. Dijelaskan pada para remaja


(45)

bahwa fungsi utama payudara adalah sebagai kelenjar endokrin yang akan menghasilkan ASI untuk bayi yang dilahirkan (Sidi, et al. 2004. Hal 2).

Pemberian informasi untuk petugas kesehatan. Di dalam kurikulum untuk petugas kesehatan selain anatomi payudara dan fisiologi laktasi, perlu dimasukkan materi mengenai manajemen laktasi dan teknik konseling untuk dapat membantu ibu yang bermasalah dalam menyusui, ibu hamil dan ibu menyusui (Sidi, et al. 2004. Hal 2).

Untuk ibu dan calon ibu perlu diinformasikan mengenai keunggulan ASI sebagai makanan untuk bayi, kerugian memberikan susu formula, manfaat ASI untuk bayi, ibu dan keluarga. Juga cara menyusui yang baik dan benar dengan posisi yang benar dan kapan waktunya memberikan makanan pendamping ASI. Hal ini dapat diberikan berupa seminar atau kursu ibu atau pada pelayanan di fasilitas tempat bersalin (Sidi, et al.2004)

Keluarga (suami, nenek, bibi, dan sebagaimananya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui, misalnya dengan menggantikan untuk sementara tugas rumah tangga ibu seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Ibu dan bayi memerlukan waktu untuk berkenalan (baby-moon) (Sidi, et al. 2004. Hal 2).

Majikan yang mengetahui tentang pentingnya ASI akan memberikan kesempatan dan fasilitas untuk para pekerja wanitanya yang masih menyusui untuk memerah dan menyimpan ASInya pada waktu bekerja (Sidi, et al. 2004. Hal 2).


(46)

b. Tatalaksana di Tempat Bersalin yang Mendukung ASI (Rumah Sakit Sayang Bayi)

Setiap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu dan perawatan bayi baru lahir seharusnya mempunyai pedoman tertulis tentang menyusui, yang mencakup perawatan calon ibu, ibu yang baru melahirkan serta ibu yang menyusui. Pedoman ini hendaknya memperhatikan dan memasyarakatkan peraturan/perundangan yang mendukung program peningkatan penggunaan ASI. Para petugas perlu menyadari sepenuhnya pentingnya menyusui dan untuk ini harus dibekali pengetahuan tentang manfaat menyusui serta keterampilan penatalaksanaan laktasi agar dapat melaksanakan tugas penyuluhan dan tata laksana laktasi yang baik dan benar (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

Peranan tatalaksana di tempat bersalin sangat penting. Tatalaksana yang menunjang keberhasilan menyusui harus dilaksanakan, seperti:

a) Bayi segera diberikan kepada ibu

Reflex hisap yang paling kuat adalah pada jam-jam pertama setelah lahir. Setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir tidak bermasalah maka sesegera mungkin (dalam waktu 30 menit) setelah bayi lahir diberikan kepada ibunya untuk merangsang payudara. Rangsangan payudara ini akan mempercepat timbulnya refleks prolaktin dan mempercepat produksi ASI (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

b) Merawat bayi bersama ibunya (ada fasilitas rawat gabung)

Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina dari kamar bersalin harus tetap dipertahankan dengan meletakkan bayi di samping ibunya, apakah


(47)

satu tempat tidur atau di boks di samping tempat tidur ibunya sehingga mudah diraih ibu (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

Keuntungannya adalah: mempererat hubungan ibu dan bayi; memberi kesempatan bayi menyusu sesering mungkin; mempercepat keluarnya ASI; mengurangi infeksi uterus; mengurangi infeksi nosokomial; memberi kesempatan ibu belajar merawat bayi sendiri; memberi kesempatan petugas melakukan tugas penyuluhan (Sidi, et al. 2004. Hal 3).

c) Mengajarkan tehnik menyusui yang benar

Tehnik menyusui yang salah dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, malah bisa terjadi penyumbatan saluran dan radang payudara. Untuk mengetahui apakah bayi telah menyusu dengan teknik yang benar dapat dilihat: bayi tampak tenang; perut dan badan bayi menempel pada perut ibu; mulut bayi terbuka lebar; dagu bayi menempel pada payudara ibu; sebagian besar areola terutama yang bagian bawah masuk kedalam mulut bayi; bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan tanpa mengeluarkan bunyi selain bunyi menelan; puting susu ibu tidak terasa nyeri; telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus; kepala tidak menengadah (Sidi, et al. 2004. Hal 3).


(48)

d) Mengajarkan mengeluarkan ASI secara manual

Bila bayi harus dirawat terpisah dari ibunya karena memerlukan perawatan khusus atau ibunya harus sudah mulai bekerja maka tidak adanya hisapan bayi yang merangsang puting akan menurunkan produksi ASI. Untuk itu ibu perlu diajarkan untuk memerah ASI setiap 3 jam. Pengosongan payudara akan merangsang pembentukan ASI. ASI yang dikeluarkan dengan cara demikian dapat disimpan dalam suhu ruangan antara 6-8jam dalam lemari pendingin selama 24-48 jam (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

e) Jangan memberikan makanan prelakteal

Sering kali bila ASI belum keluar, bayi diberikan makanan prelakteal berupa air gula atau susu formula. Hal ini sangat merugikan karena akan menghilangkan rasa haus bayi sehingga bayi malas menyusu. Selain itu susu formula berasal dari susu sapi yang berupa protein asing yang dapat merangsang reaksi alergi bayi. Dalam keadaan normal, cadangan tenaga dan air dalam tubuh bayi baru lahir cukup untuk pertahanan bayi pada hari-hari pertama sebelum proses menyusui menjadi mantap (Sidi, et al. 2004. Hal 4). f) Jangan menjadwalkan pemberian ASI

Biarkan bayi menyusui setiap dia ingin menyusu. Penjadwalan ketat akan membuat bayi frustasi. Perlu diberitahu kepada ibu bahwa keinginan bayi sering menyusu bukan karena ASI kurang, tetapi memang karena ASI cepat dicerna sehingga pengosongan lambung bayi setelah minum ASI terjadi dalam waktu 1-2 jam (Sidi, et al. 2004. Hal 4).


(49)

g) Jangan memberikan kempeng/dot pada bayi

Cara menghisap dari puting sangat berbeda dengan menghisap dari dot. Bila bayi telah diberi minum dari dot, maka dia tidak akan pandai menyusu dari ibu (bingung putting). Bila bayi tidak dapat menyusu pada ibu oleh karena suatu hal maka pemberian ASI atau minuman lain diberikan dengan sendok, pipet, atau cangkir kecil (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

h) Mempunyai fasilitas klinik laktasi

Klinik ini mengatasi semua masalah yang berhubungan dengan laktasi, dengan begitu sasarannya adalah ibu hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, pelayanan medis terutama adalah bimbingan persiapan menyusui yang pada prinsipnya mempersiapkan psikis dan fisik ibu. Persiapan psikis meliputi informasi manfaat ASI serta kerugian penggunaan susu formula, manfaat rawat gabung, menghilangkan mitos yang salah agar ibu termotivasi untuk menyusui. Persiapan fisik meliputi pengawasan kehamilan, pemeriksaan putting susu, dan penyuluhan gizi. Pada masa menyusui diberikan pengawasan pemberian ASI, pertumbuhan bayi dan konseling bila ada masalah (Sidi, et al. 2004. Hal 4).

i) Membina kelompok pendukung ASI

Kelompok ini terdiri dari ibu-ibu yang telah berpengalaman dan berhasil menyusui bayinya sendiri dan secara sukarela ingin membantu ibu-ibu lain agar dapat berhasil menyusui juga (Sidi, et al. 2004. Hal 5).


(50)

c. Mengusahakan Keberhasilan Menyusui bagi Ibu yang Bekerja

Salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12 minggu, itupun 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Untuk menanggulangi ini perlu disiapkan hal-hal berikut; cuti melahirkan diperpanjang menjadi paling kurang 4 bulan untuk ibu yang menyusui, dengan jaminan gaji penuh selama cuti dan pekerjaan masih tetap terbuka bila cuti selesai; selama cuti ibu hanya memberi ASI, jangan memperkenalkan susu formula dengan alasan agar terbiasa karena akan ditinggal kerja; tempat bekerja disiapkan menjadi mother-friendly working place di mana terdapat fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI; Bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

d. Menyediakan Fasilitas Menyusui di Tempat Umum

Masyarakat kita masih sungkan untuk menyusui di depan umum. Agar bayi tidak terganggu menyusu maka perlu disediakan fasilitas menyusui di tempat umum misalnya, di stasiun kareta api, bandara, mal, dan sebagainya (Sidi, et al. 2004. Hal 5).

Faktor keberhasilan menyusui adalah komitmen ibu untuk menyusui, dilaksanakan secara dini (early initiation), posisi menyusui yang benar yang baik untuk ibu maupun bayi, menyusui atas permintaan bayi (on demand), dan diberikan secara eksklusif.( Afifah, 2007).

2. Parameter keberhasilan menyusui ditandai dengan cukupnya ASI bagi si bayi yang ditandai dengan:

a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya bersih jernih sampai kuning


(51)

b. Bayi sering buang air besar bewarna kekuningan “berbiji”.

c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup. Bayi setidaknya menyusui10-12 kali dalam 24 jam.

d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui. e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai

menyusu.

f. Bayi bertambah berat badannya.

g. Ibu dapat mendengarkan suara menelan bayi. h. Bayi tidak menangis pada saat disusui. i. Kulit bayi terasa lembut dan lembab.

j. Ibu dapat mendengarkan suara pada saat bayi menelan (Ambarwati, 2008).

3. Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui

Langkah- langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui secra eksklusif menurut Departemen Kesehatan RI (2005) adalah sebagai berikut:

a. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui

b. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan.

c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang menfaat menyusui dan penatalaksanaanya, melalui unit rawat jalan kebidanan dengan memberikan penyuluhan: manfaat ibu hamil, KB,senam hamil dan senam payudara. d. Membantu ibu-ibu meulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah

melahirkan, yang dilakukuan diruang bersalin. Apabila ibu mendapat narkose umum, bayi disusui setelah ibu sadar.


(52)

e. Memperlihatkan kepada ibu- ibu bagaimana cara menyusui dan cara memperthankannya, melalui penyuluhan yangdilakukan di ruang perawatan. f. Tidak memberikan makanan dan minuman apapun selain ASI kepada bayi

baru lahir.

g. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersama anatara dokter, bidan, perawat, dan ibu.

h. Memberikan ASI kepada bayi tanpa jadwal

i. Tidak memberikan dot atau kompeng kepada bayi.

j. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui, seperti adanya pojok laktasi yang mementau kesehatan ibu nifas dan bayi, payudara, dll.


(53)

A. Kerangka Teori Skema 2.1 Kerangka Teori B. C. D.

Sumber : Ambarwati, 2008; Roesli, 2006; Prasetyono, 2009;Stopard, 2006.

•Tehnik menyusui adalahcara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar

•Tehnik menyusui yang benar sangat bermanfaat dalam pertumbuhan si bayi.

Teknik

menyusui yang benar dapat merangsang hormon prolaktin diproduksi dengan baik. KEBERHASILAN MENYUSUI

Bayi kencing 6 kali sehari dan warnanya jernih sampai kuning muda. Payudara ibu terasa lembut atau kosong

Bayi sering BAB berwarna kekuningan

“berbiji”

Bayi menyusui 10-12 kali dalam

24 jam Berat badan bayi mengalami

kenaikan dalam 2 minggu


(54)

BAB III

KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya.Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1 Kerangka Konsep.

B. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha), dimana terdapat hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima tahun 2012.


(55)

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

NO

Variabel Penelitian

Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1 Tehnik

menyusui Cara yang dilakukan berkenaan dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dalam menyusui

Lembar Observasi

Observasi 1.Benar bila responden mendapatkan skor 9-16 2. Salah bila responden mendapatkan skor 0-8. Nominal

2 Keberhasilan menyusui Sesuatu yang dicapai ibu dalam rangka menyusui bayinya yang dilihat dari cukupnya bayi mendapat ASI Lembar Observasi

Observasi 1.berhasil bila responden mendapatkan skor 6-10 2.Tidak berhasil bila responden mendapatkan skor 0-5.


(56)

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penilitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Yang bertujuan untuk mengindentifikasi hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum..

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung pada tahun 2011. Dari sumber data yang peneliti dapatkan, jumlah ibu postpartum di Rumah Bersalin Delima pada tahun 2011 adalah 104 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi( Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu post partum di Rumah Bersalin Delima tahun 2012 yang diambil berjumlah 51 responden dengan menggunakan rumus :

n = N 1 + N(d2) Keterangan : n = Besar Populasi


(57)

N = Besar Sampel

d = tingkat kepercaayaan atau ketepatan yang diinginkan ( Hidayat, 2007) Diketahui

N = 104 0rang d = 10 % = 0,1 n = N 1 + N(d2) n = 104

1 + 104 ( 0,1 2 ) n = 104

1 + 1,04 n = 104 2,04 = 51

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Accidental Sampling yaitu cara pengambilan sampel yang didapat atau kebetulan ada / kebetulan bertemu pada saat peneliti sedang meneliti.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Bersalin Delima. Adanya alasan pemilihan di Rumah Bersalin Delima karena adanya data mengenai ibu bersalin yang menyusui bayinya dan keterbatasan waktu peneliti dalam meneliti sehingga bila dilakukan di Rumah Bersalin Delima akan dapat mempermudah peneliti dalam meneliti tentang hubungan tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum.


(58)

D. Waktu Penelitian

Proses pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari ketua program studi D IV Bidan Pendidik fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan izin dari Kepala Rumah Bersalin Delima. Dalam penelitian ini terdapat hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: penelitian memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung, dan tidak ada ibu yang menolak dan mengundurkan diri. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument penelitian, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi dari responden adalah lembar observasi berupa data demografi yang meliputi usia ibu, pendidikan ibu, dan paritas. Data demografi hanya bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden.

Bagian kedua instrument berisi pernyataan untuk mengetahui tentang tehnik menyusui yang dilakukan ibu postpartum, bagian ini terdiri dari 16 pertanyaan dengan


(59)

pilihan “Ya” atau “Tidak”. Jawaban yang benar di beri nilai 1 dan jawaban yang salah di beri nilai 0. Untuk mendapatkan kreteria digunakan perhitungan sebagai berikut :

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil

Nilai terbesar : 16

Nilai terkecil : 0

b. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil

= 16 – 0

= 16

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang Kelas (i) =

s banyakkela

g rentan

= 8

2 16

=

d. Menentukan Kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai

Benar = Jika responden mendapatkan skor 9-16

Salah = Jika responden memdapatkan skor 0-8

Bagian ketiga instrument berisi pernyataan untuk mengetahui tentang keberhasilan menyusui pada ibu postpartum, bagian ini terdiri dari 10 pernyataan dengan pilihan “Ya” atau “Tidak”. Jawaban yang benar di beri nilai 1 dan jawaban yang salah di beri nilai 0. Untuk mendapatkan kreteria digunakan perhitungan sebagai berikut :

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil


(60)

b. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil

= 10 – 0

= 10

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang Kelas (i) =

s banyakkela

g rentan

= 5

2 10

=

d. Menentukan Kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai

Berhasil = Jika responden mendapatkan skor 6-10

Tidak berhasil = Jika responden memdapatkan skor 0-5

G. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji validitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat ke validan dan kesalihan sebuah instrument, yang mampu mengukur apa yang diinginkan, sehingga dapat mengukur instrument secara benar. Uji validitas dilakukan secara content validity kepada ahlinya yaitu dr. Zulkifli, M.Si. Penguji ini hanya melihat kesesuaian isi lembar observasi dan diberi penilaian.

b. Uji Reliabilitas

Uji realibilitas, dimaksudkan untuk mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden atas pernyataan dari lembar observasi yang diujikan. Data dianalisis pada tanggal 14 Januari 2012 dengan uji

cronbach’s alfa dan instrumen diujikan pada 10 responden yang memiliki kriteria yang sama dengan responden yang diteliti, kemudian jawaban responden akan diolah dengan


(61)

menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari nilai koefisien reliabilitas

Alpha Cronbach. Dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel (p) > 0.6 maka instrumen dinyatakan reliabel, dan apabila r hitung < r tabel (p) < 0.6 maka dinyatakan tidak reliabel (Hidayat, 2007, hlm.115). Untuk pernyataan tehnik menyusui didapat nilai

alpha cronbach 0.983. Sedangkan pernyataan keberhasilan menyusui didapat nilai alpha cronbach 0.829.

Pengumpulan Data

Setelah mendapat izin penelitian dari kepala Rumah Bersalin Delima, peneliti kemudian mengumpullkan data responden yang peneliti temui di Rumah bersalin Delima. Dengan dibantu oleh pegawai Rumah bersalin Delima (Kak Dila) sebagai asisten dalam mendapatkan responden yang sesuai dengan criteria. Asisten peneliti merupakan lulusan dari D III kebidanan yang telah 3 tahun mengabdi di Rumah Bersalin Delima yang telah menjadi pegawai kepercayaan Bidan Masdelima Parinduri karena kompetensi yang dimilkinya.

Hari pertama peneliti melakukan penelitian di Rumah bersalin pada bulan januari akhir (1 Februari) pada hari itu peneliti mendapat telfon dari asisten bahwa ada 4 pasien postpartum, tepatnya sore itu peneliti datang ke RB. Peneliti langsung mengujungi pasien yang akan dijadikan responden. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian ini. Selanjutnya peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent), sebelum pengisian lembar observasi dilakukan.

Setelah mendapat persetujuan, peneliti kemudian menanyakan secara langsung kepada responden mengenai data demografi dan melihat responden dalam menyusui bayinya dan peneliti memberikan ceklist pada lembar


(62)

observasi. Untuk mengetahui berat badan bayi setelah 2 minggu maka peneliti memberitahukan ibu untuk datang kembali ke RB setelah 2 minggu untuk melihat pertumbuhan bayi dan produksi asi ibu (kunjungan 2 minggu postpartum). Agar tidak ada data yang kosong dan bisa membuktikan hubungan antara tehnik menyusui terhadap keberhasilan menyusui di Rumah Bersalin Delima Medan.

H. Analisa Data

Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan nanalisa data kembali dengan memerikasa semua lembar observasi apakah jawaban sudah lengkap atau benar (editing), kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentu tabel. Entry data dalam computer dan dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir yang dilakukan yaitu cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program computer guna menghindari terjadinya kesalahan.

Analisa data dilakukan menggunakan bantuan program SPSS yang disesuaikan, dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Analisa Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karekteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data yang bersifat ketegorik meliputi usia ibu, pendidikan ibu, paritas, tehnik menyusui dan keberhasilan menyusui yang dicari frekuensi dan persentasenya.


(63)

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hlm.271). Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square ( X2 ), dengan nilai kemaknaan (α = 0.05). Pedoman dalam menerima hipotesis : Apabila nilai X2 hitung > X2 tabel atau nilai probalitas (p) < 0.05 maka hipotesis penelitian diterima, yaitu ada hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan apabila nilai X2 hitung < X2 tabel atau nilai probalitas (p) > 0.05 maka hopotesis penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Fisher exact digunakan bila:

1. Jumlah seluruh pengamatan (n) kurang dari 20.

2. Terdapat sel harapan (expected) kurang dari 5 dengan jumlah pengamatan antara 20 dan 40.

3. Jumlah pengamatan (n) > 40 dan terdapat sel harapan yang kurang dari satu. (Wahyuni, 2008, hlm.95)

Sedangkan untuk chi square digunakan bila:

1. Jumlah subjek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang dihitung bila hipotesis 0 benar

2. Jumlah subjek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected > 5. (Sastroasmoro, 2008, hlm.293)


(64)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap Keberhasilan Menyusui Pada Ibu Postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan Tahun 2012”. Lembar observasi terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pertama adalah data demografi, bagian kedua berisikan 16 pernyataan mengenai tehnik menyusui dan bagian ketiga berisikan 10 pernyataan mengenai keberhasilan menyusui.

1. Analisa univariat

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karekteristik masing-masing variabel yang diteliti. Data yang bersifat ketegorik meliputi usia, pendidikan,paritas,tehnik menyusui,dan keberhasilan menyusui dicari frekuensi dan persentase yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

a. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Bersalin Delima merupakan Rumah Bersalin yang terletak di kecamatan Medan Tembung, yang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Medan, Sumatera Utara . Adapun batas- batas wilayah kecamatan Medan Tembung adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. • Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai. • Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. • Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan

Luas wilayah Kecamatan Tembung adalah 4,09 KM2. Kecamatan Medan Tembung adalah daerah pintu gerbang Kota Medan di sebelah Timur yang


(65)

merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang atau daerah lainnya melalui transportasi darat, dengan penduduknya berjumlah : 139.065 jiwa.

b. Karakteristik Responden

Berdasarkan Tabel 5.1. dapat digambarkan bahwa mayoritas responden berusia 26-30 tahun yaitu sebanyak 21 orang (41,2%), mayoritas responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 35 orang (68,6%), mayoritas responden pada kelompok multipara yaitu sebanyak 29 orang (56,6 %), Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Ibu Postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung

No Karakteristik Frekuensi %

1 Usia Ibu

20-25 26-30 31-35 36-40 17 21 11 2 33,3 41,2 21,6 3,9

Total 51 100,0

2 Pendidikan

SMP SMA Perguruan Tinggi 5 35 11 9,8 68,6 21,6

Total 51 100,0

3 Paritas

Primipara Multipara 22 29 43,1 56,9


(66)

c. Tehnik Menyusui

Berdasarkan tabel 5.2, distribusi pernyataan responden tentang tehnik menyusui mayoritas menjawab ” Ya ” adalah pernyataan tentang tehnik menyusui yaitu ibu menopang badan bayi bagian belakang, disamping kepala dan bahu, yaitu 44 orang (86.3%), sedangkan mayoritas menjawab ”Tidak” adalah pernyataan tentang tehnik menyusui yaitu ibu selalu mengoleskan ASI disekitar putting susu sebelum menyusui bayinya yaitu 25 orang (49%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pernyataan Responden Berdasarkan Tehnik Menyusui Pada Ibu Postpartum Di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan

No Pernyataan

Ya Tidak Total

N % N % N %

1 Ibu selalu mengoleskan ASI disekitar putting susu sebelum menyusui bayinya

26 51 25 49 51 100

2 Ibu berada dalam posisi yang nyaman dan rileks ketika menyusui bayinya

30 58.8 21 41.2 51 100

3 Pada saat menyusui bayi kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus

33 64.7 18 35.3 51 100

4 Pada saat menyusui muka bayi menghadap ke payudara sedangkan hidungnya kearah putting susu

40 78.4 11 21.6 51 100

5 Ibu memegang bayinya pada saat berdekatan pada saat menyusui bayinya

40 78.4 11 21.6 51 100

6 Ibu menopang badan bayi bagian belakang, disamping kepala dan bahu


(67)

7 Payudara ibu dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari lainnya menopang bagian bawah payudara.serta menggunakan ibu jari untuk membentuk putting susu sedemikian rupa sehingga mudah memasukanya ke mulut bayi.

37 72.5 14 27.5 51 100

8 Ibu memberikan rangsangan agar bayi membuka mulut

36 70.6 15 29.4 51 100

9 Setelah mulut bayi terbuka lebar, ibu menggerakkan bayi segera ke payudara

38 74.5 13 25.5 51 100

10 Ibu mengarahkan bibir bawah bayi dibawah putting susu sehingga dagu bayi menyentuh payudara

33 64.7 18 35.3 51 100

11 Badan bayi menempel pada perut ibu

40 78.4 11 21.6 51 100

12 Dagu bayi menempel pada payudara ibu

38 74.5 13 25.5 51 100

13 Bagian hitam puting terlihat luas dibagian atas dari pada bagian bawah mulut bayi

39 76.5 12 23.5 51 100

14 Kepala bayi tidak pada posisi tengadah

38 74.5 13 25.5 51 100

15 Ibu menyendawakan bayinya setelah menyusui

33 64.7 18 35.3 51 100

16 Bayi tidak muntah setelah disusui


(68)

Berdasarkan tabel 5.3, bahwa dari 51 responden postpartum yang melakukan tehnik menyusui yang benar yaitu sebanyak 38 orang (74,5 %), sedangkan yang melakukan tehnik menyusui yang salah yaitu sebanyak 13 orang (25,5 %). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Tehnik Menyusui Pada Ibu Postpartum Di Rumah Bersalin Delima Tembung Medan

No Tehnik Menyusui Frekuensi %

1 Benar 38 74,5

2 Salah 13 25,5

Total 51 100,0

d. Keberhasilan Menyusui

Berdasarkan tabel 5,4, bahwa distribusi pernyataan responden tentang keberhasilan menyusui mayoritas menjawab ” Ya ” adalah pernyataan tentang parameter keberhasilan menyusui yaitu bayi tidur dengan pulas, yaitu 43 orang (84.3%), sedangkan mayoritas menjawab ”Tidak” adalah pernyataan tentang parameter keberhasilan menyusui yaitu Ibu merasa geli pada saat bayi mengisap yaitu 25 orang (49%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(1)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Umur : Alamat : Telp/ HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian “ Hubungan Tehnik Menyusui Terhadap Keberhasilan menyusui Pada Ibu Postpartum di Rumah Bersalin Delima Tembung Tahun 2012”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2012


(2)

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI TERHADAP KEBERHASILAN MENYUSUI DI RUMAH BERSALIN DELIMA TEMBUNG TAHUN 2012

PETUNJUK: Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan yang menggunakan keadaan diri anda. Berikan tanda ( √ ) pada kotak yang disediakan.

Ada 2 jenis pilihan jawaban: Ya : bila benar

Tidak : bila salah I. Data Demografi

a. No.Responden : b. Tanggal Partus :

c. BBL :

d. Usia Ibu :

e. Pendidikan Ibu : Tamat SD

Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/Sederajat

Tamat Akademi/Perguruan Tinggi

f. Paritas Primipara


(3)

NO Pernyataan Jawaban

Ya Tidak

II Tehnik Menyusui

1 Ibu selalu mengoleskan ASI disekitar putting susu sebelum menyusui bayinya

2 Ibu berada dalam posisi yang nyaman dan rileks ketika menyusui bayinya

3 Pada saat menyusui bayi kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus

4 Pada saat menyusui muka bayi menghadap ke payudara sedangkan hidungnya kearah putting susu

5 Ibu memegang bayinya pada saat berdekatan pada saat menyusui bayinya

6 Ibu menopang badan bayi bagian belakang , disamping kepala dan bahu

7 Payudara ibu dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari lainnya menopang bagian bawah payudara.serta menggunakan ibu jari untuk membentuk putting susu sedemikian rupa sehingga mudah memasukkannya ke mulut bayi

8 Ibu memberikan rangsangan agar bayi membuka mulut

9 Setelah mulut bayi terbuka lebar, ibu menggerakkan bayi segera ke payudara

10 Ibu mengarahkan bibir bawah bayi dibawah putting susu sehingga dagu bayi menyentuh payudara

11 Badan bayi menempel pada perut ibu 12 Dagu bayi menempel pada payudara ibu

13 Bagian hitam puting terlihat luas dibagian atas dari pada bagian bawah mulut bayi

14 Kepala bayi tidak pada posisi tengadah

15 Ibu menyendawakan bayinya setelah menyusui 16 Bayi tidak muntah setelah disusui


(4)

22 sesudah menyusui bayi tampak puas dengan tidak menangis

23 Konsistensi BAB bayi seperti berbiji dan berwarna kuning

24 Kulit bayi terasa lembut dan lembab 25 Bayi tidur dengan pulas

26 Payudara ibu terasa kosong setelah menyusui bayinya


(5)

(6)