c. Mengahambat atau menggangu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap
gugup nervous dan gagap dalam berbicara. d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi cemburu dan iri hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu seamasa kecilnya akan mempengaruhi sikap dikemudian hari, baik terhadap
dirinya maupun terhadap orang lain. Dari pendapat mengenai pengaruh emosi terhadap perilaku manusia
dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil sebuah tindakan. Emosi tidak hanya
mempengaruhi perilaku perseorangan, karena emosi dapat mempengaruhi kehidupan sekelompok manusia dimana emosi menjadi faktor yang
mempengaruhi keharmonisan dalam hubungan sosial yang dijalin. Keberagaman reaksi emosi yang ditunjukkan manusia memberikan
pengaruh terhadap kematangan seseorang untuk lebih mengembangkan kecerdasan emosionalnya. Kematangan terhadap pengendalian emosi yang
baik akan tampak pada perilaku seseorang ketika dihadapi dengan suatu masalah. Emosi memberikan warna terhadap reaksi yang akan diberikan
terhadap rangsangan yang datang. Perwujudan tingkah laku manusia akan berbeda-beda sesuai tingkat kecerdasan seseorang mengendalikan emosinya.
6. Pengertian Kecerdasan Spiritual SQ
Danah Zohar dan Ian Marshall dalam Ary Ginanjar 2000: 13 mendefinisikan keceerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi
persoalan makana atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
17 Ary Ginanjar 2000:13 mengemukakan kecerdasan spiritual adalah
landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi kita. Dalam ESQ,
kecerdasan spiritual akan mensinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif.
Dari pengertian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang dapat memfungsikan IQ dan EQ secara
efektif sehingga ketiganya dapat bersinergi dan berjalan sebagai penyeimbang kehidupan.
7. Pengertian Kecerdasan Emosional EQ
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer
dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang
melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan
informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan Shapiro, 1998:8. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan
kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi
oleh faktor keturunan. Shapiro, 1998:10. Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan
oleh Bar-On Goleman, 2002 :180 seorang ahli psikologi Israel, yang