102
3. Pola Tanam X
4
Pola tanam secara signifikan berpengaruh terhadap peran petani dalam menerapkan teknik konservasi tanah dengan nilai P value sebesar 0.7135
signifikan pada taraf 95 dan odd ratio sebesar 1.107 Desa Sukatani P value 0,4559 dengan Odd Ratio 0,680 dan Desa Sindangjaya P value 0,9743 dengan
Odd Ratio 0,985. Apabila penentuan komoditas terpilih dalam pola tanam yang bernilai ekonomis tinggi dan usia tanaman pendek dan kondisi lahan yang sesuai,
maka akan mempengaruhi peran petani dalam menerapkan teknik konservasi tanah akan meningkat sebesar 11.107 = 1.107
4. Pendidikan D
1
Pendidikan secara signifikan mempengaruhi peran petani terhadap teknik konservasi tanah dengan nilai P value sebesar 0,3658 signifikan pada taraf 95
dengan odd ratio 3.193 Desa Sukatani P value 0 dengan Odd Ratio 0 dan Desa Sindangjaya P value 0,2986 dengan Odd Ratio 11,712. Artinya apabila
peningkatan pendidikan dalam satu satuan, maka peran petani terhadap lahan dalam menerapkan teknik konservasi tanah akan meningkat sebesar 13.193 =
3.193. Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang
menentukan tingkat pengetahuan petani responden yang akan mempengaruhi motivasi petani untuk berpikir lebih baik dalam memilih alternatif dan
memecahkan masalah yang dihadapi pada saat mengelola usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang petani responden maka semakin mudah
menerima dan menyerap berbagai bentuk teknologi dalam kegiatan konservasi sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya dalam menghasilkan suatu
produk khususnya komoditas hortikultura.
5.4. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani
5.4.1. Kawasan Agropolitan
Hasil pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani komoditas hortikultura pola tanam tumpangsari di kawasan agropolitan Pacet-
Cianjur dapat dilihat pada Tabel 28. Produktivitas usahatani komoditas hortikultura dengan pola tanam tumpangsari Y berhubungan positif dengan
103
input pupuk X
3
, input tenaga kerja X
4
, dummy variabel kepemilikan lahan D
1
dan dummy variabel kegiatan konservasi D
2
. Hal ini didasarkan oleh nilai- p0,05.
Tabel 26. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani Pola Tanam Tumpangsari di Kawasan Agropolitan Pacet-Cianjur
Variabel Satuan
Desa Sukatani 4,62 ha
Desa Sindangjaya 5,80 ha
Kawasan Agropolitan 10,42 ha
Koefisien Signi-
Fikansi Koefisien
Signi- fikansi
Koefisien Signi-
Fikansi Constant
--- 0,7888
0,5262 5,3168
.0001 7729,8026
0,0002 Luas lahan
garapan X
1
ha 20,0485
.0001 7,1632
0,0025 -8438,0774
.0001 Input bibit X
2
Rp 2,8489
0,3903 -5,7211
0,7452 -0,0004
0,4950 Input pupuk
X
3
Rp -2,2509
0,9517 5,7320
0,7043 0,0018
0,5587 Input tenaga
kerja X
4
Rp -1,4130
0,4497 -6,7607
0,0002 0,0039
0,0087 Input pestisida
X
5
Rp -2,9376
0,5409 -6,2833
0,5258 -0,0018
0,0743 Dummy
variable Kepemilikan
lahan D
1
0,7391 0,1695
-0,4656 0,0570
2703,4915 0,8578
Dummy variable
Kegiatan konservasi D
2
0,4117 0,4724
0,1127 0,6420
1809,21773 0,8200
--- Sig.=
.0001 R
Square= 0,8185
Sig.= .0001
R Square = 0,8329
Sig.= .0001
R Square = 0,7758
F-hit = 17,39
F-hit = 33,46
F-hit = 40,54
Sumber: Data Primer 2006 diolah
Peubah-peubah penjelas dapat dengan baik menjelaskan keragaman produktivitas usahatani komoditas hortikultura di kawasan agropolitan,
sebagaimana ditunjukkan nilai R
2
dan F hitung yang tinggi. Angka R
2
sebesar 0,7758 berarti 77,58 keragaman produktivitas usahatani komoditas hortikultura
di kawasan agropolitan dapat dijelaskan oleh peubah-peubah penjelas yang dimasukkan dalam persamaan. Sedangkan sisanya 22,42 dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain di luar model. Sementara luas lahan garapan, input bibit dan input pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas
usahatani komoditas hortikultura. Faktor-faktor tersebut sudah dianggap cukup tidak perlu adanya penambahan yang hanya berakibat pada pembengkakan atau
modal dan biaya produksi tanpa diikuti oleh peningkatan produksi.
104
Model regresi dummy untuk kawasan agropolitan adalah: Y = 7729,8026+ 0,0018X
3
+ 0,0039X
4
+ 2703,5D
1
+ 1809,2D
2
artinya : 1. Setiap penambahan input pupuk X
3
sebesar satu rupiah dimana input tenaga kerja X
4
, dummy variabel kepemilikan lahan D
1
dan dummy variable mengenai kegiatan konservasi D
2
konstan, maka keuntungan usahatani sebesar Rp.7729,80.
2. Setiap penambahan input tenaga kerja sebesar satu rupiah dimana input pupuk, dummy variable kepemilikan lahan D
1
dan dummy variable mengenai kegiatan konservasi D
2
konstan, maka keuntungan usahatani sebesar Rp. 0,0039. Hal ini berarti bahwa penggunaan tenaga kerja yang
semakin banyak diharapkan produksi usahatani selalu dapat ditingkatkan tetapi bukan berarti penambahan jumlah tenaga kerja akan meningkatkan
pendapatan petani. Penggunaan tenaga kerja sangat mutlak adanya, sehingga petani senantiasa menyatakan tanpa penggunaan tenaga kerja yang seksama
dalam suatu kegiatan usahatani tidak akan berhasil dengan baik, karena tinggi rendahnya produksi usahatani dipengaruhi oleh tingkat produktivitas tenaga
kerja. Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, antara lain dengan pendidikan dan
pelatihan serta penguasaan teknologi dan inovasi baru. Dengan bertambahnya pengetahuan dan keterampilan petani, maka produktivitas kerja dan hasil kerja
meningkat sehingga dengan sendirinya produktivitas komoditas hortikultura dapat ditingkatkan.
3. Setiap penambahan input dummy variable kepemilikan lahan sebesar satu satuan dimana input pupuk, input tenaga kerja dan dummy variable mengenai
kegiatan konservasi konstan, maka keuntungan usahatani sebesar Rp. 2703,4915. Kepemilikan lahan sangat berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas usahatani komoditas hortikultura. Dengan penggunaan lahan milik sendiri petani lebih termotivasi untuk menggunakan lahan secara
optimal dan melakukan konservasi. 4. Setiap penambahan input dummy variable mengenai kegiatan konservasi
sebesar satu satuan dimana input pupuk, input tenaga kerja dan dummy variable kepemilikan lahan konstan, maka keuntungan usahatani sebesar
105
Rp.1809,21773. Ini berarti secara parsial variable dummy mempunyai pengaruh nyata terhadap produktivitas usahatani komoditas hortikultura.
Kegiatan konservasi yang selama ini dilakukan hanya terbatas pada konservasi secara kimia dan biologi melalui penggunaan pupuk dan secara mekanik
dengan menerapkan sistem terasering dan secara vegetatif dengan penanaman rumput untuk mencegah erosi disebabkan karena penggunaan teknologi
modern dirasakan cukup mahal sementara kemampuan petani dalam hal modal sangat terbatas.
Parameter dugaan peubah penggunaan input pupuk, tenaga kerja, dummy variable kepemilikan lahan dan dummy variable kegiatan konservasi di kawasan
agropolitan positif, mengindikasikan bahwa variabel-variabel tersebut responsif terhadap peningkatan produktivitas usahatani komoditas hortikultura Salah satu
contoh penggunaan input pupuk. Ketergantungan petani terhadap input pupuk sangat tinggi sebagai upaya petani mengoptimalkan penggunaan sumberdaya
lahan dimana ketersediaan lahan dan tingkat kepemilikan lahan relatif sempit. Intensifnya penggunaan pupuk sebagai upaya petani dalam meningkatkan
produktivitas sehingga dalam satu tahun petani dapat memanen hasil secara berkesinambungan melakukan lima kali panen dalam setahun dengan harapan
petani dapat memperoleh uang cash dalam waktu singkat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada dasarnya peningkatan produktivitas usahatani tidak lepas dari penggunaan pupuk yang tepat, baik mengenai jenis, jumlah, waktu, cara dan
harga. Berdasarkan hasil penelitian belum semua petani responden menggunakan pupuk sesuai dengan yang direkomendasikan karena alasan terbatasnya modal dan
kemampuan. Jika penggunaan input pupuk dengan intensitas tinggi secara terus menerus dikhawatirkan meningkatkan kekebalan hama dan penyakit pada
komoditas hortikultura serta memberikan dampak negatif terhadap keberlanjutan kegiatan usahatani. Oleh karena itu intervensi pemerintah melalui dinas terkait
sangat penting untuk dilakukan dengan merekomendasikan standar penggunaan masing-masing jenis pupuk dalam kegiatan usahataninya. Peningkatan
pengetahuan, informasi teknologi dan keterampilan petani dalam mengelola usahatataninya perlu ditingkatkan melalui penyuluhan dan pelatihan-pelatihan
106
sehingga kegiatan usahataninya dapat dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan azas pelestarian lingkungan.
Penggunaan pupuk kimia oleh petani di kawasan agropolitan beragam sesuai dengan luas lahan yang diusahakan dalam meningkatkan produktivitas
usahataninya. Pupuk kimia yang digunakan adalah pupuk TSP, Urea, KCL, ZA, dan NPK. Pupuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk TSP, Urea, dan
KCl. Sedangkan pupuk ZA dan NPK jarang digunakan oleh petani karena pupuk ZA mempunyai fungsi yang sama dengan pupuk Urea, sedangkan pupuk NPK
mempunyai fungsi yang sama dengan TSP, Urea, dan KCl. Jadi apabila petani sudah menggunakan pupuk Urea, maka petani tidak menggunakan pupuk ZA.
Pupuk kimia tersebut didapatkan dengan cara membeli ke Pasar Cipanas maupun dari toko atau warung terdekat.
Selanjutnya untuk penggunaan pupuk kandang oleh petani di kawasan agropolitan dinilai menjadi keharusan karena pupuk kandang menjadi pupuk dasar
dalam memberikan kesuburan bagi tanaman. Pemakaian pupuk kandang untuk usahatani bervariasi sesuai dengan kebutuhan untuk setiap luas lahan yang
diusahakannya. Keuntungan usahatani komoditas hortikultura di kawasan agropolitan
cukup beragam hal ini disebabkan oleh perbedaan rata-rata produksi, total biaya produksi, harga jual produksi per satuan dan mutu produksi yang dihasilkan.
Semakin tinggi mutu produksi maka semakin tinggi pula harga yang diterima oleh petani. Demikian pula pendapatan yang diterima oleh petani juga akan tinggi
maka dengan sendirinya keuntungan yang diterima petani akan meningkat.
5.4.2. Desa Sukatani