menyangkut gaya kepemimpinan transformasional, kompensasi, dan kinerja karyawan.
14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori 1.
Kinerja Karyawan
a. Pengertian Kinerja
Kinerja karyawan job performance dapat diartikan sebagai sejauh mana seseorang melaksanakan tanggung jawab dan tugas kerjanya, Singh et.al, dalam Maulizar, Musnadi
dan Yunus, 2012:60. Searah dengan pendapat tersebut Maulizar, 2012:61 menyimpulkan kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dalam suatu organisasi
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Rivai dan Sagala 2011:177, kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan oleh setiap orang sebagai prestasi kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dalam upaya mencapai
tujuannya.Sedangkan menurut Prawirosentono 1999:2, kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika. Tercapainya tujuan lembaga atau perusahaan hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat dalam organisasi lembaga atau perusahaan tersebut.
Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat antara kinerja perorangan individual performancedengan kinerja lembaga institutional performanceatau kinerja perusahaan
corporate performance. Dengan kata lain, bila kinerja karyawan baik, maka kemungkinan
kinerja perusahaan juga baik. Kinerja seorang karyawan akan baik bila dia mempunyai keahlian skill yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau diberi upah sesuai dengan
perjanjian, mempunyai harapan expectation masa depan yang lebih baik. Mengenai gaji dan adanya harapan, merupakan hal yang menciptakan motivasi seorang karyawan bersedia
melaksanakan kegiatan kerja dengan kinerja yang baik. Bila sekelompok karyawan dan atasan mempunyai kinerja yang lebih baik, maka akan berdampak pada kinerja perusahaan
yang lebih baik pula, Prawirosentono 1999:3. b.
Pengukuran Kinerja Tidak semua kriteria pengukuran kinerja dipakai dalam penilaian kinerja karyawan,
tentu hal ini harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai. Faustino Gomes dalam Nugroho, 2006:20 lebih lanjut menjelaskan terdapat dua kriteria pengukuran
performansi atau kinerja karyawan, yaitu: 1
Pengukuran berdasarkan hasil akhir result-based performance evaluation. Dalam kriteria pengukuran ini, tujuan organisasi ditetapkan oleh pihak manajemen atau
kelompok kerja, kemudian karyawan dipacu dan dinilai performanya berdasarkan seberapa jauh karyawan mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan. Kriteria
pengukuran ini mengacu pada konsep manajement by
objective MBO.
Keuntungannnya adalah adanya kriteria-kriteria dan target kinerja yang jelas dan secara kuantitatif dapat diukur. Namun demikian, kelemahan utama adalah dalam praktik
kehidupan organisasi, banyak pekerjaan yang tidak dapat diukur secara kuantitatif sehingga dianggap mengabaikan dimensi-dimensi kinerja yang sifatnya non kuantitatif.
2 Pengukuran berdasarkan perilaku behaviour-based performance evaluation.
Pengukuran berdasarkan perilaku condong pada aspek kualitatif daripada kuantitatif