11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Bank Perkreditan Rakyat BPR
2.1.1. Pengertian BPR
Bank menurut UU No.10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan BPR adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut Hasibuan 2001:38, Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah bank yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang dalam
pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa BPR adalah bank yang kegiatannya berdasarkan prinsip konvensional atau syariah, yang tidak
melayani lalu lintas pembayaran.
2.1.2. Tugas Pokok BPR
Menurut Hasibuan 2001:38, pada mulanya tugas pokok BPR diarahkan untuk menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi pedesaan serta
mengurangi praktek-praktek ijon dari para pelepas uang. Dengan semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat, tugas BPR tidak hanya ditujukan bagi
masyarakat pedesaan, tetapi juga mencakup pemberian jasa perbankan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan.
2.1.3. Usaha dan Larangan Usaha bagi BPR
Hasibuan 2001:38, menyatakan bahwa Bank Perkreditan Rakyat BPR menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Usaha yang dilakukan oleh BPR menurut UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 13
adalah sebagai berikut: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b. Memberikan kredit;
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
Berdasarkan Pasal 14 UU No. 10 Tahun 1998, ada beberapa usaha yang menjadi larangan untuk dilakukan oleh BPR, yaitu:
a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran; b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
c. Melakukan penyertaan modal; d. Melakukan usaha perasuransian;
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.
Berdasarkan kegiatan usaha dan larangan-larangan di atas, maka secara umum BPR mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas dibandingkan Bank
Umum. Bank Umum dapat menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito, sedangkan BPR tidak boleh
menghimpun dana dalam bentuk giro dan juga tidak boleh ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum dapat melakukan kegiatan usaha dalam valuta
asing, sedangkan BPR tidak diperbolehkan. Bank Umum dapat melakukan penyertaan modal pada lembaga keuangan dan untuk mengatasi kredit macet,
sedangkan BPR sama sekali tidak diperbolehkan melakukan penyertaan modal. Tetapi dalam hal melakukan usaha perasuransian, BPR dan Bank Umum sama-
sama tidak diperbolehkan Triandaru Budisantoso, 2006:86.
2.2. Return On Assets ROA