Model Pembelajaran Kelas Bilingual

Bilingual Partial Immersion Program Sebagai Model Pembelajaran Berbahasa Inggris Menuju SMK Bertaraf Internasional di Daerah Istimewa Yogyakarta semua universitas pencetak guru matematika dan IPS agar juga mempertimbangkan bahwa lapangan membutuhkan lulusan tidak hanya yang berkompeten mengajarkan matematika maupun IPS, tetapi juga yang berkompeten mengajarkan kedua mata pelajaran tersenut dalam bahasa Inggris.

4.5.3 Model Pembelajaran Kelas Bilingual

Berdasarkan hasil penelitian di SMKN 1 Tempel, diperoleh data bahwa kegiatan PBM yang dicobakan di kelas bilingual telah berjalan lancar, meskipun ada beberapa hambatan yang dirasa agak mengganggu jalannya PBM. Salah satu yang dirasakan cukup mengganggu adalah kemampuan guru kelas bilingual dalam hal Classroom Management dan bagaimana memotivasi siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif. Kelas bilingual merupakan kelas yang menggunakan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar. Frekuensi penggunaan bahasa Inggris di dalam kelas mempengaruhi kelancaran PBM. Selain itu, media dan fasilitas turut memberikan peranan untuk mendukung PBM. Namun, hal itu tidak dapat berjalan dengan sempurna tanpa partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu, manajemen kelas serta penjelasan dari guru sangatlah penting dalam PBM yang diikuti kemampuan guru untuk memotivasi siswa. Hal tersebut merupakan Bilingual Partial Immersion Program Sebagai Model Pembelajaran Berbahasa Inggris Menuju SMK Bertaraf Internasional di Daerah Istimewa Yogyakarta satu kesatuan yang mempengaruhi terciptanya suatu model pembelajaran Setelah mengikuti pelatihan dari luar dari Direktorat, kemudian SMKN 1 Tempel melaksanakn PBM bilingual. Namun dalam kenyataanny ada sisi positif maupun negatif dari pelaksaaan PBM tersebut lihat lampiran 4, Classroom Analysis . Kemudian peneliti menyebarkan kuesioner kepada berbagai elemen sekolah untuk mengetahui persepsi masing-masing mengenai program bilingual. Akhirnya tersusunlah need analysis yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk pelatihan Classroom Management dan bagaimana memotivasi siswa untuk menadi pembelajar aktif. Hasilnya terbukti lumayan efektif. Setelah penelitian, terdapat banyak kemajuan yang menurut guru sangatlah membantu mereka dalam melaksanakan PBM selanjutnya. Berdasarkan hal ini, kemudian dapat di gambarkan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah-sekolah yang akan menjadi sekolah bilingual baru di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam penelitian tahun II. Bilingual Partial Immersion Program Sebagai Model Pembelajaran Berbahasa Inggris Menuju SMK Bertaraf Internasional di Daerah Istimewa Yogyakarta Diagram tentang Bilingual Integrated Classroom Management Model Berdasarkan hasil penelitian tahun 1, maka pada pelaksanaan penelitian tahun ke-II, produksi fasilitas dan penunjang seperti buku IPS bilingual, pelatihan dari luar dan pelatihan Classroom Management How to Motivate Students dilaksanakan sebagai dasar sebelum pelaksanaan PBM bilingual. Hal ini tentunya akan memberikan landasan yang cukup kuat bagi Pelatihan - General English - Describing Language - Speaking Listening - RPP - Teaching media - Classroom English - Classroom Management How to Motivate Students - Evaluasi Pelatihan dari Luar PBM Persepsi tentang PBM Pembelajaran yang ideal Bilingual Partial Immersion Program Sebagai Model Pembelajaran Berbahasa Inggris Menuju SMK Bertaraf Internasional di Daerah Istimewa Yogyakarta sekolah pelaksana agar nantinya tidak akan ada banyak hambatan dalam pelaksanaan PBM. Setelah PBM berjalan, kembali akan dilakukan pemetaan persepsi berbagai elemen sekolah mengenai program bilingual ini untuk mendapatkan pembelajaran yang ideal. Bilingual Partial Immersion Program Sebagai Model Pembelajaran Berbahasa Inggris Menuju SMK Bertaraf Internasional di Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pelaksanaan English Immersion Program dalam pembelajaran IPS bahasa Inggris diselaraskan dengan model pembelajaran yang telah peneliti produksi melalui perangkat-perangkat pembelajaran dan contoh modelling pembelajaran seperti fasilitas, materi, manajemen, media, sarana prasarana, kurikulum, pendukung lain dan teknologi seperti LCD, laptop, lab bahasa, dan lab komputer. 2. Kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua memiliki persepsi yang baik dan positif terhadap kelas bilingual ini. 3. Desain pelatihan terdiri dari: a. Observasi lapangan, wawancara, field note, recording audio- visual, dan analisis kebutuhan; b. Menyusun rancangan pelatihan dan melakukan persiapan teknis; c. Pemaparan hasil penelitian, latar belakang pelatihan kepada semua peserta; d. Seminar yang disampaikan oleh para instruktur yang meliputi describing language, general English, listening skill, speaking skill teaching media, classroom management, evaluasi dan RPP; e. Workshop pembuatan RPP dalam bahasa Inggris;