2.2. Pengertian Modal dan Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal, keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang
dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya Munawir, 2004:72. Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif Debet dan modal Pasif
Kredit. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing
dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas
laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan
mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur modal tersebut maka dapat digunakan beberapa teori yang menjelaskan struktur modal dalam
suatu perusahaan.
2.3. Teori Struktur Modal
Berikut ini adalah teori tentang struktur modal menurut Munawir 2004 :73
1. Teori Pendekatan Tradisional 2. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
3. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal 4. Teori Pecking Order
5. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Universitas Sumatera Utara
1. Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan,
dimana struktur modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Dalam teori ini berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi perusahaan. Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai
Perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak.
3. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu hal yang terpenting adalah
dengan semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Biaya tersebut
terdiri dari dua hal, yaitu: a.
Biaya Langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya lainnya yang sejenis.
b. Biaya Tidak Langsung, yaitu biaya yang terjadi karena dalam kondisi
kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya suplier tidak akan mau
Universitas Sumatera Utara
memasok barang karena mengkwatirkan kemungkinan tidak akan membayar.
Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan antara pemegang hutang dengan pemegang saham akan meningkat, karena potensi
kerugian yang dialami oleh pemegang hutang akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya biaya
monitoring persyaratan yang lebih ketat dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat
bunga 4. Teori Pecking Order
Teori pecking order mempunyai implikasi bahwa manager akan berfikir dalam kerangka pecking order antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan
dalam penentuan struktur modal. Dalam kenyataan empiris nampaknya jarang manager keuangan yang berfikir demikian.
Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam teori pecking order adalah sebagai
berikut: a. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh
dari laba keuntungan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. b. Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan
kesempatan investasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan
menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan
akan lebih kecil pada saat yang lain. d. Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat
berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi
konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir. Teori pecking order ini bisa menjelaskan mengapa perusahaan yang
mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
5. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko
perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya. Teori ini terdiri dari Teori :
a. Myers dan Majluf Menurut teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar.
Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
Universitas Sumatera Utara
b. Signaling Mengembangkan model dimana struktur modal penggunaan hutang
merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya
ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang lebih banyak
sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek
perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, yaitu struktur modal dapat
berubah-ubah sehingga diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2.4. Komponen Struktur Modal
Struktur modal perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen, antara lain:
a. Modal sendiri.
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya Riyanto,
2004:123. Modal sendiri juga dapat didefinisikan sebagai dana yang “dipinjam”
Universitas Sumatera Utara
dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal sendiri adalah modal
yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Sumber modal sendiri dapat berasal dari dalam
perusahaan maupun luar perusahaan. Sumber dari dalam internal financing berasal dari hasil operasi perusahaan yang berbentuk laba ditahan dan penyusutan.
Sedangkan sumber dari luar external financing dapat dalam bentuk saham biasa atau saham preferen Husnan, 2005:117.
b. Modal asing atau hutang jangka panjang.
Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya panjang umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini
pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan ekspansi atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan
tersebut jumlah sangat besar. Sesuai dengan teori struktur modal, pada dasarnya struktur modal terdiri
dari modal asing dan modal sendiri. Berkaitan dengan teori tersebut maka analisis struktur modal juga terdiri dari analisis modal asing hutang dan analisis modal
sendiri rasio leverage. Analisis struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Debt to Asset Ratio DAR
Menurut Suad Husnan 2005:132 bahwa “Rasio DAR digunakan untuk mengukur persentase besarnya dana atau modal yang disediakan
oleh kreditur”. Selain itu rasio ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar investasi aktiva dibiayai dengan total hutang. Semakin
tinggi rasio DAR berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Perhitungan
DAR dilakukan dengan menggunakan rumus: Total Kewajiban
DAR = x 100 Total Aktiva
2. Rasio Lancar Current Ratio
Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang
sama dengan jatuh temponya utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang
memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan. Menurut Erich A. Helfert 2003:96, “Rasio yang paling umum digunakan untuk menaksir risiko hutang yang disajikan dalam
neraca adalah rasio lancar. Rasio ini menghubungkan aktiva lancar terhadap
Universitas Sumatera Utara
kewajiban lancar untuk mencoba memperlihatkan keamanan klaim pemberi hutang jika ada kegagalan”.
Current ratio dapat dihitung dengan rumus: Aktiva Lancar
Rasio Lancar = Kewajiban Lancar
Menurut Sofyan Syafri Harahap 2005:301: Rasio lancar dapat dibuat dalam bentuk beberapa kali atau dalam bentuk
persentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100 ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang
lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100 . Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.
3. Rasio Kas Cash Ratio
Rasio kas adalah perbandingan antara aktiva lancar yang benar-benar likuid yaitu dana kas dengan kawajiban jangka pendek. Rasio kas dihitung
dengan rumus sebagai berikut: Kas dan bank + Surat Berharga
Rasio Kas = Kewajiban lancar
Dari rumus tersebut terlihat bahwa persediaan dan piutang dagang yang kurang likuid harus dikeluarkan dari aktiva lancar, sehingga pembayaran
kewajiban jangka pendek hanya bersumber dari kas dan setara kas efek- efek.
2.5. Return on Asset