METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek variabel makro ekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel, yang meliputi satu variabel tidak bebas dependent variabel dan empat variabel bebas independent variabel. Adapun variabel- variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Variabel tidak bebas yaitu Indeks Harga Saham Gabungan IHSG 2. Variabe bebas yaitu Gross Domestic Product GDP, Inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US dan suku bunga SBI Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series tiap bulanan, dari Januari 2006 sampai dengan Desember 2010, mengenai GDP, inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US, suku bunga SBI dan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian historis yang bersifat Kausal- Distributif, artinya penelitian yang dilakukan untuk menganalisis suatu keadaan yang telah lalu dan menunjukan arah hubungan antar variabel.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah kumpulan individu atau obyek penelitian yang memiliki kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekelompok individu atau obyek pegamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik Cooper, Emory, 1999. Populasi penelitian ini adalah berupa data dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di BEI, GDP, inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US dan tingkat suku bunga SBI. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan di BEI, GDP, laju pertumbuhan inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US dan tingkat suku bunga SBI selama periode Januari 2006 – Desember 2010, yang masing-masing sebanyak 60 sampel yang diambil dari data per bulan.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, yaitu pengambilan dokumen-dokumen berupa laporan ekonomi bulanan, statistik bulanan BEI, laporan perkembangan Bank Indonesia, dan Laporan-laporan Lain yang berhubungan dengan penelitian. Sumber data berasal dari pusat referensi dari Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik BPS dan data- data pendukung dari buku ataupun beberapa publikasi yang berhubungan dengan penelitian ini yang dinilai dapat memeberikan informasi yang obyektif melalui jaringan website. Pada penelitian ini data yang dipergunakan adalah data sekunder dengan jenis data time series yang diambil dan dicatat dari berbagai instansi dan lembaga yang berkompeten dalam meneliti dan mempublikasikan data- data sebagai bahan penelitian. Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini selama periode Januari 2006 – Desember 2010. yang dikumpulkan dengan cara diunduh dari situs resminya di internet untuk kemudian diseleksi dan digunakan sesuai dengan keperluan analisis.

D. Metode Analisis Data

Dalam suatu analisis statistik, hal paling mendasar untuk suatu analisis adalah deskripsi dari suatu data Ahmad Rodoni,2004:6. Selain mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tulisan, penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel yang berbeda dengan suatu populasi, peneliti dapat mengetahui seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat serta besarnya arah hubungan yang terjadi. Dalam penelitian ini untuk menganalisis GDP, Inflasi, Kurs dan suku bunga SBI terhadap IHSG digunakan metode analisis yang digunakan untuk mengestimasi model penelitian ini adalah metode Engel Granger Error Corection Model EG-ECM yang diperkenalkan yang pertama kali diperkenalkan oleh Sargan dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Henry dan akhirnya dipopulerkan oleh Engle-Granger RF Engle and CW Granger, 1987. Model koreksi kesalahan mampu meliputi banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta mengkaji konsistensi tidaknya model empirik dengan teori ekonometrika. Selain itu, model ini mampu mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang tidak stasioner dan regresi lancung dalam ekonometrika. Pengujian ekonometrika baru dilakukan bila terdapat indikasi adanya hubungan jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi. Variabel- variabel dikatakan terkointegrasi bila stasioner pada ordo yang sama. Untuk menguji kesetasioneran data maka penelitian ini mengunakan Phillips-Peron PP test. Dalam Phillip-Peron test, perlu menentukan jumlah truncation lag untuk koreksi Newey-West, yaitu dengan menggunakan rumus N 13 = 60 13 = 3.91 yang kemudian dibulatkan pada satuan nilai terdekat diatasnya yaitu 4 Yahya Hamja, 2008. 1. Uji Linieritas Uji ini digunakan untuk mencari model persamaan yang paling baik diantara beberapa pilihan model, apakah menggunakan regresi linier biasa, semi log dan doubel log Gujarati, 2002: 280-282. Uji linierritas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan diolah telah mendekati linier atau belum. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data semi log ln dari variabel-variabel tersebut, yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain. Uji spesifikasi linearitas model, Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy 1996 dalam Insukindro 2003 uji ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier, dengan cara melihat nilai probabilitasnya. Pada penelitian ini digunakan uji JB.Ramsey spesifikasi umum atau general test of spesification error. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut. Hipotesis Ho = model tidak linier Ha = model linier Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria. Bila probabilitas Obs R 2 0,05 maka signifikan, Ho ditolak model linier. Bila probabilitas Obs R 2 0,05 maka tidak signifikan, Ha ditolak model tidak linier. 2. Uji Akar Unit Dalam ekonometrika dikenal dengan beberapa pengujian unit root dan data ekonomi makro pada umumnya time series yang rentan dengan ketidak stasioneran, untuk itu sebelumnya dilakukan uji stasioner. Tujuan uji stasioner ini adalah agar meannya stabil dan random error nya = 0, sehingga model regresi yang diperoleh adalah regresi semu. Pengujian stasioner data dilakukan dengan uji akar unit Phillips- Peron PP. pengunaan uji akar Phillips-Perron uji ini lebih baik dibandingkan dengan uji ADF dalam menganalisis data yang mempunyai volatilitas yang tinggi Agus Widarjono, 2005. Uji Phillips-Peron PP memasukan adanya autokorelasi di dalam variabel ganguan dengan memasukan variabel independen berupa kelambanan diferensi. Phillips-Peron PP membuat uji akar unit dengan mengukan metode statistik nonparametrik dalam menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukan variabel penjelas kelambanan deferensi. Statistik distibutif t tidak mengikuti statistik distributif normal tetapi mengikuti distributif statistik PP, sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis atau penentuan bentuk linear atau non linear dari model mengikuti prosedur yang dikembangkan oleh McKinnon, White dan Davidson 1983 atau MWD test. Sementara pengujian stasionaritas mengikuti Phillips-Peron PP dengan cara membandingkan antara nilai kritisnya yaitu distribusi statistik MacKinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis Ho = data tersebut tidak stasioner pada derajat nol. Ha = data tersebut stasioner pada derajat nol. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : Jika PP test statistik PP tabel daerah kritis α = 5 maka Ho ditolak, data stasioner pada derajat nol. Jika PP test statistik PP tabel daerah kritis α = 5 maka Ha ditolak, data tidak stasioner pada derajat nol. Kita juga harus menentukan apakah ujinya tanpa konstanta dan trend, hanya dengan konstanta ataukah dengan konstanta atau tren. Dalam menentukan panjangnya lag Uji PP mengunakan truncation lag q dari Newey-West. 3. Uji Derajat Integrasi Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji drajat integrasi. Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingka antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis ditribusi statistik McKinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi jika dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut : Hipotesis Ho = data tersebut tidak stsioner pada derajat 1,2,…..dan seterusnya. Ha = data tersebut stasioner pada derajat 1,2,……dan seterusnya. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : Jika PP test statistik PP tabel daerah kritis α = 5 maka Ho ditolak, data stasioner pada derajat 1,2,….. dan seterusnya. Jika PP test statistik PP tabel daerah kritis α = 5 maka Ha ditolak, data tidak stasioner pada derajat 1,2,….. dan seterusnya. 4. Uji Kointegrasi Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar unit. Tujuannya adalah untuk mengkaji stasioneritas residual regresi kointegrasi. Stasioneritas penting jika ingin mengembangkan suatu model dinamis, terutama ECM yang mencakup variabel-variabel kunci pada regresi kointegrasi terikat, Pada penelitian ini digunakan uji kointegrasi Engel Granger. Pada umumnya data time series tidak stasioner pada level atau mengandung unit root, bila data tersebut sudah stasioner pada ordo yang sama, misalnya 11 maka dapat dilakukan uji kointegrasi untuk melihat apakah terdapat adanya hubungan keseimbangan antara variabel-variabel tersebut dalam jangka panjang. Langkah-langkah pengujian sebagi berikut: Hipotesis Ho = tidak terdapat hubungan jangka panjang antaravariabel independen dengan variabel dependen. Ha = terdapat hubungan jangka panjang antaravariabel independen dengan variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : Jika PP test statistik PP tabel daerah kritis α = 5 maka Ho ditolak, terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika PP test statistik PP tabel daerah kritis α = 5 maka Ha ditolak, tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen dengan variabel dependen. 5. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah pengujian ekonometrika untuk menilai ada tidaknya bias penelitian. Model regresi ini digunakan agar dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE Best Linier Unbiased Estimator yakni tidak terdapat multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Apabila model yang digunakan terjadi multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas maka regresi penaksir tidak efisien, peramalan berdasarkan regresi tersebut akan bias dan uji baku yang umum untuk koefisien regresi menjadi tidak valid. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali 2005: 110. Sedangkan dasar pengambilan keputusan dalam deteksi normalitas: Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Jargue-Bera test. langkah-langkah pengujian sebagai berikut. Hipotesis Ho = residual berdistribusi tidak normal Ha = residual berdistribusi normal Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : Bila probabilitas Obs R2 0,05 maka signifikan, Ho ditolak distribusi data normal. Bila probabilitas Obs R2 0,05 maka tidak signifikan, Ha ditolak distribusi data tidak normal. b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya Ghozali 2005: 95-96. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan statistik d dari Durbin-Watson DW test dimana angka- angka yang diperlukan dalam metode tersebut adalah dL angka yang diperoleh dari tabel DW batas bawah, dU angka yang diperoleh dari tabel DW batas atas, 4- dL dan 4-dU. Statistik d Durbin-Watson dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Statistik d Durbin-Watson Langkah-langkah pengujian sebagai berikut. Hipotesis Ho = tidak terdapat autokorelasi Ha = terdapat autokorelasi Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria. Bila nilai DW mendekati 0 atau 4 Ho ditolak, model terjadi autokorelasi +-. Bila nilai DW mendekati 2 Ho diterima, maka model tidak terjadi autokorelasi. Selain dengan mengunakan uji Durbin Watson, untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat juga dipergunakan uji Langrage Multiplier LM test, dengan membandingkan nilai probabilitas R-Square dengan α = 0,05 Gujarati : 2006. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut. Hipotesis Ho = tidak terjadi autokorelasi Ha = terjadi auto korelasi Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : Bila probabilitas Obs R 2 0,05 maka Ho ditolak, terjadi autokorelasi. Bila probabilitas Obs R 2 0,05 maka Ho diterima, tidak terjadi autokorelasi. c. Uji Heteroskedasitisitas Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain Ghozali 2005: 105. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-Square hitung lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu α maka ada heteroskedasitisitas dan sebaliknya jika Chi-Square hitung lebih kecil dari nilai X2 menunjukan tidak adanya heterokedasitisitas. Dengan langkah langkah pengujian sebagai berikut. Hipotesis Ho = tidak terjadi heteroskedastisitas Ha = terjadi heteroskedastisitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : Bila probabilitas Obs R 2 0,05 maka Ho ditolak, terjadi heteroskedstisitas. Bila probabilitas Obs R 2 0,05 maka Ho diterima, tidak terjadi heteroskedstisitas. 6. Uji Error Corection Model ECM Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Engel Granger Error Correction Model EG-ECM. Model koreksi kesalahan mampu meliputi banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang serta mengkaji konsistensi model empiris dengan teori ekonomi. Setelah model ECM terbebaslulus dari uji stasioner, uji drajat integrasi, uji kointegritas dan uji asumsi klasik, maka model ECM layak dipakai dan kemudian dilakukan analisis ECM. Analisis ini digunakan untuk melihat besarnya pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel independen GDP, Laju Inflasi, Nilai Tukar RupiahUS dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap variabel dependen IHSG di Bursa Efek Indonesia. Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel makroekonomi terhadap IHSG, digunakan regresi Error Correction Model ECM. Model ini memiliki keunggulan dalam mengatasi masalah stasionaritas dan regresi lancung dalam time series data, serta mengukur hubungan jangka pendek dan jangka panjang Thomas, 1997. Berikut merupakan model ECM yang digunakan pada penelitian ini : Model dasar : IHSG = f PDB, INF,KURS, SBI Model ekonometrika : IHSGt = βo + β 1 GDPt + β 2 INFt + β 3 KURSt + β 4 SBIt + e Jika diuraikan dalam bentuk semi log akan berubah menjadi sebagai berikut: LNIHSGt = βo + β 1 LNGDPt + β 2 INFt + β 3 LNKURSt + β 4 SBIt + ECTt + e Sehingga rumus yang terbentuk dalam penelitian ini adalah : DLNIHSG C DLNGDP DINF DLNKURS DSBI LNGDP-1 INF-1 LNKURS-1 SBI-1 ECT Dimana : D = difference, Xt – Xt-1 LN = natural log PDB = Produk domestik produk INF = Inflasi SBI = suku bungan SBI KURS = nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US βo = konstanta constant β 1 ….β 4 = koefisien regresi variabel bebas e = error term ECT = error corection term t = periode waktu Setelah model ECM terbentuk, maka pengujian dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu uji ECT Error Corection Model. 7. Uji Error Corection Term ECT ECT adalah bagian dari pengujian analisa dinamis yaitu ECM. Nilai ECT diperoleh dari penjumlahan variabel independent bulan sebelumnya dikurangi variabel dependen bulan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh dari model tersebut baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Model ECT yang terbentuk pada penelitian ini adalah : ECT = LNGDPt-1 + INFt-1 + LNKURSt-1 + SBI-1 – LNIHSGt-1 Kemudian regres model ECM secara berurutan sesuai dengan model yang telah ditemukan. Hasil probabilita ECT akan menetukan apakah model dapat dianalisa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jika variabel ECT positif dan signifikan 5, maka spesifikasi model sudah valid dan dapat dijelaskan variabel dependen.

E. Operasional Variabel

Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yang terdiri dari variabel terkait dependent yaitu Indeks Harga Saham Gabungan dan variabel bebas indepedent yaitu pertumbuhan ekonomi GDP, laju pertumbuhan inflasi, kurs tengah Rupiah dan suku bunga Bank Indonesia SBI. Operasional variabel dapat dirinci sebagai berikut. 1. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG adalah angka yang menunjukan pergerakan harga saham yang tergabung dalam IHSG yang ada di BEI. Pandji dan Piji 2003:101 mengemukakan untuk dapat melakukan perhitungan Indeks Harga Saham memerlukan waktu dasar dan waktu yang berlaku. Harga dasar ditetapkan sebesar 100. Secara sederhana menghitung indeks harga saham sebagai berikut Pandji dan Piji:101 : IHS : Indeks Harga Saham Ht : Nilai Pasar waktu yang berlaku Ho : Nilai Dasar waktu dasar 2. Produk Domestik Bruto Pendapatan nasional diwakili oleh Produk Domestik Bruto PDB atas dasar harga konstan, seluruh output yang dihasilkan baik oleh warga negara indoneasi maupun warga negara asing yang ada di indonesia. PDB dirinci menurut lapangan usaha atas dasar harga tetap. GDP Rill : nilai produk berdasarkan tahun dasar GDP Nominal : nilai produk berdasarkan harga yang berlaku GDP Deflator : nilai produk berdasakan indeks harga 3. Laju inflasi Inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga- harga barang yang berlangsung secara terus menerus. Perhitungan inflasi didasarkan pada metode pengukuran indeks Harga Konsumen IHK mengingat metode perhitungan ini adalah metode yang digunakan di H IHS = ────── x 100 Ho GDP Nominal GDP Rill = ──────────── x 100 GDP Deflator IHKt - IHKt- 1 LI = x 100 IHKt- 1 indonesia yang dilakukan Biro Pusat Statistik BPS. IHK dapat digunakan untuk menghitung inflasi bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan menurut Tajul Khalwaty 2000 :38 perhitungan inflasi IHK menggunakan rumus berikut: LI : Laju Inflasi IHKt : Indeks Harga Komsumen tahun tertentu IHKt- 1 : Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya 4. Kurs Tengah Rupiah Kurs rupiah merupakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing atau valuta asing. Tetapi sebagaimana yang di kemukakan Agus Sartono 2001 : 468 bahwa sudah menjadi kesepakatan umum bahwa nilai tukar mata uang asing dinyatakan dalam Dollar basis US, kecuali nilai tukar British Pound, per US. Tetapi operasional variabel kurs IDR diambil dengan ketetapan kurs tengah rupiah dengan alasan bahwa baik kurs jual maupun kurs beli mempunyai peran yang sama terhadap perekonomian makro. Sehingga penulis mendasarkan pengambilan kurs tengah rupiah berdasarkan beberapa institusi kelembangaan keuangan seperti Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Badan Perencanaa Pembanguna Nasional dan institusi-institusi keuangan lainnya. Adapun penetapan kurs tengah rupiah adalah Publikasi Bank Indonesia: 5. Suku bunga Bank Indonesia SBI SBI adalah surat berharga atas ujuk yan dikeluarkan oleh BI sebagai pengakuan hutang berjangka pendek dengan sistem diskonto yang bertujuan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Penentuan variabel SBI secara kuantitaif di ambil berdasarkan penetapan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia setiap bulanya sebagai bank sentral di indonesia. Lebih lanjut Operasional variabel dapat terlihat secara lebih gamblang pada Tabel berikut di bawah ini : Tabel 3.1. Matriks Operasional Variabel Ekonomi Makro Indonesia dan IHSG Dimensi Definisi Indikator Ukuran Skala Sumber data PDB seluruh output yang dihasilkan baik oleh warga negara indoneasi maupun warga negara asing yang ada di indonesia Rata-rata bulanan PDB Rupiah Rasio BI BPS Inflasi Kejadian dimana kenaikan harga secara terus menerus pada suatu negara Rata-rata bulanan Laju inflasi Persen Rasio BI Nilai Tukar Perbandingan nilai mata uang suatu negara dengan mata Rata-rata nilai tukar rupiah bulanan Rupiah Rasio BI Kurs Jual + Kurs Beli Kurs Tengah Rupiah = ──────―─────────── 2 uang negara lain terhadap US Suku Bunga SBI Surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah BI sebagai pengakuan utang berjangka pendek Rata-rata bulanan tingkat suku bungan SBI Persen Rasio BI IHSG Suatu indeks yang merupakan nilai komulatif dari seluruh saham industri yang diperdagangkan di BEI Kinerja rata- rata saham bulanan yang berada di BEI Point Rasio BEI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN