2.1.5. Metode Pembelajaran Pengalaman Lapangan Experiential Learning.
2.1.5.1 Pengertian Metode Pembelajaran Pengalaman Lapangan.
Belajar melalui pengalaman Experiential Learning mengacu pada proses belajar yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam masalah atau materi
yang sedang dipelajari. J. Dewey mengemukakan bahwa belajar merupakan proses dialektis yang mengintegrasikan pengalaman dengan konsep, observasi,
dan tindakan. Berkaitan dengan itu Piaget mengemukakan bahwa belajar merupakan siklus interaksi antara individu dengan lingkungan, dengan unsur
pokok terletak pada interaksi yang menguntungkan antara proses akomodasi konsep terhadap pengalaman nyata dengan proses asimilasi pengalaman terhadap
konsep yang dimiliki. Pembelajaran pengalaman lapangan dapat dilakukan baik di dalam ruang kelas maupun di luar ruangan. Hal ini disesuaikan dengan pokok
bahasan yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran pengalaman lapangan adalah upaya membelajarkan,
melatih keahlian, kemampuan dan kebisaan warga belajar dengan memberikan pengalaman nyata dan memperkenalkan dengan obyek langsung baik di luar
maupun di dalam ruangan Tim BPKB Jayagiri,1990 Metode pembelajaran pengalaman lapangan Experiential Learning
berangkat dari sebuah pemikiran bahwa peserta didik akan dapat belajar secara lebih efektif apabila dalam keadaan “fun” Dryden Vos: 1999. Metode
pembelajaran pengalaman lapangan diharapkan dapat membawa peserta didik ke dalam keadaan yang “favourable” sehingga mereka dapat dengan mudah
menangkap materi yang diberikan.
Schank dalam bukunya “ Engines for Learning” mengemukakan bahwa untuk mempelajari sesuatu, seseorang akan lebih mendapatkan makna apabila
orang tersebut mempraktikkannya. Seperti juga diungkapkan oleh Gordon Dryden dalam bukunya “ The
Learning Revolution” bahwa seseorang belajar dari apa yang ia lihat, ia dengar, ia rasakan, ia sentuh, ia baui dan ia lakukan. Pembelajar akan lebih memaknai apa
yang dipelajarinya dari setiap apa yang dilakukannya. Senada dengan Dryden dan Vos, Rogers Mappa, 1994, mengemukakan ada
tiga unsur penting dalam belajar berdasarkan pengalaman yaitu ; 1 Peserta didik hendaknya dihadapkan pada masalah nyata yang ingin ditemukan pemecahannya,
2 Membentuk sikap positif terhadap masalah tersebut, dan 3 Perlunya sumber belajar, baik berupa munusia maupun berbentuk bahan belajar
tertuliscetak. Sementara Darkenwald dan Merriam 1982, menekankan pada pengalaman, penguatan reinforcement positif, motivasi instrinsik, bahan belajar
dan tugas yang bermakna bagi kehidupannya serta faktor lingkungan. Pembelajaran pengalaman lapangan berpusat pada peserta didik, dan
berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam pembelajaran pengalaman lapangan adalah pada proses belajar, dan bukan pada hasil. Pembelajaran ini didasarkan
pada konsep bahwa peserta didik relatif lebih mudah memahami, lebih kuat ingatannya, dan mudah menyusun keseimbangan antara kognitif, psikomotor, dan
afektif. Pembelajaran pengalaman lapangan sangat baik untuk membantu kebisaan peserta didik dalam mengamati, mengukur, mencoba, membandingkan,
merasakan, memotivasi, dan memberikan perlakuan-perlakuan yang berbeda dalam ogjek yang sama.
Menurut Edgar Gale dalam Learning Pyramid mengemukakan bahwa belajar akan lebih efektif apabila peserta didik dapat melakukan apa yang telah
mereka pelajari. Metode ini dapat digunakan apabila : a.
Bertujuan untuk menunjukkan obyek langsung dari pelajaran yang akan diberikan dan berhubungan dengan ranah psikomotor.
b. Berupaya untuk lebih meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan
yang telah dimiliki dengan menerapkannya pada obyek yang sesungguhnya. c.
Alokasi waktu yang tersedia cukup untuk melakukan kegiatan-kegiatan pengalaman lapangan secara intensif
d. Tersedia sarana, alat atau media yang akan digunakan untuk praktik lapangan
dan berbagai fasilitas pendukung lainnya
2.1.5.2 Siklus Pembelajaran Dengan Pengalaman