BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui pengaruh jangka panjang  dan  jangka  pendek  variabel  makro  ekonomi  terhadap  Indeks  Harga
Saham  Gabungan,  maka  variabel  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  terdiri dari  lima  variabel,  yang  meliputi  satu  variabel  tidak  bebas  dependent
variabel dan empat variabel bebas independent variabel. Adapun variabel-
variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1.  Variabel tidak bebas yaitu Indeks Harga Saham Gabungan IHSG
2.  Variabe  bebas  yaitu  Gross  Domestic  Product  GDP,  Inflasi,  nilai  tukar Rupiah terhadap Dollar US dan suku bunga SBI
Data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  data  sekunder  yaitu data  time  series  tiap  bulanan,  dari  Januari  2006  sampai  dengan  Desember
2010,  mengenai  GDP,  inflasi,  nilai  tukar  Rupiah  terhadap  Dollar  US,  suku bunga  SBI  dan  Indeks  Harga  Saham  Gabungan  di  Bursa  Efek  Indonesia.
Metode yang digunakan yaitu metode penelitian historis yang bersifat Kausal- Distributif,  artinya  penelitian  yang  dilakukan  untuk  menganalisis  suatu
keadaan yang telah lalu dan menunjukan arah hubungan antar variabel.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi  adalah  kumpulan  individu  atau  obyek  penelitian  yang memiliki kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang ditetapkan. Berdasarkan kualitas
dan  ciri  tersebut,  populasi  dapat  dipahami  sebagai  sekelompok  individu  atau
obyek  pegamatan  yang  minimal  memiliki  satu  persamaan  karakteristik Cooper,  Emory,  1999.  Populasi  penelitian  ini  adalah  berupa  data  dari
pergerakan  Indeks  Harga  Saham  Gabungan  di  BEI,  GDP,  inflasi,  nilai  tukar Rupiah terhadap Dollar US dan tingkat suku bunga SBI.
Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga  Saham  Gabungan  di  BEI,  GDP,  laju  pertumbuhan  inflasi,  nilai  tukar
Rupiah  terhadap  Dollar  US  dan  tingkat  suku  bunga  SBI  selama  periode Januari  2006
–  Desember  2010,  yang  masing-masing  sebanyak  60  sampel yang diambil dari data per bulan.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan  data  dilakukan  dengan  metode  dokumentasi,  yaitu pengambilan  dokumen-dokumen  berupa  laporan  ekonomi  bulanan,  statistik
bulanan  BEI,  laporan  perkembangan    Bank  Indonesia,  dan  Laporan-laporan Lain  yang  berhubungan  dengan  penelitian.  Sumber  data  berasal  dari  pusat
referensi  dari  Bursa  Efek  Indonesia,  Bank  Indonesia,  Badan  Pusat  Statistik BPS  dan  data-  data  pendukung  dari  buku  ataupun  beberapa  publikasi  yang
berhubungan dengan penelitian ini yang dinilai dapat memeberikan informasi yang obyektif melalui jaringan website.
Pada  penelitian  ini  data  yang  dipergunakan  adalah  data  sekunder dengan  jenis  data  time  series  yang  diambil  dan  dicatat  dari  berbagai  instansi
dan  lembaga  yang  berkompeten  dalam  meneliti  dan  mempublikasikan  data- data sebagai bahan penelitian. Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian
ini selama periode Januari 2006 – Desember 2010. yang dikumpulkan dengan
cara  diunduh  dari  situs  resminya  di  internet  untuk  kemudian  diseleksi  dan digunakan sesuai dengan keperluan analisis.
D. Metode Analisis Data
Dalam suatu analisis statistik, hal paling mendasar untuk suatu analisis adalah  deskripsi  dari  suatu  data  Ahmad  Rodoni,2004:6.  Selain
mendeskripsikan  hasil  penelitian  dalam  bentuk  tulisan,  penelitian  ini mengunakan  metode  penelitian  kuantitatif,  yaitu  penelitian  yang  dirancang
untuk  menentukan  tingkat  hubungan  variabel  yang  berbeda  dengan  suatu populasi,  peneliti  dapat  mengetahui  seberapa  besar  kontribusi  variabel  bebas
terhadap variabel terikat serta besarnya arah hubungan yang terjadi. Dalam penelitian ini untuk menganalisis GDP,  Inflasi,  Kurs dan  suku
bunga  SBI  terhadap  IHSG  digunakan  metode  analisis  yang  digunakan  untuk mengestimasi  model  penelitian  ini  adalah  metode  Engel  Granger  Error
Corection  Model EG-ECM  yang  diperkenalkan  yang  pertama  kali
diperkenalkan  oleh  Sargan  dan  kemudian  dikembangkan  lebih  lanjut  oleh Henry  dan  akhirnya  dipopulerkan  oleh  Engle-Granger  RF  Engle  and  CW
Granger,  1987.  Model  koreksi  kesalahan  mampu  meliputi  banyak  variabel dalam  menganalisis  fenomena  ekonomi,  baik  jangka  pendek  maupun  jangka
panjang  serta  mengkaji  konsistensi  tidaknya  model  empirik  dengan  teori ekonometrika.  Selain  itu,  model  ini  mampu  mencari  pemecahan  terhadap
persoalan  variabel  runtun  waktu  yang  tidak  stasioner  dan  regresi  lancung dalam ekonometrika.
Pengujian  ekonometrika  baru  dilakukan  bila  terdapat  indikasi  adanya hubungan  jangka  panjang  dengan  menggunakan  uji  kointegrasi.  Variabel-
variabel  dikatakan  terkointegrasi  bila  stasioner  pada  ordo  yang  sama.  Untuk menguji  kesetasioneran  data  maka  penelitian  ini  mengunakan  Phillips-Peron
PP  test.  Dalam  Phillip-Peron  test,  perlu  menentukan  jumlah  truncation  lag untuk koreksi Newey-West,  yaitu dengan menggunakan rumus N
13
= 60
13
= 3.91    yang  kemudian  dibulatkan  pada  satuan  nilai  terdekat  diatasnya  yaitu  4
Yahya Hamja, 2008. 1.  Uji Linieritas
Uji  ini  digunakan  untuk  mencari  model  persamaan  yang  paling baik diantara beberapa pilihan model, apakah  menggunakan regresi linier
biasa, semi log dan doubel log  Gujarati, 2002: 280-282. Uji  linierritas  data  digunakan  untuk mengetahui  apakah  data  yang
akan  diolah  telah  mendekati  linier  atau  belum.  Dalam  penelitian  ini  data yang  digunakan  adalah  data  semi  log  ln  dari  variabel-variabel  tersebut,
yang  berguna  untuk  memecahkan  persamaan  yang  tidak  diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain.
Uji  spesifikasi  linearitas  model,  Uji  ini  biasanya  didesain  untuk menguji  apakah  suatu  variabel  penjelas  cocok  atau  tidak  dimasukkan
dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy 1996 dalam Insukindro  2003  uji  ini  digunakan  untuk  menguji  apakah  bentuk  fungsi
suatu  model  estimasi  linier  atau  tidak  linier,  dengan  cara  melihat  nilai probabilitasnya.  Pada  penelitian  ini  digunakan  uji  JB.Ramsey  spesifikasi
umum atau general test of spesification error. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut.
Hipotesis Ho = model tidak linier
Ha = model linier Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria.
Bila  probabilitas  Obs  R
2
0,05  maka  signifikan,  Ho  ditolak model linier.
Bila  probabilitas  Obs  R
2
0,05  maka  tidak  signifikan,  Ha ditolak model tidak linier.
2.  Uji Akar Unit Dalam ekonometrika dikenal dengan beberapa pengujian  unit root
dan  data  ekonomi  makro  pada  umumnya  time  series  yang  rentan  dengan ketidak stasioneran, untuk itu sebelumnya dilakukan uji stasioner. Tujuan
uji  stasioner  ini  adalah  agar  meannya  stabil  dan  random  error  nya  =  0, sehingga model regresi yang diperoleh adalah regresi semu.
Pengujian  stasioner  data  dilakukan  dengan  uji  akar  unit  Phillips- Peron
PP.  pengunaan  uji  akar  Phillips-Perron  uji  ini  lebih  baik dibandingkan dengan uji ADF dalam menganalisis data yang mempunyai
volatilitas yang tinggi Agus Widarjono, 2005. Uji  Phillips-Peron  PP  memasukan adanya  autokorelasi  di  dalam
variabel  ganguan  dengan  memasukan  variabel  independen  berupa kelambanan  diferensi.  Phillips-Peron  PP  membuat  uji  akar  unit  dengan
mengukan  metode  statistik  nonparametrik  dalam  menjelaskan  adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukan variabel penjelas
kelambanan deferensi. Statistik  distibutif  t  tidak  mengikuti  statistik  distributif  normal
tetapi  mengikuti  distributif  statistik  PP,  sedangkan  nilai  kritisnya digunakan  nilai  kritis  atau  penentuan  bentuk  linear  atau  non  linear  dari
model  mengikuti  prosedur  yang  dikembangkan  oleh  McKinnon,  White dan Davidson 1983 atau MWD test.
Sementara  pengujian  stasionaritas  mengikuti  Phillips-Peron  PP dengan cara membandingkan antara nilai kritisnya yaitu distribusi statistik
MacKinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka  data  yang  diamati  menunjukan  stasioner  dan  jika  sebaliknya  nilai
absolut  statistik  PP  lebih  kecil  dari  nilai  kritisnya  maka  data  tidak stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Hipotesis Ho = data tersebut tidak stasioner pada derajat nol.
Ha = data tersebut stasioner pada derajat nol. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
Jika  PP  test  statistik PP  tabel  daerah kritis  α  =  5  maka  Ho
ditolak, data stasioner pada derajat nol. Jika  PP  test  statistik    PP  tabel  daerah kritis  α  =  5  maka  Ha
ditolak, data tidak stasioner pada derajat nol.
Kita  juga  harus  menentukan  apakah  ujinya  tanpa  konstanta  dan trend, hanya dengan konstanta ataukah dengan konstanta atau tren. Dalam
menentukan  panjangnya  lag  Uji  PP  mengunakan  truncation  lag  q  dari Newey-West.
3.  Uji Derajat Integrasi Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data
tidak  stasioner,  maka  diperlukan  proses  diferensi  data.  Uji  stasioner  data melalui proses diferensi ini disebut uji drajat integrasi.
Seperti  uji  akar  unit  PP,  keputusan  sampai  pada  derajat  keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingka antara nilai
statistik  PP  yang  diperoleh  dari  koefisien  y  dengan  nilai  kritis  ditribusi statistik McKinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai
kritisnya  pada  diferensi  tingkat  pertama,  maka  data  dikatakan  stasioner pada  derajat  satu.  Akan  tetapi  jika  dilanjutkan  pada  diferensi  yang  lebih
tinggi  sehingga  diperoleh  data  stasioner.  Langkah-langkah  pengujian sebagai berikut :
Hipotesis Ho = data tersebut tidak stsioner pada derajat 1,2,…..dan seterusnya.
Ha = data tersebut stasioner pada derajat 1,2,……dan seterusnya. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
Jika  PP  test  statistik    PP  tabel  daerah kritis  α  =  5  maka  Ho ditolak, data stasioner pada derajat 1,2,….. dan seterusnya.
Jika  PP  test  statistik    PP  tabel  daerah kritis  α  =  5  maka  Ha ditolak, data tidak stasioner pada derajat 1,2,….. dan seterusnya.
4.  Uji Kointegrasi Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar unit. Tujuannya
adalah  untuk  mengkaji  stasioneritas  residual  regresi  kointegrasi. Stasioneritas  penting  jika  ingin  mengembangkan  suatu  model  dinamis,
terutama  ECM  yang  mencakup  variabel-variabel  kunci  pada  regresi kointegrasi  terikat,  Pada  penelitian  ini  digunakan  uji  kointegrasi  Engel
Granger. Pada  umumnya  data  time  series  tidak  stasioner  pada  level  atau
mengandung  unit  root,  bila  data  tersebut  sudah  stasioner  pada  ordo  yang sama,  misalnya  11  maka  dapat  dilakukan  uji  kointegrasi  untuk  melihat
apakah  terdapat  adanya  hubungan  keseimbangan  antara  variabel-variabel tersebut dalam jangka panjang. Langkah-langkah pengujian sebagi berikut:
Hipotesis Ho  =  tidak  terdapat  hubungan  jangka  panjang  antaravariabel  independen
dengan variabel dependen. Ha = terdapat hubungan jangka panjang antaravariabel independen dengan
variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
Jika  PP  test  statistik    PP  tabel  daerah kritis  α  =  5  maka  Ho ditolak,  terdapat  hubungan  jangka  panjang  antara  variabel
independen dengan variabel dependen.
Jika  PP  test  statistik    PP  tabel  daerah kritis  α  =  5  maka  Ha ditolak,  tidak  terdapat  hubungan  jangka  panjang  antara  variabel
independen dengan variabel dependen. 5.  Uji Asumsi Klasik
Uji  asumsi  klasik  adalah  pengujian  ekonometrika  untuk  menilai ada  tidaknya  bias  penelitian.  Model  regresi  ini  digunakan  agar  dapat
dijadikan  alat  estimasi  yang  tidak  bias  jika  telah  memenuhi  persyaratan BLUE  Best  Linier  Unbiased  Estimator  yakni  tidak  terdapat
multikolinearitas,  autokorelasi,  dan  heteroskedastisitas.  Apabila  model yang
digunakan terjadi
multikolinearitas, autokorelasi,
dan heteroskedastisitas  maka  regresi  penaksir  tidak  efisien,  peramalan
berdasarkan  regresi  tersebut  akan  bias  dan  uji  baku  yang  umum  untuk koefisien regresi menjadi tidak valid.
a.  Uji Normalitas Uji  normalitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  dalam  model  regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali 2005:  110.  Sedangkan  dasar  pengambilan  keputusan  dalam  deteksi
normalitas: Pengujian  dilakukan  dengan  menggunakan  Uji  Jargue-Bera  test.
langkah-langkah pengujian sebagai berikut. Hipotesis
Ho = residual berdistribusi tidak normal Ha = residual berdistribusi normal
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : Bila  probabilitas  Obs  R2    0,05  maka  signifikan,  Ho  ditolak
distribusi data normal. Bila  probabilitas  Obs  R2    0,05  maka  tidak  signifikan,  Ha
ditolak distribusi data tidak normal. b.  Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada  korelasi  antara  kesalahan  pengganggu  pada  periode  t  dengan
kesalahan  pengganggu  pada  periode  t-1  sebelumnya  Ghozali  2005: 95-96.
Untuk  menguji  keberadaan  autokorelasi  dalam  penelitian  ini digunakan  statistik  d  dari  Durbin-Watson  DW  test  dimana  angka-
angka  yang diperlukan dalam metode tersebut adalah  dL angka  yang diperoleh dari tabel DW batas bawah, dU angka yang diperoleh dari
tabel DW batas atas, 4- dL dan 4-dU. Statistik d Durbin-Watson dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Statistik d Durbin-Watson
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut. Hipotesis
Ho = tidak terdapat autokorelasi Ha = terdapat autokorelasi
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria. Bila  nilai  DW  mendekati  0  atau  4  Ho  ditolak,  model  terjadi
autokorelasi +-. Bila  nilai  DW  mendekati  2  Ho  diterima,  maka  model  tidak
terjadi autokorelasi. Selain  dengan  mengunakan  uji  Durbin  Watson,  untuk  melihat  ada
tidaknya autokorelasi dapat juga dipergunakan uji Langrage Multiplier LM test, dengan membandingkan nilai probabilitas R-Square dengan
α  =  0,05  Gujarati  :  2006.  Langkah-langkah  pengujian  sebagai berikut.
Hipotesis Ho = tidak terjadi autokorelasi
Ha = terjadi auto korelasi Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
Bila  probabilitas  Obs  R
2
0,05  maka  Ho  ditolak,  terjadi autokorelasi.
Bila  probabilitas  Obs  R
2
0,05  maka  Ho  diterima,  tidak terjadi autokorelasi.
c.  Uji Heteroskedasitisitas
Uji  heterokedastisitas  bertujuan  menguji  apakah  dalam  model  regresi terjadi  ketidaksamaan  variance  dari  residual  satu  pengamatan  ke
pengamatan  yang  lain  Ghozali  2005:  105.  Jika  varians  dari  residual satu  pengamatan  ke  pengamatan  lain  tetap,  maka  disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas  adalah  keadaan  dimana  faktor  gangguan  tidak
memiliki varian
yang sama.
Pengujian terhadap
gejala heteroskedastisitas  dapat  dilakukan  dengan  melakukan  White  Test,
yaitu  dengan  cara  meregresi  residual  kuadrat  dengan  variabel  bebas, variabel  bebas  kuadrat  dan  perkalian  variabel  bebas.  Pedoman  dalam
penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-Square hitung lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat kepercayaan
tertentu α maka ada  heteroskedasitisitas  dan  sebaliknya  jika  Chi-Square  hitung  lebih
kecil  dari  nilai  X2  menunjukan  tidak  adanya  heterokedasitisitas. Dengan langkah langkah pengujian sebagai berikut.
Hipotesis Ho = tidak terjadi heteroskedastisitas
Ha = terjadi heteroskedastisitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
Bila  probabilitas  Obs  R
2
0,05  maka  Ho  ditolak,  terjadi heteroskedstisitas.
Bila  probabilitas  Obs  R
2
0,05  maka  Ho  diterima,  tidak terjadi heteroskedstisitas.
6.  Uji Error Corection Model ECM Alat  analisis  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  Engel
Granger  Error  Correction  Model  EG-ECM. Model  koreksi  kesalahan
mampu  meliputi  banyak  variabel  dalam  menganalisis  fenomena  ekonomi jangka  pendek  dan  jangka  panjang  serta  mengkaji  konsistensi  model
empiris dengan teori ekonomi. Setelah  model  ECM  terbebaslulus  dari  uji  stasioner,  uji  drajat
integrasi,  uji  kointegritas  dan  uji  asumsi  klasik,  maka  model  ECM  layak dipakai  dan  kemudian  dilakukan  analisis  ECM.  Analisis  ini  digunakan
untuk  melihat  besarnya  pengaruh    jangka  pendek  dan  jangka  panjang variabel  independen  GDP,  Laju  Inflasi,  Nilai  Tukar  RupiahUS  dan
Tingkat Suku Bunga SBI terhadap variabel dependen IHSG di Bursa Efek Indonesia.
Untuk mengetahui
hubungan antara
variabel-variabel makroekonomi terhadap IHSG, digunakan regresi Error Correction Model
ECM.  Model  ini  memiliki  keunggulan  dalam  mengatasi  masalah stasionaritas  dan  regresi  lancung  dalam  time  series  data,  serta  mengukur
hubungan jangka pendek dan jangka panjang Thomas, 1997. Berikut merupakan model ECM yang digunakan pada penelitian ini :
Model dasar : IHSG = f PDB, INF,KURS, SBI
Model ekonometrika : IHSGt = βo + β
1
GDPt + β
2
INFt + β
3
KURSt + β
4
SBIt + e
Jika  diuraikan  dalam  bentuk  semi  log  akan  berubah  menjadi  sebagai berikut:
LNIHSGt = βo + β
1
LNGDPt + β
2
INFt + β
3
LNKURSt + β
4
SBIt + ECTt + e
Sehingga rumus yang terbentuk dalam penelitian ini adalah : DLNIHSG  C  DLNGDP  DINF  DLNKURS  DSBI  LNGDP-1  INF-1
LNKURS-1 SBI-1 ECT Dimana :
D = difference, Xt
– Xt-1 LN
= natural log PDB
= Produk domestik produk INF
= Inflasi SBI
= suku bungan SBI KURS
= nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US βo
= konstanta constant β
1
….β
4
= koefisien regresi variabel bebas e
= error term ECT
= error corection term t
= periode waktu Setelah  model  ECM  terbentuk,  maka  pengujian  dilanjutkan  ke  tahap
berikutnya yaitu uji ECT Error Corection Model.
7.  Uji Error Corection Term ECT ECT  adalah  bagian  dari  pengujian  analisa  dinamis  yaitu  ECM.
Nilai  ECT  diperoleh  dari  penjumlahan  variabel  independent  bulan sebelumnya  dikurangi  variabel  dependen  bulan  sebelumnya.  Hal  ini
dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh dari model tersebut baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Model ECT yang terbentuk pada penelitian ini adalah : ECT = LNGDPt-1 + INFt-1 + LNKURSt-1 + SBI-1
– LNIHSGt-1 Kemudian  regres  model  ECM  secara  berurutan  sesuai  dengan
model  yang  telah  ditemukan.  Hasil  probabilita  ECT  akan  menetukan apakah model dapat dianalisa baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Jika variabel ECT positif dan signifikan 5, maka spesifikasi model sudah valid dan dapat dijelaskan variabel dependen.
E. Operasional Variabel
Dalam  penelitian  ini  dibagi  menjadi  dua  bagian,  yang  terdiri  dari variabel terkait dependent yaitu Indeks Harga Saham Gabungan dan variabel
bebas  indepedent  yaitu  pertumbuhan  ekonomi  GDP,  laju  pertumbuhan inflasi,  kurs  tengah  Rupiah  dan  suku  bunga  Bank  Indonesia  SBI.
Operasional variabel dapat dirinci sebagai berikut. 1.  Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks  Harga  Saham  Gabungan    IHSG  adalah  angka  yang menunjukan  pergerakan  harga  saham  yang  tergabung  dalam  IHSG  yang
ada  di  BEI.  Pandji  dan  Piji  2003:101  mengemukakan  untuk  dapat melakukan perhitungan Indeks Harga Saham memerlukan waktu dasar dan
waktu  yang  berlaku.  Harga  dasar  ditetapkan  sebesar  100.  Secara
sederhana  menghitung  indeks  harga  saham  sebagai  berikut  Pandji  dan Piji:101 :
IHS : Indeks Harga Saham
Ht : Nilai Pasar waktu yang berlaku
Ho : Nilai Dasar waktu dasar
2.  Produk Domestik Bruto Pendapatan  nasional  diwakili  oleh  Produk  Domestik  Bruto  PDB
atas dasar harga konstan, seluruh output yang dihasilkan baik oleh warga negara indoneasi maupun warga negara asing yang ada di indonesia. PDB
dirinci menurut lapangan usaha atas dasar harga tetap.
GDP Rill : nilai produk berdasarkan tahun dasar
GDP Nominal  : nilai produk berdasarkan harga yang berlaku GDP Deflator  : nilai produk berdasakan indeks harga
3.  Laju inflasi Inflasi  merupakan  suatu  keadaan  dimana  terjadi  kenaikan  harga-
harga  barang  yang  berlangsung  secara  terus  menerus.  Perhitungan  inflasi didasarkan  pada  metode  pengukuran  indeks  Harga  Konsumen  IHK
mengingat  metode  perhitungan  ini  adalah  metode  yang  digunakan  di
H IHS =   ──────  x 100
Ho
GDP Nominal GDP Rill   =   ────────────  x 100
GDP Deflator
IHKt - IHKt-
1
LI = x 100
IHKt-
1
indonesia yang dilakukan Biro Pusat Statistik BPS. IHK dapat digunakan untuk  menghitung  inflasi  bulanan,  triwulanan,  semesteran  dan  tahunan
menurut Tajul Khalwaty 2000 :38 perhitungan inflasi IHK menggunakan rumus berikut:
LI : Laju Inflasi
IHKt    : Indeks Harga Komsumen tahun tertentu IHKt-
1
: Indeks Harga Konsumen  tahun sebelumnya 4.  Kurs Tengah Rupiah
Kurs rupiah merupakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing atau  valuta  asing.  Tetapi  sebagaimana  yang  di  kemukakan  Agus  Sartono
2001  :  468  bahwa  sudah  menjadi  kesepakatan  umum  bahwa  nilai  tukar mata uang asing dinyatakan dalam Dollar basis US, kecuali nilai tukar
British  Pound,  per  US.  Tetapi  operasional  variabel  kurs  IDR  diambil dengan  ketetapan  kurs tengah  rupiah  dengan  alasan  bahwa  baik  kurs jual
maupun  kurs  beli  mempunyai  peran  yang  sama  terhadap  perekonomian makro.  Sehingga  penulis  mendasarkan  pengambilan  kurs  tengah  rupiah
berdasarkan  beberapa  institusi  kelembangaan  keuangan  seperti  Bank Indonesia,  Bursa  Efek  Indonesia,  Kamar  Dagang  dan  Industri  Indonesia,
Badan  Perencanaa  Pembanguna  Nasional  dan  institusi-institusi  keuangan
lainnya.  Adapun  penetapan  kurs  tengah  rupiah    adalah  Publikasi  Bank Indonesia:
5.  Suku bunga Bank Indonesia SBI SBI  adalah  surat  berharga  atas  ujuk  yan  dikeluarkan  oleh  BI  sebagai
pengakuan  hutang  berjangka  pendek  dengan  sistem  diskonto  yang bertujuan untuk mengendalikan jumlah uang  yang beredar di masyarakat.
Penentuan  variabel  SBI  secara  kuantitaif di  ambil  berdasarkan  penetapan yang  telah  dikeluarkan  oleh  Bank  Indonesia  setiap  bulanya  sebagai  bank
sentral di indonesia. Lebih lanjut Operasional variabel dapat terlihat secara lebih gamblang
pada Tabel berikut di bawah ini :
Tabel 3.1. Matriks Operasional Variabel Ekonomi Makro Indonesia dan IHSG
Dimensi Definisi
Indikator Ukuran
Skala Sumber
data
PDB seluruh output yang
dihasilkan baik oleh warga negara
indoneasi maupun warga negara asing
yang ada di indonesia Rata-rata
bulanan PDB Rupiah
Rasio BI
BPS
Inflasi Kejadian dimana
kenaikan harga secara terus menerus pada
suatu negara Rata-rata
bulanan  Laju inflasi
Persen Rasio
BI
Nilai Tukar
Perbandingan nilai mata uang suatu
negara dengan mata Rata-rata  nilai
tukar rupiah
bulanan Rupiah
Rasio BI
Kurs Jual  + Kurs Beli Kurs Tengah Rupiah   =
──────―─────────── 2
uang negara lain terhadap US
Suku Bunga SBI
Surat berharga yang dikeluarkan oleh
pemerintah BI sebagai pengakuan utang
berjangka pendek Rata-rata
bulanan tingkat  suku
bungan SBI Persen
Rasio BI
IHSG Suatu indeks yang
merupakan nilai komulatif dari seluruh
saham industri yang diperdagangkan di
BEI Kinerja  rata-
rata saham
bulanan  yang berada di BEI
Point Rasio
BEI
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN