Rumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Merek

1. Perkembangan Hukum Merek di Indonesia

Indonesia mengenal hak merek pertama kali pada saat penjajahan Belanda dengan dikeluarkannya Undang- Undang Hak Milik Perindustrian, yaitu dalam “Reglement Industriele Eigendom Kolonien ” Stb. 1912-545 jo Stb 1913-214, 6 Peraturan ini diberlakukan untuk wilayah-wilayah Indonesia, Suriname dan Curacao. Peraturan ini menerapkan prinsip konkordinasi, yaitu ketentuan perundang-undangan yang dibuat, disahkan oleh dan berasal dari negara penjajah yang juga diterapkan pada negara jajahannya. Dalam peraturan ini, perlindungan merek diberikan selama 20 duapuluh tahun dan tidak mengenal golongan kelas. 7 Kemudian pada zaman Jepang dikeluarkan peraturan merek yang dikenali dengan Osamu Seire Nomor 30 tentang Menyambung Pendaftaran Cap Dagang yang mulai berlaku pada tanggal 1 bulan 9 Syowa 2603. Selanjutnya, peraturan-peraturan tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek 6 Muhammad Djumhana R.Djubaedillah, Hak Kekayaan Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hlm160. 7 Insan Budi Maulana, Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia Dari Masa ke Masa, PT Citra Aditya Bakti,Bandung, 1999, hlm 7. Perusahan dan Merek Perniagaan, diganti pula dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek dan diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek, dan pada tahun 2001 diganti dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. 8 Perubahan undang-undang ini berusaha untuk menyesuaikan dengan perjanjian internasional. Perubahan Undang-Undang Merek pada tahun 1997 dilakukan karena beberapa alasan, diantaranya karena ketentuan Persetujuan Putaran Uruguay yang telah ditandatangani oleh Indonesia pada tahun 1994 di Marakesh Maroko. Ditandatanganinya persetujuan tersebut Indonesia harus berusaha menegakkan prinsip-prinsip pokok yang dikandung di dalamnya termasuk TRIPs, yaitu Trade Related Aspects of Intellectual Property Right incluiding Trade in Counterfiet Goods Aspek-aspek dagang yang terkait dengan hak milik intelektual termasuk perdagangan barang palsu. 9 Persetujuan TRIPs memuat beberapa ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh negara penandatangan kesepakatan tersebut, yaitu kewajiban bagi negara anggota untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangan hak milik intelektualnya dengan berbagai konvensi internasional dibidang hak milik intelektual. Indonesia sebagai penandatangan persetujuan tersebut memiliki konsekuensi, dalam jangka waktu yang kurang dari 5 lima tahun diwajibkan untuk melakukan perubahan beberapa 8 Muhammad Djumhana R.Djubaedillah, Op.Cit., hlm 161. 9 Ibid. ketentuan pada Undang-Undang Hak Cipta, Hak Merek maupun Hak Paten. Ketiga undang-undang tersebut telah dilakukan perubahannya oleh pemerintah melalui DPR dan disetujui DPR pada tanggal 21 Maret 1997. 10 Perkembangan terakhir, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997, telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pertimbangan penggantian dan penyempurnaan undang-undang tersebut, yaitu dalam rangka menghadapi era perdagangan global, serta untuk mempertahankan iklim persaingan usaha yang sehat, juga sebagai tindak lanjut penerapan konvensi-konvensi internasional tentang merek yang diratifikasi oleh Indonesia. 11

2. Pengaturan Hukum Merek

a. Undang-Undang Merek 1992

Pada mulanya merek diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Perniagaan. Setelah berlaku selama lebih kurang tiga puluh tahun, undang-undang tersebut sudah tidak lagi dapat mengakomodasi tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat pengusaha dan tuntutan pembangunan nasional sehingga perlu diperbarui. Oleh karena itu, sudah saatnya undang-undang ini diganti dengan Undang-Undang Merek yang baru. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pada tanggal 1 April 1992 melalui Lembaran Negara Nomor 81 Tahun 1992 10 Muhammad Djumhana R.Djubaedillah, Op.Cit., hlm 161. 11 Ibid, hlm 162.

Dokumen yang terkait

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Efektivitas Penerapan Indonesia Nasional Single Window ( INSW ) berdasarkan Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2008 Sebagai Upaya Pendorong Kelancaran Arus Barang ekspor dan impor ( Studi Pada Bea dan Cukai Belawan)

4 93 137

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Pelaksanaan Mediasi Berdasarkan Perma No. 2 Tahun 2003 Di Pengadilan Negeri Medan

0 22 113

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

7 21 94

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 400K/PDT.SUS/2011 MENGENAI SENGKETA MEREK THE INTERCONTINENTAL DIHUBUNGKAN DENGAN UU NO. 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

1 6 2

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 502 K/Pdt.Sus-HKI/2013 TENTANG SENGKETA PRODUK HELM INK DAN INX DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 0 1

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

0 0 9

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

0 0 13