Pakan 1. Efisiensi Pakan Penelitian Utama Tahap II
Untuk nilai b yang diperoleh dari hasil rgeresi antara panjang lengkung karapas – bobot juvenil dari setiap perlakuan tersebut berpengaruh signifikan atau
tidak terhadap pertumbuhan maka, dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji b yaitu dengan melihat perbedaan diantara dua garis regresi Lampiran 13.a – 13.f.
Hasil yang diperoleh antara dua garis regresi dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil perbedaan antara dua garis regresi dari setiap dua perlakuan. Perlakuan
t hit t tab
Keterangan Pakan A-B
1,803566 1,995469
tidak berbeda nyata Pakan A-C
1,321200 1,995469
tidak berbeda nyata Pakan A-D
0,586995 1,995469
tidak berbeda nyata Pakan B-C
2,084932 1,995469
berbeda nyata Pakan B-D
1,930187 1,995469
tidak berbeda nyata Pakan C-D
0,087533 1,995469
tidak berbeda nyata Keterangan :
A : cacahan daging ikan lele B : cacahan daging ikan lele campur kangkung C : cacahan daging ikan asin D : cacahan daging ikan lele campur kangkung
campur daging ikan asin campur kangkung
4.1.3.3. Pakan 4.1.3.3.1. Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan dihitung berdasarkan jumlah makanan yang dimakan juvenil labi-labi selama penelitian pada setiap perlakuan dan ulangannya, seperti
yang disajikan pada Tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Efisiensi pakan dengan proporsi makanan 20 per berat per ekor pada
masing-masing ulangan setiap perlakuan dalam . Ulangan
Perlakuan A
B C
D 1
8,4088 20,9877
5,3191 18,2829
2 25,1177
27,1605 8,4541
26,9815 3
17,8082 21,7391
8,8889 8,4746
Rata-rata 17,1116
23,2958 7,5541
17,9130 Keterangan :
A : cacahan daging ikan lele B : cacahan daging ikan lele campur kangkung C : cacahan daging ikan asin D : cacahan daging ikan lele campur kangkung
campur daging ikan asin campur kangkung
4.2.Pembahasan
Suhu air dan pH dari bak penelitian pada masing-masing perlakuan diketahui masih berada dalam batas kisaran toleransi untuk juvenil labi-labi
tersebut hidup Amri dan Khairuman 2002 oleh karena itu dianggap nafsu makan dari setiap juvenil labi-labi yang diuji di setiap bak penelitian bebas dari pengaruh
kualitas air.
Pada penelitian ini pakan yang diujicobakan terdiri dari 7 jenis pakan pada penelitian pendahuluan Lampiran 15, ke tujuh jenis pakan ini didasarkan pada
kebiasaan masyarakat setempat dalam memberi pakan baik untuk juvenil labi-labi maupun labi-labi dewasa, selain itu pakan yang diujicoba didasarkan pada
kemudahan dalam mendapatkannya dan harga yang relatif terjangkau. Jenis pakan tersebut antara lain yaitu pakan A berupa cacahan daging ikan lele, pakan B
berupa cacahan daging ikan asin, pakan C berupa pelet ikan, pakan D berupa cacahan ubi, pakan E berupa cacahan singkong, pakan F berupa cacahan
daging ikan lele campur kangkung, dan pakan G berupa pelet ikan campur kangkung dengan masing-masing proporsi pemberian pakan sebesar 10 dari
biomassa juvenil labi-labi per ekor per hari. Pakan yang tersisa dan tidak digunakan kembali, diberikan untuk labi-labi dewasa yang terdapat di kolam
warga, sehingga pakan yang tersisa tidak terbuang sia-sia. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dapat dilihat dari Gambar
16 dan Lampiran 2 diketahui bahwa, rata-rata pertambahan PLK tertinggi terdapat pada 3 jenis pakan yaitu pada perlakuan pakan A sebesar 0,73 cmbulan, diikuti
selanjutnya pakan B yaitu sebesar 0,63 cmbulan dan pakan F dengan rata-rata sebesar 0,33 cmbulan, sedangkan rata-rata terendah terdapat pada perlakuan
pakan G yaitu sebesar 0,03 cmbulan. Pada Gambar 17 dan Lampiran 3 diperoleh rata-rata pertambahan LLK tertinggi terdapat pada 3 jenis pakan yaitu pada
perlakuan pakan A dan pakan B dengan rata-rata sebesar 0,93 cmbulan diikuti pakan F dengan rata-rata sebesar 0,37 cmbulan dan rata-rata terendah terdapat
pada perlakuan pakan D sebesar 0 cmbulan. Selanjutnya Gambar 18 dan Lampiran 4 diperoleh bahwa perubahan bobot rata-rata berkisar antara -8,33
grambulan sampai 3,67 grambulan dengan rata-rata pertambahan bobot tertinggi terdapat pada pakan A cacahan daging ikan lele yaitu sebesar 3,67 grambulan,
berikutnya terdapat pada pakan B cacahan daging ikan asin dengan rata-rata bobot tubuh sebesar 3,33 grambulan, pada perlakuan pakan F cacahan daging
ikan lele campur kangkung diperoleh rata-rata bobot sebesar - 0,33 grambulan, pada pakan C pelet ikan dengan rata-rata bobot yaitu sebesar – 3 grambulan,
pada pakan G pelet ikan campur kangkung dengan rata-rata bobot tubuh sebesar -1 grambulan, pada perlakuan pakan D cacahan ubi dengan rata-rata bobot
tubuh sebesar -7 grambulan dan rata-rata penurunan bobot tubuh terendah terdapat pada pemberian pakan E cacahan singkong yaitu sebesar -8,33
grambulan. Pakan A cacahan daging ikan lele memiliki rata-rata pertambahan bobot
paling besar dibanding dengan pakan yang lain sedangkan penurunan yang paling besar yaitu pada perlakuan pakan E cacahan singkong. Perbedaan nilai ini
diduga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi pakan yang berbeda dari masing- masing juvenil. Menurut Mudjiman 2000, tingkat konsumsi pakan dapat
dipengaruhi oleh bau dari pakan itu sendiri. Bau dari daging ikan lele, ikan asin dan daging ikan lele campur kangkung lebih beraroma dibandingkan dengan pelet
ikan, ubi, singkong dan pelet ikan campur kangkung, sehingga labi-labi lebih menyukai dan akan memakan pakan yang lebih beraroma.
Berdasarkan nilai pertumbuhan tersebut diperoleh bahwa pakan yang disukai oleh juvenil labi-labi adalah pakan A yaitu cacahan daging ikan lele,
karena pada perlakuan dengan pemberian pakan A memberikan hasil yang positif terhadap rata-rata pertambahan PLK dan LLK serta pertambahan bobot juvenil
labi-labi disetiap ulangannya, pakan kedua yang disukai oleh juvenil labi-labi yaitu pakan B cacahan daging ikan asin karena terdapat pertambahan PLK dan
LLK serta bobot juvenil pada ulangan ke satu dan ke tiga, selanjutnya yaitu pada perlakuan dengan pemberian pakan F singkong, pertambahan rata-rata PLK dan
LLK pun bernilai positif sedangkan rata-rata bobot yang diperoleh bernilai negatif namun terdapat hasil yang bernilai positif terhadap pertambahan bobot juvenil
yaitu pada ulangan ke dua dan ke tiga, sedangkan pada ulangan ke satu terjadi penurunan bobot sehingga diperoleh nilai yang negatif. Perbedaan pertambahan
dan penurunan bobot ini selain diduga oleh bau yang berbeda, dapat pula diduga oleh aktivitas pergerakannya yang kurang aktif sehingga mempengaruhi tingkat
konsumsi pakan yang rendah dan mempengaruhi pertambahan bobot tubuhnya. Pergerakan yang kurang aktif tersebut ditandai oleh lamanya juvenil labi-labi
tersebut melakukan aktivitas berlumpur Lampiran 16 yaitu salah satu kegiatan juvenil labi-labi dengan menguburkan seluruh tubuhnya dalam lumpur dan diam
didalam lumpur hingga berjam-jam bahkan dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, juvenil labi-labi melakukan kegiatan berlumpur hingga seharian dan
hanya sesekali saja memunculkan ujung hidungnya diatas permukaan air untuk bernapas Lampiran 17. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis diperoleh data bahwa
nilai P-value PLK = 0,013 dan nilai P-value bobot = 0,012 lebih kecil dari = 0,05 P-value
hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jenis pakan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap PLK dan bobot tubuh juvenil
labi-labi, sedangkan untul LLK nilai P-value = 0,062 lebih besar dari = 0,05 P- value
hal ini menunjukkan bahwa.perbedaan jenis pakan tidak secara nyata berpengaruh terhapat LLK labi-labi.
Dari hasil penelitian pendahuluan tersebut maka diperoleh 4 jenis pakan yang diujicobakan pada penelitian utama Lampiran 18 yaitu pakan yang
didominasi oleh bahan hewani berupa cacahan daging ikan lele, cacahan daging ikan asin, cacahan daging ikan lele campur kangkung dan campuran cacahan
daging ikan lele, cacahan daging ikan asin dengan sayur kangkung. Pakan yang diujicoba pada penelitian utama yaitu pakan yang memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan juvenil labi-labi, yaitu pakan A cacahan daging ikan lele, pakan B cacahan daging ikan asin dan Pakan F cacahan daging ikan lele campur
kangkung. Mudjiman 2000 menyatakan bahwa bahan hewani adalah bahan baku yang berasal dari bagian-bagian tubuh hewan, bahan hewani ini terutama
merupakan sumber protein dimana pada umumnya protein hewani relatif lebih mudah dicernakan dan pula kandungan asam aminonya lebih lengkap dari pada
protein nabati. Pada penelitian utama, dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa labi-labi
yang diberi pakan A cacahan daging ikan lele memiliki nilai rata-rata pertambahan panjang lengkung karapas paling tinggi yaitu sebesar 0,87 cmdua
bulan Gambar 20 dan Lampiran 7. Sementara untuk lebar lengkung karapas LLK hasil yang diperoleh pada penelitian utama diketahui bahwa LLK pada
perlakuan pemberian pakan B cacahan daging ikan lele campur kangkung dengan nilai rata-rata paling tinggi yaitu sebesar 0,6 cmdua bulan dan pakan C
cacahan daging ikan asin yang memberikan pengaruh paling rendah dengan nilai rata-rata yaitu sebesar 0,2 cmdua bulan Gambar 21 dan lampiran 8. Meskipun
rata-rata panjang lengkung karapas PLK dan lebar lengkung karapas LLK tersebut kurang dari 1 cm, hal ini dikarenakan karakteristik dari jenis Amyda
cartilaginea yang memiliki laju pertumbuhan yang lambat Van Dijk 2000 dan
termasuk hewan yang berumur panjang Woolsey 2006 serta waktu penelitian yang relatif singkat sehingga data-data yang dihasilkan kurang representatif.
Selanjutnya pertambahan bobot tubuh juvenil labi-labi diperoleh hasil bahwa pertambahan bobot tertinggi rata-rata terdapat pada perlakuan dengan
pemberian pakan D cacahan daging ikan lele campur daging ikan asin campur kangkung yaitu sebesar 23,33 gramdua bulan dan pertambahan bobot terendah
yaitu sebesar 8,33 gramdua bulan pada pakan C cacahan daging ikan asin Gambar 22 Lampiran 9.
Nilai b dari hasil regresi PLK – bobot pada juvenil labi-labi dengan diberi pakan A cacahan daging ikan lele memiliki nilai yaitu sebesar b = 2,76927
Lampiran 19, b = 4,057498 untuk perlakuan jenis pakan B cacahan daging ikan lele campur kangkung Lampiran 20, pada perlakuan pakan C cacahan daging
ikan asin diketahui bahwa nilai konstanta pertumbuhan b = 2,570229 Lampiran 21, dan pada perlakuan pakan D cacahan daging ikan lele campur daging ikan
asin campur kangkung nilai konstanta pertumbuhan yang diperoleh yaitu sebesar b
= 2,595888297 Lampiran 22, jika nilai b 3 maka nilai tersebut dapat menggambarkan kondisi juvenil labi-labi yang gemuk, hal ini karena pertambahan
bobot tubuh lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang lengkung karapasnya sedangkan jika nilai b 3 maka hasil yang didapat menunjukkan
bahwa juvenil labi-labi cenderung memiliki kondisi tubuh yang kurus karena pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobotnya.
Selanjutnya nilai koefisien determinasi R
2
yang didapat pada pakan A yaitu sebesar 0,949
Gambar 23
dan nilai koefisien korelasinya r sebesar 0,9744 Lampiran 19, dari Gambar 24 didapat nilai koefisien determinasi R
2
pada juvenil labi-labi dengan diberi pakan B yaitu sebesar 0,493 dan koefisien korelasi
r sebesar 0,7020679 Lampiran 20, nilai koefisien determinasi R
2
pada juvenil labi-labi dengan diberi pakan C cacahan daging ikan asin yaitu sebesar R
2
= 0,948 Gambar 25 dan nilai koefisien korelasinya r yaitu sebesar r = 0,97357
Lampiran 21, dari Gambar 26 diperoleh nilai koefisien determinasi R
2
pada juvenil labi-labi dengan diberi pakan D campuran cacahan daging ikan lele,
daging ikan asin, dan kangkung yaitu sebesar R
2
= 0,725 dengan nilai koefisien korelasinya r yaitu sebesar r = 0,851367 Lampiran 22, nilai r tersebut
menunjukkan keeratan antara hubungan dua parameter yang diuji. Apabila nilai koefisien korelasi tersebut mendekati 1 maka persamaan hubungan panjang –
bobot tersebut berhubungan sangat erat. Dari hasil analisis statistik terlihat bahwa tidak ada perbedaan nyata laju
pertumbuhan yang dilihat berdasarkan PLK, LLK atau bobot hewan uji yang diberi pakan berbeda. Bila dilihat uji t pada analisis regresi berpasangan
Lampiran 14.a – 14.f terlihat bahwa tidak ada perbedaan nyata untuk semua pasangan kecuali untuk pasangan pakan B dan pakan C Tabel 5. Oleh karena itu
diduga bahwa ke-4 jenis makanan yang diujicobakan pada juvenil labi-labi tidak secara spesifik berbeda dalam hal kandungan gizi, walaupun pada penelitian ini
nilai kandungan gizi dari setiap pakan tidak dilakukan analisa secara mendalam. Bila dikaitkan dengan kebutuhan penangkaran terhadap labi-labi
khususnya spesies Amyda cartilaginea maka, pemberian jenis pakan tertentu akan mempengaruhi kualitas hidup dari indukan maupun anakan labi-labi karena
dengan tersedianya jenis pakan yang baik diharapkan labi-labi tersebut dapat bertahan hidup dan mampu berkembangbiak dengan baik serta mampu
mempertahankan populasinya di alam yang semakin menurun akibat dari kegiatan manusia maupun dari serangan predator lain.
Dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenil labi-labi pakan merupakan unsur terpenting yang harus terpenuhi, dimana pakan tersebut
akan diproses dalam tubuh dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya akan diserap untuk dimanfaatkan membangun jaringan dan daging, sehingga pertumbuhan ikan
akan terjamin. Kecepatan laju pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas pakan yang diberikan serta kondisi lingkungan hidupnya, apabila
jumlahnya tidak mencukupi dan kondisi lingkungan tidak mendukung, dapat dipastikan pertumbuhan akan terhambat Khairuman dan Amri 2002.
Dari Tabel 6 nilai rata-rata efisiensi pakan terbesar yaitu pada perlakuan B pakan berupa cacahan daging ikan lele campur kangkung sebesar 23,2958 ,
nilai ini didapat karena kisaran yang hampir sama ditiap ulangan perlakuan B, secara berurutan hasil yang diperoleh untuk rata-rata efisiensi pakan setelah
perlakuan B yaitu pada perlakuan D pakan berupa campuran cacahan daging ikan lele, cacahan daging ikan asin, kangkung dengan rata-rata efisiensi pakan sebesar
17,9130 , dimana terdapat kisaran yang cukup beragam diantara ketiga ulangannya, selanjutnya nilai efisiensi pakan dari perlakuan A cacahan daging
ikan lele sebesar 17,1116 dengan kisaran yang cukup beragam antara ketiga ulangan tersebut. Sedangkan nilai rata-rata efisiensi pakan yang paling rendah
yaitu dengan perlakuan pakan C cacahan ikan asin sebesar 7,5541 dimana kisaran antara setiap ulangannya cukup beragam.
Nilai efisiensi pakan dari setiap perlakuan berpengaruh terhadap nilai konstanta pertumbuhan, semakin besar nilai efisiensi pakan maka semakin besar
pula nilai konstanta pertumbuhannya, hal ini dapat dilihat dari nilai efisiensi pakan yang paling besar yaitu pada pemberian pakan B sebesar 23,2958 dengan
nilai konstanta pertumbuhan sebesar b = 4,057498 yang berarti bahwa semakin banyak pakan yang dimakan oleh juvenil labi-labi maka, semakin besar
pertambahan bobot tubuhnya sedangkan jika dilihat pada perlakuan pakan C dengan nilai efisiensi pakan paling kecil yaitu sebesar 7,5541 dengan nilai
konstanta pertumbuhan sebesar b = 2,570229 berarti, pakan yang dimakan lebih sedikit sehingga pertambahan bobot tubuh juvenil labi-labi menjadi rendah.