xiii
DAFTAR TABEL No. Tabel
Halaman 2.1
Hubungan Antara Metode dan Tujuan Pendidikan Kesehatan
8
3.1
Definisi Operasional 39
5.1 Daftar Nama Kelurahan pada Kecamatan Pesanggrahan
Tahun 2013 52
5.2 Distribusi Karakteristik Ibu hamil Kelompok Perlakuan
berdasarkan Usia, Pendidikan, Usia kehamilan, Status Pekerjaan, dan Status Paritas di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Tahun 2013 56
5.3
Distribusi Karakteristik Ibu hamil Kelompok Kontrol berdasarkan Usia, Pendidikan, Usia kehamilan, Status
Pekerjaan, dan Status Paritas di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
57
5.4
Hasil Uji Normalitas 58
5.5 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif pada Kelompok
Perlakuan 59
5.6
Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif pada Kelompok Kontrol
60
5.7 Gambaran Intensi pada kelompok perlakuan dan
Kontrol 60
5.8 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan
Pengetahuan ASI Eksklusif 61
5.9
Pengaruh Dari Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi
62
5.10 Hasil Analisis Bivariat Variabel Tingkat Pendidikan,
perubahan pengetahuan, status paritas, pekerjaan dan usia terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada Ibu
Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
63
xiv
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
2.1.
Kerangka Teori 37
3.1. Kerangka Konsep
39
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Leaflet ASI Eksklusif
Lampiran 4 Leaflet Placebo : Pedoman Gizi Ibu Hamil
Lampiran 5 Output Penelitian
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
ASI merupakan makanan terbaik untuk kesehatan bayi. ASI harus diberikan secara eksklusif, yaitu diberikan sejak lahir selama 6 enam
bulan, tanpa menambahkan danatau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh
semua kelebihan
ASI serta
terhindar dari
bahaya kesehatan
Sulistyoningsih, 2011. Kegagalan ASI eksklusif disebabkan adanya pemberian makanan
pendamping ASI MP-ASI yang terlalu dini. Pemberian Makanan Pendamping ASI yang terlalu dini berbahaya bagi bayi karena saluran
pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencerna makanan dan minuman selain ASI. Selain itu Makananminuman prelakteal dapat
menggangu produksi ASI dan mengurangi kemampuan bayi untuk menghisap Depkes, 1997 dalam Wulandari, 2011. Oleh karena itu
pemerintah menetapkan Undang-undang no. 36 pasal 128 bahwa pemberian ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan
merupakan hak bayi yang harus dipenuhi. Praktek
pemberian ASI
ekslusif di
Indonesia masih
memprihatinkan. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, bahwa pemberian ASI saja cenderung terus menurun seiring dengan
bertambahnya usia bayi. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia baru mencapai 61,5. Provinsi yang berada di kawasan timur Indonesia
memiliki cakupan lebih tinggi daripada kawasan Jawa dan Bali. Berdasarkan data tersebut, DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah
yang angka cakupan ASI eksklusifnya masih dibawah target nasional 80 yaitu sebesar 62,1. Menurut Depkes 2002 dalam Rahmawati
2008, rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jumlah ASI yang kurang, bayi yang rewel, ibu yang
bekerja, kepercayaan masyarakat yang tidak mendukung, terbatasnya pengetahuan ibu tentang ASI, ibu sakittidak bisa menyusui dan semakin
gencarnya promosi susu formula. Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI,
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Foo et al 2005 dalam
Hikmawati 2008 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan ASI eksklusif. Selain itu
penelitian yang telah dilakukan oleh Afifah 2007 menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan mengenai ASI Eksklusif dengan
pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe dan Bonuck 2011, didapatkan bahwa pengetahuan ASI eksklusif pada
ibu hamil berhubungan dengan munculnya intensi atau niat ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada anaknya.
Berdasarkan laporan tahunan Suku Dinas Jakarta Selatan tahun 2011 dalam Septiani 2012, cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan masih dibawah target nasional 80
yaitu dengan presentase sebesar 51,2 , padahal pada Puskesmas tersebut pengetahuan terkait ASI eksklusif telah diberikan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Septiani 2012 pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal, terdapat 10 dari 22 materi pemberian ASI eksklusif yang masih
perlu diberikan pengetahuan 56. Oleh karena itu diperlukan adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil terutama terkait pemberian ASI
eksklusif. Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan terdapat beberapa media
pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ASI eksklusif. Media pendidikan yang ada adalah standing banner ASI eksklusif dan
leaflet kelas ibu hamil. Standing banner ASI eksklusif berada pada ruang tunggu pelayanan antenatal dan leaflet kelas ibu hamil digunakan saat
berlangsungnya kelas ibu hamil. Namun materi pada kedua media yang digunakan masih terbatas.
Materi pada standing banner tersebut hanya menjelaskan terkait pengertian ASI eksklusif dan himbauan untuk memberikan ASI eksklusif
pada anaknya. Materi ASI eksklsuif pada leaflet juga hanya terdapat materi mengenai Inisisasi Menyusu Dini IMD. Materi pada media-media
tersebut masih kurang dari yang dianjurkan untuk keberhasilan ASI Eksklusif. Oleh karena itu diperlukan metode pendidikan lain untuk
melengkapi sumber pengetahuan mengenai ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
Peningkatan pengetahuan akan lebih baik apabila menggunakan lebih dari satu media atau metode pendidikan. Sebelumnya peneliti telah
mencoba melakukan metode peningkatan pengetahuan dengan media leaflet ASI Eksklusif yang dilengkapi metode ceramah, namun dalam
penelitian tersebut terdapat beberapa kendala seperti tidak tersedianya tempat khusus untuk melaksanakan kelas ibu hamil dan sulitnya
mengundang ibu hamil untuk hadir sebanyak 3 pertemuan. Kelas ibu hamil biasa dilaksanakan pada ruangan USG, namun
terkadang ruangan tersebut digunakan untuk pemeriksan ibu nifas dan kontrol kesehatan bayi. Sehingga sulit menetapkan waktu yang tepat untuk
mengadakan kelas. Selain itu telah dicoba melaksanakan kelas ibu hamil dan sudah didapatkan 21 peserta pada pertemuan pertama, namun pada
pertemuan kedua hanya terdapat 4 dari 21 peserta yang hadir kembali. Sehingga dapat dikatakan metode kelas ibu hamil tidak sesuai untuk
dilaksanakan pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba metode peningkatan pengetahuan hanya dengan
menggunakan leaflet ASI eksklusif dengan 10 materi yang masih kurang dikuasai ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Peneliti
memilih metode ini dikarenakan lebih mudah dan memungkinkan untuk dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
1.2.Rumusan Masalah
Pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sangat penting dalam meningkatkan praktek pemberian ASI eksklusif. Menurut Kemenkes
2010 dan Soetjiningsih 1997, terdapat 22 materi pemberian ASI eksklusif yang seharusnya dikuasai oleh ibu hamil. Pengetahuan ASI
eksklusif di wilayah puksemas Kecamatan Pesanggrahan mengenai
pemberian ASI eksklusif masih dikatakan kurang karena terdapat 10 dari 22 materi pemberian ASI eksklusif yang belum dikuasai. Oleh karena itu
dibutuhkan metode belajar yang dapat meningkatkan pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil.
1.3.Pertanyaan Penelitian
a. Apakah ada pegaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013? b. Apakah ada pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013?
c. Apakah variabel tingkat pendidikan, status partas, pekerjaan dan usia menjadi confounding terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada
ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan dan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013.
b. Mengetahui apakah variabel tingkat pendidikan, status partas, pekerjaan dan usia menjadi confounding terhadap intensi
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013.
1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1.
Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan mengenai pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan dan intensi Pemberian ASI eksklusif pada
ibu hamil dan diharapkan dapat menjadi pengembangan kompetensi diri sesuai dengan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan gizi masyarakat serta menjadi bahan bacaan dan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
1.5.2. Bagi Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Dapat memberikan pertimbangan untuk digunakannya media leaflet sebagai metode untuk meningkatkan pengetahuan dan intensi
pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang
lingkupnya.
b. Institusi pendidikan dapat memperoleh tolak ukur proses belajar mahasiswa dengan keadaan yang nyata.
c. Memberikan informasi pada institusi yang terkait sehingga dapat menjadi bahan masukan untuk membuat kebijakan selanjutnya.
1.6.Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan dan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil
di wilayah Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013. Sasaran penelitian ini adalah ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data
primer berupa wawancara menggunakan kuesioner pengetahuan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan disain kuasi
eksperimen. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya praktik pemberian ASI eksklusif dan masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai
pemberian ASI eksklusif.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Subargus 2011 metode pendidikan dibagi berdasarkan tujuannya yaitu untuk mengubah pengetahuan, mengubah sikap dan
mengubah perilaku. Tabel 2.1.
Hubungan Antara Metode dan Tujuan Pendidikan Kesehatan
Metode untuk mengubah
pengetahuan Metode untuk
mengubah sikap Metode untuk
mengubah tindakan
Ceramah Kuliah
Presentasi Tulisan-tulisan
Membuat perencanaan Disain
Simposiumseminar Diskusi kelompok
Tanya jawab Bimbingan
Role Play Pemutaran film video
Diskusi Latihan sendiri
Studi kasus Bengkel kerja
Demoonstrasi Eksperimen
Metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk mengubah pengetahuan adalah ceramah, kuliah, presentasi, tulisan-tulisan seperti
leaflet, membuat perencanaan, disain, dan seminarsimposium. Metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk mengubah sikap adalah diskusi
kelompok, tanya jawab, bimbingan, Role Play, Pemutaran film video, dan Diskusi. Sedangkan metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk
mengubah tindakan adalah latihan sendiri, studi kasus, bengkel kerja, demonstrasi dan eksperimen.
Sedangkan menurut Notoadmodjo 2007, metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu metode pendidikan individual, metode
pendidikan kelompok, dan metode pendidikan massa.
2.1.1. Metode Pendidikan Individual
Menurut Notoadmodjo 2007, metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru, atau
membina seseorang mulai tertarik kepada suatu perubahan prilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini
karena setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda- beda terkait perilaku baru tersebut. Metode-metode yang
termasuk kedalam pendidikan individual adalah bimbingan konseling dan wawancara.
2.1.2. Metode Pendidikan Kelompok
Menurut Notoadmodjo 2007, dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus dilihat berdasarkan besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Efektifitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran
pendidikan. Adapun metode-metode pendidikan yang termasuk pendidikan kelompok adalah ceramah, seminar, diskusi kelompok,
curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil, role play, dan permainan simulasi.
2.1.3. Metode Pendidikan Massa
Menurut Notoadmodjo 2007, metode pendidikan massa cocok untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidkan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur,
jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang
akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi awarenss, dan belum begitu diharapkan untuk
sampai pada perubahan perilaku. Pada umumnya, bentuk pendekatan massa ini tidak langsung. Biasanya dengan
menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan massa adalah ceramah
umum, pidato, simulasi, sinetron, tulisan-tulisan di majalah atau koran dan billboard.
2.1.4. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan Kesehatan merupakan alat bantu untuk menyampaikan informasi kesehatan serta mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya media dibagi menjadi 3, yaitu media
cetak, media elektronik dan media papan Notoadmodjo,2007. a. Media Cetak
Media cetak sangat bervariasi, adapun yang termasuk kedalam media cetak adalah Booklet, Leaflet, Flayer, Flip
Chart, Rubrik, Poster dan Foto.
b. Media Elektronik Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-
pesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya. Media yang termasuk kedalah media elektronik adalah Televisi,
Radio, Video, Slide dan Film Strip. c. Media Papan
Papan billboard yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi
kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum.
2.2. Leaflet
Leaflet merupakan selembar kertas yang dilipat-lipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar tertentu mengenai suatu topik khusus untuk
sasaran dan tujuan tertentu Suiraoka dan Supariasa, 2012. 2.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Media Leaflet
Kelebihan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena
mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat
diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang
mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan
diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran Lucie, 2005
Sementara itu beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan
mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang
baik Lucie,2005. 2.2.2. Syarat Pembuatan Leaflet yang Baik
Persyaratan leaflet yang efektif menurut Garnadi 1971 dalam Supardi 2002 adalah
a Ditulis secara populer menggunakan kata, kalimat, dan istilah yang mudah dimengerti sasaran.
b Menggunakan kalimat yang sederhana, singkat dan jelas,
c Menggunakan warna dan gambar sebagai daya penarik. d Dapat
menggunakan kerangka
apa, mengapa,
bagaimana, bilamana, dan dimana. e Dicetak dan dibagikan gratis kepada sasaran.
Prinsip umum pembuatan leaflet menurut Garnadi 1971 dalam Supardi 2002 adalah
a Kesederhanaan yaitu konsep dan tulisan harus jelas, sederhana dan mudah dipahami,
b Kesatuan, yaitu berbagai unsur yang saling menunjang membentuk ide tunggal,
c Penekanan pada bagian bagian yang penting untuk menarik minat dan perhatian
d Tata letak gambar dan tulisan menggunakan warna yang serasi.
2.2.3. Hambatan Dalam Komunikasi Efek yang diharapkan dengan diterimanya pesan melalui
media tertentu oleh sasaran adalah terjadinya perubahan pengetahuan, perubahan sikap, atau perubahan tindakan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan Rogers and Shoemaker, 1971 dalam Supardi, 2002. Menurut Sadiman, dkk. 2003 dalam
Suiraoka dan Supariasa 2012, hambatan komunikasi disebut barriers atau noises. Terdapat beberapa hambatan seperti adanya
hambatan psikologis, hambatan fisik, hambatan kultural, dan hambatan lingkungan.
Hambatan psilkologis, misalnya minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensia dan pengetahuan dari penyuluh ataupun
sasaran. Hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Pesan-pesan yang disampaikan pada
seseorang yang sakit akan terhambat untuk diterima. Hambatan kultural seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial,
kepercayaan dan nilai-nilai panutan. Perbedaan adat istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi
sumber salah paham.
Sedangkan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses karena
adanya ditempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan berbeda dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas
dan berjubel. Karena adanya berbagai hambatan tersebut, proses belajar sering kali berlangsungsecara tidak efektif dan efisien
Sadiman, dkk. 2010.
2.3.Materi ASI Eksklusif
Menurut Kemenkes R.I 2010 dan Soetjiningsih 1997 dalam Septiani 2012, materi pengetahuan yang seharusnya diberikan untuk
dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa: 1 ASI Saja Enam Bulan;
Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 enam bulan, tanpa menambahkan danatau mengganti dengan makanan atau
minuman lain. Materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil karena menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh MS. Kramar 2009
dalam Septiani 2012, banyak manfaat yang akan diperoleh, baik dari bayi maupun ibu apabila bayi disusui secara eksklusif selama enam
bulan tanpa tambahan apapun. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian
ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta
dapat pula menunda periode menstruasi. Pemberian ASI eksklusif yang diberikan selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak
ada efek samping pada pertumbuhan bayi. Sangat disayangkan apabila materi ini tidak dikuasai oleh ibu hamil, mengingat manfaatnya sangat
besar dan menguntungkan, bukan hanya bagi bayi tetapi juga untuk ibu. Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam
bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan
pertama kehidupan bayi. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi
mengalami sakit Pratiwi dan Purnawati, 2009 dalam Septiani,2012. 2 Penjelasan Pentingnya ASI;
ASI mengandung zat gizi yang sesuai serta juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI
tersebut. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra, et.al 2010 dalam Septiani 2012, mengemukakan bahwa ASI merupakan
nutrisi ideal yang dapat mencukupi dan mendukung pertumbuhan yang optimal dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.
3 Skin to skin contact Inisiasi Menyusu Dini IMD; Menurut Kemenkes R.I 2008, IMD mulai diperkenalkan kembali
ke seluruh dunia melalui tema peringatan Pekan ASI sedunia tahun 2007. Menyusui segera dalam satu jam pertama setelah melahirkan
akan sangat membantu daya tahan anak. Inisiasi Menyusu Dini Early Initiation merupakan kesempatan bayi untuk mulai menyusu sendiri
segera setelah lahirdini dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya skin-to-skin contact, setidaknya satu jam atau sampai
menyusu pertama selesai. Banyak sekali manfaat yang dapat diberikan apabila ibu melakukan
IMD kepada bayinya. Salah satu manfaat dari IMD dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq dalam Roesli
2008 menyebutkan bahwa dengan memberikan IMD, kesempatan untuk berhasil dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya kelak
adalah delapan kali lebih berhasil dibandingkan dengan ibu yang tidak memberikan IMD.
Menurut Kemenkes R.I 2005, IMD penting dikarenakan : a Pada saat itu refleks menghisap bayi kuat sekali, refleks hisap
tersebut akan merangsang pengeluaran ASI b Hisapan mulut pada puting dan daerah hitam sekitarnya akan
merangsang kontraksi otot kandungan dan hal ini akan mengurangi perdarahan pada waktu persalinan. Ingat lebih dari sepertiga
kematian ibu bersalin adalah akibat perdarahan. 4 Kolostrum;
Kolostrum sangat penting diberikan kepada bayi yang baru lahir, hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan.
Berikut ini manfaat kolostrum menurut Kemenkes R.I 2005:
a Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Imunoglobulin A untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
terutama diare. b Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
c Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. d Membantu mengeluarkan mekonium yaitu tinja faeces atau
kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. e Mencegah alergi
5 Rawat gabung; Menurut Soetjiningsih 1997, rawat gabung adalah suatu
sistem perawatan ibu dan anak bersama sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap
saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Tujuan dilakukannya rawat gabung ini pada pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia
adalah : a Bantuan Emosional
b Produksi ASI Dari pertimbangan bahwa ASI merupakan makanan
terbaik bagi bayi, maka pemberian ASI kepada bayi merupakan sesuatu yang amat penting. Pada hari-hari pertama
ASI yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tetapi hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan
bayi masih sedikit. ASI perlu dirangsang sesegera mungkin setelah kelahiran, disinilah peran rawat gabung dalam
memudahkan ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya sesegera mungkin. Pentingnya pemberian ASI sesegera
mungkin adalah karena dapat merangsang produksi ASI pada hari-hari berikutnya sehingga ibu tentunya tidak akan
mengalami kesulitan dalam menyusui selanjutnya. c Pencegahan Infeksi
Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung
maka infeksi silang dapat dihindari. 6 Bahaya Susu formula;
Ibu-ibu yang memilih untuk memberikan ASI eksklusif merupakan langkah yang tepat. Hal ini dikarenakan ASI memiliki
banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan susu formula. Menurut Hegar 2009 dalam Septiani 2012, salah satu hal positif
yang dapat ditimbulkan dengan pemberian ASI eksklusif adalah peningkatan kadar SIgA. Peningkatan kadar SIgA berkorelasi
dengan peningkatan sistem pertahanan saluran cerna terhadap infeksi, sedangkan mukus yang melapisi permukaan saluran cerna
berfungsi sebagai barrier agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke aliran darah.
Hal negatif lain yang dapat dirasakan oleh bayi dan ibu dengan pemberian susu formula menurut Kemenkes R.I 2005, adalah
sebagai berikut: a Kemungkinan terjadinya pencemaran sangat tinggi, sehingga
bayi mudah terserang infeksi: misalnya diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, dsb.
b Bayi tidak memperoleh zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan secara optimal.
c Bayi tidak memperoleh kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terserang penyakit.
d Kemungkinan terjadinya kekeliruan pengenceran sangat tinggi, sehingga berisiko untuk diare.
e Perlu biaya mahal untuk membeli susu dan perlengkapan lainnya.
f Terjadi bingung puting. Terjadi bingung puting dimana pada waktu diberi payudara
ibunya. Pada susu botol, air susu akan turun sendiri karena gravitasi bumi, sedang pada menyusu, bayi harus menghisap
payudara, baru ASI keluar. Hal ini akan membuat bayi menjadi bingung dan akhirnya frustasi dan menangis, sehingga
menyebabkan ibu bingung dan pusing. 7 Perawatan puting susu;
Memberikan ASI eksklusif pada bayinya merupakan impian bagi banyak ibu, tetapi beberapa ibu mengalami kendala seperti rasa sakit
saat menyusui, terjadi pembengkakan ataupun produksi ASI yang tidak lancar. Hal-hal seperti ini tentu saja dapat dihindari apabila ibu
melakukan persiapan dengan melakukan perawatan puting susu sebelum melahirkan.
Menurut Soetjiningsih 1997, perawatan puting yang bisa dimulai pada trimester awal kehamilan adalah dengan melakukan
pemeriksaan apakah ada kelainan seperti tumor, kista, atau kelainan bentuk puting, selain itu permukaan dan warna juga merupakan suatu
pemeriksaan yang harus dilakukan pada trimester awal. Permukaan yang terdapat luka dan sisik merupakan suatu kelainan yang perlu
diantisipasi, sedangkan pada warna, apabila warna puting tidak sama dengan kalang payudara, maka patut dicurigai puting mengalami suatu
kelainan. Selama bulan terakhir kehamilan, beberapa tetes kolostrum
mungkin dapat diperah keluar dari puting. Menurut kaderkanie 2011 dalam Septiani 2012, membersihkan puting susu dapat dilakukan
dengan menghindari penggunaan sabun, alkohol atau lainnya di area puting karena akan membuatnya kering, iritasi atau lecet. Besihkanlah
dengan air hangat, gunakan baby oil untuk mengompres sampai daerah sekitar puting susu dengan warna lebih gelap selama 2-3 menit. Ini
berguna untuk membersihkan kerak atau kotoran yang menempel sehingga lebih mudah untuk dibersihkan, setelah selesai, lap payudara
dengan handuk agar tidak lembab.
Pada trimester akhir, selain menjaga kebersihan puting susu, dapat dilakukan pengurutan dengan meletakkan telunjuk dan ibu jari
pada dasar puting susu selama 10 detik. Hal tersebut dilakukan apabila bentuk puting datar atau masuk ke dalam. Tujuan dari pengurutan
adalah untuk mendorong puting lebih menonjol, lakukanlah sekurang- kurangnya 2 kali dengan menggunakan minyak zaitun atau baby oil
yang berfungsi melicinkan sehingga bisa mengurangi rasa nyeri Kaderkanie, 2011 dalam Septiani 2012.
8 Keinginan untuk menyusui Menurut Handerson 2006 dalam Septiani 2012, tugas
petugas kesehatan tersebut dalam pemberian KIE tidak hanya memberikan pengetahuan yang diperlukan para ibu, tetapi juga untuk
mengidentifikasikan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dan terutama meningkatkan kepercayaan diri dan otonominya. Pemahaman
tentang membina kelekatan yang tepat dan kemampuannya mengajarkan kepada ibu adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut
karena, h ampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu untuk
memperoleh rasa percaya diri serta pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar Kemenkes R.I, 2008.
9 Cara menyusui yang baik dan benar Cara menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan masalah-
masalah dalam menyusui seperti puting lecet dan ASI tidak keluar optimal. Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan ibu mengalami
kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya, oleh sebab
itulah, pemberian pengetahuan mengenai cara menyusui yang baik merupakan salah satu materi yang harus dimasukkan Soetjiningsih,
1997. Menurut Kemenkes R.I 2005, terdapat tiga hal penting yang dapat
membuat seorang ibu dapat menyusui dengan baik, diantaranya adalah positioning, attachment, dan bonding. Berikut penjelasan dari dari
masing-masing cara: a Posisi badan ibu dan bayi positioning
1. Ibu dapat duduk atau berbaring dengan santai 2. Hadapkan keseluruhan tubuh bayi menghadap perut ibu
3. Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
4. Letakkan kepala bayi pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diatas pangkuan ibu
b Perlekatan mulut bayi pada payudara attachment Perlekatan adalah posisi melekatnya mulut bayi pada payudara
ibu untuk menyusu. Berikut ini cara pelekatan mulut bayi pada payudara yang benar :
1. Sentuhkan puting susu pada pipi atau bibir bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka lebar
2. Masukan puting dan sebagian besar areola bagian bawah masuk ke mulut bayi
3. Bibir bawah bayi melengkung keluar
4. Dagu bayi menempel ke payudara dan kepala bayi agak menengadah
5. Bayi menghisap pelan dan dalam 6. Sentuh bibir atas bayi dengan puting
7. Sewaktu mulut terbuka lebar, masukkan sebagian besar areola dalam mulut bayi
8. Sebagian besar areola masuk mulut bayi dan bibir bayi melengkung keluar.
c Kasih bonding Ibu memeluk dan memandang bayi.
10 Mengatasi kesulitan dalam menyusui Banyak ibu-ibu yang setelah melahirkan tidak menyusui bayinya.
Hal tersebut dikarenakan ibu-ibu tersebut mengalami kesulitan dalam menyusui. Menurut Soetjiningsih 1997, disebutkan bahwa ibu-ibu
yang menemui kesulitan dalam menyusui dapat menyebabkan ibu tersebut gagal dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Kesulitan menyusui sebenarnya dapat teratasi apabila telah diberikan informasi sejak awal oleh bidan bagaimana cara mengatasi kesulitan
tersebut. Berikut ini kesulitan yang biasa dialami ibu dalam menyusui menurut Kemenkes R.I 1995:
a Masa Antenatal Pada masa antenatal, yang termasuk masalah menyusui pada
ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan puting tidak lentur.
1. Puting susu datar atau terbenam Untuk mengetahui apakah puting susu datar, cubitlah areola
di sisi puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu yang normal akan menonjol, bila tidak berarti puting susu
dapat dikatakan datar. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada sesuatu yang menarik puting susu kedalam, misalnya
tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak saat kehamilan
sehingga dapat diusahakan perbaikannya. Tidak selalu ibu dengan puting susu datar mengalami
kesulitan besar pada saat menyusui, asalkan ibu tersebut diberikan pengarahan mengenai cara mengatasinya. Cara
mengatasi permasalahan tersebut dapat dengan meakukan gerakan hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk
atau ibu jari didaerah areola, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah yang berlawanan atau bisa juga dengan cara
memompa puting susu atau jarum suntik 10 ml yang sudah dimodifikasi setiap hari untuk mencoba supaya puting
menonjol keluar. 2. Puting tidak lentur
Puting susu tidak lentur menyulitkan bayi untuk menyusui, walaupun demikian, puting susu tidak lentur pada awal
kehamilan sering kali menjadi lentur normal pada saat atau beberapa
saat menjelang
persalinan, sehingga
tidak
memerlukan tindakan khusus, namun sebaiknya tetap dilakukan latihan seperti cara mengatasi puting susu datar atau
terbenam. b Masa Pasca Persalinan Dini
Pada masa pasca persalinan dini, yang termasuk masalah menyusui pada ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan
puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses. Puting susu datar atau terbenam sudah diuraikan
diatas, sehingga pada ulasan ini yang akan dibahas adalah hanya puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat,
mastitis dan abses menurut Soetjiningsih 1997: 1 Puting Susu Lecet
Masalah tersering dalam menyusui adalah puting susu nyerilecet, sekitar 57 dari ibu yang menyusui dilaporkan
pernah menderita kelecetan pada putingnya. Penyebab puting susu lecet diantaranya adalah: kesalahan dalam teknik
menyusui, monoliasis infeksi jamur candida pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, pemakaian sabun, alkohol,
krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, bayi dengan tali lidah pendek serta ibu yang menghentikan
menyusu dengan
kurang hati-hati.
Cara mengatasi
permasalahan ini bisa dengan cara:
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim atau zat-zat iritan lainya; diajarkan cara melepaskan
puting dari hisapan bayi dengan cara tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi atau dengan
memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi; posisi menyusui harus benar.
2 Payudara Bengkak Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu
dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesuadah ibu melahirkan. Statis pada pembuluh darah
dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada
payudara yang mengakibatkan payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Cara mengatasi masalah ini, dapat
dilakukan dengan: Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis
pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air panas; menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara
yang membengkak, hal ini dimaksudkan supaya aliran ASI lancar dan menurunkan tegangan payudara.
3 Saluran Susu Tersumbat Masalah menyusui ini merupakan suatu keadaan dimana
terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran kecil yang berfungsi menyalurkan ASI. Penyebabnya bisa dikarenakan:
tekanan jari ibu pada waktu menyusui; pemakaian BH yang terlalu ketat; komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang
terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga membentuk sumbatan. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan :
Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air
panas; ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui, bila payudara
masih terasa penuh; ubah-ubah posisi menyusui menyusui untuk melancarkan ASI.
4 Mastitis Mastitis merupakan radang pada payudara. Radang ini
dapat disebabkan karena: tidak disusu secara adekuat; puting yang lecet sehingga memudahkan masuknya kuman, BH yang
terlalu ketat, ibu yang sedang menjalankan diit yang kurang baik, kurang istirahat serta anemia. Cara mengatasi masalah
ini bisa dengan: Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada
payudara yang terkena selama dan sesering mungkin, agar
payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal; berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau
lap basah panas pada payudara yang saluran susunya terhambat; ubahlah posisi menyusui dari waktu kewaktu;
pakailah bajuBH yang longgar; istirahat cukup; makan makanan bergizi; banyak minum sekitar 2 liter perhari.
5 Abses Mastitis dan abses merupakan sesuatu yang berbeda.
Abses pada payudara merupakan kelanjutankomplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan
dalam payudara tersebut. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan pemberian antibiotika dosis tinggi dan analgesik.
2.4.Pengetahuan 2.4.1.
Definisi Pengetahuan
Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo 2007, pengetahuan
merupakan kemampuan
seseorang untuk
mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari
pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden Notoatmodjo, 2007.
2.4.2. Manfaat Pengetahuan
Menurut Suhartono 2005 dalam Nainggolan 2009, pengetahuan diperlukan manusia untuk memecahkan setiap persoalan
yang muncul sepanjang kehidupan manusia dalam pencapaian tujuan hidup yaitu kebahagiaan, keadaan makmur, tenteram, damai dan
sejahtera baik pada taraf individual maupun taraf sosial. Pengetahuan juga dapat membuat manusia memiliki kemampuan untuk
mempertahankan dan mengembangkan hidup. Pengetahuan akan membuat seseorang mampu menentukan kepastian tentang suatu hal,
dan apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah sungguh-sungguh Watloly, 2005 dalam Nainggolan, 2009 .
2.4.3. Sumber Pengetahuan
Menurut Hartono 2010 dalam Septiani 2012, sumber untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam empat
kategori, yaitu : a perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat, b perorangan
dalam kendali pelayanan kesehatan petugas kesehatan, c nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan media massa, dan
media elektronik serta d nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan iklan, brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan.
2.4.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2007, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :
a.
Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang perpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
b.
Informasi Informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek immediate impact sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan.
c.
Sosial budaya dan ekonomi Kebiasan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang
akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi ekonomi seseorang.
d.
Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh
terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut.
e.
Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
f.
Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola
pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,sehingga
pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik.
2.5. Intensi 2.5.1.