merujuk pada karakteristik dan ciri-ciri sosial yang diasosiasikan pada laki-laki dan perempuan. Karakteristik dan ciri yang diasosiasikan tidak hanya didasarkan
pada perbedaan biologis, melainkan juga pada interpretasi sosial dan cultural tentang apa artinya menjadi laki-laki atau perempuan.
21
Istilah gender menurut Oakley adalah perbedaan kebiasaantingkah laku antara perempuan dan laki-laki yang dikonstruksikan secara social, hal tersebut
merupakan bagian dari kebudayaan.
22
Pembedaan perempuan dan laki-laki menurut gender didasarkan pada budaya yang berdasar nilai-nilai dan norma-
norma yang berlaku di masyarakat, sehingga konstruksi gender bias berbeda antara kelompok masyarakat satu dengan yang lain.
Gender merupakan konsep yang dibentuk oleh masyarakat dalam kaitannya dengan relasi antara laki-laki dan perempuan. Jadi, gender
dikonstruksikan secara sosial maupun budaya, sehingga bukan dibentuk karena kodrat seperti halnya laki-laki dan perempuan yang dibedakan karena jenis
kelamin.
21
A.
Rahmawati, Persepsi Remaja tentang Konsep Maskulin dan Feminim Dilihat dari Beberapa Latar Belakangnya. Skripsi pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI
Bandung, 2004 http:www.sarjanaku.com201206pengertian-gender-menurut-para-ahli.html
, diakses pada tanggal 28-05-2013, jam 19.55
22
Rahayu Relawati, op.cit., hal. 4
B. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa, diantaranya adalah: 1. Hasil penelitian dari Marlani Alfanta, dengan judul Pengaruh Metode
Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS Terhadap Pemahaman Konsep Trigonometri Siswa Kelas X. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan kepada siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang tahun pelajaran 20122013 diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman konsep
trigonometri siswa yang pembelajarannya menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPSlebih tinggi dari pada pemahaman
konsep trigonometri siswa yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes pemahaman
konsep trigonometri yang pembelajarannya menggunakan metode Thinking Aloud pair Problem Solving adalah sebesar 68,69 dan nilai rata-rata hasil tes
pemahaman konsep trigonometri dengan pembelajaran konvensional adalah sebesar 61,69.
2. Hasil penelitian dari Rosita Mahmudah, dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis Siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa kelas VIII MTs Negeri II Pamulang tahun pelajaran 20122013
diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis yang diajarkan
dengan model
pembelajaran Creative
Problem Solvinglebihbaikdaripadakemampuanberpikir kritis matematis yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis kelas eksperimen 59,00 dan
rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis kelas kontrol 48,00.
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir Penelitian
Soal terlalu kaku Daya nalar siswa
kurang terlatih
Kemampuan berpikir kritis matematika rendah
Solusi: Penggunaan metode pembelajaran
Thinking Aloud Pair Problem Solving TAPPS
Memecahkan masalah dengan menggunakan hasil penalaran
masing-masing siswa Menghubungkan konsep-
konsep matematika sebelumnya
Kemampuan berpikir kritis matematika tinggi