Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan(Studi Empiris Pada Industri Perbankan)

(1)

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP STRUKTUR PENDANAAN

(STUDI EMPIRIS PADA INDUSTRI PERBANKAN)

TESIS

Oleh

RINA WALMIATY MARDI 067017041/ AKT

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

ABSTRAK

Perusahaan di dalam memilih struktur pendanaan apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan modal sendiri (ekuitas) atau dipenuhi dengan modal asing (hutang) harus mempertimbangkan berbagai faktor. Struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan perusahaan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen terhadap struktur pendanaan pada industri perbankan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian dilakukan terhadap 25 sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan data time series dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 dan cross section yang disebut dengan pooling data. Variabel yang digunakan adalah struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen sebagai variabel independen dan struktur pendanaan sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear dan regresi berganda untuk melihat besarnya kontribusi masing-masing variabel secara individu dan secara simultan dalam mempengaruhi struktur pendanaan yang digunakan dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap struktur pendanaan industri perbankan daripada profitabilitas maupun kebijakan dividen. Hal ini berarti bahwa struktur aktiva merupakan tolok ukur yang lebih baik dalam menilai keputusan pendanaan perusahaan berdasarkan penelitian ini. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen berpengaruh secara simultan terhadap struktur pendanaan industri perbankan.

Kata kunci : struktur aktiva, profitabilitas, kebijakan dividen, struktur Pendanaan


(3)

ABSTRACT

In choosing Capital structure, a company required many factors such as capital from equity, liability and etcetera. Asset structure, profitability, and dividend policy are determinant in making capital structure decision of a company. The purpose of this research is to see the influence of asset structure, profitability, and dividend policy on the capital structure of banking industry in Jakarta Stock Exchange.

There are 25 banking companies listed in Jakarta Stock Exchange used as samples for this research. This research used time series and cross section data which also called pooled data from 2000 until 2007. The independent variables are asset structure, profitability, and dividend policy, and the dependent variable is capital structure. This research used multiple linear regressions to see the impact of each independent variable on the dependent variable individually and simultaneously.

The estimation result showed that asset structure had the stronger and more significant impact than profitability and dividend policy on the capital structure. In other word, in this research asset structure is a better base in judging the company capital structure. The result also showed that asset structure, profitability and dividend policy had simultaneous impact on the capital structure in banking industry.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

NAMA : RINA WALMIATY MARDI

TEMPAT/ TGL LAHIR : MEDAN, 25 OKTOBER 1973

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

ALAMAT : JL. FLAMBOYAN RAYA NO. 31 A

MEDAN TUNTUNGAN, TJ SELAMAT MEDAN TELP (061) 8212605, 77523336

AGAMA : ISLAM

STATUS : MENIKAH

PENDIDIKAN FORMAL

• SD SWASTA HANG KESTURI tahun 1986

• SMPN X MEDAN tahun 1989

• SMAN I MEDAN tahun 1992

• FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tahun 1998

• PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tahun 2008 PENGALAMAN ORGANISASI

• HMI Komisariat Fakultas Ekonomi USU Medam, Kabid Extern KOHATI, 1992-1994

• Pengurus Dharma wanita Politehnik Negeri Medan, 2005- sekarang.

PENGALAMAN KERJA

• PT. BALCON KONSULTAN, Staf accounting, 1998-2001

• Dosen Politeknik Negeri Medan Jurusan Akuntansi, 2000-sekarang

Medan, 24 Maret 2008

Hormat Saya


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... iii

ABSTRACT... iv

DAFTAR RIWAYAT... v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ---1

1.1 Latar Belakang Masalah ---1

1.2 Perumusan Masalah ---6

1.3 Tujuan Penelitian ---7

1.4 Manfaat Penelitian ---7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ---8

2.1 Tinjauan Teori--- --8

2.1.1 Struktur Pendanaan ---8

2.1.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Pendanaan ---9

2.1.3.Teori Struktur Pendanaan --- 17

2.1.4 Determinan dalam Struktur Pendanaan --- 19

2.2. Hipotesis Penelitian --- 21

2.2.1. Struktur aktiva --- 21

2.2.2. Profitabilitas --- 22

2.2.3. Kebijakan Dividen ---23

2.3. Kerangka Konseptual ---31


(6)

BAB III METODA PENELITIAN ---34

3.1. Rancangan Penelitian --- 34

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian --- 34

3.3 Data Penelitian --- 35

3.4 Metode Pengumpulan Data --- 36

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian --- 36

3.6 Metode Analisa Data --- 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN --- 41

4.1. Hasil Penelitian --- 41

4.2. Uji Asumsi klasik --- 45

4.3. Pengujian Hipotesis --- 49

4.4. Pembahasan Hasil Analisa --- 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN--- 57

5.1. Kesimpulan --- 57

5.2. Saran --- 58

DAFTAR PUSTAKA --- 61 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ...41

Tabel 4.2 Uji Normalitas...43

Tabel 4.3 Uji Normalitas...44

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ...46

Tabel 4.5 Uji Heteroskedastisitas...47

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi...49

Tabel 4.7: Uji Goodness of Fit...49

Tabel 4.7: Uji t ...50


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Didalam perusahaan struktur pendanaan mengindikasikan bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Perusahaan memerlukan dana yang berasal dari modal sendiri dan modal asing. Riyanto (1993:15) mengatakan bahwa “ Struktur finansial mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan demikian struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansial mencerminkan pula perimbangan antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri”. Struktur pendanaan ini merupakan perbandingan antara hutang (modal asing) dengan ekuitas (modal sendiri). Dalam penerapan struktur pendanaan, perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Beberapa teori yang mengemukakan banyak faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan. Menurut Brigham dan Houston (2001:39) ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan antara lain : stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, Profitabilitas, Pajak, Pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan.


(10)

Para manager keuangan harus tetap memperhatikan cost of capital di dalam menentukan struktur pendanaan apakah kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan modal sendiri ataukah dipenuhi dengan modal asing. Secara garis besar, struktur pendanaan merupakan kombinasi antara hutang (modal asing) dengan ekuitas (modal sendiri) yang dimiliki perusahaan. Tujuan utama manajer keuangan adalah membentuk kombinasi pendanaan yang dapat menurunkan biaya serendah mungkin, mempertahankan biaya serendah mungkin, kebijakan dividen dan pendapatan, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Kebijakan struktur pendanaan yang tepat akan meningkatkan harga saham perusahaan, dengan demikian kemakmuran para pemegamg saham juga meningkat. Untuk itu, perusahaan didalam memutuskan apakah sebaiknya menggunakan modal sendiri ataukah modal asing harus bertitik tolak kepada kemampuan untuk meningkatkan kemakmuran pemiliknya.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menganalisa struktur pendanaan dengan melihat penelitian – penelitian yang sebelumnya yang berkaitan dengan struktur pendanaan.

Masidonda, Maski dan Idrus (2001) melakukan penelitian tentang variabel-variabel yang mempengaruhi struktur pendanaan dan pengaruhnya bersama beban bunga, return on asset terhadap rentabilitas modal sendiri. Mereka melakukan penelitian terhadap 7 perusahaan yang terdaftar di BEJ pada tahun 1993-1997.Model analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan Model Berulang (Recursive Models). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, beban pajak dan laba ditahan


(11)

berpengaruh signifikan terhadap struktur pendanaan. Sedangkan secara parsial, hanya laba ditahan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur pendanaan.

Mayangsari (2001) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan dengan tujuan untuk menguji

pecking order theory, yaitu teori keuangan yang menyatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal dibandingkan eksternal. Penelitian ini dilakukan terhadap 63 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1996. Alat analisis yang digunakan adalah metode regresi dengan terlebih dahulu menguji berbagai macam asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang secara statistik signifikan mempengaruhi kebijakan pendanaan eksternal adalah besaran perusahaan, profitabilitas, struktur aktiva dan perubahan modal kerja.

Setiawan dan Hartono (2002) melakukan penelitian tentang hubungan antara kebijakan dividen dan keputusan struktur modal dengan pendekatan simultan. Penelitian ini dilakukan terhadap 48 perusahaan yang terdapat di bursa efek jakarta pada tahun 1996-2000. Model analisis yang digunakan adalah model 2SLS (two stage least squares). Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa erdapat hubungan antara kebijakan dividen dan keputusan struktur modal.

Susilawati (2004) melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan Pendanaan dari Hutang Jangka Panjang, Total Utang dan Ekuitas Perusahaan. Penelitian ini menggunakan 43 perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta dengan periode 1999 sampai dengan tahun 2003. Hasil


(12)

Penelitiannya menunjukkan bahwa Struktur aktiva, profitabilias dan struktur kepemilikan secara simultan mempengaruhi secara signifikan keputusan pendanaan dari hutang jangka panjang, total utang dan ekuitas perusahaan manufaktur.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dan mengingat pentingnya struktur pendanaan di dalam mengambil keputusan investasi, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap struktur pendanaan. Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan kebijakan dividen merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan perusahaan. Peneliti ingin mengetahui faktor manakah diantara struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan dividen yang benar-benar berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan perusahaan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian replikasi terhadap penelitian – penelitian di atas.

Peneliti berminat menganalisa struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan dividen sebagai variabel independen ( bebas) terhadap struktur pendanaan. Peneliti melihat pada penelitian-penelitian terdahulu paling dominan struktur aktiva dan profitabilitas ini dianalisa oleh penelitian - penelitian terdahulu. Walaupun di dalam teori sangat banyak faktor yang mempengaruhi struktur pendanaan pada perusahaan. Peneliti menambah kebijakan dividen sebagai variabel independen, Husnan (1989 : 261) mengatakan bahwa berbagai faktor yang menentukan pemilihan struktur pendanaan antara lain : lokasi distribusi keuntungan, stabilitas penjualan, kebijakan dividen, pengendalian dan resiko kebangkrutan. Kebijakan dividen yang dipilih peneliti karena implikasi kebijakan ini akan langsung dirasakan bagi manajer


(13)

keuangan yaitu harus menyediakan dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap ini. Kebijakan dividen ini ada hubungangannya di dalam penyediaan dana pada struktur perusahaan. Peneliti melakukan penelitian pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bank Indonesia dan Bursa Efek Jakarta.

Peneliti memilih perusahaan perbankan karena Perbankan merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan, bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat penyaluran kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. Bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan tagihan seperti pembayaran tagihan listrik, telepon, air, pajak dan pembayranan tagihan lainnya.

Untuk dapat memberikan pelayanan di bidang jasa keuangan, bank tentu memerlukan dana. Pemenuhan dana bank ini bisa berasal dari dua sumber yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Dana yang bersumber dari internal adalah dana yang diperoleh dari dalam bank (modal sendiri), antara lain setoran modal dari pemegang saham, cadangan laba, dan laba bank yang belum dibagi. Sedangkan dana yang bersumber dari eksternal adalah dana yang diperoleh dari luar bank (modal asing), bisa yang berasal dari masyarakat luas bisa juga dari lembaga lainnya. Dana bank yang berasal dari masyarakat luas diperoleh dari simpanan masyarakat yang berupa giro, tabungan, dan deposito. Sedangkan dana yang bersumber dari lembaga


(14)

lain antara lain berupa Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), pinjaman antar bank (Call Money), pinjaman dari bank-bank luar negri, atau Surat Berharga Pasar Uang(SBPU).

Pemilihan sumber dana bank harus dilakukan secara tepat karena berkaitan dengan besar kecilnya biaya yang harus ditanggung. Besarnya biaya yang harus ditanggung sangat tergantung dari struktur pinjaman dan modal sendiri.

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bank Indonesia antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 dan menerbitkan laporan keuangan sejak tahun 2000 sampai dengan 2006. Dalam melakukan pengujian ini peneliti menggunakan informasi mengenai struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen sebagai variabel independen dan informasi mengenai struktur pendanaan sebagai variabel dependen.

Berdasarkan uraian penelitian – penelitian diatas untuk melakukan penelitian ulang dengan judul “ Analisis Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen terhadap struktur pendanaan”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian – penelitian sebelumnya adalah penelitian ini memilih meneliti Struktur aktiva, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen karena ketiga variabel tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pendanaan pada perusahaan dan waktu yang berbeda.


(15)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap struktur pendanaan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : “ untuk mengetahui pengaruh dari struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap struktur pendanaan pada industri Perbankan.”

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi para manajemen perusahaan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan struktur pendanaan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan para akademisi khususnya di bidang Akuntansi keuangan didalam pengetahuan mengenai pengaruh struktur pendanaan perusahaan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan penelitian-penelitian sejenis berikutnya.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1 Struktur Pendanaan

Struktur Pendanaan mengindikasikan bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Riyanto (1993:15) mengatakan bahwa “Struktur finansial mencerminkan cara bagaimana aktiva-aktiva perusahaan dibelanjai, dengan demikian struktur finansial tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur finansial mencerminkan pula perimbangan antara keseluruhan modal asing (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri”. Struktur pendanaan merupakan perbandingan antara hutang (modal asing) dengan ekuitas (modal sendiri).

Menurut Martin, et al (1999:385): “Struktur pendanaan (financial structure), atau bisa juga disebut struktur keuangan, merupakan kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan (sisi pasiva)”.

Menurut Weston dan Copeland (1996:3): “Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya. Struktur keuangan dapat dilihat pada


(17)

seluruh sisi kanan dari neraca. Ini terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham”.

Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur struktur pendanaan. Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur struktur pendanaan adalah debt to total asset, yaitu perbandingan antara hutang dengan total aktiva. Pengukuran ini telah digunakan oleh Pandey (2002) dan beberapa penelitian terdahulu. Alasan penelitian ini menggunakan total hutang atas aktiva karena kondisi di Indonesia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sering menggantikan Hutang Jangka Pendek menjadi Hutang Jangka Panjang dan Roll Over

Hutang Jangka Pendek (Husnan, 2001 : Pandey, 2002)

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Pendanaan

Dalam penetapan struktur pendanaan, perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Brigham dan Houston (2001:39) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan struktur pendanaan antara lain:

a. Stabilitas penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil, secara historis


(18)

mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan daripada perusahaan industri.

b. Struktur aktiva

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Karena itu, perusahaan real estate biasanya mempunyai

leverage yang tinggi, sedangkan perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi tidak demikian.

c. Leverage operasi

Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.

d. Tingkat pertumbuhan

Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Lebih jauh lagi, biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat utang, yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang tumbuh


(19)

dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan utang.

e. Profitabilitas

Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan, seperti Intel, Microsoft, dan Coca-Cola memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.

f. Pajak

Bunga merupakan beban yang dapat dikurangi untuk tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang.

g. Pengendalian

Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan (mempunyaisaham lebih dari 50 persen) tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham


(20)

tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, para manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika utangnya terlalu kecil, manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi, pertimbangan pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan utang atau ekuitas karena jenis modal yang memberi perlindungan terbaik bagi manajemen bervariasi dari suatu situasi ke situasi yang lain. Bagaimanapun, jika posisi manajemen sangat rawan, situasi pengendalian perusahaan akan dipertimbangkan.

h. Sikap manajemen

Karena tidak seorang pun dapat membuktikan bahwa struktur pendanaan yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi daripada struktur pendanaan lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur pendanaan yang tepat. Sejumlah manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen lainnya, sehingga menggunakan jumlah utang yang lebih kecil daripada rata-rata perusahaan dalam industri yang bersangkutan, sementara manajemen lain lebih cenderung menggunakan banyak utang dalam usaha mengejar laba yang lebih tinggi.


(21)

Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Dalam sebagian besar kasus, perusahaan membicarakan struktur pendanaannya dengan pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang diterima. Misalnya, sebuah perusahaan umum yang besar diberitahu oleh Moody dan Standard & Poor bahwa obligasinya akan terkena penurunan peringkat apabila Perum tersebut menerbitkan lebih banyak obligasi. Ini mempengaruhi keputusannya untuk membiayai perluasan usahanya dengan saham biasa.

j. Kondisi pasar

Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur pendanaan perusahaan yang optimal. Misalnya, selama situasi kacaunya kredit di A.S., pasar obligasi bernilai rendah (junk bonds) kosong, dan tidak ada pasar dengan tingkat suku bunga yang “wajar” untuk obligasi jangka panjang yang baru dengan peringkat di bawah tiga B. Karena itu perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa memperdulikan struktur pendanaan yang ditargetkan. Tetapi, setelah keadaan membaik, perusahaan ini dapat menjual


(22)

obligasi untuk mengembalikan struktur pendanaannya yang ditargetkan semula.

k. Kondisi internal perusahaan

Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur pendanaan yang ditargetkannya. Misalnya, andaikan suatu perusahaan baru saja menyelesaikan program penelitian dan pengembangan dan perusahaan tersebut meramalkan laba yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Namun, kenaikan laba tersebut belum diantisipasi oleh investor, karena belum tercermin dalam harga saham-ia lebih menyukai pembiayaan dengan utang sampai kenaikan laba tersebut terealisasi dan tercermin pada harga saham. Kemudian pada saat itu perusahaan akan menerbitkan saham biasa, melunasi utang, dan kembali pada struktur pendanaan yang ditargetkan.

l. Fleksibilitas keuangan

Jika dipandang dari sudut pandang operasional, mempertahankan fleksibilitas keuangan berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai. Menentukan kapasitas yang memadai tersebut bersifat pertimbangan, tetapi hal itu jelas bergantung pada beberapa faktor termasuk ramalan kebutuhan dana perusahaan, ramalan kondisi pasar modal, keyakinan manajemen atas ramalannya, dan berbagai akibat dari kekurangan modal.

Sedangkan Husnan (1989:261) menyatakan bahwa berbagai faktor yang menentukan pemilihan struktur pendanaan antara lain:


(23)

a. Lokasi distribusi keuntungan

Yang dimaksudkan dengan lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan (expected value) dari keuntungan perusahaan. Semakin besar expected value keuntungan, dengan penyimpangan yang sama, maka semakin kecil kemungkinan mendapat kerugian.

Dengan demikian, maka semakin ke kanan lokasi distribusi keuntungan, semakin berani perusahaan menggunakan modal asing, apabila faktor-faktor yang lain sama. Sebaliknya, apabila keuntungan yang diharapkan berada pada posisi di kiri (lebih rendah), maka penggunaan modal asing, yang mempunyai beban tetap, bisa membahayakan, apabila kondisi usaha menurun.

b. Stabilitas penjualan dan keuntungan

Faktor lain yang menentukan besarnya keuntungan dan dengan demikian menentukan jumlah hutang yang bisa dipinjam adalah stabilitas penjualan, yang pada akhirnya mempengaruhi kestabilan keuntungan. Semakin stabil keuntungan, berarti semakin sempit penyebarannya, jadi semakin besar kemungkinan perusahaan mampu memenuhi kewajiban tetapnya. Oleh karena itu, perusahaan bisa membelanjai kegiatannya dengan proporsi hutang yang lebih besar.

c. Kebijakan dividen

Banyak perusahaan yang mencoba menggunakan kebijakan dividen yang stabil, yaitu membayarkan jumlah dividen dalam jumlah yang konstan.


(24)

Implikasi kebijakan seperti ini akan langsung dirasakan bagi manajer keuangan, yaitu harus menyediakan dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap ini. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat leverage-nya, semakin besar kemungkinan perusahaan tidak bisa membayar dividen dalam jumlah yang tetap.

d. Pengendalian (Control)

Dalam beberapa peristiwa, perusahaan mungkin memilih menggunakan

leverage yang agak tinggi daripada mengeluarkan saham baru lagi. Meskipun mungkin pengeluaran saham baru lebih menguntungkan, mereka mungkin memilih penggunaan hutang. Hal ini disebabkan karena mereka mungkin segan membagi kepemilikan (yang berarti juga control) perusahaan dengan orang lain. Sebab bisa terjadi pihak yang semula memiliki sebagian besar saham, dengan pengeluaran saham baru akan menjadi berkurang bagiannya. Dan dengan demikian akan berkurang pula penguasaan atas perusahaan. e. Risiko kebangkrutan

Dalam prakteknya, suatu perusahaan dihadapkan pada tingkat bunga yang meningkat makin cepat setelah melewati suatu tingkat leverage tertentu, karena kreditor mulai khawatir tentang kebangkrutan perusahaan. Jadi tingkat bunga pinjam akan berbeda dengan jumlah yang cukup besar karena adanya risiko kebangkrutan ini. Dengan demikian perusahaan mungkin akan memutuskan untuk tidak “melanggar” batas tersebut.


(25)

Atmaja (1994:338) menyatakan bahwa berbagai faktor yang dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan tentang struktur modal adalah kelangsungan hidup jangka panjang (long-run viability), konservatisme manajemen, pengawasan, struktur aktiva, risiko bisnis, tingkat pertumbuhan, pajak, dan cadangan kapasitas peminjaman.

Riyanto (1993:228) mengatakan bahwa struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya tingkat bunga, stabilitas dari “earning”, susunan dari aktiva, kadar resiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, dan besarnya suatu perusahaan.

Weston dan Copeland (1996:20) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi struktur keuangan antara lain tingkat pertumbuhan penjualan masa depan, stabilitas penjualan masa depan, karakteristik industri, struktur aktiva perusahaan, kuasa untuk mengendalikan dan sikap pemilik serta direksi dalam menghadapi risiko, dan sikap pemberi pinjaman terhadap perusahaan dan industri.

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang diteliti pengaruhnya terhadap struktur pendanaan dalam perusahaan adalah struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen.


(26)

2.1.3. Teori Struktur Pendanaan

Dalam memilih sumber pendanaan, apakah berasal dari dalam atau dari luar perusahaan, Pecking order Theory, Kaaro (2003), menunjukkan urutan pendanaan dimulai dari laba ditahan, utang dan penerbitan saham (ekuitas) pada urutan terakhir. Laba ditahan adalah sumber dana internal, sedangkan utang dan ekuitas adalah sumber dana eksternal. Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih murah dibandingkan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui utang hanya digunakan jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber dana internal.

Pecking order Theory merupakan teori yang mendasari adanya hirarki struktur pendanaan. Teori ini dilatarbelakangi oleh adanya berbagai bukti empiris yang tidak konsisten. Myers (1984) dalam Mayangsari (2001), menyatakan bahwa nilai perusahaan akan negatif jika terjadi penerbitan saham atau pengurangan leverage. Hal ini juga didukung oleh Masulis (1980) dalam Mayangsari (2001) yang menyatakan bahwa perubahan rasio utang yang mendekati puncak dalam kurva akan menaikkan leverage, sehingga terdapat peningkatan nilai perusahaan.

Pecking order Theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Hal ini bukan disebabkan karena perusahaan tersebut mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena perusahaan tersebut memerlukan external financing yang sedikit.Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung mempunyai utang yang lebih besar karena dana


(27)

internal tidak cukup dan utang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.(Husnan,1996:325).

Menurut Brealey dan Myers (1991) dalam (Husnan, 1996:324), pecking order theory menyatakan bahwa :

1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).

2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang ditargetkan dengan berusaha menghindari pembayaran dividen secara dratis.

3. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk dirubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi (capital expenditure), maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.

4. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu yaitu dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.


(28)

Sumber dana internal lebih disukai daripada eksternal, karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu membuka diri lagi dari sorotan investor luar. Sedangkan dana eksternal lebih disukai dalam bentuk utang (obligasi) daripada ekuitas (penerbitan saham), karena :

1. Biaya emisi obligasi lebih murah daripada biaya emisi saham baru

2. Manajer khawatir kalau penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemegang saham, sehingga akan menurunkan harga saham, sebagai akibat timbulnya informasi asimetris.

2.1.4. Determinan dalam Struktur Pendanaan

Vera, Tobing, dan Ibad (2005:196) mengemukakan dua determinan dalam struktur pendanaan perusahaan yang paling penting, yaitu:

a. Teori Keagenan dan Biaya Keagenan (Agency Theory andAgency Cost)

Keagenan adalah hubungan antara pemberi kerja (principal) dan penerima tugas untuk melaksanakan pekerjaan. Dalam kerangka kerja manajemen keuangan, hubungan keagenan terdapat (a) di antara pemegang saham dan manajer, dan (b) di antara pemegang saham dengan kreditor (pemberi pinjaman). Jika perusahaan berkembang maka sebagian kepemilikannya diberikan kepada publik atau investor luar sehingga jika pendiri dan pengelola melakukan tindakan yang menguntungkan pribadinya akan menimbulkan masalah keagenan. Masalah keagenan ini terjadi karena adanya informasi asimetris pemilik dan manajer. Informasi asimetris terdiri dari dua tipe,


(29)

pertama adalah adverse selection. Pada tipe ini, pihak yang merasa memiliki informasi lebih sedikit dari pihak lain tidak akan mau melakukan perjanjian. Berbagai cara dapat dilakukan oleh manajer untuk memiliki informasi lebih dibandingkan investor, misalnya dengan menyembunyikan, memanipulasi informasi yang diberikan kepada investor. Tipe kedua adalah moral hazard.

Moral hazard terjadi kapanpun manajer melakukan tindakan tanpa sepengetahuan pemilik demi keuntungan pribadinya dan menurunkan kesejahteraan pemilik.

Menurut Gitman (2003:20): “Agency costs are the costs borne by stockholders to minimize agency problems and contribute to the maximization of owner’s wealth”. Biaya keagenan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan konflik yang muncul antara pemegang saham dan manajer. Biaya keagenan ini adalah biaya ekstra yang harus dikeluarkan akibat masalah agen yang timbul, seperti biaya kontrak langsung (biaya transaksi, opportunity cost yang hilang, biaya insentif), biaya audit yang ditanggung pemilik untuk mengawasi agen, dan biaya kerugian pemilik akibat penyimpangan tindakan yang lolos dari pengawasan (residual loss).

b. Biaya Kebangkrutan (Bankruptcy Cost)

Baxter dan Kraus & Litzenberger menggunakan konsep biaya kebangkrutan untuk mengemukakan tentang pengoptimalan struktur pendanaan. Masalah utama yang diperhatikan ketika meminjam uang adalah akan meningkatnya biaya kebangkrutan yang diharapkan. Biaya kebangkrutan yang diharapkan


(30)

tergantung pada biaya kebangkrutan (kerugian penjualan) dan kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Meningkatnya pendanaan oleh hutang akan meningkatkan peluang kebangkrutan dan meningkatnya biaya kebangkrutan yang diharapkan. Peluang kebangkrutan perusahaan sangat tergantung oleh faktor ekonomi, yakni risiko ekonomi yang berhubungan erat dengan industri dimana perusahaan berdiri, dan risiko keuangan yang dapat dikontrol oleh manajemen perusahaan. Dengan meningkatkan tingkat penggunaan hutang, hal ini akan meningkatkan risiko keuangan dan peluang kegagalan keuangan.

2.2. Hipotesis Penelitian 2.2.1. Struktur Aktiva

Struktur aktiva merupakan sisi sebelah kiri neraca (aktiva perusahaan yang harus dibelanjai). Menurut Riyanto (1993:12): “Perbandingan atau perimbangan antara aktiva lancar dan aktiva tetap akan menentukan struktur kekayaan (struktur aktiva)”. Dalam penelitian ini, struktur aktiva diukur dengan membandingkan antara aktiva tetap terhadap total aktiva.

Struktur aktiva mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan dalam beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama jika permintaan akan produk mereka cukup meyakinkan (misalnya perusahaan umum), akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang. Perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas masing-masing perusahaan


(31)

(misalnya perusahaan grosir dan pengecer), tidak begitu tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek.

Pada beberapa penelitian terdahulu, Masidonda, Maski dan Idrus (2001) dan Mayangsari (2001) melakukan Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan perusahaan dengan menggunakan variabel struktur aktiva. Hasil penelitian dari Masidonda, Maski dan Idrus menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara struktur aktiva terhadap struktur pendanaan. Penelitian Mayangsari menyatakan bahwa variabel-variabel yang secara statistik signifikan mempengaruhi kebijakan pendanaan eksternal salah satunya adalah struktur aktiva.

2.2.2. Profitabilitas

Profitabilitas perusahaan diindikasikan oleh earnings (laba). Menurut Gitman (2003:599): “Profitability is the relationship between revenues and costs generated by using the firm’s assets – both current and fixed – in productive activities”. Sedangkan Brigham dan Houston (2001:89) mengatakan bahwa “Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”.

Brigham dan Daves (2004:1007) mengatakan bahwa “Profitability ratios are a group of ratios that shows the combined effects of liquidity, asset management, and debt on operations.”

Ada banyak rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas. Rasio-rasio ini memungkinkan analisis untuk mengevaluasi laba perusahaan sehubungan


(32)

dengan tingkat penjualan tertentu, tingkat aktiva tertentu, atau ekuitas pemegang saham. Di dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur profitabilitas adalah Return on Assets (ROA). Gitman (2003:65) mengatakan bahwa “Return on Total Assets (ROA) measures the overall efectiveness of management in generating profits with its available assets; also called the return on investment (ROI)”.

Brigham dan Daves (2004:1008) mengatakan bahwa “Return on Total Assets (ROA) is the ratio of net income to total assets”. Return on Total Assets (ROA) diukur dengan membandingkan antara laba bersih dengan total aktiva.

Pada Penelitian terdahulu, Mayangsari pada tahun (2001) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur dana terhadap profitabilitas. Hasil penelitiannya menunjukkan, Profitabilitas secara signifikan mempengaruhi kebijakan pendanaan eksternal.

Hartono (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh profitabilitas, kesempatan investasi, dan defisit arus kas terhadap kebijakan pendanaan perusahaan. Alat analisis yang digunakan adalah metode regresi linear (untuk profitabilitas) dan metode regresi sederhana (untuk kesempatan investasi dan defisit arus kas) dengan terlebih dahulu menguji berbagai macam asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan sangat signifikan terhadap kebijakan pendanaan perusahaan pada tingkat signifikansi 0,01. Persamaannya adalah menggunakan profitabilitas sebagai variabel independen dan alat analisis data yang


(33)

hampir sama. Perbedaannya adalah pada variabel independen lainnya, objek penelitian, jumlah sampel yang digunakan, dan periode sampel yang digunakan.

2.2.3. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen pada hakekatnya menentukan berapa banyak bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan berapa banyak yang akan ditahan. Menurut Horne dan Machowietz (1998:496) : “Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan”.

Riyanto (1993:201) mengatakan bahwa “Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perusahaan”.

Gitman (2003:566) mengatakan bahwa “Dividend policy is the firm’s plan of action to be followed whenever a dividend decision is made”.

Sedangkan Emery, et al (2004:504) mengatakan bahwa “A firm’s dividend policy is an established guide for the firm to determine the amount of money it will pay out as dividends”.

Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kebijakan dividen. Di dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur kebijakan dividen adalah


(34)

dividend payout ratio. Martin, et al (1999:449) mengatakan bahwa “Kebijakan dividen suatu perusahaan memiliki dua karakteristik. Pertama adalah rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang menunjukkan berapa bagian pendapatan perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen. Karakteristik kedua adalah stabilitas dividen dari waktu ke waktu”.

Gitman (2003:570) mengatakan bahwa “Dividend payout ratio indicates the percentage of each dollar earned that is distributed to the owners in the form of cash. It is calculated by dividing the firm’s cash dividend per share by its earnings per share”.

Riyanto (1993:201) mengatakan bahwa “Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividends disebut dividend payout ratio”. Dalam penelitian ini, dividend payout ratio diukur dengan membandingkan antara total dividen dengan total laba bersih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan menurut Riyanto (1993:202) antara lain posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, dan pengawasan terhadap perusahaan.

Martin, et al (1999:473) mengatakan ada beberapa pola kebijakan pembayaran dividen yang biasa dipraktikkan, yaitu:


(35)

Jumlah dividen dibakukan sekian persen dari pendapatan perusahaan. Meskipun rasio dividen terhadap pendapatan itu stabil atau tetap, jumlah uangnya (sekian dolar, sekian rupiah) tentu saja bisa berubah sesuai dengan perubahan jumlah pendapatan.

b. Dividen Per Lembar Saham dalam jumlah stabil (Stable Amount per Share) Dari waktu ke waktu jumlah yang dibayarkan tetap. Kenaikan jumlah dividen akan terlaksana jika manajemen yakin perusahaan sudah mampu membayarnya dari waktu ke waktu, karena sekali naik jumlahnya tidak akan turun lagi. Tapi manajemen juga bisa memutuskan untuk mengurangi jumlah itu jika kemampuan pendapatan perusahaan dirasakan mengendur. Perubahan jumlah tersebut perlu lebih cermat, karena sifatnya yang semi-permanen. c. Dividen reguler plus ekstra tutup tahun (Low Reguler dividen Plus Extra)

Perusahaan secara reguler (misalnya per kuartal) membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil, namun di akhir tahun perusahaan menambah ekstra dividen ( tentu saja bila di tahun itu perusahaan memang memetik laba cukup banyak). Tujuan digunakannya cara ini adalah menghapus konotasi dividen permanen. Tujuan ini takkan ada jika para investor setiap akhir tahun selalu menunggu-nunggu dividen ekstra.

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap


(36)

dan relatif permanen, barulah besarnya dividend per saham dinaikkan. Dan dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang.

Alasan-alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividen yang stabil menurut Riyanto (1993:205) adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan dividen yang stabil yang dijalankan oleh suatu perusahaan akan dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa-masa mendatang. Apabila pendapatan suatu perusahaan berkurang tetapi perusahaan tersebut tidak mengurangi dividen yang dibayarkan, maka kepercayaan pasar terhadap perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan kalau dividennya dikurangi. Dengan demikian manajemen dapat mempengaruhi harapan para investor dengan melalui kebijakan dividen yang stabil.

b. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya dividen yang tidak stabil. Mereka lebih senang membayar harga ekstra bagi saham yang akan dapat memberikan dividen yang sudah dapat dipastikan jumlahnya. c. Pada banyak negara terdapat ketentuan dalam pasar modalnya, bahwa

organisasi atau yayasan-yayasan sosial, perusahaan-perusahaan asuransi, bank-bank tabungan, dana-dana pensiun, pemerintah kota madya, dan lain-lain hanya diizinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang


(37)

dikeluarkan oleh perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil. Biasanya dalam pasar modal ada daftar resmi yang memuat nama-nama perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya perusahaan yang bersangkutan akan membayar dividennya secara tetap dan tidak akan terganggu pembayaran dividennya. Dengan demikian dengan adanya ketentuan tersebut mendorong perusahaan-perusahaan untuk menjalankan kebijakan dividen yang stabil.

Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan dividen dikemukakan oleh Suherli dan Harahap (2004:230) yang telah teruji secara empiris, yaitu:

a. Smoothing Theory

Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Lintner mengatakan bahwa jumlah dividen tergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen tahun sebelumnya.

b. Dividend Irrelevance Theory

Teori ini diperkenalkan oleh Miller dan Modigliani dalam makalahnya

Dividend Irrelevance Preposition. Makalah tersebut menjelaskan bahwa dalam dunia tanpa pajak, dan tidak diperhitungkannya biaya transaksi serta dalam kondisi pasar yang sempurna, maka kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh apapun pada harga pasar saham tersebut.


(38)

Gordon mengemukakan Bird in the Hand Theory. Gordon mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai dividen di masa depan (it can fly away).

d. Tax Preference Theory

Teori ini diungkapkan oleh Bhattacharya yang menjelaskan bahwa berkaitan dengan pajak, investor lebih memilih pembayaran dividen yang rendah dibandingkan dividen yang tinggi.

e. Clientele Effect Theory

Teori ini diungkapkan oleh Black dan Scholes yang mengasumsikan jika perusahaan membayar dividen, investor seharusnya mendapatkan keuntungan dari dividen tersebut untuk menghilangkan konsekuensi negatif dari pajak. Luciana dan Meliza (2006) melakukan penelitian tentang Kebijakan Dividen dan Kebijakan Leverage terhadap Prediksi kepemilikan Manajerial dengan tehnik analisis Multinomial Logit. Penelitian ini menggunakan 466 observasi, yang terdiri dari 337 observasi yang tidak memiliki kepemilikan manajerial, 87 observasi yang memiliki kepemilikan manajerial kecil dan 42 observasi yang memiliki kepemilikan manajerial besar. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel kebijakan dividend, kebijakan leverage, size, kesempatan investasi, profitabilitas, nilai


(39)

perusahaan dan nilai pasar ekuitas dapat digunakan untuk memprediksi kepemilikan manajerial perusahaan.

Dempsey dan Laber (1992) melanjutkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rozeff (1982) tentang pengaruh kos keagenan dan kos transaksi terhadap rasio pembayaran dividen. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen adalah kepemilikan saham oleh pihak internal perusahaan, pertumbuhan, risiko dan jumlah pemegang saham biasa. Hasil yang lain adalah adanya konsistensi berbagai faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen itu dalam dua periode yang berbeda. Kontribusi penelitian ini mempertegas konsistensi berbagai faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen sesuai dengan hasil penelitian Rozeff.

Ramli (1994) melakukan penelitian terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di BEJ. Dari hasil studi tersebut ditemukan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap dividen per lembar saham sementara debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap dividen perlembar saham. Dengan demikian disimpulkan bahwa antara struktur modal dan dividen mempunyai hubungan yang negatif.

Dermawan (1997) melakukan penelitian berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen pada sektor manufaktur di Indonesia. Simpulannya adalah kebijakan pembayaran dividen dipengaruhi oleh pertumbuhan dividen.


(40)

Setyawan dan Hartono (2002) melakukan penelitian tentang hubungan antara kebijakan dividen dan keputusan struktur modal dengan pendekatan simultan. Analisis dilakukan secara pooling dengan combined model, yaitu kombinasi antara

time series dan cross section, Model analisis yang digunakan adalah model 2SLS (two stage least squares). Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebijakan dividen dan keputusan struktur modal. Persamaannya adalah menggunakan kebijakan dividen sebagai variabel independen. Perbedaannya adalah pada analisis data, sifat pengujian, objek penelitian, jumlah sampel yang digunakan, dan periode sampel yang digunakan.

Berdasarkan Teori dan hasil penelitian terdahulu, peneliti menformulasi hipotesis berikut.

H1 : Struktur Aktiva, Profiabilitas dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap Sruktur Pendanaan pada Industri Perbankan di BEJ.

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka, dan hasil penelitian terdahulu, maka penulis membuat kerangka konseptual sebagai berikut:


(41)

(42)

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Rincian hasil penelitian terdahulu dimaksud diatas disajikan pada table 2.1 No Tahun Peneliti Judul Penelitian Variabel yang diteliti Hasil

Penelitian 1 2001 Masidon

da, Maski dan Idrus Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur pendanaan dan pengaruhnya bersama beban bunga, return on asset terhadap rentabilitas modal sendiri

Variabel beban bunga dan return on asset

Secara simultan struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, beban pajak dan laba ditahan berpengaruh signifikan terhadap struktur perusahaan 2 2001 Mayangs

ari Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan eksternal utang jangka panjang perusahaan Laba bersih, perubahan modal kerja, struktur asset dan size perusahaan.

Laba bersih, perubahan modal kerja, struktur asset dan size berpengaruh secara signifikan 3 2002 Setiawan

dan Hartono Hubungan antara kebijakan dividend an keputusan struktur modal dengan pendekatan simultan Kebijakan dividen dan keputusan struktur modal Terdapat hubungan antara kebijakan dividend an keputusan struktur modal 4 2006 Luciana

dan Meliza Analisis kebijakan Dividend an kebijakan Kebijakan dividend an kebijakan leverage sebagai variable independent dan Variabel kebijakan dividen, kebijakan


(43)

leverage terhadap prediksi kepemilikan manajerial dengan tehnik analisis Multinomial Logit prediksi kepemilikan manajerial sebagai variable dependen leverage dapat dipergunakan untuk memprediksi kepemilikan manajerial dalam perspektif teori keagenan 5 2004 Hartono Pengaruh

profitabilitas, kesempatan investasi dan difisit arus kas terhadap kebijakan pendanaan perusahaan Profitabilitas, kesempatan investasi,difisit arus kas sebagai variable independent dan kebijakan pendanaan sebagai variable dependen Profitabilitas berpengaruh negative dan sangat signifikan terhadap kebijakan pendanaan perusahaan. 6 2005 Vera,

Tobing dan Ibad Perbedaan struktur pendanaan perusahaan multinasional dan perusahaan domestic di Indonesia Profitabilitas, biaya kebangkrutan, ukuran perusahaan sebagai variable independenterhadap struktur pendanaan Tingkat profitabilitas perusahaan, biaya kebangkrutan dan ukuran perusahaan sama-sama berpengaruh signifikan pada tingkat leverage perusahaan 7 1994 Hansen

et al. Pengaruh control perusahaan terhadap kebijakan dividen Control perusahaanberpengar uh terhadap kebijakan dividen Control perusahaanber pengaruh terhadap kebijakan dividen 8 2004 Susilawa

ti Analisis factor-faktor yang mempengaruhi keputusan Struktur akiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap keputusan Struktur kepemilikan secara simultan


(44)

pendanaan pada perusahaan manufaktur

pendanaan dari utang jangka panjang, total utang dan ekuitas perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap struktur aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan peneliti adalah desain asosiatif, untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:30). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel struktur aktiva, profitabilitas, kebijakan dividen sebagai variabel independen dan variabel dependen adalah struktur pendanaan.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 perusahaan-perusahaan perbankan yang telah tercatat di Bank Indonesia dan BEJ dari tahun 2000 sampai dengan 2006. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Simple random sampling yaitu setiap elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sample. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka yang menjadi populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 perusahaan perbankan sebagaimana tercantum pada tabel 3.1.


(46)

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Sampel

No. Nama Bank

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Niaga BNI

Arta Niaga Kencana UOB Buana Swadesi Bukopin Nusantara Parahyangan BRI Danamon Kesawan Bumi Arta Victoria Internasional Eksekutif Internasional Mega Mandiri

Central Asia (BCA) Mayapada Internasional NISP Artha Graha Pan Indonesia Himpunan Saudara Century Permata Internasioanl Indonesia Bumi Putera Indonesia

3.3. Data Penelitian

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan merupakan data sekunder, yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta dan dari lokasi penyimpanan data dimana saja di luar perusahaan. Data yang dibutuhkan adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu :


(47)

a. Informasi mengenai struktur aktiva perusahaan b. Informasi mengenai profitabilitas perusahaan c. Informasi mengenai kebijakan dividen perusahaan d. Informasi mengenai struktur pendanaan perusahaan

Data tersebut dikumpulkan secara runtut waktu (time – series), yaitu data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu dan secara silang tempat (cross-section), yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik waktu (Kuncoro, 2003: 125) yang disebut dengan pooling data dengan combined model. Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 25 perusahaan perbankan (section) selama periode waktu 7 tahun (series) yaitu tahun 2000 sampai dengan tahun 2006. Dengan combined model data yang diperoleh sebanyak 175.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data sekunder eksternal yang disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan (Indriantoro, 2002:149). Metode pengumpulan data sekunder secara manual berdasarkan lokasi eksternal, yaitu penyimpanan data dimana saja diluar perusahaan. Data ini dikumpulkan dari laporan-laporan Bank yang terdapat di BEJ dari tahun 2000 sampai tahun 2006. Data yang masih berkaitan dengan penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia dan Ekofin Konsulindo (Banking & financial Consultants) Email. Ekofin @cbn.net.id.


(48)

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel independen ( bebas). Penelitian ini menggunakan struktur aktiva, profitabilitas dan kebijakan dividen sebagai variabel independen dengan skala pengukurannya ialah skala rasio. Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap terhadap total aktiva. Profitabilitas merupakan perbandingan antara net profit terhadap total asset. Kebijakan dividen merupakan perbandingan antara total dividen terhadap total earning.

2. Variabel dependen (terikat). Penelitian ini menggunakan struktur pendanaan sebagai variabel dependen dengan skala pengukurannya ialah skala rasio. Struktur pendanaan merupakan perbandingan antara total Debt

dengan total asset. Pengukuran ini telah digunakan oleh Pandey (2002) dan beberapa penelitian terdahulu. Alasan penelitian ini menggunakan total hutang atas asset karena kondisi di Indonesia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sering menggantikan Hutang Jangka Pendek menjadi Hutang Jangka Panjang dan roll over hutang Jangka Pendek(Husnan, 2001 : Pandey, 2002).


(49)

Tabel 3.2 Ukuran Variabel

Variabel Sub Variabel Pengukuran Skala

X1 Struktur Aktiva Assets Structure X 100% Rasio

X2 Profitabilitas Return on Assets X 100% Rasio

X3 Kebijakan Dividen

Dividend Payout Ratio

X 100%

Rasio

Y Struktur Pendanaan

Total Debt to total asset

X 100%

Rasio

Fixed

Net

Total Dividend

Total Debt

3.6. Metode Analisis Data

Sebelum data dianalisis, maka untuk keperluan analisis data tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik (Nachrowi:2002), yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dimana apabila nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal. Selain itu, peneliti juga akan melihat grafik histogram dan grafik PP Plots dari data yang


(50)

dimaksud untuk menguji kenormalan data. Apabila data terdistribusi tidak normal, maka akan dilakukan treatment agar data normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen)

Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai

tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Apabila bila

tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, maka dikatakan terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID.


(51)

Dasar analisis:

• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

• Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW test), dimana apabila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas atau Upper Bound (DU) dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

Kemudian hipotesis diuji dengan menggunakan t-test dan F-test (ANOVA

test).

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu struktur aktiva (Fixed Assets), profitabilitas (Return On Assets) dan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) terhadap variabel dependen yaitu struktur pendanaan (Debt to Total Asset Ratio) secara parsial.


(52)

Kriteria:

Ho diterima apabila t* < t tabel (g) Ha diterima apabila t* > t tabel (g)

Uji F atau distribusi F digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel independen yaitu struktur aktiva (Fixed Assets), profitabilitas (Return On Assets), dan kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) secara simultan terhadap variabel dependen yaitu struktur pendanaan (Debt to total asset Ratio).

Kriteria:

Ho diterima apabila F* < F tabel (g) Ha diterima apabila F* > F tabel (g)

Selanjutnya dilakukan persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y= 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + e

Dimana:

Y = Strukturpendanaan perusahaan

perbankan

0 = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

1, 2, 3 = Koefisien regresi

X1 = Struktur aktiva

X2 = Profitabilitas

X3 = Kebijakan dividen


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Statistik Deskriptif

Pembahasan tentang pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan deviden terhadap struktur pendanaan harus terlebih dahulu memperhatikan data para emiten. Data para emiten perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum melakukan pembahasan masing masing variabel independen terhadap variabel dependen tersebut. Berikut ini ditampilkan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Statistics

175 175 175 175

0 0 0 0

.02788 -.07209 .20877 .87795 .001273 .057948 .021705 .012747 .02215 .01019 .13393 .91829 .006a -9.838a .000 .001a

.016841 .766578 .287128 .168632

.000 .588 .082 .028

.076 9.898 1.756 1.071

.006 -9.838 .000 .001

.082 .060 1.756 1.072

4.879 -12.615 36.535 153.641 Valid

Missing N

Mean

Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum

Saktiva Profitabilitas Kdeviden SPendanaan

Multiple modes exist. The smallest value is shown a.


(54)

Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:

1. 175 sampel mempunyai rata rata Struktur Pendanaan adalah 0,87795 dengan standar deviasi 0,168632, total Struktur Pendanaan seluruhnya 153.641 dengan titik min 0,001 dan titik max 1,072.

2. 175 sampel rata rata Struktur Aktiva adalah 0,02788 dengan standar deviasi 0,016841, total Struktur aktiva seluruhnya 4.879 dengan titik min 0,006 dan titik max 0,82.

3. 175 sampel rata rata Profitabilitas adalah -0,07209 dengan standar deviasi 0,766578, total Profitabilitas -12.615 dengan titik min -9,838 dan titik max 0,060.

4. 175 sampel rata rata kebijakan deviden adalah 0,20877 dengan standar deviasi 0,287128, total kebijakan dividen 36.535 dengan titik min 0,000 dan titik max 1,756.

4.1.2. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah sebagai pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji normalitas adalah karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Data yang mempunyai distribusi normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap mewakili populasi.


(55)

Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki normal atau tidak, kita menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S), Santoso (2002) memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data data yang mendekati atau merupakan distribusi normal yang dapat dilihat dari:

1. Nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05, maka data terdistribusi secara tidak normal

2. Nilai sinifikansi atau probabilitas > 0,05, maka data terdistribusi secara normal

Hasil dari uji normalitas dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

175 175 175 175

.02788 -.07209 .20877 .87795 .016841 .766578 .287128 .168632

.214 .459 .234 .337

.214 .432 .172 .273

-.098 -.459 -.234 -.337

2.826 6.071 3.090 4.453

.000 .000 .000 .000

N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Saktiva Profitabilitas Kdeviden SPendanaan

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber: Hasil Penelitian 2008 (data diolah)

Dari hasil uji diatas menunjukkan bahwa semua data tidak terdistribusi secara normal karena nilai signifikansi < 0,05. Oleh karena itu, data yang tidak terdistribusi secara normal tersebut dilakukan transformasi agar menjadi normal. Caranya adalah


(56)

dengan melakukan transformasi data ke bentuk Logaritma Natural (LN) semua variabel yang tidak terdistribusi secara normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov (K-S) setelah data ditransformasikan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Uji Normalitas

Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)

Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan transformasi data terhadap variabel yang tidak terdristibusi secara normal dengan menggunakan logaritma Natural atau LN, jumlah sampel pada variabel struktur aktiva dan Struktur Pendanaan adalah tetap yaitu sebanyak 175 buah. Sedangkan jumlah sampel pada variabel profitabilitas sebanyak 143, dan kebijakan dividen sebanyak 104 perubahan ini terjadi karena ada beberapa sampel yang dibuang atau hilang (missing data) agar data menjadi normal..


(57)

Selanjutnya normalitas juga dapat dilihat dari gambar 4.1 berikut

Dependent Variable: LNSPendanaan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Expected Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Observed Cum Prob

Gambar 4.1: P-P Plot Normalitas

Setelah dilakukan transormasi data dengan menggunakan logaritma Natural atau LN, data variabel struktur aktiva, kebijakan dividen, maupun struktur pendanaan menjadi normal dimana nilai signifikannya > 0,05 (5%). Sedangkan variabel profitabilitas tetap saja tidak terdistribusi secara normal dimana nilai signifikannya < 0,05 (5%) walaupun telah dilakukan transformasi data dengan menggunakan logaritma Natural atau LN. Namun karena telah dilakukan upaya tranformasi data, maka ketidaknormalan variabel tersebut diabaikan saja.


(58)

Setelah data terdistribusi secara normal maka dilanjutkan dengan Uji Multikolinearitas untuk melihat bagaimana korelasi antara variabel bebas.

4.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.1. Uji Multikolinearitas

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah :

1. Mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) disekitar angka 1 dan tidak lebih dari 10

2. Mempunyai angka tolerance mendekati angka 1.

Hasil dari uji multikolinearitas dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

1.405 .889 1.581 .118

-.415 .198 -.228 -2.100 .039 .962 1.040

-.072 .088 -.091 -.820 .015 .926 1.080

.113 .118 .107 .959 .041 .912 1.097

(Constant) LNSaktiva LNProfitabilas LNKdeviden Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: LNSpendanaan a.

Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)

Dari hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka Tolerance struktur aktiva 0,962 (LNSaktiva), profitabilitas 0,926 (LNProfitabilitas), dan kebijakan dividen0,912 (LNKdeviden) mendekati angka 1 dan nilai VIF berada di sekitar angka 1 dan tidak lebih dari 10 maka tidak ada multikolinearitas antar variabel independen


(59)

tersebut. Setelah data tidak ada multikolinearitas antar variabel independen maka dilanjutkan dengan Uji Heteroskedastisitas.

4.2.1. Uji Heteroskedastisitas

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas digunakan Scatter plot dan uji Glejser, dimana hasilnya adalah sebagai berikut

3 2

1 0

-1 -2

-3 -4

3

2

1

0

-1

-2

-3

Tabel 4.5 Uji Heteroskedastisitas

Dari Gambar terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta menyebar baik di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedasitas pada model regresi sehingga regresi Layak dipakai


(60)

.

Coefficientsa

1.678 .777 2.160 .034

.435 .173 .270 2.523 .074

-.031 .077 -.044 -.402 .689

-.141 .103 -.151 -1.371 .174 (Constant)

LNSaktiva LNProfitabilas LNKdeviden Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: absut a.

.Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)

Dari hasil uji Glejser dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas pada variabel variabel penelitian. Berdasarkan hasil regresi dapat dilihat bahwa semua nilai probabilitas tidak signifikan (lebih besar > 0,05).

4.2.3. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki terjadi autokorelasi atau tidak, kita menggunakan uji Lagrange-Multiplier (LM test). Ghozali (2005:96) memberikan pedoman untuk observasi yang besar (lebih dari seratus) lebih baik memakai LM test dari pada Uji Durbin-Watson.


(61)

Adapun hasil dari LM test adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi

Coefficientsa

-1.829 1.752 -1.044 .304

.204 .399 .091 .511 .613

-.475 .319 -.274 -1.490 .145 -.331 .240 -.239 -1.380 .177

.370 .466 .133 .794 .433

(Constant) LNSaktiva LNProfitabilas LNKdeviden lagres_2 Model 1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: lagres_1 a.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi karena semua variabel memiliki probabilitas signifikan > 0,05. maka dapat di Uji Hypotesis.

4.3 Pengujian Hipotesis 4.3.1. Uji Goodness of Fit

Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistik, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7: Uji Goodness of Fit

Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)

Model Summaryb

.481a .231 .201 .88556 1.782 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LNKdeviden, LNSaktiva, LNProfitabilas a.

Dependent Variable: LNSpendanaan b.


(62)

Pada model summary, angka R-kuadrat sebesar 0,231 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara struktur pendanaan dengan struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen sebagai variabel independennya adalah sebesar 23,1%. Hal ini berarti bahwa 23,1% variasi atau perubahan dalam struktur pendanaan dapat dijelaskan oleh variasi dari struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen. Sedangkan sisanya sebesar 76,9% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain yang tidak diteliti.

4.3.2. Uji t (Uji Parsial)

Untuk melihat pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen secara individu terhadap struktur pendanaan, dapat dihitung dengan menggunakan uji statistik t.

Berdasarkan hasil pengolah data dengan program Statistik, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7: Uji t

Coefficientsa

1.405 .889 1.581 .118

-.415 .198 -.228 -2.100 .039 .962 1.040

-.072 .088 -.091 -.820 .015 .926 1.080

.113 .118 .107 .959 .041 .912 1.097

(Constant) LNSaktiva LNProfitabilas LNKdeviden Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: LNSpendanaan a.


(63)

Dari tabel diatas dapat disimpulkan:

1. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independennya. Struktur aktiva mempunyai angka signifikansi sebesar 0,039 berada dibawah 0,05 yang menunjukkan bahwa struktur aktiva secara individual mempengaruhi Struktur pendanaan.

2. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independennya. Profitabilitas mempunyai angka signifikansi sebesar 0,015 berada dibawah 0,05 yang menunjukkan bahwa Profitabilitas secara individual mempengaruhi Struktur pendanaan

3. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independennya. Kebijakan Deviden mempunyai angka signifikansi sebesar 0,041 berada dibawah 0,05 yang menunjukkan bahwa Kebijakan Deviden secara individual mempengaruhi Struktur pendanaan

4.3.3. Uji F (Uji Simultan)

Untuk melihat pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen secara serempak terhadap struktur pendanaan, dapat dihitung dengan menggunakan uji statistik F.

Berdasarkan hasil pengolah data dengan program Statistik, maka diperoleh hasil sebagai berikut :


(64)

Tabel 4.7: Uji F

ANOVAb

4.375 3 1.458 1.859 .043a

65.090 83 .784

69.464 86 Regression

Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LNKdeviden, LNSaktiva, LNProfitabilas a.

Dependent Variable: LNSpendanaan b.

Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)

Dari Uji Anova atau F-test, diperoleh F hitung sebesar 1,859 dengan tingkat signifikansi 0,043 berada dibawah signifikansi regresi yaitu 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Kebijakan Deviden secara serempak berpengaruh terhadap Struktur Pendanaan.

4.4 Pembahasan Hasil Analisis

Dari Tabel Koefisien regresi diatas dapat dibentuk suatu persamaan regresi berganda yaitu:

LNY = 1,405 -0,415 LX1 - 0,072 LNX2 + 0,113 LNX3 Dimana:

LNY = Struktur Pendanaan perusahaan perbankan LNX1 = Struktur Aktiva

LNX2 = Profitabilitas LNX3 = Kebijakan Deviden


(65)

4.4.1 Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Pendanaan

Struktur Aktiva berpengaruh signifkan dan memiliki Koefisien regresi yang bertanda negatif sebesar 0,415, Hal ini tidak sesuai dengan Teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2001) bahwa perusahaan yang memiliki aktiva sebagai agunan hutang cenderung akan menggunakan modal asing yang lebih besar. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Masidonda, Maski, dan Idrus (2001) yang menemukan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur pendanaan perusahaan. Hal ini dikarenakan Masidonda, Maski, dan Idrus melakikan penelitian terhadap industri makanan dan minuman dengan periode waktu antara tahun 1993 – 1997 yaitu pada saat belum terjadinya krisis ekonomi. Hutang bagi industri perbankan merupakan simpanan dari masyarakat yang dapat berupa tabungan, deposito, maupun giro. Pada masa sebelum terjadinya krisis ekonomi dan inflasi, masyarakat lebih cenderung untuk menyimpan kelebihan dananya di bank. Setelah terjadinya inflasi, dimana harga barang konsumsi, Bahan Bakar Minyak (BBM), dan tarif dasar listrik meningkat, masyarakat menarik dananya dari bank untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena keadaan seperti ini maka diduga, walaupun aktiva perushaan besar, namun karena kondisi perekonomian yang sangat sulit pada masa itu menyebabkan kemampuan perusahaan dalam menarik modal asing menjadi berkurang. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Mayangsari (2001) yang menemukan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur pendanaan perusahaan. Hal ini dikarenakan alat ukur yang digunakan Mayangsari untuk mengukur struktur aktiva adalah Persediaan/Total


(66)

Aktiva, sedangkan dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengukur struktur aktiva adalah Aktiva Tetap/Total Aktiva.

4.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Pendanaan

Profitabilitas (X2) berpengaruh signifikan dan memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar 0,072. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston (2001:39) bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mayangsari (2001) dan Hartono (2004) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur pendanaan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Vera, Tobing, dan Ibad (2005) juga menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif baik pada perusahaan multinasional maupun pada perusahaan domestik di Indonesia. Jika pofitabilitas perusahaan meningkat, perusahaan cenderung akan mengurangi hutang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal, sehingga perusahaan tidak memerlukan sumber dana eksternal.

4.4.3 Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap Struktur Pendanaan

Kebijakan dividen (X3) berpengaruh signifikan terhadap struktur pendanaan dan memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,113.Hal ini bararti semakin besar pembagian dividen akan menyebabkan free cash flow akan semakin sedikit hal ini akan menyebabkan perubahan struktur pendanaan karena perusahaan akan banyak meningkatkan hutang untuk membelanjai operasional perusahaan, sesuai dengan


(1)

94 0.022000 0.017000 0.152000 0.922000

95 0.016000 0.019000 0.189000 0.927000

96 0.019000 0.017000 0.229000 0.933000

97 0.023000 0.007000 0.485000 0.949000

98 0.022000 0.005000 0.000000 0.938000

99 0.010000 -0.631000 0.000000 0.944000

100 0.011000 -0.628000 0.000000 0.959000

101 0.022000 0.017000 0.159000 0.922000

102 0.039000 -0.040000 0.302000 0.913000

103 0.024000 -0.008000 0.342000 0.905000

104 0.020000 0.002000 1.131000 0.912000

105 0.018000 0.009000 0.107000 0.902000

106 0.029000 0.019000 0.000000 0.927000

107 0.027000 0.030000 0.158000 0.905000

108 0.022000 0.017000 0.166000 0.922000

109 0.039000 -0.039000 0.304000 0.912000

110 0.024000 -0.006000 0.343000 0.904000

111 0.025000 0.024000 0.445000 0.894000

112 0.024000 0.024000 0.421000 0.898000

113 0.018000 -0.018000 0.000000 0.856000

114 0.068000 -0.014000 0.000000 0.893000

115 0.022000 0.017000 0.173000 0.921000

116 0.063000 0.002000 0.000000 0.880000

117 0.082000 0.013000 0.000000 0.876000

118 0.067000 0.005000 0.000000 0.895000

119 0.058000 0.010000 0.000000 0.900000

120 0.028000 0.012000 0.078000 0.928000

121 0.026000 0.010000 0.000000 0.933000

122 0.022000 0.017000 0.181000 0.921000

123 0.013000 0.011000 0.018000 0.930000

124 0.018000 0.016000 0.105000 0.918000

125 0.022000 0.010000 0.000000 0.895000

126 0.025000 0.010000 0.000000 0.899000

127 0.034000 0.012000 0.000000 0.968000

128 0.026000 0.003000 0.000000 0.973000

129 0.022000 0.017000 0.189000 0.921000

130 0.037000 -0.035000 0.309000 0.911000

131 0.022000 -0.003000 0.347000 0.903000

132 0.021000 0.002000 0.000000 0.951000

133 0.019000 0.003000 0.000000 0.950000

134 0.018000 0.002000 0.764000 0.840000

135 0.056000 0.000000 1.345000 0.852000


(2)

143 0.022000 0.017000 0.501000 0.920000

144 0.036000 -0.032000 0.312000 0.911000

145 0.021000 0.000000 0.350000 0.903000

146 0.018000 0.010000 0.000000 0.891000

147 0.016000 0.013000 0.000000 0.857000

148 0.008000 -0.025000 0.000000 0.974000

149 0.006000 -0.027000 0.000000 0.987000

150 0.022000 0.017000 0.217000 0.920000

151 0.007000 -0.002000 0.000000 0.929000

152 0.011000 -0.095000 0.000000 0.972000

153 0.017000 0.002000 0.000000 0.972000

154 0.016000 0.002000 0.000000 0.946000

155 0.070000 -0.090000 0.000000 0.960000

156 0.058000 0.017000 0.000000 0.960000

157 0.022000 0.017000 0.227000 0.919000

158 0.024000 0.019000 0.000000 0.940000

159 0.023000 0.020000 0.000000 0.925000

160 0.028000 0.008000 0.000000 0.924000

161 0.038000 0.008000 0.000000 0.899000

162 0.052000 0.007000 0.000000 0.937000

163 0.063000 -0.134000 0.000000 1.072000

164 0.023000 0.017000 0.239000 0.919000

165 0.034000 -0.028000 0.317000 0.910000

166 0.019000 0.004000 0.354000 0.902000

167 0.017000 0.014000 0.269000 0.899000

168 0.015000 0.012000 0.341000 0.895000

169 0.025000 0.006000 0.490000 0.867000

170 0.021000 0.005000 0.375000 0.917000

171 0.023000 0.017000 0.251000 0.918000

172 0.011000 0.009000 0.208000 0.926000

173 0.011000 0.008000 0.000000 0.929000

174 0.009000 -0.011000 0.000000 0.953000


(3)

Lampiran 2: Hasil Regresi sebelum ditransformasi menjadi Log Natural (LN)

Descriptive Statistics

.87795 .168632 175

.02788 .016841 175

-.07209 .766578 175

.20877 .287128 175

SPendanaan Saktiva Profitabilitas Kdeviden

Mean Std. Deviation N

Model Summaryb

.479a .229 .216 .149337 1.347

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Kdeviden, Saktiva, Profitabilitas a.

Dependent Variable: SPendanaan b.

Coefficientsa

.961 .023 42.097 .000

-2.369 .677 -.237 -3.501 .001

.079 .015 .359 5.146 .000

-.056 .041 -.096 -1.366 .174

(Constant) Saktiva Profitabilitas Kdeviden Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: SPendanaan a.

Lampiran 3: Uji Normalitas sebelum ditranformasikan kedalam Log Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

175 175 175 175

.02788 -.07209 .20877 .87795

.016841 .766578 .287128 .168632

.214 .459 .234 .337

.214 .432 .172 .273

N

Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences


(4)

Lampiran 4: Uji Normalitas setelah ditranformasikan kedalam Log Natural

Lampiran 5: Hasil Regresi setelah ditransformasi menjadi Log Natural (LN)

Descriptive Statistics

-.3001 .89873 87

-3.8036 .49293 87

-4.3780 1.13214 87

-1.3983 .84883 87

LNSpendanaan LNSaktiva LNProfitabilas LNKdeviden

Mean Std. Deviation N

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

175 143 104 175

-3.7449 -4.6022 -1.3361 -.2130

.57723 1.05615 .80182 .67172

.106 .181 .088 .437

.106 .113 .088 .379

-.073 -.181 -.061 -.437

1.404 2.164 .900 5.782

.439 .000 .393 .520

N

Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

LNSaktiva LNProfitabilas LNKdeviden

LNSpend anaan

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Model Summaryb

.481a .231 .201 .88556 1.782

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LNKdeviden, LNSaktiva, LNProfitabilas a.

Dependent Variable: LNSpendanaan b.


(5)

Lampiran 6: Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

1.678 .777 2.160 .034

.435 .173 .270 2.523 .074

-.031 .077 -.044 -.402 .689

-.141 .103 -.151 -1.371 .174

(Constant) LNSaktiva LNProfitabilas LNKdeviden Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: absut a.

Coefficientsa

1.405 .889 1.581 .118

-.415 .198 -.228 -2.100 .039 .962 1.040

-.072 .088 -.091 -.820 .015 .926 1.080

.113 .118 .107 .959 .041 .912 1.097

(Constant) LNSaktiva LNProfitabilas LNKdeviden Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: LNSpendanaan a.

ANOVAb

4.375 3 1.458 1.859 .043a

65.090 83 .784

69.464 86

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LNKdeviden, LNSaktiva, LNProfitabilas a.

Dependent Variable: LNSpendanaan b.


(6)

Lampiran 6: Hasil Uji Lagrange Multiplier (LM Test)

Coefficientsa

-1.829 1.752 -1.044 .304

.204 .399 .091 .511 .613

-.475 .319 -.274 -1.490 .145

-.331 .240 -.239 -1.380 .177

.370 .466 .133 .794 .433

(Constant) LNSaktiva LNProfitabilas LNKdeviden lagres_2 Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: lagres_1 a.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan pada Industri Perbankan yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta

0 45 99

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR MODAL, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR MODAL, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris P

0 4 16

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR MODAL, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR MODAL, DAN CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris P

0 3 18

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP STRUKTUR PENDANAAN PADA INDUSTRI PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 29

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terd

0 4 14

DiajS Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011).

0 2 13

PENDAHULUAN Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011).

0 1 7

DPENG Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011).

0 2 18

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, PROFITABILITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN, TINGKAT BUNGA, DAN TINGKAT PERTUMBUHAN PENDAPATAN BUNGA TERHADAP STRUKTUR PENDANAAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 1 26

ANALISA PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, PERTUMBUHAN PENJUALAN, STRUKTUR AKTIVA DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP STRUKTUR MODAL

0 0 10