Tuna Grahita KAJIAN TEORI

45

E. Tuna Grahita

1. Pengertian Tunagrahita Menurut Sutjihati Somantri 2006: 103, tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Senada dengan Sutjihati Somantri, Bratanata Mohammad Efendi, 2006: 88 menyebutkan bahwa penyandang tunagrahita merupakan individu dengan tingkat kecerdasan yang rendah, sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk program pendidikannya. Maria J. Wantah 2007: 2 menyebutkan bahwa anak tunagrahita merupakan anak yang kecerdasannya di bawah rata-rata, sehingga sukar untuk mengadakan interaksi dengan orang lain. Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita merupakan suatu kondisi di mana individu mengalami hambatan dalam hal kecerdasan yang di bawah rata-rata anak normal seusianya. Hal tersebut mengakibatkan terhambatnya perkembangan individu, mulai dari kognitif, akademik, hingga sosial individu. 2. Klasifikasi Tunagrahita Tunagrahita diklasifikasikan kedalam tiga kelompok berdasarkan taraf inteligensi Sutjihati Somantri, 2006: 106, yakni: a. Tunagrahita ringan Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Alfred Binet dan menurut Skala Weschler WISC memiliki IQ 69-55. Individu 46 dengan tunagrahita ringan dapat dididik dan masih bersekolah. Mereka bisa belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Bimbingan dan pendidikan yang baik dapat membuat individu dengan tunagrahita ringan memperoleh penghasilan sendiri. b. Tunagrahita sedang Kelompok ini memiliki IQ 51-36 berdasarkan skala Binet, sedangkan menurut Skala Weschler WISC memiliki IQ 54-40. Individu dengan tunagrahita sedang sulit untuk mengikuti kegiatan akademik, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Bimbingan dan pengawasan yang berkelanjutan dapat membuat anak tunagrahita sedang melakukan kegiatan untuk dirinya sendiri, seperti mandi, menyelamatkan diri dari baya, dan berjalan di tempat keramaian. c. Tunagrahita berat Kelompok anak tunagrahita berat kerap juga disebut sebagai idiot. Individu dengan tunagrahita berat memerlukan bantuan dan perawatan total dalam mengurus dirinya sendiri, seperti mandi, berpakaian, makan. Berbanding terbalik dengan dua kelompok tunagrahita sebelumnya, individu yang termasuk dalam kelompok tunagrahita berat membutuhkan perlindungan dari baya sepanjang hidupnya. Berdasarkan penjabaran di atas, kedua subjek penelitian masuk dalam kategori individu dengan tunagrahita ringan dikarenakan individu masih bisa mengikuti kegiatan akademik di sekolah dan dapat melakukan 47 keterampilan seperti menulis, membaca, dan berhitung walaupun lambat dan butuh bimbingan intensif dari guru dan orangtua. 3. Faktor Penyebab Tunagrahita Maria J. Wantah 2007: 22 mengemukakan bahwa terdapat lima faktor yang menyebabkan individu mengalami tunagrahita, yaitu: a. Keturunan Terdapat beberapa kelainan yang diwariskan oleh orangtua penyandang tunagrahita yang menyebabkan individu mengalami tunagrahita, seperti fragile x syndrome yang merupakan kerusakan pada kromosom yang menentukan jenis kelamin dan kesalahan dalam metabolisme yang tidak ditemukan dan dirawat sejak awal. b. Sebelum Lahir Salah satu penyebab terjadinya tunagrahita pada anak adalah perilaku orangtua anak ketika mengandung, yakni ibu sering minum alkohol ketika sedang mengandung. Beberapa studi menyebutkan bahwa meminum alkohol ketika mengandung, walaupun sedikit sekalipun dapat menyebabkan ketidakmampuan anak dalam belajar. Penggunaan rokok dan obat terlarang juga berpotensi menyebabkan anak terlahir menjadi tunagrahita. c. Kerusakan pada Waktu Lahir Waktu melahirkan merupakan salah satu fase yang sanga beresiko bagi ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Resiko paling besar terletak pada ibu dan biasanya dokter akan terlebih dahulu 48 menyelamatkan ibu, baru kemudia bayi. Misalkan ketika melahirkan prosesnya sangat sulit sehingga anak sulit dilahirkan, untuk itu diperlukan alat bantuan untuk menarik kepala anak sehingga bisa keluar dari rahim ibu. Proses inilah yang beresiko dapat menyebabkan anak terlahir menjadi tunagrahita karena kerusakan fisik maupun syaraf pada anak pada saat melakukan penarikan anak dari rahim ibu. d. Penyakit dan Luka pada Masa Kanak-Kanak Terdapat beberapa penyakit yang bisa menyebabkan anak menjadi tunagrahita, seperti hypertyroidism, whooping cough, cacar air, measles, dan infeksi bakreti. Infeksi dan bakteri yang menjangkiti individu akan menyebabkan kerusakan pada fungsi otak. Pukulan dan goncangan yang keras pada bagian kepala anak juga bisa menyebabkan terjadinya tunagrahita pada anak. e. Faktor Lingkungan Beberapa penyebab yang menjadikan anak tunagrahita adalah kurangnya perhatian dan perawaran kepada anak setelah dilahirkan. Misalnya kurangnya rangsangan fisik dan mental kepada anak untuk perkembangan anak, kurangnya pemberian gizi pada anak, dan keadaan lingkungan yang tidak sehat bagi anak.

F. Tunaganda Tunadaksa disertai tunagrahita