PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID DARI METANOL, UDARA DAN UREA KAPASITAS 28.000 TON/TAHUN
(2)
ABSTRAK
PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID DARI METANOL, UDARA DAN UREA
KAPASITAS 28.000 TON/TAHUN
O l e h Novita Indriasari
Kebutuhan indonesia akan urea formaldehid yang banyak dimanfaatkan pada industri perekatan semakin bertambah dari tahun ke tahun, sedangkan industri yang memproduksi urea formaldehid relatif tetap sehingga kebutuhan industri tersebut masih dipenuhi dari produsen luar negeri.
Bahan baku metanol sebanyak 1382,75 kg/jam diperoleh dari PT. Kaltim Methanol Industri dan urea sebesar 1722,94 kg/jam dari PT. Pupuk Kalimantan Timur, sedangkan bahan baku oksigen sebanyak 1534,47 kg/jam dapat diperoleh dari udara lingkungan. Proses produksi urea formaldehid terbagi menjadi dua tahap proses yaitu proses pembuatan formaldehid dan proses pembentukan urea formaldehid. Formaldehid dibentuk dengan mereaksikan metanol fasa gas dan oksigen pada temperatur 240 oC dan tekanan 1,4 atm . Selanjutnya gas formaldehid yang terbentuk direaksikan dengan larutan urea pada temperatur 70oC dan tekanan 1,2 atm untuk membentuk produk urea formaldehid 3535,35 kg/jam.
.Analisa kelayakan prarancangan pabrik urea formaldehid sebagai berikut : Fixed Capital Investment (FCI) = Rp. 177.102.551.742,13
Working Capital Investment (WCI) = Rp. 31.253.391483,91 Total Capital Investment (TCI) = Rp. 208.355.943.226,04 Break Even Point (BEP) = 45,92 %
Pay Out Time before Taxes (POT) = 1,98 tahun Pay Out Time after Taxes (POT)a = 2,36 tahun
Return on Investment before Taxes (ROI)b = 34,34 %
Return on Investment after Taxes (ROI)a = 27,47 %
Discounted Cash Flow (DCF) = 31,42 % Shut Down Point (SDP) = 27,19 %
Berdasarkan analisa kelayakan ekonomi, pabrik urea formaldehid dapat dikaji lebih lanjut untuk pendiriannya.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ………..xi
DAFTAR TABEL ………xiii
DAFTAR GAMBAR ………..xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik ……….….1
B. Kegunaan Produk ………..2
C. Ketersedian Bahan Baku ………..3
D. Analisis Pasar ………..3
E. Kapasitas Pabrik ………4
F. Penentuan Lokasi Pabrik ………..6
II. DESKRIPSI PROSES A. Konsep Proses ………..………8
B. Tinjauan Proses ………..…………9
C. Uraian Proses ………13
III. SPESIFIKASI BAHAN A. Bahan Baku ………17
B. Bahan Pembantu ………19
C. Produk ………19
IV. NERACA MASSA DAN NERACA PANAS A. Neraca Massa ………....20
B. Neraca Energi ………21
V. SESIFIKASI PERALATAN A. Peralatan Proses ………25
B. Peralatan Utilitas ………38
VI. UTILITAS A. Unit Pendukung Proses ………...64
B. Unit Pengolahan Limbah ………..…..86
C. Laboratorium ………..…………..88
(7)
ix
VII. TATA LETAK PABRIK
A. Lokasi Pabrik ………..…………..94
B. Tata Letak Pabrik Keseluruhan ………..98
C. Tata Letak Peralatan Proses ………..96
VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN A. Bentuk Perusahaan ………..101
B. Struktur Organisasi Perusahaan ………..104
C. Tugas dan Wewenang ………..106
D. Status Karyawan dan Sistem Penggajian …….……….114
E. Pembagian Jam Kerja Karyawan ………..114
F. Penggolongan Jabatan dan Jumlah Karyawan ………..117
G. Kesejahteraan Karyawan ………..121
IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI A. Investasi ………..124
B. Evaluasi Ekonomi ………..128
C. Angsuran Pinjaman ………..130
D. Discounted Cash Flow ………..131
X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..132
B. Saran ………..132 DAFTAR PUSTAKA
(8)
I.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Pendirian Pabrik
Industri plywood awalnya menggunakan phenol formaldehid sebagai perekat. Tetapi ketika urea formaldehid telah digunakan secara komersil, maka pemakaian phenol formaldehid semakin berkurang dan fungsinya digantikan oleh urea formaldehid. Hal tersebut disebabkan harga urea formaldehid lebih murah jika dibandingkan dengan phenol formaldehid. Selain harga yang lebih murah, urea formaldehid memiliki beberapa keunggulan lain, seperti : kualitas produk yang dihasilkan lebih baik, mudah dalam penuangan dan proses pemotongan cepat serta tidak meninggalkan bekas warna pada papan yang dihasilkan (Meyer, 1979).
Dalam penggunaannya secara luas, resin urea formaldehid lebih banyak dimanfaatkan dalam industri perekatan yaitu sekitar 82 %. Pada industri perekatan, urea formaldehid dikehendaki dalam bentuk resin, yaitu suatu polimer yang masih memiliki bobot molekul rendah. Hal ini dimaksudkan agar proses penetrasi selama perekatan dapat berlangsung lebih sempurna.
Kebutuhan industri akan urea formaldehid sebagai bahan baku utama maupun bahan pendukung semakin bertambah dari tahun ke tahun sedangkan industri yang memproduksi urea formaldehid relatif tetap sehingga kebutuhan industri tersebut masih dipenuhi dari produsen luar negeri. Oleh karena itu,
(9)
2
pembangunan pabrik urea formaldehid ini dapat memberikan dampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
B.Kegunaan Produk
Industri-industri yang memanfaatkan urea formaldehid, antara lain : 1. Industri tekstil
Penambahan 7-10 % urea formaldehid dapat mencegah kekerutan dan kusutnya kain katun.
2. Industri kertas
Urea formaldehid sebagai perekat dan pelapis kertas untuk meningkatkan mutu dan kekuatan kertas karena penambahan 2 - 4 % urea formaldehid pada pH 4,5 dapat memperkuat kertas.
3. Industri kayu lapis dan meubel
Urea formaldehid digunakan sebagai perekat (glue) dan pelapis kayu, menginsulasi busa, perekat untuk pembuatan chipboard dengan menambahkan 10 % larutan urea formaldehid. Selain itu urea formaldehid memiliki warna terang sehingga cocok untuk pemakaian dekoratif. Industri kayu lapis dan meubel merupakan konsumen urea formaldehid terbesar. 4. Industri pembuatan kapal
Urea formaldehid mempunyai sifat dapat dicetak tekan sehingga mempunyai permukaan keras yang cocok sebagai bahan pelapis pada badan kapal. Warnanya yang terang memudahkan pemberian berbagai jenis warna.
(10)
3
C.Ketersediaan bahan baku
Metanol dapat diperoleh dari PT. Kaltim Methanol Industri yang mempunyai kapasitas 660.000 ton/tahun dan urea dapat diperoleh dari PT. Pupuk Kalimantan Timur yang mempunyai kapasitas 2.980.000 ton/tahun. Sedangkan bahan baku oksigen dapat diperoleh dari udara lingkungan sekitar sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan bahan baku untuk pembuatan urea formaldehid dapat menjamin kelangsungan hidup pabrik yang akan dirancang. D. Analisa Pasar
1. Prediksi kebutuhan pasar
Indonesia masih mengimpor urea formaldehid dari negara lain. Perkembangan impor urea formaldehid disajikan pada Tabel 1.1 (Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia, 2012).
Tabel 1.1 Data Impor Urea Formaldehid Indonesia
Tahun Jumlah (ton)
1 = 2003 2 = 2004 3 = 2005 4 = 2006 5 = 2007 6 = 2008 7 = 2009 8 = 2010
3806 4124 7477 8092 9568 12810 14359 15908
2. Harga Bahan Baku dan Produk
Tabel. 1.2. Harga bahan baku dan produk
No Bahan Harga
1 Metanol US$ 0,41/kg
2 Urea US$ 0,46/kg
3 Urea Formadehid US$ 1,4/kg
Sumber: (www.alibaba.com, 2012)
(11)
4
Untuk memprediksi kebutuhan impor urea formaldehid pada tahun 2017 atau tahun ke 15 dilakukan dengan memplotkan data impor pada tabel 1.1 dalam grafik dan dilakukan pendekatan berupa garis lurus.
Gambar 1.1 Grafik Impor Urea Formaldehid Indonesia
Dari Gambar 1.1 dapat diperkirakan kebutuhan impor urea formaldehid terus meningkat dari tahun ke tahun.
Untuk dapat memperkirakan kebutuhan impor urea formaldehid pada tahun berikutnya dapat menggunakan persamaan garis lurus :
y = ax + b
Keterangan : y = kebutuhan impor urea formaldehid, ton/tahun x = tahun ke- i
b = intercept
a = gradien garis miring
Diperoleh persamaan garis lurus : y = 1825.76x + 1302.07 y = 1825.76x + 1302.07
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000
0 2 4 6 8 10
im
p
o
r
(12)
5
Dari persamaan di atas diketahui bahwa kebutuhan impor urea formaldehid di Indonesia pada tahun ke 15 adalah :
y = 1825.76 (15) + 1302.07 y = 28688.47 ton/tahun
Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa pada tahun 2017 impor urea formaldehid sebesar 28.000 ton.
Produsen urea formaldehid di Indonesia (http://depperin.go.id) dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut :
Tabel 1.2 Produsen Urea Formaldehid di Indonesia
Pabrik Kapasitas (ton/tahun)
Pamolite Adhesive Industry, PT Arjuna Utama Kimia, PT Benua Multi Lestari, PT Binajaya Rodakarya, PT Cakram Utama Jaya, PT Gelora Citra Kimia Abadi, PT Giat Ultra Chemical Industry, PT Kayu lapis Indonesia, PT
Korindo Abadi, PT Kurnia Kapuas Utama, PT Lakosta Indah, PT
Prima Adhesnas, PT Susel Prima Permai, PT Tecwin Jaya Development, PT Wiranusa Trisatya, PT
Korindo Ariabimasari, PT Dyno Mugi Indonesia, PT Superin, PT
Intanwijaya Internasional, PT Batu Penggal, PT
Sabak Indah Jambi, PT Nusa Prima Pratama, PT Uforin prajen, PT
Duta Pertiwi Nusantara, PT
45.000 35.900 55.000 32.000 11.800 72.000 40.000 56.000 21.000 40.000 40.000 50.000 49.000 20.000 106.000 24.000 37.000 48.000 65.000 40.000 48.000 40.000 45.000 84.000
Dengan menganggap bahwa kapasitas pabrik-pabrik di atas tetap pada tahun 2017, maka pemenuhan kebutuhan urea formaldehid akan mengalami kekurangan sebesar 28.000 ton pada tahun 2017. Untuk itu pendirian pabrik
(13)
6
yang baru sangat diharapkan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan urea formaldehid dalam negeri pada tahun 2017.
F. Penentuan Lokasi Pabrik
Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang penting dalam suatu perancangan pabrik, karena berkaitan dengan nilai ekonomis. Bahan baku yang diperlukan adalah metanol dan urea yang didapat dari dalam negeri. Pabrik metanol di Indonesia adalah PT. Kaltim Methanol Industri dan PT. Pertamina Pulau Bunyu yang berlokasi di Kalimantan Timur. Sedangkan pabrik urea di Indonesia adalah PT. Pupuk Iskandar Muda yang berada di Nangro Aceh Darussalam, PT. Pupuk Sriwidjaja (Sumatera Selatan), PT. Pupuk Kujang (Jawa Barat), PT. Petrokimia Gresik (Jawa Timur) dan PT. Pupuk Kaltim (Kalimantan Timur).
Produk urea formaldehid mayoritas digunakan oleh industri plywood, particle board dan industri perekatan lainnya dimana lokasi pabrik-pabrik tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.4. dan 1.5. berikut ini :
Tabel 1.4 Perusahaan Perekatan di Indonesia dengan Jenis Industri Particle Board Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas(ton/tahun)
- PT Asia Forestama Raya - PT Nuvopan Indotama - PT Sari Bumi Kusuma - PT Akhates
- PT Barito Pacific Timber
Sumatera Utara Kalimantan Barat Kalimantan Barat KalimantanTengah Kalimantan Selatan
30.000 121.250 74.000 45.000 200.000
Pertimbangan lain dalam memilih lokasi pabrik adalah sifat bahan baku dan produk yang berbahaya. Jika bahan baku berbahaya, maka lokasi pabrik sebaiknya berada di dekat sumber bahan baku, sementara jika produk yang berbahaya, maka lokasi pabrik seharusnya berada di dekat pasar. Namun dalam hal ini, kedua pertimbangan itu dapat dikesampingkan karena pabrik urea
(14)
7
formaldehid tidak mempunyai bahan baku maupun produk yang bersifat berbahaya.
Tabel 1.5 Perusahaan Perekatan di Indonesia dengan Jenis Industri Plywood
Alternatif lokasi yang memenuhi faktor-faktor tersebut di atas, yaitu di daerah Bontang. Bontang memenuhi kriteria dekat dengan sumber kedua bahan baku,
yaitu metanol dari PT. KMI dan urea dari PT. Pupuk Kaltim serta dekat dengan pasar urea formaldehid. Bontang merupakan kawasan industri sehingga pajak, karakter tanah, pengolahan limbah, pengadaan energi telah diperhitungkan dan tersedia.
Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas
(ton/tahun) - PT Panca Eka Bina Plywood Industri
- PT Kampari Wood
- PT Olympia Veneer Product - PT Sola Gratia Plywood
- PT Putra Sumber Utama Timber - PT Andatu Lestari Plywood - PT Kayu Lapis Indonesia - PT Sumber Mas Indah Plywood - PT Wana Bangun Agung - PT Erna Djuliawati
- PT Kurnia Kapuas Plywood - PT Antang Cahaya Baru - PT Meranti Mustika
- PT IDEC Abadi Wood Industries - PT Intracowood Manufacturing - PT Meranti Sakti Indah plywood - PT Tirta Mahakam Plywood Industry - PT Daya Sakti Unggul Corporindo, Tbk - PT Hendratna Plywood
- PT Tanjung Raya Plywood - PT Katingan Timber Celebes - PT Jati Dharma Indah Plywood - PT Waenebi Wood
- PT Wapoga Mutiara Timber
Riau Riau Riau Riau Jambi Lampung Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat KalimantanTengah KalimantanTengah Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Maluku Maluku Papua 26.000 42.000 24.000 70.000 98.718 77.500 432.000 100.000 44.067 192.305 93.100 24.000 130.000 71.000 48.000 6.000 102.840 174.000 12.000 117.495 30.000 74.160 54.000 59.471
(15)
BAB X. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis ekonomi yang telah dilakukan terhadap Prarancangan Pabrik Urea Formaldehid dari Metanol, Udara dan Urea dengan kapasitas 28.000 ton/tahun dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Percent Return on Investment (ROI) sesudah pajak adalah 27,47 %. 2. Pay Out Time (POT) sesudah pajak adalah 2,36 tahun.
3. Break Even Point (BEP) sebesar 45,92 % dimana syarat umum pabrik di Indonesia adalah 30 – 60 % kapasitas produksi. Shut Down Point (SDP) sebesar 27,19 %, yakni batasan kapasitas produksi sehingga pabrik harus berhenti berproduksi karena merugi.
4. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCF) sebesar 31,42 %, lebih besar dari suku bunga bank sekarang sehingga investor akan lebih memilih untuk berinvestasi ke pabrik ini dari pada ke bank.
B. Saran
Pabrik Urea Formaldehid dari Metanol, Udara dan Urea dengan kapasitas 28.000 ton/tahun sebaiknya dikaji lebih lanjut baik dari segi proses maupun ekonominya.
(16)
DAFTAR PUSTAKA
_______, 2009, Indonesian Commercial Newsletter.
Adang. P., 2001, Technical Training Proses Pembentukan Steam.
Badan Pusat Statistik, 2012, Statistic Indonesia, www.bps.go.id, Indonesia. Brown.G.George., 1950, Unit Operation 6ed, Wiley&Sons, USA.
Brownell.L.E. and Young.E.H., 1959, Process Equipment Design 3ed, John Wiley & Sons, New York.
Coulson.J.M. and Ricardson.J.F., 1983, Chemical Engineering vol 6, Pergamon Press Inc, New York.
Ferreira.A, dkk, 2007, Jurnal Research and Design Trans IChemE, Portugal Fogler.A.H.Scott, 1999, Elements of Chemical Reaction Engineering, Prentice
Hall International Inc, New Jersey.
Geankoplis.Christie.J., 1993, Transport Processes and unit Operation 3th ed, Allyn & Bacon Inc, New Jersey.
Himmeblau.David., 1996, Basic Principles and Calculation in Chemical Engineering, Prentice Hall Inc, New Jersey.
Kern.D.Q., 1983, Process Heat Transfer, McGraw-Hill Book Company, New York.
Kirk, R.E and Othmer, D.F., 2006, “Encyclopedia of Chemical Technologi”, 4nd
ed., vol. 17., John Wiley and Sons Inc., New York.
Levenspiel.O., 1972, Chemical Reaction Engineering 2nd edition, John Wiley and Sons Inc, New York.
(17)
Megyesy.E.F., 1983, Pressure Vessel Handbook, Pressure Vessel Handbook Publishing Inc, USA.
Meyer, Beat, 1979, Urea Formaldehyde Resins, Addison Wesley Publishing, Canada.
Perry.R.H. and Green.D., 1997, Perry’s Chemical Engineer Handbook 7th ed, McGraw-Hill Book Company, New York.
Peter.M.S. and Timmerhaus.K.D., 1991, Plant Design an Economic for Chemical Engineering 3ed, McGraww-Hill Book Company, New York.
Powell, S.T., 1954, “Water Conditioning for Industry”, Mc Graw Hill Book Company, New York.
Smith.J.M. and Van Ness.H.C., 1975, Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics 3ed, McGraww-Hill Inc, New York.
Treyball.R.E., 1983, Mass Transfer Operation 3ed, McGraw-Hill Book Company, New York.
Ulmann, 2007. “Ulmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry”. VCH Verlagsgesell Scahft, Wanheim, Germany.
Ulrich.G.D., 1984, A Guide to Chemical Engineering Process Design and Economics. John Wiley & Sons Inc, New York.
Wallas. S.M., 1988, Chemical Process Equipment, Butterworth Publishers, Stoneham USA.
Yaws, C.L., 1999, Chemical Properties Handbook, Mc Graw Hill Book Co., New York
http://4funjava.blogspot.com/2010/04/proses-pengolahan-air.html. 16 Januari 2013, Pukul 16.47 WIB.
http://aplikasiteknikkimia.blogspot.com/2009/04/pengolahan-air-umpan-boiler.html. 16 Januari 2013, Pukul 16.53 WIB.
http://depperin.go.id
http://fisika-utility.blogspot.com/. 16 Januari 2013, Pukul 19.47 WIB. http://wikipedia.com/
(18)
http://www.alibaba.com. Tanggal 19 Oktober 2011.
http://www.batan.go.id/ptrkn/file/Epsilon/Vol_12_03/2.Itjeu.pdf. 16 Januari 2013, Pukul 17.30 WIB.
http://www.che.com/pci (as Published in Chemical Engineering Magazine). http://www.dbwestern.com
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_manajemen_umum/Bab_5 .pdf
http://www.google.com/patents/US20020055658 http://id.wikipedia.org/wiki/Molibdenum
http://www.kaltimmethanol.com/
http://www.matches.com. Diakses: November 2011. http://www.thefreelibrary.com.
http://www.viront.com. 16 Januari 2013, Pukul 21.05 WIB.
(19)
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN NERACA MASSA
I. Kapasitas Prarancangan
Kapasitas per tahun = 28.000 Ton/Tahun 1 tahun operasi = 330 hari
Kapasitas prarancangan =
ton 1
kg 1000 jam
24 hari 1 hari 330
tahun 1 tahun 1
ton 000 . 28
x x
x
= 3535,35 kg/jam
II. Komposisi Bahan Baku dan Produk 1. Metanol
Metanol = 99,90 % berat Air = 0,10 % berat 2. Udara
Nitrogen = 79 % mol Oksigen = 21 % mol 3. Urea
Urea = 99,27 % berat Air = 0,73 % berat 4. Urea Formaldehid
Urea Formaldehid = 80,00 % berat Urea = maks 2 % berat Air = maks 20,00 % berat
(20)
II. Reaksi
a. Reaksi di Reaktor 01 (Sintesa Formaldehid)
Umpan yang masuk = Mol Metanol : Mol Oksigen = 9 : 10 Konversi metanol = 99 %
Selektivitas = 94 % Reaksi utama :
CH3OH(g) + ½ O2(g) HCHO(g) + H2O(g) …(1)
Reaksi samping :
HCHO(g) + ½ O2(g) CO(g) + H2O(g) …(β)
b. Reaksi di Reaktor 02 (Sintesa Urea Formaldehid) Perbandingan mol umpan = Urea : Formaldehid = 1 : 1,4 Konversi = 97 %
Reaksi yang terjadi :
13 CO(NH2)2 (l) + 18 CH2O (g) 9 HOCH2NHCONH2(l) +
3NHCONH(CH2OH)2(l)+
NHCON(CH2OH)3(l)
III. Notasi
CH3OH = Metanol
H2O = Air
O2 = Oksigen
CO2 = Karbondioksida
CO = Karbonmonoksida
N2 = Nitrogen
(21)
Formaldehid = HCHO
UF1 = HOCH2NHCONH2
UF2 = NHCONH (CH2OH)2
UF3 = NHCON(CH2OH)3
IV. Berat Molekul
Metanol = 32,04 kg/kgmol
Air = 18,01 kg/kgmol
Oksigen = 32,00 kg/kgmol Karbonmonoksida = 28,01 kg/kgmol Karbondioksida = 44,01 kg/kgmol Nitrogen = 28,01 kg/kgmol Urea = 60,06 kg/kgmol Formaldehid = 30,03 kg/kgmol
UF1 = 90,09 kg/kgmol
UF2 = 120,12 kg/kgmol
UF3 = 150,15 kg/kgmol
V. Basis Perhitungan Basis = 1 jam operasi
VI. Neraca Massa Tiap Alat 1. REAKTOR 202 (RE-202)
(22)
Fungsi : Tempat mereaksikan larutan urea dan gas formaldehid untuk menghasilkan produk urea formaldehid.
Gambar :
Massa total produk = 3535,35 kg/jam
Kandungan Urea formaldehid dalam produk = 80 %
Berat urea formaldehid total dalam produk = 3535,35 kg/ jam
100 80
= 2828,28 kg/jam
BM rata-rata urea formaldehid =
13
1 3
9BMUF1 BMUF2 BMUF3
=
13
15 , 150 1 12 , 120 3 09 , 90
9
= 101,64 kg/kmol
Mol Urea formaldehid total =
kmol kg
jam kg
/ 64 , 101
/ 28 , 2828
= 27,83 kmol/jam Mol UF1 = 27,83kmol/ jam
13 9
= 19,26 kmol/jam
(23)
= 1735,54 kg/jam
Mol UF2 = 27,83kmol/ jam 13
3
= 6,42 kmol/jam
Massa UF2 = 6,42 kmol/jam x 120,12 kg/kmol
= 771,35 kg/jam
Mol UF3 = 27,83kmol/ jam 13
1
= 2,14 kmol/jam
Massa UF3 = 2,14 kmol/jam x 150,15 kg/kmol
= 321,40 kg/jam
Reaksi yang terjadi di Reaktor 202
13 CO(NH)2 + 18 HCHO 9 UF1 + 3 UF2 + UF3
M 28,69 40,16
R 27,83 38,53 19,26 6,42 2,14
S 0,86 1,63 19,26 6,42 2,14
Massa Umpan HCHO = 40,16 kmol/jam x 30,03 kg/kmol = 1206,06 kg/jam
Massa Umpan Urea = 28,69 kmol/jam x 60,06 kg/kmol = 1722,94 kg/jam
Kelarutan urea pada temperatur 70oC = 268,04 gr/100 ml Jumlah air yang dibutuhkan untuk melarutkan umpan urea :
(24)
x gr x ml
gr 1722,94 103 100
04 , 268
x = 642,80 L = 642,80 kg
Jumlah kandungan air dalam urea = x1722,94kg/ jam %
100 % 73 , 0
= 12,58 kg/jam
Jumlah total air = 642,80 kg/jam + 12,58 kg/jam = 655,38 kg/jam
Massa urea sisa = 0,86 kmol/jam x 60,06 kg/kmol = 51,69 kg/jam
Tabel A.1. Neraca massa pada reaktor 202 Komponen Massa Masuk
(kg/jam)
Massa Keluar (kg/jam)
Urea 1722,94 51,69
HCHO 1206,06 49,04
H2O 655,38 655,38
UF1 0 1735,54
UF2 0 771,35
UF3 0 321,40
Total 3584,39 3584,39
2. REAKTOR2 201 (RE-201)
Fungsi : Tempat mereaksikan uap metanol dan oksigen untuk membentuk gas formaldehid sebagai umpan reaktor 02 (sintesa urea formaldehid).
(25)
HCHO yang dihasilkan pada reaksi 1 = 40,16kmol/ jam %
94 % 100
= 42,73 kmol/jam
HCHO yang bereaksi pada reaksi 2 = 42,73kmol/ jam
100 6
= 2,56 kmol/jam
Reaksi 1 CH3OH + ½ O2 HCHO + H2O
M 43,16 47,95
R 42,73 21,35 42,73 42,73
S 0,43 26,59 42,73 42,73
Reaksi 2 HCHO + ½ O2 CO + H2O
2,56 1,28 2,56 2,56
Massa CH3OH Umpan = 43,16 kmol/jam x 32,04 kg/kmol
= 1382,75 kg/jam Kandungan air dalam CH3OH = 0,1 %
Massa H2O dalam CH3OH = 1382,75kg/ jam
% 9 , 99
% 1 ,
0
= 1,38 kg/jam
(26)
= 1534,47 kg/jam
Massa N2 Umpan = 47,95kmol/ jamx28,01kg/kmol
% 21
% 79
= 5052,77 kg/jam
Massa HCHO terbentuk = (42,73– 2,56) kmol/jam x 30,03 kg/kmol = 1206,06 kg/jam
Massa CH3OH sisa = 0,43 kmol/jam x 32,04 kg/kmol
= 13,83 kg/jam
Massa O2 sisa = (26,59– 1,28) kmol/jam x 32 kg/kmol
= 809,85 kg/jam
Massa H2O terbentuk = (42,73+ 2,56) kmol/jam x 18,01 kg/kmol
= 815,65 kg/jam
Massa total H2O keluar = ( 815,65 + 1,38 ) kg/jam
= 817,04 kg/jam
Massa CO terbentuk = 2,56 kmol/jam x 28,01 kg/kmol = 71,80 kg/jam
Massa N2 sisa = 5052,77 kg/jam
Tabel A.2. Neraca massa pada reaktor 201 Komponen Massa Masuk
(kg/jam)
Massa Keluar (kg/jam)
CH3OH 1382,75 13,83
O2 1534,47 809,85
HCHO 0 1206,06
CO 0 71,80
H2O 1,38 817,04
N2 5052,77 5052,77
(27)
3. MIXING TANK (MT-101)
Fungsi : Tempat pencampuran urea dengan sejumlah air agar terbentuk larutan urea untuk diumpankan ke reaktor 02 (sintesa urea formaldehid)
Gambar :
Massa urea = 1722,94 kg/jam
Komposisi urea : Urea = 99,27 % berat H2O = 0,73 % berat
Jumlah kandungan air dalam urea = x1722,94kg/ jam %
100 % 73 , 0
= 12,58 kg/jam
Kelarutan urea pada temperatur 70oC = 268,04 gr/100 ml
Jumlah air yang dibutuhkan untuk melarutkan umpan urea :
x gr x ml
gr 1722,94 103 100
04 ,
268
x = 642,80 L = 642,80 kg
Jumlah total air = 642,80 kg/jam + 12,58 kg/jam = 655,38 kg/jam
(28)
Tabel A.3. Neraca massa pada Mixing tank
Komponen Massa Masuk (kg/jam) Massa Keluar (kg/jam) Input 1 Input 2
Urea 1722,94 0 1722,94
H2O 12,58 642,80 655,38
Total 1735,52 642,80 2378,33
2378,33
4. SEPARATOR (SE-201)
Fungsi : Memisahkan H2O liquid dari fraksi gas produk reaktor 201 (sintesa
formaldehid) setelah melewati cooler pada temperatur 70oC Gambar :
Komponen yang masuk ke dalam separator sama seperti komponen yang keluar dari reaktor 201.
Pemisahan antara fasa gas dan cairan pada separator dapat dilihat dari perbedaan titik didihnya.
Tabel A.4. Titik didih produk reaktor 201 Komponen Titik didih (oC)
CH3OH 64,7
O2 -183
HCHO -21
CO -192
H2O 100
(29)
Berdasarkan data titik didih diatas maka H2O mempunyai fasa liquid karena titik
didihnya lebih besar dari temperatur separator 70oC, sedangkan yang lain masih dalam fasa gas.
Pemisahan campuran fasa gas dengan fasa cair di dalam separator juga dapat dilakukan berdasarkan perbedaan tekanan uap. Tekanan uap komponen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Antoine:
Keterangan : Pi = Tekanan uap komponen i, mmHg T = Temperatur, K
A, B, dan C = Konstanta Antoine Tabel A.5 Konstanta Antoine
Komponen A B C
CH3OH 18,5875 3626,55 -34,29
Oksigen 13,6835 780,26 -4,1758
HCHO 7,46432 1078,39 254,377
CO 6,72527 295,228 268,243
Air 16,5362 3985,44 -38,9974
N2 15,3768 1956,25 -2,1117
(Sumber : Reklaitis, 1983, yaws,himelblau)
Untuk HCHO dan CO, persamaan Antoine yang digunakan :
Dengan : Pi = Tekanan uap komponen i, mmHg T = temperatur, oC
Diketahui temperatur keluaran dari cooler produk reaktor 01 adalah 70oC. Sehingga diperoleh tekanan uap masing-masing komponen seperti yang tersaji dalam tabel berikut.
Tabel A.6 Tekanan Uap pada T = 70 oC Komponen Pi (bar)
CH3OH 1,229673517
(30)
O2 115,2767121
HCHO 18,15559674
CO 936,7599031
H2O 0,305650866
N2 129,3074302
Jika Pi > P, maka komponen tersebut dalam fasa gas. Dan sebaliknya, jika Pi < P, maka komponen tersebut dalam fasa cair. Di mana P = 1bar, sehingga yang merupakan fasa cair adalah H2O, sedangkan yang lainnya merupakan fasa gas.
Asumsi seluruh komponen fasa gas ke atas, dan seluruh fasa cair ke bawah. Aliran Masuk :
Massa HCHO = 1206,06 kg/jam Massa CH3OH = 13,83 kg/jam
Massa O2 = 809,85 kg/jam
Massa total H2O = 817,04 kg/jam
Massa CO = 71,80 kg/jam Massa N2 = 5052,77 kg/jam
Aliran Keluar : Bagian atas :
Massa HCHO = 1206,06 kg/jam Massa CH3OH = 13,83 kg/jam
Massa O2 = 809,85 kg/jam
Massa CO = 71,80 kg/jam
Massa N2 = 5052,77 kg/jam
(31)
Massa total H2O = 817,04 kg/jam
Tabel A.7. Neraca massa pada Separator Komponen Massa Masuk
(kg/jam)
Massa Keluar (kg/jam) Output Atas Output Bawah
CH3OH 13,83 13,83 0
O2 809,85 809,85 0
HCHO 1206,06 1206,06 0
CO 71,80 71,80 0
H2O 817,04 0 817,04
N2 5052,77 5052,77 0
Total 7971,35 7154,31 817,04
(32)
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN NERACA PANAS
Dari perhitungan neraca massa, selanjutnya dilakukan perhitungan neraca energi. Perhitungan neraca energi didasarkan pada:
Basis waktu : Jam
Satuan panas : Kilo Joule (kJ) Temperatur referensi : 25 oC (298,15 K)
Neraca energi:
{(Energi masuk) – (Energi keluar) + (Generasi energi) – (Konsumsi energi)} =
{Akumulasi energi} (Himmelblau,ed.6, 1996:400)
Energi secara umum yang terlibat berupa energi panas (Q) dan kerja (W). Perhatikan Gambar B.1 dibawah ini.
Gambar B.1. Proses Secara Umum Perpindahan Energi Pada Suatu Sistem Pada Gambar B.1 terlihat proses perpindahan energi secara pada suatu sistem. Pada keadaan 1, suatu materi atau bahan memiliki empat buah energi yaitu energi kinetik (K1), energi potensial (P1), energi dalam (U1), dan energi berupa kerja p1v1
m1
U1
P1
K1
w1
m2
U2
P2
K2
w2
Sistem
W Q
-W -Q
1 2
(33)
(w1) serta memiliki laju alir massa m1. Materi atau bahan tersebut kemudian
melewati sebuah sistem tertentu, dimana materi atau bahan tersebut membutuhkan energi dari luar berupa panas (-Q) dan kerja (-W) atau sebaliknya, dapat menghasilkan energi berupa panas (Q) dan kerja (W). Setelah melewati sistem, bahan atau materi tersebut berada pada keadaan 2, dimana materi tersebut memiliki energi berupa energi kinetik (K2), energi potensial (P2), energi dalam
(U2), dan energi berupa kerja p2v2 (w2) serta memiliki laju alir massa m2.
Sehingga persamaan neraca energi secara umum menjadi :
(U1 + K1 + P1)m1 - (U2 + K2 + P2)m2 + Q + W + w1– w2= ∆E
(U1 + K1 + P1)m1 - (U2 + K2 + P2)m2 + Q + W + (p1v1)m1 - (p2v2)m2= ∆E
Jika tidak ada perubahan laju alir massa sebesar m1=m2=m dan tidak akumulasi
energi pada sistem, maka persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi, {(U2-U1) + (K2-K1) + (P2-P1) + (p2v2) - (p1v1)}m = Q + W
{∆U + ∆Ek + ∆P + ∆pv }m = Q + W
Sistem berada pada tekanan tetap sehingga terdapat hubungan ∆H = ∆U + ∆pv (Smith, J.M., Ed.6th, 2001, Pers.2.11., hal. 38)
{∆H + ∆Ek + ∆P}m = Q + W
(Himmelblau, D., Ed.6th, 1996, Pers. 5.13., hal. 404) Jika pada sistem perubahan energi kinetik dan energi potensial sangat kecil
(34)
dapat diabaikan (bernilai nol) dan jika tidak ada kerja yang diberikan atau dihasilkan ke dan dari sistem maka persamaan neraca energi tersebut menjadi,
Q = ∆H
Q = ∆H = Hproduk - Hreaktan
Jika tidak ada panas yang timbul akibat perubahan fasa materi pada suatu sistem maka, Q = ∆H = (Σ n CP dT)keluar– (Σ n CP dT)masuk
Jika sistem yang ditinjau berada pada keadaan adiabatis maka, 0 = ∆H = (Σ n CP dT)keluar– (Σ n CP dT)masuk
(Σ n CP dT)keluar = (Σ n CP dT)masuk
Keterangan :
∆H = Perubahan Panas (kJ) n = Kuantitas Materi (kmol) CP = Kapasitas panas (kJ/kmol.K)
dT = Perbedaan temperatur (K)
(35)
Perhitungan kapasitas panas (Cp)
T T
4 3 2
T
Tref ref
dT ) ET DT CT BT (A dT Cp ) T (T 5 E ) T (T 4 D ) T (T 3 C ) T (T 2 B ) T A(T dT Cp 5 ref 5 4 ref 4 3 ref 3 2 ref 2 ret T Tref
Keterangan :Cp = Kapasitas panas ( kJ/kmol K) A,B,C,D,E = Konstanta
Tref = Temperatur referensi = 298,15 K
T = Temperatur operasi (K)
Kapasitas Panas Cairan
Tabel B.1. Data konstanta Kapasitas Panas Cairan dalam (J/mol.K)
Sumber : C. L. Yaws, 1999
Kapasitas Panas Gas
Tabel B.2. Data konstanta Kapasitas Panas Gas dalam (J/mol.K)
Komponen A B C D
CH3OH 40.152 0.31046 -0.0010291 1.4598E-06
H2O 92.053 -0.039953 -0.00021103 5.3469E-07
CO(NH)2 (urea) 24.856 0.14437 0.000038088 -1.1007E-07 Urea formaldehid -193.924 1.5238 0.0024738
Sumber : C. L. Yaws, 1999
Komponen A B C D E
HCHO 34.428 -2.9779E-12 0.00015104
-1.2733E-07 3.3887E-11 CH3OH 40.046 -0.038287 0.00024529
-2.1679E-07 5.9909E-11 H2O 33.933 -0.0084186 0.000029906
-1.7825E-08 3.6934E-12 CO 29.556 -0.0065807 0.00002013
-1.2227E-08 2.2617E-12 O2 29.526 -0.008999 0.000038083
-3.2629E-08 8.8607E-12 N2 29.342 -0.0035395 0.000010076
(36)
Berikut ini adalah perhitungan neraca panas pada masing-masing alat: 1. Neraca panas di sekitar Vaporizer
Fungsi : Menguapkan dan memanaskan campuran CH3OH fasa liquid
menjadi fasa uap pada temperatur 240oC sehingga siap diumpankan ke reaktor 201.
Gambar B.1 Aliran panas di sekitar Vaporizer
Dimana μ ∆H1 = Laju alir panas CH3OH masuk vaporizer (kJ/jam)
∆H2 = Laju alir panas CH3OH keluar vaporizer (kJ/jam)
∆Hsteam in = Laju alir panas steam masuk (kJ/jam) ∆Hsteam out = Laju alir panas steam keluar (kJ/jam)
a. Panas masuk vaporizer (aliran 1) T bahan = (273.15+30oC) = 303.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.γ Perhitungan ∆H masuk pada aliran 1
Komponen n (kmol) (kJ/kmol) ſCP dT ∆H 1
(kJ/jam) CH3OH 43.15697532 400.7148235 17293.63975
H2O 0.076624098 377.4863816 28.92455339
(37)
b. Panas keluar vaporizer (aliran 2) T out = (273.15+240oC) = 513.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.4 Perhitungan ∆H keluar pada aliran β
c. Menghitung laju alir massa dan laju alir panas steam ∆Hsteam= ∆H1 - ∆H2
= 484798.7334 - 17322.5643 = 467476.1691 kJ/jam
Data steam pada T = (273.15+300oC) = 573.15 K dan P = 8581 kPa: Hl = 1344 kJ/kg
Hv = 2749 kJ/kg
s = Hv– Hl = 2749– 1344= 1405 kJ/kg
Maka massa steam:
Panas steam masuk (∆Hsteam in)
∆Hsteam in = Ws x Hv = (332.723252 kg/jam) . (2749 kJ/kg)
= 914656.2198 kJ/jam
Panas steam keluar (∆Hsteam out)
∆Hsteam out = Ws x Hl = (332.723252 kg/jam) . (1344 kJ/kg)
= 447180.0507 kJ/jam
Setelah dilakukan perhitungan neraca panas pada masing-masing komponen maka dapat disusun tabel neraca panas komponen sebagai berikut:
Tabel B.5 Neraca panas di sekitar Vaporizer (VP-101)
Komponen Aliran Input (kJ/jam) Aliran Output (kJ/jam) Komponen n (kmol) (kJ/kmol) ſCP dT ∆H 2
(kJ/jam) CH3OH 43.15697532 11220.25118 484232.1031
H2O 0.076624098 7394.93588 566.6302895
(38)
∆H1 ∆Hsteam in ∆H2 ∆Hsteam out CH3OH 17293.63975
0,000
484232.1031 0,000
H2O 28.92455339 566.6302895
Steam 0,000 914656.2198 0,000 447180.0507 Sub Total 17322.5643 914656.2198 484798.7334 447180.0507
Total 931978.7841 931978.7841
2. Neraca panas di sekitar Heater (HE-101)
Fungsi : Memanaskan umpan udara pada temperatur 240oC sehingga siap diumpankan ke reaktor 201.
Gambar B.2 Aliran panas di sekitar Heater
Dimana μ ∆H4 = Laju alir panas udara masuk (kJ/jam)
∆H5 = Laju alir panas udara keluar (kJ/jam) ∆Hsteam in = Laju alir panas steam masuk (kJ/jam) ∆Hsteam out = Laju alir panas steam keluar (kJ/jam)
(39)
a. Panas masuk heater (aliran 4) T bahan = (273.15+30oC) = 303.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.θ Perhitungan ∆H keluar pada aliran 4
b. Panas keluar heater (aliran 5)
T out = (273.15+240oC) = 513.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.7 Perhitungan ∆H keluar pada aliran η
c. Menghitung laju alir massa dan laju alir panas steam ∆Hsteam= ∆H5 - ∆H4
= (1448176.147- 33283.74901) kJ/jam = 1414892.398 kJ/jam
Data steam pada T = (273.15+300oC) = 573.15 K dan P = 8581 kPa: Hl = 1344 kJ/kg
Hv = 2749 kJ/kg
s = Hv– Hl = 2749– 1344= 1405 kJ/kg
Maka massa steam:
Panas steam masuk (∆Hsteam in)
Komponen n (kmol) ſCP dT
(kJ/kmol) ∆H
4
(kJ/jam) O2 47.9521948 147.2424553 7060.598899
N2 180.39159 145.3679194 26223.15011
Total 228.3437847 33283.74901
Komponen n (kmol) (kJ/kmol) ſCP dT ∆H 5
(kJ/jam) O2 47.9521948 6499.833912 311681.3019
N2 180.39159 6300.154265 1136494.845
(40)
∆Hsteam in = Ws x Hv = (1007.040852 kg/jam) . (2749 kJ/kg)
= 2768355.304 kJ/jam
Panas steam keluar (∆Hsteam out)
∆Hsteam out = Ws x Hl = (1007.040852 kg/jam). (1344 kJ/kg)
= 1353462.906 kJ/jam
Setelah dilakukan perhitungan neraca panas pada masing-masing komponen maka dapat disusun tabel neraca panas komponen sebagai berikut:
Tabel B.8. Neraca panas di sekitar Heater (HE-101) Komponen
Aliran Input (kJ/jam) Aliran Output (kJ/jam) ∆H4 ∆Hsteam in ∆H5 ∆Hsteam out
O2 7060.598899
0,000 311681.3019 0,000
N2 26223.15011 1136494.845
Steam 0,000 914656.2198 0,000 447180.0507 Sub Total 33283.74901 2768355.304 1448176.147 1353462.906
Total
2801639.053 2801639.053
3. Neraca panas di sekitar Reaktor (R-201)
Fungsi : Mereaksikan CH3OH fasa gas dengan gas O2sehingga akan terbentuk produk utama berupa HCHO
(41)
Gambar B.3 Aliran panas di sekitar Reaktor
Dimana : ∆H3 = Laju alir panas umpan CH3OH dari Vaporizer 101 (kJ/jam)
∆H6 = Laju alir panas umpan udara dari Heater 101 (kJ/jam) ∆H7 = Laju alir panas produk yang keluar Reaktor 201 (kJ/jam) ∆Hpendingin in = Laju alir panas air pendingin masuk (kJ/jam) ∆Hpendingin out = Laju alir panas air pendingin keluar (kJ/jam)
a. Panas masuk pada aliran 3
Panas masuk pada aliran 3 sama dengan panas keluar dari Vaporizer 101 yaitu 484798.7334 kJ/jam.
b. Panas masuk pada aliran 6
Panas masuk pada aliran 6 sama dengan panas keluar dari Heater 101 yaitu 1448176.147 kJ/jam.
c. Panas keluar pada aliran 7
T in = (273.15+240oC) = 513.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
(42)
Iron Molybdenum oxide
Tabel B.λ Perhitungan ∆H keluar pada aliran 7
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 7
(kJ/jam) CH3OH 0.431569753 10220.03597 4410.658402
O2 25.30772985 5975.158224 151217.6901
HCHO 40.16188123 10148.24956 407572.7935 H2O 45.36578351 6799.57522 308468.0574
N2 180.39159 5800.479015 1046357.632
CO 2.563524334 5831.053867 14948.04848 Total
294.2220786 1932974.88
d. Menghitung panas reaksi Reaksi yang terjadi di Reaktor:
CH3OH(g) + ½ O2(g) HCHO(g) + H2O(g)
Reaksi samping :
HCHO(g) + ½ O2(g) CO(g) + H2O(g) (Mc. Ketta, 1988)
Neraca panas umum di Reaktor:
{ } { } { } { } { } (Pers. 8.2, Fogler., H. Scott, 3rd Ed)
Diasumsikan steady state maka akumulasi = 0 sehingga,
̇ ̇ ̇ ̇ ∑
Karena ̇ sangat kecil dibandingkan dengan maka ̇ dapat diabaikan.
Reaktor dioperasikan secara isotermal maka { ∑ } = 0 sehingga,
(43)
̇ dimana:
∫ ∫ Panas pembentukan standar (∆HoRx 298,15 K)
Data ∆Ho
Rx masing-masing komponen pada keadaan standar
(298,15 K):
ΔHfo CH3OH(g) = -48,08 kcal/mol ΔHfo O2(g) = 0 kcal/mol ΔHfo HCHO(g) = -28,29 kcal/mol
ΔHfo H2O(g) = -57,7979 kcal/mol ΔHfo CO (g) = -26,216 kcal/mol
(Perry, 1997)
∆Ho
Rx 298,15 K = ΔHfo CH3OH(g) x mol CH3OH(g)
= -20116.672 kj/kmol x 42.72 kmol = -859492.9698 kj
Total ∆HoRx = ∆Hproduk - ∆Hreaktan
= ΔHfo (HCHO(g)+ H2O(g)+CO(g)) - ΔHfo (CH3OH(g) +
O2(g))
Tabel B.10 Perhitungan ∆HoRx 298,15 K
Komponen ΔHf
o
(kJ/kmol)
∆Ho
Rx 298,15 K
(kJ)
CH3OH -20116.672
-859492.9698
O2 0 0
HCHO -11836.536
-505720.8011
H2O -24179.336
-1033071.937
CO -10968.7744
-28118.72009
Total
-707418.4882
(44)
Perubahan entalpi reaktan dari 513.15 K ke 298,15 K dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
∫
Hasil perhitungan perubahan entalpi reaktan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel B.11 Perhitungan ∆Horeaktan
Komponen ∆H
o reaktan (kJ/kmol)
n (kmol) ∆H reaktan (kJ) CH3OH 10220.03597 43.15697532 484232.1031
O2 5975.158224 47.9521948 311681.3019
Total
91.10917011 795913.405
∆H produk
Perubahan entalpi produk dari 298,15 K ke 513.15 K dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
∫
Hasil perhitungan perubahan entalpi produk dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel B.12 Perhitungan ∆Hoproduk
Komponen ∆H
o produk (kJ/kmol)
n (kmol) ∆H produk (kJ) CH3OH 10220.03597 0.431569753 4410.658402
O2 5975.158224 26.58949201 158876.4219
HCHO 10148.24956 42.72540556 433588.0782 H2O 6799.57522 42.72540556 290514.6089
CO 5831.053867 2.563524334 14948.04848 Total
(45)
Sehingga :
∆Hreaksi = (∆H
o
Rx 298,15 K + ∆Hoproduk - ∆Horeaktan)
= (-707418.4882 + 902337.8159 - 795913.405)
= 600994.0773 kj/jam
e. Menghitung kebutuhan air pendingin Panas yang harus diserap = ∆Hreaksi Kondisi media pendingin : Jenis pendingin : Air
T in = (273.15+30oC) = 303.15 K
T out = (273.15+60oC) = 333.15 K (Kern,594) T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Sehingga didapat,
ſCP dT = 2256.67 9 kj/kmol mol pendingin =
= = 266.317 kmol/jam massapendingin = mol pendingin x mr
= 266.317 kmol/jam x 18 kmol/kg = 4793.72 kg/jam
Menghitung Q pendingin :
∆H pendingin in = n ſCP dT
= 100531.347 kj/jam
∆H pendingin out = n ſCP dT
= 701525.4242 kj/jam
Setelah dilakukan perhitungan neraca panas pada masing-masing komponen maka dapat disusun tabel neraca panas komponen sebagai berikut:
(46)
Tabel B.13 Neraca panas di sekitar Reaktor (RE-201)
Komponen Aliran Input (kJ/jam)
Aliran Generasi
(kJ/jam) Aliran Output (kJ/jam)
∆H3 ∆H6 ∆Hpendingin in ∆Hreaksi ∆H7 ∆Hpendingin out
CH3OH 484232.1031 0 0
600994.0773
4410.658402 0
O2 0 311681.3019 0 151217.6901 0
HCHO 0 0 0 407572.7935 0
H2O 566.6302895 0 0 308468.0574 0
N2 0 1136494.845 0 1046357.632 0
CO 0 0 0 14948.04848 0
air 0
0 100531.347 0 701525.4242
Sub Total 484798.7334 1448176.147 100531.347 600994.0773 1932974.88 701525.4242 1932974.88
Total 2634500.304 2634500.304
4. Neraca panas di sekitar cooler (CO-201)
Fungsi : Menurunkan temperatur keluaran reaktor 201 dari temperatur 240 oC menjadi 70oC
Gambar B.4 Aliran panas di sekitar cooler
Dimana μ ∆H7 = Laju alir panas masuk cooler (kJ/jam)
∆H8 = Laju alir panas keluar cooler (kJ/jam)
∆Hpendingin in = Laju alir panas pendingin masuk (kJ/jam) ∆Hpendingin out = Laju alir panas pendingin keluar (kJ/jam)
a. Panas masuk cooler (aliran 7)
Panas masuk ke dalam cooler 201 adalah panas keluaran reaktor 201. T bahan = (273.15+240oC) = 513.15 K
(47)
T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.14.Perhitungan ∆H keluar pada aliran 7
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 7
(kJ/jam)
CH3OH 0.431569753 10220.03597 4410.658402
O2 25.30772985 5975.158224 151217.6901
HCHO 40.16188123 10148.24956 407572.7935
H2O 45.36578351 6799.57522 308468.0574
N2 180.39159 5800.479015 1046357.632
CO 2.563524334 5831.053867 14948.04848
Total
294.2220786 1932974.88
b. Panas keluar cooler (aliran 8) T out = (273.15+70oC) = 343.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.1η Perhitungan ∆H keluar pada aliran 8
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 8
(kJ/jam)
CH3OH 0.431569753 2091.947151 902.8211158
O2 25.30772985 1330.921526 33682.60243
HCHO 40.16188123 2075.676344 83363.06679
H2O 45.36578351 3385.062502 153566.0127
N2 180.39159 1309.709767 236260.6272
CO 2.563524334 1311.212204 3361.324391
Total
294.2220786 511136.4546 c. Menghitung kebutuhan pendingin
Panas yang harus diserap = ∆H7 - ∆H8
= (1932974,88-511136,4546) kg/jam = 1421838,43kg/jam
Kondisi media pendingin : Jenis pendingin : Air
T in = (273.15+30oC) = 303.15 K
T out = (273.15+45oC) = 323.15 K (Kern,594) T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
(48)
Sehingga didapat,
ſCP dT = 1881,178293 kj/kmol
mol pendingin =
= = 755,8233 kmol/jam massapendingin = mol pendingin x mr
= 755,8233 kmol/jam x 18 kmol/kg = 13604,81973 kg/jam
Menghitung Q pendingin :
∆H pendingin in = n ſCP dT
= 302869,608 kj/jam
∆H pendingin out = n ſCP dT
= 1707151,436 kj/jam
Setelah dilakukan perhitungan neraca panas pada masing-masing komponen maka dapat disusun tabel neraca panas komponen sebagai berikut:
Tabel B.16. Neraca panas di sekitar Cooler (CO-201)
Komponen Aliran Input (kJ/jam) Aliran Output (kJ/jam)
∆H7 ∆Hpendingin in ∆H8 ∆Hpendingin out CH3OH 4410.658402 0,000 902.8211158 0,000
O2 151217.6901 33682.60243
HCHO 407572.7935 83363.06679
H2O 308468.0574 153566.0127
N2 1046357.632 236260.6272
CO 14948.04848 3361.324391
Air 0,000 302869,61 0,000 1707151,44 Sub Total 1932974.88 302869,61 511136.4546 1707151,44
(49)
5. Neraca panas di sekitar separator (SE-201)
Fungsi : Memisahkan fasa liquid dan fasa gas produk keluaran cooler 201
Gambar B.5 Aliran panas di sekitar separator
Dimana μ ∆H8 = Laju alir panas masuk separator (kJ/jam)
∆H9 = Laju alir panas keluar bagian bawah separator (kJ/jam) ∆H10 = Laju alir panas keluar bagian atas separator (kJ/jam)
a. Panas masuk separator (aliran 8)
Panas masuk ke dalam separator 201 adalah panas keluaran cooler 201.
T in = (273.15+70oC) = 343.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.17 Perhitungan ∆H keluar pada aliran 8
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 8
(kJ/jam)
CH3OH 0.431569753 2091.947151 902.8211158
O2 25.30772985 1330.921526 33682.60243
HCHO 40.16188123 2075.676344 83363.06679
H2O 45.36578351 3385.062502 153566.0127
N2 180.39159 1309.709767 236260.6272
CO 2.563524334 1311.212204 3361.324391
Total
(50)
b. Panas keluar cooler (aliran 9)
T out (trial) = (273.15+70oC) = 343.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K Tabel B.18 Perhitungan ∆H keluar pada aliran λ
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 9
(kJ/jam)
H2O 45.36578351 3385.062502 153566.0127
Total
45.36578351 3385.062502 153566.0127
c. Panas keluar cooler (aliran 10)
T out (trial) = (273.15+70oC) = 343.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K Tabel B.1λ Perhitungan ∆H keluar pada aliran 10
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 10
(kJ/jam) CH3OH 0.431569753 2091.947151 902.8211158
O2 25.30772985 1330.921526 33682.60243
HCHO 40.16188123 2075.676344 83363.06679 N2 180.39159 1309.709767 236260.6272
CO 2.563524334 1311.212204 3361.324391 Total
248.8562951 357570.4419
Setelah dilakukan perhitungan neraca panas pada masing-masing komponen maka dapat disusun tabel neraca panas komponen sebagai berikut:
Tabel B.20. Neraca panas di sekitar Separator (SE-201)
Komponen
Aliran Input (kJ/jam)
Aliran Output (kJ/jam)
∆H8 ∆H9 ∆H10
CH3OH 902.8211158
0,000
902.8211158
O2 33682.60243
0,000
33682.60243
HCHO 83363.06679
0,000
83363.06679 H2O 153566.0127 153566.0127
0,000
N2 236260.6272
0,000
236260.6272
CO 3361.324391
0,000
(51)
Sub Total
511136.4546 153566.0127 357570.4419 Total 511136.4546 511136.4546
6. Neraca panas di sekitar Heater (HE-102)
Fungsi : Memanaskan air umpan untuk pelarut urea pada temperatur 42oC
Gambar B.6 Aliran panas di sekitar Heater
Dimana μ ∆H13 = Laju alir panas air masuk (kJ/jam)
∆H14 = Laju alir panas air keluar (kJ/jam)
∆Hsteam in = Laju alir panas steam masuk (kJ/jam) ∆Hsteam out = Laju alir panas steam keluar (kJ/jam)
a. Panas masuk heater (aliran 13) T bahan = (273.15+30oC) = 303.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.β1 Perhitungan ∆H keluar pada aliran 1γ
b. Panas keluar heater (aliran 14) T out = (273.15+84oC) = 357.15 K
Komponen n (kmol) (kJ/kmol) ſCP dT ∆H 13
(kJ/jam) H2O 35.69151374 377.4863816 13473.06038
(52)
T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.ββ Perhitungan ∆H keluar pada aliran 14
c. Menghitung laju alir massa dan laju alir panas steam ∆Hsteam= ∆H14 - ∆H13
= (45738.60543- 13473.06038) kJ/jam = 32265.54505 kJ/jam
Data steam pada T = (273.15+300oC) = 573.15 K dan P = 8581 kPa: Hl = 1344 kJ/kg
Hv = 2749 kJ/kg
s = Hv– Hl = 2749– 1344= 1405 kJ/kg
Maka massa steam:
Panas steam masuk (∆Hsteam in)
∆Hsteam in = Ws x Hv = (22.96480075 kg/jam) . (2749 kJ/kg)
= 63130.23726 kJ/jam
Panas steam keluar (∆Hsteam out)
∆Hsteam out = Ws x Hl = (22.96480075 kg/jam). (1344 kJ/kg)
= 30864.69221 kJ/jam
Setelah dilakukan perhitungan neraca panas pada masing-masing komponen maka dapat disusun tabel neraca panas komponen sebagai berikut:
Komponen n (kmol) (kJ/kmol) ſCP dT ∆H 14
(kJ/jam) H2O 35.69151374 1281.498055 45738.60543
(53)
Tabel B.23. Neraca panas di sekitar Heater (HE-102) Komponen
Aliran Input (kJ/jam) Aliran Output (kJ/jam) ∆H13 ∆Hsteam in ∆H14 ∆Hsteam out H2O 13473.06038
0,000 45738.60543 0,000 Steam 0,000 63130.23726 0,000 30864.69221 Sub Total 13473.06038 63130.23726 45738.60543 30864.69221
Total
76603.29763 76603.29763
7. Neraca panas di sekitar Mixing Tank (MT-101)
Fungsi : Melarutkan urea ( CO(NH)2 )menggunakan air sebagai umpan reaktor
202
Gambar B.7 Aliran panas di sekitar Mixing Tank Dimana : ∆H12 = Laju alir panas CO(NH)2 (kJ/jam)
∆H14 = Laju alir panas air (kJ/jam)
∆H15 = Laju alir panas CO(NH)2 solution (kJ/jam) Neraca Energi di Mixing Tank:
{(∆H12+ ∆H14) –(∆H15) + (∆Hpengenceran) – (0)} = {0} (∆H12+ ∆H14+ ∆Hpengenceran) –∆H3 = 0
(54)
1) Panas masuk pada aliran 12 T in = (273.15+30oC) = 303.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.24 Perhitungan ∆H masuk pada aliran 1β Komponen n (kmol) ſCP dT
(kJ/kmol)
∆H 12
(kJ/jam) CO(NH)2 0.698361818 377.4863816 263.6220758
H2O 28.68705802 343.5612713 9855.762124
Total
29.38541984 10119.3842
2) Panas masuk pada aliran 14 T in = (273.15+84oC) = 357.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.βη Perhitungan ∆H masuk pada aliran 14
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 14
(kJ/jam) H2O 35.69151374 1281.498055 45738.60543
Total
35.69151374 45738.60543
3) Panas pengenceran
Diketahui : Panas pelarutan CO(NH)2 = 0.32 kkal/kgr.C (Sumber: Perry ed.8, Tabel 2-182)
Massa CO(NH)2 yang akan dilarutkan sebanyak = 1722.94 kg/jam
Maka panas pengenceran :
∆Hpengenceran = Panas pelarutan CO(NH)2 x massa CO(NH)2 x Temperatur pelarutan
∆Hpengenceran = (0.32 kkal/kg.C).(1722.94 kg/jam).(70oC)
(55)
4) Menghitung panas dan temperatur pada aliran 15
Untuk mendapatkan temperatur keluaran dari Mixing Tank maka perlu dilakukan perhitungan trial and error dimana ∆Hhitung harus sama dengan ∆H15. Dengan bantuan solver Excel maka didapatkan hasil sebagai berikut: Neraca energi:
(∆H12+ ∆H14+ ∆Hpengenceran) –∆H15 = 0
∆H15= ∆H12+ ∆H14+ ∆Hpengenceran ∆H15 = 219090.18 kJ/jam
T in (trial) = (273.15+84oC) = 357.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.βθ Perhitungan ∆H keluar pada aliran 1η
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 12
(kJ/jam) CO(NH)2 36.38987556 3442.220627 125261.9803
H2O 28.68705802 3270.772264 93828.83372
Total
65.07693358 219090.814
Setelah dilakukan perhitungan neraca panas pada masing-masing komponen maka dapat disusun tabel neraca panas komponen sebagai berikut:
Tabel B.27 Neraca panas di sekitar Mixing Tank (MT-101) Komponen Aliran Input (kJ/jam) Generasi Aliran
(kJ/jam)
Aliran Output (kJ/jam)
∆H12 ∆H14 ∆H15
CO(NH)2 263.6220758 0,000 0,000 125261.9803
H2O 9855.762124 45738.60543 0,000 93828.83372
Qpengenceran 0,000 0,000 163232.8244 0,000
Sub Total 10119.3842 45738.60543 163232.8244 219090.814
Total 219090.814 219090.814
(56)
Fungsi : Mereaksikan gas HCHO dengan CO(NH)2 solution sehingga akan terbentuk produk utama berupa urea formaldehid
Gambar B.8 Aliran panas di sekitar Reaktor
Dimana : ∆H11 = Laju alir panas umpan HCHO dari separator 101 (kJ/jam) ∆H16= Laju alir panas umpan CO(NH)2 solution dari
mixing tank 101 (kJ/jam)
∆H17 = Laju alir panas gas buang yang keluar Reaktor 202 (kJ/jam) ∆H18 = Laju alir panas produk yang keluar Reaktor 202 (kJ/jam) ∆Hpendingin in = Laju alir panas air pendingin masuk (kJ/jam) ∆Hpendingin out = Laju alir panas air pendingin keluar (kJ/jam)
a. Panas masuk pada aliran 11
Panas masuk pada aliran 11 sama dengan panas keluar dari bagian atas separator 101 yaitu 357570.4419 kJ/jam.
(57)
b. Panas masuk pada aliran 16
Panas masuk pada aliran 16 sama dengan panas keluar dari mixing tank 101 yaitu 219090.814 kJ/jam.
c. Panas keluar pada aliran 17 T out = (273.15+70oC) = 343.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.β8 Perhitungan ∆H keluar pada aliran 17
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 17
(kJ/jam) CH3OH 0.431569753 1131.895275 488.4917643
O2 25.30772985 728.0767291 18425.96917
HCHO 1.63295561 1122.476318 1832.954001 CO 2.563524334 718.1914824 1841.101342 N2 180.39159 717.6769064 129462.8782
Total
210.3273695 152051.3945
d. Panas keluar pada aliran 18 T out = (273.15+70oC) = 343.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.βλ Perhitungan ∆H keluar pada aliran 18 Komponen n (kmol) ſCP dT
(kJ/kmol)
∆H 17
(kJ/jam) H2O 36.38987556 1858.413618 67627.44028
CO(NH)2 0.860611741 1728.432663 1487.509443
UF1 19.26446281 12775.43342 246111.8619 UF2 6.421487603 12775.43342 82037.28731 UF3 2.140495868 12775.43342 27345.76244 Total
65.07693358 424609.8614
e. Menghitung panas reaksi Reaksi yang terjadi di Reaktor:
) ( 2 2
(g) 2 )
( 2
2) 18CH O 9HOCH NHCONH CO(NH
(58)
3(l) 2 (l)
2
2OH) NHCON(CH OH)
NHCONH(CH 3
(Kirk – Othmer, 1955). Neraca panas umum di Reaktor:
{ } { } { } { } { } (Pers. 8.2, Fogler., H. Scott, 3rd Ed)
Diasumsikan steady state maka akumulasi = 0 sehingga,
̇ ̇ ̇ ̇ ∑
Karena ̇ sangat kecil dibandingkan dengan maka ̇ dapat diabaikan. Reaktor dioperasikan secara isotermal maka { ∑ } = 0 sehingga,
̇ ̇
dimana:
∫ ∫
Panas pembentukan standar (∆HoRx 298,15 K)
Data ∆Ho
Rx masing-masing komponen pada keadaan standar
(298,15K):
ΔHfo CO(NH2)2 = -26,0045 kcal/mol ΔHfo CH2O(g) = -26,880 kcal/mol ΔHfo UF 1 = -62,658 kcal/mol ΔHfo UF 2 = -99,271 kcal/mol ΔHfo UF 3 = -137,706 kcal/mol
(Perry, 1997)
∆Ho
Rx 298,15 K = ΔHfo CO(NH2)2 (g) x mol CO(NH2)2 (g)
(59)
= -4333191.066 kj Total ∆HoRx = ∆Hproduk - ∆Hreaktan
= ΔHfo (UF 1+ UF 2 + UF 3) - ΔHfo (CO(NH2)2+ CH2O)
Tabel B.30 Perhitungan ∆HoRx 298,15 K
Komponen ΔHf
o
(kJ/kmol)
∆Ho
Rx 298,15 K
(kJ)
HCHO -112465.92
-4333191.066
CO(NH)2 -108802.828
-3027596.049
UF1 -262161.072
-5050392.222
UF2 -415349.864
-2667164.003
UF3 -576161.904
-1233272.175
Total
-1590041.284
∆H reaktan
Perubahan entalpi reaktan dari 343.15 K ke 298,15 K dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
∫
Hasil perhitungan perubahan entalpi reaktan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel B.31 Perhitungan ∆Horeaktan
Komponen ∆H
o reaktan (kJ/kmol)
n (kmol) ∆H reaktan (kJ) HCHO 2075.676344 40.16188123 83363.06679
CO(NH)2 3214.083374 28.68705802 92202.59624
Total
(60)
∆H produk
Perubahan entalpi produk dari 298,15 K ke 343.15 K dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:
∫
Hasil perhitungan perubahan entalpi produk dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel B.32 Perhitungan ∆Hoproduk
Komponen ∆H
o produk
(kJ/kmol) n (kmol)
∆H produk (kJ) HCHO 1122.476318 1.63295561 1832.954001 CO(NH)2 1728.432663 0.860611741 1487.509443
UF1 12775.43342 19.26446281 246111.8619 UF2 12775.43342 6.421487603 82037.28731 UF3 12775.43342 2.140495868 27345.76244 Total
30.32001363 358815.3751 Sehingga :
∆Hreaksi= ∆HoRx 298,15 K + ∆Hoproduk - ∆Horeaktan
= -1590041.284 + 358815.3751 - 175565.663 = 1406791.572 kj/jam
f. Menghitung kebutuhan pendingin Panas yang harus diserap = ∆Hreaksi Kondisi media pendingin : Jenis pendingin : Air
T in = (273.15+30oC) = 303.15 K
T out = (273.15+60oC) = 333.15 K (Kern,594) T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Sehingga didapat,
ſCP dT = 2256.67 9 kj/kmol mol pendingin =
(61)
= 623.389 kmol/jam massapendingin = mol pendingin x mr
= 623.389 kmol/jam x 18 kmol/kg = 11221.018 kg/jam
Menghitung Q pendingin :
∆H pendingin in = n ſCP dT
= 235321.207 kj/jam
∆H pendingin out = n ſCP dT
= 1642112.779 kj/jam
Setelah dilakukan perhitungan neraca panas pada masing-masing komponen maka dapat disusun tabel neraca panas komponen sebagai berikut:
Tabel B.33 Neraca panas di sekitar Reaktor (RE-202)
Komponen Aliran Input (kJ/jam)
Aliran Generasi
(kJ/jam) Aliran Output (kJ/jam)
∆H11 ∆H16 ∆Hpendingin in ∆Hreaksi ∆H17 ∆H18 ∆Hpendingin out
CH3OH 902.8211158 0 0
1406791.572
488.4917643 0 0
O2 33682.60243 0 0 18425.96917 0 0
HCHO 83363.06679 0 0 1832.954001 0 0
CO 3361.324391 0 0 1841.101342 0 0
N2 236260.6272 0 0 129462.8782 0 0
H2O 0 125261.9803 0 67627.44028
CO(NH)2 0 93828.83372 0 1487.509443
UF1 0 0 0 246111.8619
UF2 0 0 0 82037.28731
UF3 0 0 0 0 27345.76244 0
Amonia 0 0 235321.207 0 1642112.779
Sub Total 357570.4419 219090.814 235321.207 1406791.572 152051.3945 424609.8614 1642112.779
576661.2559 576661.2559
Total 2218774.035 2218774.035
9. Neraca panas di sekitar cooler (CO-301)
Fungsi : Menurunkan temperatur keluaran reaktor 202 dari temperatur 70 oC menjadi 30oC
(62)
Gambar B.9 Aliran panas di sekitar cooler
Dimana μ ∆H18 = Laju alir panas keluaran reaktor 202 masuk (kJ/jam)
∆H19 = Laju alir panas keluaran reaktor 202 keluar (kJ/jam) ∆Hpendingin in = Laju alir panas pendingin masuk (kJ/jam) ∆Hpendingin out = Laju alir panas pendingin keluar (kJ/jam)
a. Panas masuk cooler (aliran 18)
Panas masuk ke dalam cooler 301 adalah panas keluaran reaktor 202. T in = (273.15+70oC) = 343.15 K
T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.γ4 Perhitungan ∆H keluar pada aliran 18
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 18
(kJ/jam) H2O 36.38987556 1858.413618 67627.44028
CO(NH)2 0.860611741 1728.432663 1487.509443
UF1 19.26446281 12775.43342 246111.8619 UF2 6.421487603 12775.43342 82037.28731 UF3 2.140495868 12775.43342 27345.76244 Total
65.07693358 424609.8614
b. Panas keluar cooler (aliran 19) T out = (273.15+30oC) = 303.15 K T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Tabel B.γη Perhitungan ∆H keluar pada aliran 1λ
Komponen n (kmol) ſCP dT (kJ/kmol)
∆H 19
(63)
H2O 36.38987556 377.4863816 13736.68245
CO(NH)2 0.860611741 343.5612713 295.6728637
UF1 19.26446281 2439.097255 46987.89835 UF2 6.421487603 2439.097255 15662.63278 UF3 2.140495868 2439.097255 5220.877595 Total
65.07693358 81903.76405
c. Menghitung kebutuhan pendingin Panas yang harus diserap = ∆H18 - ∆H19
= (424609.8614-81903.76405) kg/jam = 342706.0974kg/jam
Kondisi media pendingin : Jenis pendingin : Air
T in = (273.15+30oC) = 303.15 K
T out = (273.15+45oC) = 323.15 K (Kern,594) T ref = (273.15+25oC) = 298.15 K
Sehingga didapat,
ſCP dT = 1505.533 kj/kmol
mol pendingin =
= = 227.63 kmol/jam massapendingin = mol pendingin x mr
= 227.63 kmol/jam x 18 kmol/kg = 4097.35 kg/jam
Menghitung Q pendingin :
∆H pendingin in = n ſCP dT
= 85927.59 kj/jam
(64)
= 428633.68 kj/jam
Setelah dilakukan perhitungan neraca panas pada masing-masing komponen maka dapat disusun tabel neraca panas komponen sebagai berikut:
Tabel B.36. Neraca panas di sekitar Cooler (CO-301) Komponen
Aliran Input (kJ/jam) Aliran Output (kJ/jam)
∆H18 ∆Hpendingin in ∆H19 ∆Hpendingin out H2O 67627.44028
0,000
13736.68245 0,000
CO(NH)2 1487.509443 295.6728637
UF1 246111.8619 46987.89835
UF2 82037.28731 15662.63278
UF3 27345.76244 5220.877595
Amonia 0,000 85927.59 0,000 428633.68
Sub Total 424609.8614 85927.59 81903.76405 428633.68 Total
(65)
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN PROSES
1. Tangki PenyimpanMetanol (TP-101)
Fungsi : Menyimpan metanol dalam keadaan cair dengan kapasitas 232.533,754m3 selama 7 hari
Tipe Tangki : Silinder vertikal dengan dasar datar (flat bottom) dan Atap (head) berbentuk Torispherical Roof
Bahan : Carbon Steel SA-283 Grade C
Pertimbangan : Mempunyai allowable stress cukup besar Harganya relatif murah
Tahan terhadap korosi
Kondisi Operasi : Temperatur design : 50 oC Temperatur fluida : 30 oC
Tekanan : 1 atm
(66)
a. Menentukan Temperatur dan Tekanan Penyimpanan
Siang hari, diperkirakan temperatur dinding tangki mencapai 50 oC.
Perancangan akan dilakukan pada temperatur tersebut dengan tujuan untuk menjaga temperatur fluida di dalam tangki. Yaitu untuk menghindari adanya transfer panas dari dinding tangki ke fluida. Oleh karena temperatur dinding tangki pada siang hari diperkirakan mencapai 50 oC, dan apabila dinding tangki tidak dirancang sesuai kondisi tersebut, maka akan terjadi transfer panas dari dinding tangki ke fluida yang menyebabkan tekanan uap fluida semakin besar. Semakin tinggi tekanan uap, maka perancangan dinding tangki akan semakin tebal. Dimana semakin tebal dinding tangki, maka transfer panas dari dinding ke fluida akan semakin kecil, sehingga dapat diabaikan.
Berikut adalah perhitungan tekanan fluida pada temperatur 50 oC. Dengan cara trial tekanan pada temperatur 50 oC, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel C.1. Hasil perhitungan tekanan fluida di dalam tangki
Komponen kg/jam kmol/jam zf Pi, (Pa) Ki = Pi/P yf = Ki . zf metanol 1.382,75 43,150 0,998 55.477,684 83,803 83,655
H2O 1,380 0,077 0,002 12.305,487 18,588 0,033
TOTAL 1.384,130 43,227 1,000 83,688
T = 50 oC P = 0,546 atm
Sehingga desain tangki dilakukan pada kondisi: T = 50 oC
P = 1 atm + 0,546 atm = 1,546 atm
(67)
b. Menghitung densitas campuran Tabel.C.2. Densitas campuran
Komponen Kg/jam wi ρ (kg/mγ) wi/ρ
metanol 1.382,75 0,999 763,728 1,31E-03 H2O 1,380 0,001 982,729 1,01E-06
TOTAL 1.384,130 1,000 1,31E-03
liquid =
wi wi
=
0,00131 1
= 763,898kg/m3
= 47,688 lb/ft3
c. Menghitung Kapasitas Tangki Waktu tinggal = 7 hari
Jumlah = 1384,13 kg/jam x 24 jam x 7hari = 232.533,754kg
Volume liquid = liqud liquid
ρ
m
= 3
kg/m 763,898
kg 4 232.533,75
= 304,404 m3 = 10.749,540 ft3
Over Design = 20 % (Peter and Timmerhaus, 1991)
Vtangki = (100/80) x Vliquid
= (100/80) x 304,404 m3
= 380,505 m3 = 13.436,926 ft3
(68)
d. Menentukan Rasio Hs/D
Vtangki = Vshell + Vtutup
= ¼ π D2 H + 0,000049 D3+ ¼ π D2 sf
Atangki = Ashell + Atutup
= (¼ π D2+ π D H) + 0,84β D2
Keterangan :
D = diameter tangki, in
sf = straight flange, in (dipilih sf = 3 in)
Berdasarkan Tabel 4-27 Ulrich 1984, dimana :
D Hs
< 2 (Ulrich, 1984)
Rasio H/D yang diambil adalah rasio yang memberikan luas tangki yang paling kecil. Hasil trial rasio H/D terhadap luas tangki dapat dilihat pada Tabel C.3. berikut.
Tabel C.3. Hasil Trial Hs/D Terhadap Luas Tangki
Trial H/D D (ft) H (ft) A (ft2) Vsilinder , ft3 Vhead, ft3 Vsf, ft3 Vtotal (ft3)
1 0,50 30,287 15,143 2.932,609 10.904,528 2.352,378 180,020 13.436,926 2 0,60 28,800 17,280 2.912,211 11.251,462 2.022,683 162,780 13.436,926 3 0,70 27,569 19,298 2.907,110 11.513,643 1.774,128 149,156 13.436,926 4 0,72 27,346 19,689 2.907,406 11.558,586 1.731,579 146,761 13.436,926 5 0,73 27,238 19,884 2.907,690 11.580,264 1.711,062 145,600 13.436,926 6 0,74 27,131 20,077 2.908,060 11.601,439 1.691,026 144,461 13.436,926 7 0,80 26,524 21,219 2.911,914 11.718,831 1.580,027 138,068 13.436,926 8 0,90 25,622 23,060 2.923,362 11.883,845 1.424,245 128,837 13.436,926 9 1,00 24,832 24,832 2.939,379 12.019,467 1.296,449 121,010 13.436,926 10 1,10 24,131 26,544 2.958,591 12.132,936 1.189,716 114,273 13.436,926 11 1,20 23,503 28,203 2.980,060 12.229,289 1.099,234 108,403 13.436,926 12 1,30 22,935 29,816 3.003,127 12.312,140 1.021,552 103,234 13.436,926 13 1,40 22,419 31,387 3.027,322 12.384,153 954,132 98,641 13.436,926 14 1,50 21,947 32,920 3.052,301 12.447,333 895,066 94,526 13.436,926
(69)
Gambar C.2. Rasio Hs/D Optimum
Terlihat bahwa rasio Hs/D yang memberikan luas tangki yang paling kecil
yaitu 0,7-0,72.
Maka untuk selanjutnya digunakan rasio Hs/D = 0,7.
D = 27,569 ft = 330,823 in = 8,403 m
Dstandar = 28 ft (336 in)
H = 19,298 ft = 231,576 in = 5,882 m
Hstandar = 20 ft (240 in)
Cek rasio H/D : Hs/D = 20/28
= 0,714 memenuhi (0,7-0,72)
2,850.000 2,900.000 2,950.000 3,000.000 3,050.000 3,100.000 3,150.000 3,200.000
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
Rasio H/D Optimum
Lu
a
s,
A
(70)
e. Menentukan Jumlah Courses
Lebar plat standar yang digunakan :
L = 72 in (Appendix E, item 1, B & Y) = 6 ft
Jumlah courses = ft 6
ft 20
= 3,33 buah = 4 buah
f. Menentukan Tinggi Cairan di dalam Tangki
Vshell = ¼ π D2 H
= ¼ π (28 ft)2. 20 ft = 12.308,8 ft3
Vdh = 0,000049 D3
= 0,000049 (28 ft)3 = 1,076 ft3
Vsf = ¼ π D2 sf
= ¼ π.(336 in)2.3 = 265.870,08 in3
= 153,86 ft3
Vtangki baru = Vshell + Vdh + Vsf
= 12.308,8 + 1,076 + 153,86 = 12.463,736 ft3
= 352,936 m3
Vruang kosong = Vtangki baru - Vliquid
= 12.463,736 – 10.749,54 = 1.714,195 ft3
(71)
Vshell kosong = Vruang kosong– (Vdh + Vsf)
= 1.714,195 – (1,076 + 153,86) = 1.559,26 ft3
Hshell kosong = 2
. . 4
D
Vshellkosong
= 2
28 1.559,26 4
= 2,534 ft
Hliquid = Hshell– Hshell kosong
= 20 ft – 2,534 ft = 17,466 ft
g. Menenetukan Tekanan desain
Ketebalan shell akan berbeda dari dasar tangki sampai puncak. Hal ini karena tekanan zat cair akan semakin tinggi dengan bertambahnya jarak titik dari permukaan zat cair tersebut ke dasar tangki. Sehingga tekanan paling besar adalah tekanan paling bawah. Tekanan desain dihitung dengan persamaan : Pabs = Poperasi + Phidrostatis
Untuk menentukan tekanan hidrostatis, jika densitas fluida lebih kecil dari densitas air, maka densitas yang digunakan adalah densitas air (Brownell & Young,1959: 46).
Maka untuk selajutnya digunakan densitas air pada suhu 60 oF:
air = 999,074 kg/m3
= 62,370 lb/ft3
Phidrostatis =
144
L c
H g g
(72)
= 144 ft 17,466 9,81 9,81 lb/ft
62,370 3
= 7,565 psi
Poperasi = 22,726 psi
Pabs = 7,565 psi + 22,726 psi
= 30,291 psi
Tekanan desain 5 -10 % di atas tekanan kerja normal/absolut (Coulson, vol 6, hal. 637). Tekanan desain yang dipilih 10 % diatasnya. Tekanan desain pada courses ke-1 (plat paling bawah) adalah:
Pdesain = 1,1 x Pabs
= 1,1 x 30,291 psi = 33,320 psi
Berikut ini adalah tabel perhitungan tekanan desain untuk setiap courses : Tabel C.4. Tekanan Desain Masing-masing Courses
Courses H (ft) HL (ft) Phid (psi) Pabsolut(psi) Pdesain (psi)
1 20 17,466 7,565 30,291 33,320
2 14 11,466 4,966 27,693 30,462
3 8 5,466 2,368 25,094 27,603
4 2 -0,534 -0,231 22,495 24,745
h. Menentukan Tebal dan Panjang Shell Tebal Shell
Untuk menentukan tebal shell, persamaan yang digunakan adalah : c 0,6.P -f.E .r P
t d i
s (pers. 13.1 Brownell & Young,1959,hal.254)
c P E f d P
ts
) 6 , 0 . .( 2 .
keterangan :
ts = ketebalan dinding shell, in Pd = tekanan desain, psi
(73)
D = diameter tangki, in
f = nilai tegangan material, psi Carbon Steel SA-283 Grade C
12.650 psi (Tabel 13.1, Brownell & Young, 1959:251) E = efisiensi sambungan = 80% (Tabel 13.2, B & Y, hal 254)
jenis sambungan las (single-welded butt joint without backing strip, no radiographed)
C = korosi yang diizinkan (corrosion allowance) 0,25 in/20 th (Timmerhaus, 1991)
Menghitung ketebalan shell (ts) pada courses ke-1:
ts =
)) 320 , 33 6 . 0 ( -) 0,8 x psi x((12.650 2 in 336 x psi 33,320
+ 0,250 in
= 0,804 in (1,000 in)
Tabel C.5. Ketebalan shell masing-masing courses
Courses H (ft) Pdesain (psi) ts (in) ts standar (in)
1 20 33,320 0,804 1,000
2 14 30,462 0,757 1,000
3 8 27,603 0,709 1,000
4 2 24,745 0,661 1,000
Panjang Shell
Untuk menghitung panjang shell, persamaan yang digunakan adalah :
L =
n weld Do 12. length) ( -π.
(Brownell and Young,1959:55)
keterangan :
L = Panjang shell, in Do = Diameter luar shell, in
n = Jumlah plat pada keliling shell
weld length = Banyak plat pada keliling shell dikalikan dengan banyak sambungan pengelasan vertikal yang diizinkan.
(74)
= n x butt welding
Menghitung panjang shell (L) pada courses ke-1 : ts = 1,000 in
Do = Di + 2.ts
= 336 + (2 x 1,000)
= 338,000 in
n = 10 buah
butt welding = 5/32 in (Brownell and Young,1959,hal. 55)
L =
10 x 12
in) (1,563 -in) 8 (3,14).(33
= 8,831 in
Tabel C.6. Panjang shell masing-masing courses Plat ts, (in) do (in) L (in)
1 1,000 338,000 8,831
2 1,000 338,000 8,831
3 1,000 338,000 8,831
4 1,000 338,000 8,831
i. Desain Head (Desain Atap)
Bentuk atap yang digunakan adalah torispherical flanged and dished head. Jenis head ini untuk mengakomodasi kemungkinan naiknya temperatur di dalam tangki sehingga mengakibatkan naiknya tekanan dalam tangki, karena naiknya temperatur lingkungan menjadi lebih dari 1 atm. Untuk torispherical flanged dan dished head, mempunyai rentang allowable pressuse antara 15 psig (1,0207 atm) sampai dengan 200 psig (13,6092 atm) (Brownell and Young, 1959).
(75)
OD
ID A B
icr
b = tinngi dish a t r OA sf C
Gambar C.3. Torispherical flanged and dished head.
Menghitung tebal head minimum
Menentukan nilai stress intensification untuk torispherical dished head dengan menggunakan persamaan (Brownell and Young, 1959):
w =
icr rc 3 4 1
(Brownell and Young,1959.hal.258)
Diketahui : rc = 336 in
icr = 20,160 in s
Maka :
w =
160 , 20 336 3 . 4 1
= 1,771 in
Menentukan tebal head dengan menggunakan persamaan (Brownell and Young,1959: 258):
th = C
0,2P 2fE .w P.rc
= 0,25
) 320 , 33 2 , 0 ( ) 8 , 0 650 . 12 2 ( 771 , 1 336 33,320
(1)
Area bolt yang diperlukan = 0,0016 in2. Dipakai bolt area seluas 0,126 in2
dari Tabel 10.4 Brownell&Young hal 188 untuk area bolt seluas 0,126 in2, maka ukuran bolt = ½ in
6. Beban Karena Gempa
Magnitud akibat tekanan gempa merupakan hasil dari berat vessel dan koefisien seismic (C) yang merupakan fungsi dari vibrasi.
Momen karena gempa
Msx = 2
2 3 4 H X H X w C
(Brownell and Young, 1959, pers. 9.71) Keterangan :
Msx = Momen bending, in-lb
C = Dari Tabel 9.3 (Brownell and Young, 1959), untuk zone 1 dan T > 1 s diperoleh, C = 0,02
X = H = Tinggi shell total = 31,476 ft
W = Berat shell = 253.029,0954 kg = 557.836,5824 lbm
Msx = 2
2 31,476 31,476 31,476 3 31,476 24 557.836,58 02 , 0
4x x x x
= 6.357.762,13 in-lb
Stress karena gempa, fsx fsx =
)
2 c t r M s sx (Brownell and Young, 1959, pers. 9.72)
125 , 0 1875 , 0 8125 , 7 13 6.357.762, 2 (2)
= 530.780 psi
Keterangan:
r = jari-jari shell + isolasi, in ts = tebal shell, in
c = faktor korosi, in
G. Perancangan Pondasi
Perancangan pondasi dengan sistem konstruksi pondasi beton terdiri dari campuran: semen : kerikil : pasir, dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Direncanakan pondasi berbentuk limas terpancung, dianggap hanya gaya vertikal dari berat kolom yang bekerja pada pondasi. Asumsi tanah pondasi adalah clay dengan safe bearing maksimal 10 ton/ft2 (Tabel 12,2 Hess & Rushton). Pondasi dibuat dari beton dengan specific gravity 2,65 dan densitas 140 lb/ft3 (Dirjen Bina Marga DPU & Tenaker).
Berat menara (termasuk perlengkapannya) yang diterima oleh :
I-Beam pada kondisi operasi = 557.836,5824 lb Berat I-Beam yang diterima oleh base plate adalah = 139.459,1456 lb Jadi berat total yang diterima pondasi adalah = 697.295,828 lb
Digunakan tanah dengan :
Luas bagian atas (a) = 13949,9721 in2 (3 m × 3 m) Luas bagian bawah (b) = 24799,9504 in2 (4 m × 4 m)
(3)
Tinggi pondasi = 60 in
Volume pondasi (V) = (1/3) × tinggi pondasi × ((a + b) + (a ×b)1/2) = 573498,853 in3 = 331,8859 ft3
Berat pondasi (W) = V × densitas beton = 331,8859 ×140 = 46464,0274 lb
Jadi berat total yang diterima tanah adalah :
Wtotal = 697.295,828 lb + 46.464,0274 lb = 743.759,8554 lb
Tegangan tanah karena beban ( ) = P/F < 10 ton keterangan : P = beban yang diterima tanah (lb) F = luas alas (ft2)
Jadi tegangan karena beban ( ) : = 743.759,8554 lb / 24799,9504 in2
= 29,99 lb/in2 = 1,9161 ton/ft2 < 10 ton/ft2
Pondasi dapat dipasang pada tanah clay, karena tegangan tanah karena beban ( ) kurang dari safe bearing maksimal pada tanah clay.
(4)
A
B
C
D E
F
G
H
I
J K
(5)
Keterangan:
A. Menhole G. Baffle
B. Deflector H. Saluran Steam Keluar C. Saluran Keluar Produk (uap) I. Tube Sheet
D. Saluran Keluar Produk (liquid) J Head Stationer
E. Saluran Steam Masuk K. Saluran Produk Masuk F. Tube
OA = 17,026 in
OD = 86,375 in
ID = icr = 5,5, in
th = ¼ in
86 14,276
Sf = 2,5 in
in
in
(6)
Odt = 1 ¼ in PT = 1 9/16 in
A B
C
C’
60°
60° 60°
Triangular pitch
17,625
Gambar F.19 Susunan Tube Keterangan:
PT = jarak antara 2 pusat pipa PT = 1 9/16 inchi
Clearance = PT-OD = 0,3125 inchi