Uji Asumsi Klasik Teknik Analisis Data

50 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai alpha harapan 0,964, nilai alpha persepsi 0,969 dan nilai alpha loyalitas 0,866. Kuisioner dinyatakan reliable karena nilai Cronbach Alpha dari semua variabel 0,5.

3.7.3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan lolos dari penyimpangan asumsi klasik. Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square OLS. Uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki nilai residual yang berdistribusi normal, dengan melihat gambar grafik normal P-P Plot, yang terdeteksi melalui titik-titik yang mengikuti arah garis linear dari kiri ke kanan atas. Bila titik-titik mengikuti arah garis linear berarti terjadi gejala normalitas Karsono, 2005. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan yaitu model yang terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED nilai prediksi dengan SRESID nilai residualnya. Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, misalnya: jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, 51 melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Gisa, 2012. Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya t -1. Secara sederhana, analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series runtut waktu dan tidak perlu dilakukan pada data cross section. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum generalized difference equation Gisa, 2012. Dalam uji autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson. Durbin-Watson menguji apakah residual yang berdekatan saling berkorelasi. Statistik pengujian bervariasi antara 0 hingga 4 dengan nilai 2 mengindikasikan residu tidak berkorelasi. Dasar pengambilan keputusannya adalah: angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, dan angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.7.4. Uji Hipotesis