kewenangan guru yang terkait dengan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manager belajar, sebaliknya siswalah yang harus lebih aktif Andayani,
2015:426. Jadi kegiatan peserta didik dalam langkah networking adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau media lainya yang kemudian ditanggapi oleh peserta didik lainya, tanggapan tersebut dapat berupa pertanyaan maupun
sanggahan.
2.1.6 Intelegensi dan Keberhasilan Anak Di Sekolah
Intelegensi anak merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak belajar di sekolah. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Wellman 1945 bahwa pengalaman sekolah mempengaruhi perkembangan intelegensi Syaiful Bahri Djamarah, 2008:135-136.
Intelegensi atau quotient adalah dua kata yang sering digunakan untuk kata kecerdasan. Menurut Alfred Binet dan Theodore Simon, kecerdasan terdiri
dari tiga komponen; 1 kemampuan mengarahkan pikiran dan atau tindakan, 2 kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah dilakukan,
dan 3 kemampuan mengkritik diri sendiri Agus Efendi, 2005:81-82. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam Agus Efendi 2005:82
ada tiga ragam kecerdasan yaitu IQ intellegence Quotient, EQ Emotional Quotient dan SQ Spiritual Quotient. IQ berhubungan dengan adanya
pengorganisasian saraf yang memungkinkan kita berpikir rasional, logis dan taat asa. Sedangkan SQ berhubungan dengan kemungkinan kita untuk berpikir
secara kreatif, berwawasan jauh, membuat bahkan mengubah aturan. EQ
berhubungan dengan kemampuan berpikir asosiatif, yang terbentuk oleh kebiasaan, dan membuat kita mampu mengenali pola-pola emosi.
Menurut Daniel Goleman dalam Agus Efendi 2005:171 kecerdasan emosional penting dalam meraih kesuksesan dalam hidupnya. Kecerdasan
emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain. Beberapa
ahli mengemukakan
pendapatnya mengenai
definisi intelegensi. Intelegensi menurut Bischor 1954 adalah kemampuan untuk
memecahkan segala jenis masalah. Sedangkan pengertian intelegensi menurut Heidentich 1970 yaitu intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan
menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah-masalah
Dalyono 2007:184. Manusia yang belajar sering menghadapi situasi-situasi baru serta
permasalahan. Hal itu memerlukan kemampuan peserta didik yang belajar itu untuk menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi
itu. Salah satu faktor yang turut menentukan cepat atau lambatnya peserta didik dalam memecahkan masalah adalah faktor intelegensi dari peserta didik. Setiap
peserta didik berbeda-beda dalam segi intelegensi, oleh karena itu peserta didik dengan peserta didik lainnya tidak sama kemampuannya dalam memecahkan
suatu masalah yang dihadapinya.
2.1.7 Motivasi