Pengaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan dan intensi ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

(1)

PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Oleh : Nur Syamsiyah NIM : 109101000029

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1434 H


(2)

(3)

ii

PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Agustus 2013

Nur Syamsiyah, NIM. 109101000029

PENGARUH MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN

PENGETAHUAN DAN INTENSI ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013

xv + 83 halaman, 12 tabel, 2 Bagan, 5 lampiran ABSTRAK

Pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sangat penting dalam meningkatkan praktek pemberian ASI eksklusif. Menurut Kemenkes (2010) dan Soetjiningsih (1997), terdapat 22 materi pemberian ASI eksklusif yang seharusnya dikuasai oleh ibu hamil. Pengetahuan ASI eksklusif di wilayah Puksemas Kecamatan Pesanggrahan mengenai pemberian ASI eksklusif masih dikatakan kurang karena hanya 10 dari 22 materi yang belum dikuasai oleh ibu hamil. Dari hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan dan intensi pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi kuasi eksperimen. Sampel dalam penelitian ini adalah 60 ibu hamil yang melakukan kunjungan pada pelayanan antenatal. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30 responden menjadi kelompok kontrol dan 30 responden menjadi kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol diberikan leaflet Pedoman gizi ibu hamil, sedangkan kelompok perlakuan diberikan leaflet mengenai Pemberian ASI eksklusif. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata perubahan skor pengetahuan pada kelompok perlakuan lebih besar dari pada kelompok kontrol. Kemudian dari hasil bivariat dengan kemaknaan 5%, diketahui bahwa media leaflet dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan dengan p value sebesar 0,000. Selain itu, digunakan uji bivariat untuk mengetahui hubungan perubahan pengetahuan terhadap intensi dan dihasilkan bahwa terdapat hubungan antara perubahan pengetahuan terhadap intensi dengan p value sebesar 0,000. Pada uji Multivariat, diketahui bahwa tidak terdapat variabel yang menjadi counfounding terhadap intensi.

Dapat disimpulkan bahwa media leaflet dapat mempengaruhi pengetahuan dan intensi ASI eksklusif. Diharapkan media leaflet ini dapat digunakan dalam pelayanan antenatal maupun kegiatan diluar Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan sebagai metode peningkatan pengetahuan ASI eksklusif.

Kata Kunci : Media Leaflet, Perubahan Pengetahuan, Intensi Daftar Bacaan : 39 (1975-2013)


(4)

iii

SPECIALISATION NUTRITION OF PUBLIC HEALTH Undergraduated, August 2013

Nur Syamsiyah, NIM. 109101000029

THE INFLUENCE OF LEAFLET MEDIA TO CHANGE KNOWLEDGE AND INTENTION EXCLUSIVE BREASTFEEDING OF PREGNANT WOMEN AT COMMUNITY HEALTH CENTERS PESANGGRAHAN SOUTH JAKARTA 2013

xv + 83 page, 12 table, 2 chart, 5 attachment ABSTRACT

Mother’s Knowledge about exclusive breastfeeding is very important to improve

practice exclusive breastfeeding. According to Kemenkes (2010) and Soetjiningsih (1997), there are 22 exclusive breastfeeding materials should be understood by pregnant women. Knowledge of exclusive breastfeeding in the Pesanggrahan Community Health Centers was still less because 10 of 22 materials weren’t understood by pregnant women. Therefore, researcher is interested in conducting research about influence of leaflet media in changing knowledge and intentions of exclusive breastfeeding in pregnant women in Pesanggrahan Community Health Centers 2013.

This research used quantitative approach with quasi-experimental design. The sample in this study was 60 pregnant women as visitor of antenatal care. Samples were divided into two groups: 30 respondens for control group and 30 respondens for treatment group. Leaflets maternal nutrition guidelines was given to control group treatment, while leaflets about Exclusive Breastfeeding was given to treatment group. The data used was primary data obtained through interviews with questionnaires.

The survey results revealed that the average deltha score of knowledge in the treatment group was greater than in the control group. Then the results of bivariate test with significance 5 % showed that leaflet could affect knowledge change (p value 0,000). The others, bivariate test was used to know influence of knowledge change to intention and the result showed that there was a relationship between knowledge change to the intention (p value 0,000). In the multivariate test, there wasn’t counfounding variable to the intention.

It can be concluded that the leaflet can affect knowledge and intentions of exclusive breastfeeding. This leaflet is expected to be used in antenatal care and activities outside the Pesanggrahan Community Health Centers as a method of increasing knowledge exclusive breastfeeding.

Keyword : Leaflet Media, Knowledge Change, Intentions Reading List : 39 (1975-2013)


(5)

(6)

(7)

vi A. DATA PRIBADI

Nama : Nur Syamsiyah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Februari 1992

Alamat : Jl.Manggis 1 no.36 Rt/Rw : 12/005 Manggarai Selatan, Tebet, Jakarta Selatan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

No. Telepon / HP : 081310622248

Email : nursyamsi03@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1997 – 2003 (SD Islam As-Syafi’iyah 01 Pagi)

2003 – 2006 (SMPN 3 Jakarta)

2006 – 2009 ( SMAN 37 Jakarta)


(8)

vii

Asslamu’alaikum WR.WB.

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa dipanjatkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Selama proses penyusunan skripsi, banyak pihak yng turut membantu dan memberika petunjuk, dorongan, semangat, dan motivasi kepada penulis. Tanpa bantuan mereka, penulis belum tentu bisa menyelesaikannya. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku yang tercinta bapak Nahrowi Abd. Muin dan mimi Fatimah yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan doa yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis.

2. Kepada kakak-kakakku (Aang ela dan ang Arief) dan adikku (Umi) tercinta yang sudah membantu dan mendukung hingga Skripsi ini selsai.

3. Bapak Prof. Dr. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Febrianti M.Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan masyarakat serta dosen pembimbing yang telah banyak membantu mengarahkan dan memberi masukan kepada pembimbing dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Catur Rosidati, MKM, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.MA dan Ibu Rostini, M.K.M. selaku penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis.


(9)

viii pelaksanaan penelitian ini.

8. Teman-teman senasib seperjuangan, sepenaggungan di tempat penelitian Fitri Aryani SKM., Kiki Chairani SKM dan Desly Ahdikanta SKM yang telah menemani, membantu, mendukung dan menyemangati penulis sampai akhir perjuangan.

9. Untuk sahabatku tercinta lilik, ucrit, debo, fika, nurul, yeni, cimeh, heni serta teman-teman gidzaholic lain yang selalu peneliti kangenii.

10.Buat ka septi yang memberikan keceriaan dan nasehat pada peneliti dan ka ami yang sudah membimbing peneliti.

11.Seluruh teman-teman Kesmas 2009.

12.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membentu.

Semoga terselesaikannya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis lain dan pembaca umumnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Wassalamu’alaikum WR.WB

Jakarta, Agustus 2013


(10)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 4

1.3.Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4.Tujuan Penelitian ... 5

1.5.Manfaat Penelitian ... 6

1.6.Ruang Lingkup ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1. Metode Pendidikan Kesehatan ... 8

2.1.1. Metode Pendidikan Individual ... 9


(11)

x

2.2. Leaflet ... 11

2.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Media Leaflet ... 11

2.2.2. Syarat Pembuatan Leaflet yang Baik ... 12

2.2.3. Hambatan Dalam Komunikasi ... 13

2.3. Materi ASI Eksklusif ... 14

2.4. Pengetahuan ... 28

2.4.1. Definisi Pengetahuan ... 28

2.4.2. Manfaat Pengetahuan ... 29

2.4.3. Sumber Pengetahuan ... 29

2.4.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 29

2.5. Intensi ... 31

2.5.1. Pengertian Intensi ... 31

2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensi ... 32

2.6. Kerangka Teori ... 35

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 38 3.1.Kerangka Konsep ... 38

3.2.Definisi Operasional ... 39

3.3.Hipotesis Penelitian ... 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 42 4.1. Jenis dan Disain Penelitian ... 42

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42


(12)

xi

4.4. Instrumen Penelitian ... 45

4.5. Pengumpulan Data ... 47

4.5.1. Jenis data ... 47

4.5.2. Pengukuran Data ... 47

4.6. Prosedur Penelitian ... 47

4.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 48

BAB V HASIL 52 5.1. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ... 52

5.2. Karakteristik Ibu Hamil ... 55

5.2.1. Karakteristik Ibu Hamil Kelompok Perlakuan ... 55

5.2.2. Karakteristik Ibu Hamil Kelompok Kontrol ... 57

5.3. Uji Normalitas ... 58

5.4. Gambaran Pengetahuan Ibu hamil Terkait ASI Eksklusif Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 59 5.5. Gambaran Intensi Pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 60

5.6. Pengaruh Media Leaflet terhadap Perubahan Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif ... 61 5.7. Pengaruh Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi Pemberian ASI eksklusif 62 5.8. Analisis Multivariat ... 62

BAB VI PEMBAHASAN 64 6.1. Keterbatasan Penelitian ... 64 6.2. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan 65


(13)

xii

6.2.2. Status Paritas ... 66

6.2.3. Usia ... 67

6.2.4. Usia Kehamilan ... 68

6.2.5. Pekerjaan ... 68

6.3. Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil ... 69

6.3.1. Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil Pada Kelompok Kontrol ... 69 6.3.2. Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil Pada Kelompok Perlakuan ... 70 6.4. Gambaran Intensi Pada Kelompok Kontrol Dan Perlakuan ... 71

6.5. Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan ASI Eksklusif ... 72

6.6. Pengaruh Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi Pemberian ASI Eksklusif ... 75 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 78 7.1. Simpulan ... 78

7.2. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(14)

xiii

2.1 Hubungan Antara Metode dan Tujuan Pendidikan Kesehatan

8

3.1 Definisi Operasional 39

5.1 Daftar Nama Kelurahan pada Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013

52

5.2 Distribusi Karakteristik Ibu hamil Kelompok Perlakuan berdasarkan Usia, Pendidikan, Usia kehamilan, Status Pekerjaan, dan Status Paritas di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013

56

5.3 Distribusi Karakteristik Ibu hamil Kelompok Kontrol berdasarkan Usia, Pendidikan, Usia kehamilan, Status Pekerjaan, dan Status Paritas di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013

57

5.4 Hasil Uji Normalitas 58

5.5 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif pada Kelompok Perlakuan

59

5.6 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif pada Kelompok Kontrol

60

5.7 Gambaran Intensi pada kelompok perlakuan dan Kontrol

60

5.8 Pengaruh Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan ASI Eksklusif

61

5.9 Pengaruh Dari Perubahan Pengetahuan Terhadap Intensi

62

5.10 Hasil Analisis Bivariat Variabel Tingkat Pendidikan, perubahan pengetahuan, status paritas, pekerjaan dan usia terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013


(15)

xiv

No. Bagan Halaman

2.1. Kerangka Teori 37


(16)

xv Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Leaflet ASI Eksklusif

Lampiran 4 Leaflet Placebo : Pedoman Gizi Ibu Hamil Lampiran 5 Output Penelitian


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

ASI merupakan makanan terbaik untuk kesehatan bayi. ASI harus diberikan secara eksklusif, yaitu diberikan sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terhindar dari bahaya kesehatan (Sulistyoningsih, 2011).

Kegagalan ASI eksklusif disebabkan adanya pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini. Pemberian Makanan Pendamping ASI yang terlalu dini berbahaya bagi bayi karena saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencerna makanan dan minuman selain ASI. Selain itu Makanan/minuman prelakteal dapat menggangu produksi ASI dan mengurangi kemampuan bayi untuk menghisap (Depkes, 1997 dalam Wulandari, 2011). Oleh karena itu pemerintah menetapkan Undang-undang no. 36 pasal 128 bahwa pemberian ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 bulan merupakan hak bayi yang harus dipenuhi.

Praktek pemberian ASI ekslusif di Indonesia masih memprihatinkan. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, bahwa pemberian ASI saja cenderung terus menurun seiring dengan


(18)

bertambahnya usia bayi. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia baru mencapai 61,5%. Provinsi yang berada di kawasan timur Indonesia memiliki cakupan lebih tinggi daripada kawasan Jawa dan Bali. Berdasarkan data tersebut, DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah yang angka cakupan ASI eksklusifnya masih dibawah target nasional (80%) yaitu sebesar 62,1%. Menurut Depkes (2002) dalam Rahmawati (2008), rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jumlah ASI yang kurang, bayi yang rewel, ibu yang bekerja, kepercayaan masyarakat yang tidak mendukung, terbatasnya pengetahuan ibu tentang ASI, ibu sakit/tidak bisa menyusui dan semakin gencarnya promosi susu formula.

Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Foo et al (2005) dalam Hikmawati (2008) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan ASI eksklusif. Selain itu penelitian yang telah dilakukan oleh Afifah (2007) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan mengenai ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe dan Bonuck (2011), didapatkan bahwa pengetahuan ASI eksklusif pada ibu hamil berhubungan dengan munculnya intensi atau niat ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada anaknya.

Berdasarkan laporan tahunan Suku Dinas Jakarta Selatan tahun 2011 dalam Septiani (2012), cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan masih dibawah target nasional (80%)


(19)

yaitu dengan presentase sebesar 51,2 %, padahal pada Puskesmas tersebut pengetahuan terkait ASI eksklusif telah diberikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Septiani (2012) pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal, terdapat 10 dari 22 materi pemberian ASI eksklusif yang masih perlu diberikan pengetahuan (<56%). Oleh karena itu diperlukan adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil terutama terkait pemberian ASI eksklusif.

Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan terdapat beberapa media pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ASI eksklusif. Media pendidikan yang ada adalah standing banner ASI eksklusif dan leaflet kelas ibu hamil. Standing banner ASI eksklusif berada pada ruang tunggu pelayanan antenatal dan leaflet kelas ibu hamil digunakan saat berlangsungnya kelas ibu hamil. Namun materi pada kedua media yang digunakan masih terbatas.

Materi pada standing banner tersebut hanya menjelaskan terkait pengertian ASI eksklusif dan himbauan untuk memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Materi ASI eksklsuif pada leaflet juga hanya terdapat materi mengenai Inisisasi Menyusu Dini (IMD). Materi pada media-media tersebut masih kurang dari yang dianjurkan untuk keberhasilan ASI Eksklusif. Oleh karena itu diperlukan metode pendidikan lain untuk melengkapi sumber pengetahuan mengenai ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

Peningkatan pengetahuan akan lebih baik apabila menggunakan lebih dari satu media atau metode pendidikan. Sebelumnya peneliti telah


(20)

mencoba melakukan metode peningkatan pengetahuan dengan media leaflet ASI Eksklusif yang dilengkapi metode ceramah, namun dalam penelitian tersebut terdapat beberapa kendala seperti tidak tersedianya tempat khusus untuk melaksanakan kelas ibu hamil dan sulitnya mengundang ibu hamil untuk hadir sebanyak 3 pertemuan.

Kelas ibu hamil biasa dilaksanakan pada ruangan USG, namun terkadang ruangan tersebut digunakan untuk pemeriksan ibu nifas dan kontrol kesehatan bayi. Sehingga sulit menetapkan waktu yang tepat untuk mengadakan kelas. Selain itu telah dicoba melaksanakan kelas ibu hamil dan sudah didapatkan 21 peserta pada pertemuan pertama, namun pada pertemuan kedua hanya terdapat 4 dari 21 peserta yang hadir kembali. Sehingga dapat dikatakan metode kelas ibu hamil tidak sesuai untuk dilaksanakan pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba metode peningkatan pengetahuan hanya dengan menggunakan leaflet ASI eksklusif dengan 10 materi yang masih kurang dikuasai ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Peneliti memilih metode ini dikarenakan lebih mudah dan memungkinkan untuk dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

1.2.Rumusan Masalah

Pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sangat penting dalam meningkatkan praktek pemberian ASI eksklusif. Menurut Kemenkes (2010) dan Soetjiningsih (1997), terdapat 22 materi pemberian ASI eksklusif yang seharusnya dikuasai oleh ibu hamil. Pengetahuan ASI eksklusif di wilayah puksemas Kecamatan Pesanggrahan mengenai


(21)

pemberian ASI eksklusif masih dikatakan kurang karena terdapat 10 dari 22 materi pemberian ASI eksklusif yang belum dikuasai. Oleh karena itu dibutuhkan metode belajar yang dapat meningkatkan pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil.

1.3.Pertanyaan Penelitian

a. Apakah ada pegaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013?

b. Apakah ada pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013?

c. Apakah variabel tingkat pendidikan, status partas, pekerjaan dan usia menjadi confounding terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan dan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013.


(22)

b. Mengetahui apakah variabel tingkat pendidikan, status partas, pekerjaan dan usia menjadi confounding terhadap intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013.

1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan dan intensi Pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil dan diharapkan dapat menjadi pengembangan kompetensi diri sesuai dengan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan gizi masyarakat serta menjadi bahan bacaan dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5.2. Bagi Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Dapat memberikan pertimbangan untuk digunakannya media leaflet sebagai metode untuk meningkatkan pengetahuan dan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya dengan mengembangkan metode yang lebih luas ruang lingkupnya.


(23)

b. Institusi pendidikan dapat memperoleh tolak ukur proses belajar mahasiswa dengan keadaan yang nyata.

c. Memberikan informasi pada institusi yang terkait sehingga dapat menjadi bahan masukan untuk membuat kebijakan selanjutnya.

1.6.Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media leaflet terhadap pengetahuan dan intensi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2013. Sasaran penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data primer berupa wawancara menggunakan kuesioner pengetahuan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan disain kuasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya praktik pemberian ASI eksklusif dan masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI eksklusif.


(24)

8 2.1.Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Subargus (2011) metode pendidikan dibagi berdasarkan tujuannya yaitu untuk mengubah pengetahuan, mengubah sikap dan mengubah perilaku.

Tabel 2.1.

Hubungan Antara Metode dan Tujuan Pendidikan Kesehatan Metode untuk mengubah pengetahuan Metode untuk mengubah sikap Metode untuk mengubah tindakan Ceramah Kuliah Presentasi Tulisan-tulisan Membuat perencanaan Disain Simposium/seminar Diskusi kelompok Tanya jawab Bimbingan Role Play

Pemutaran film/ video Diskusi Latihan sendiri Studi kasus Bengkel kerja Demoonstrasi Eksperimen

Metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk mengubah pengetahuan adalah ceramah, kuliah, presentasi, tulisan-tulisan seperti leaflet, membuat perencanaan, disain, dan seminar/simposium. Metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk mengubah sikap adalah diskusi kelompok, tanya jawab, bimbingan, Role Play, Pemutaran film/ video, dan Diskusi. Sedangkan metode pendidikan kesehatan yang digunakan untuk mengubah tindakan adalah latihan sendiri, studi kasus, bengkel kerja, demonstrasi dan eksperimen.


(25)

Sedangkan menurut Notoadmodjo (2007), metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu metode pendidikan individual, metode pendidikan kelompok, dan metode pendidikan massa.

2.1.1. Metode Pendidikan Individual

Menurut Notoadmodjo (2007), metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang mulai tertarik kepada suatu perubahan prilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda-beda terkait perilaku baru tersebut. Metode-metode yang termasuk kedalam pendidikan individual adalah bimbingan konseling dan wawancara.

2.1.2. Metode Pendidikan Kelompok

Menurut Notoadmodjo (2007), dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus dilihat berdasarkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Efektifitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan. Adapun metode-metode pendidikan yang termasuk pendidikan kelompok adalah ceramah, seminar, diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil, role play, dan permainan simulasi.

2.1.3. Metode Pendidikan Massa

Menurut Notoadmodjo (2007), metode pendidikan massa cocok untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang


(26)

ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidkan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi awarenss, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Pada umumnya, bentuk pendekatan massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan massa adalah ceramah umum, pidato, simulasi, sinetron, tulisan-tulisan di majalah atau koran dan billboard.

2.1.4. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan Kesehatan merupakan alat bantu untuk menyampaikan informasi kesehatan serta mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya media dibagi menjadi 3, yaitu media cetak, media elektronik dan media papan (Notoadmodjo,2007). a. Media Cetak

Media cetak sangat bervariasi, adapun yang termasuk kedalam media cetak adalah Booklet, Leaflet, Flayer, Flip Chart, Rubrik, Poster dan Foto.


(27)

b. Media Elektronik

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya. Media yang termasuk kedalah media elektronik adalah Televisi, Radio, Video, Slide dan Film Strip.

c. Media Papan

Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.

2.2. Leaflet

Leaflet merupakan selembar kertas yang dilipat-lipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar tertentu mengenai suatu topik khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu (Suiraoka dan Supariasa, 2012).

2.2.1. Kelebihan dan Kekurangan Media Leaflet

Kelebihan menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan


(28)

diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran (Lucie, 2005)

Sementara itu beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik (Lucie,2005).

2.2.2. Syarat Pembuatan Leaflet yang Baik

Persyaratan leaflet yang efektif menurut Garnadi (1971) dalam Supardi (2002) adalah

a) Ditulis secara populer menggunakan kata, kalimat, dan istilah yang mudah dimengerti sasaran.

b) Menggunakan kalimat yang sederhana, singkat dan jelas,

c) Menggunakan warna dan gambar sebagai daya penarik. d) Dapat menggunakan kerangka apa, mengapa,

bagaimana, bilamana, dan dimana.

e) Dicetak dan dibagikan gratis kepada sasaran.

Prinsip umum pembuatan leaflet menurut Garnadi (1971) dalam Supardi (2002) adalah

a) Kesederhanaan yaitu konsep dan tulisan harus jelas, sederhana dan mudah dipahami,

b) Kesatuan, yaitu berbagai unsur yang saling menunjang membentuk ide tunggal,


(29)

c) Penekanan pada bagian bagian yang penting untuk menarik minat dan perhatian

d) Tata letak gambar dan tulisan menggunakan warna yang serasi.

2.2.3. Hambatan Dalam Komunikasi

Efek yang diharapkan dengan diterimanya pesan melalui media tertentu oleh sasaran adalah terjadinya perubahan pengetahuan, perubahan sikap, atau perubahan tindakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Rogers and Shoemaker, 1971 dalam Supardi, 2002). Menurut Sadiman, dkk. (2003) dalam Suiraoka dan Supariasa (2012), hambatan komunikasi disebut barriers atau noises. Terdapat beberapa hambatan seperti adanya hambatan psikologis, hambatan fisik, hambatan kultural, dan hambatan lingkungan.

Hambatan psilkologis, misalnya minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensia dan pengetahuan dari penyuluh ataupun sasaran. Hambatan fisik seperti kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Pesan-pesan yang disampaikan pada seseorang yang sakit akan terhambat untuk diterima. Hambatan kultural seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan. Perbedaan adat istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang bisa menjadi sumber salah paham.


(30)

Sedangkan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses karena adanya ditempat yang tenang, sejuk dan nyaman tentu akan berbeda dengan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan berjubel. Karena adanya berbagai hambatan tersebut, proses belajar sering kali berlangsungsecara tidak efektif dan efisien (Sadiman, dkk. 2010).

2.3.Materi ASI Eksklusif

Menurut Kemenkes R.I (2010) dan Soetjiningsih (1997) dalam Septiani (2012), materi pengetahuan yang seharusnya diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa:

1) ASI Saja Enam Bulan;

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil karena menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh MS. Kramar (2009) dalam Septiani (2012), banyak manfaat yang akan diperoleh, baik dari bayi maupun ibu apabila bayi disusui secara eksklusif selama enam bulan tanpa tambahan apapun.

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta


(31)

dapat pula menunda periode menstruasi. Pemberian ASI eksklusif yang diberikan selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak ada efek samping pada pertumbuhan bayi. Sangat disayangkan apabila materi ini tidak dikuasai oleh ibu hamil, mengingat manfaatnya sangat besar dan menguntungkan, bukan hanya bagi bayi tetapi juga untuk ibu. Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi mengalami sakit (Pratiwi dan Purnawati, 2009 dalam Septiani,2012). 2) Penjelasan Pentingnya ASI;

ASI mengandung zat gizi yang sesuai serta juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra, et.al (2010) dalam Septiani (2012), mengemukakan bahwa ASI merupakan nutrisi ideal yang dapat mencukupi dan mendukung pertumbuhan yang optimal dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.

3) Skin to skin contact Inisiasi Menyusu Dini (IMD);

Menurut Kemenkes R.I (2008), IMD mulai diperkenalkan kembali ke seluruh dunia melalui tema peringatan Pekan ASI sedunia tahun 2007. Menyusui segera dalam satu jam pertama setelah melahirkan akan sangat membantu daya tahan anak. Inisiasi Menyusu Dini (Early Initiation) merupakan kesempatan bayi untuk mulai menyusu sendiri


(32)

segera setelah lahir/dini dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya (skin-to-skin contact), setidaknya satu jam atau sampai menyusu pertama selesai.

Banyak sekali manfaat yang dapat diberikan apabila ibu melakukan IMD kepada bayinya. Salah satu manfaat dari IMD dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq dalam Roesli (2008) menyebutkan bahwa dengan memberikan IMD, kesempatan untuk berhasil dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya kelak adalah delapan kali lebih berhasil dibandingkan dengan ibu yang tidak memberikan IMD.

Menurut Kemenkes R.I (2005), IMD penting dikarenakan :

a) Pada saat itu refleks menghisap bayi kuat sekali, refleks hisap tersebut akan merangsang pengeluaran ASI

b) Hisapan mulut pada puting dan daerah hitam sekitarnya akan merangsang kontraksi otot kandungan dan hal ini akan mengurangi perdarahan pada waktu persalinan. Ingat lebih dari sepertiga kematian ibu bersalin adalah akibat perdarahan.

4) Kolostrum;

Kolostrum sangat penting diberikan kepada bayi yang baru lahir, hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan. Berikut ini manfaat kolostrum menurut Kemenkes R.I (2005):


(33)

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Imunoglobulin A untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu tinja (faeces) atau

kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. e) Mencegah alergi

5) Rawat gabung;

Menurut Soetjiningsih (1997)), rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Tujuan dilakukannya rawat gabung ini pada pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia adalah :

a) Bantuan Emosional b) Produksi ASI

Dari pertimbangan bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, maka pemberian ASI kepada bayi merupakan sesuatu yang amat penting. Pada hari-hari pertama


(34)

ASI yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tetapi hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi masih sedikit. ASI perlu dirangsang sesegera mungkin setelah kelahiran, disinilah peran rawat gabung dalam memudahkan ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya sesegera mungkin. Pentingnya pemberian ASI sesegera mungkin adalah karena dapat merangsang produksi ASI pada hari-hari berikutnya sehingga ibu tentunya tidak akan mengalami kesulitan dalam menyusui selanjutnya.

c) Pencegahan Infeksi

Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi silang dapat dihindari.

6) Bahaya Susu formula;

Ibu-ibu yang memilih untuk memberikan ASI eksklusif merupakan langkah yang tepat. Hal ini dikarenakan ASI memiliki banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan susu formula. Menurut Hegar (2009) dalam Septiani (2012), salah satu hal positif yang dapat ditimbulkan dengan pemberian ASI eksklusif adalah peningkatan kadar SIgA. Peningkatan kadar SIgA berkorelasi dengan peningkatan sistem pertahanan saluran cerna terhadap infeksi, sedangkan mukus yang melapisi permukaan saluran cerna berfungsi sebagai barrier agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke aliran darah.


(35)

Hal negatif lain yang dapat dirasakan oleh bayi dan ibu dengan pemberian susu formula menurut Kemenkes R.I (2005), adalah sebagai berikut:

a) Kemungkinan terjadinya pencemaran sangat tinggi, sehingga bayi mudah terserang infeksi: misalnya diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, dsb.

b) Bayi tidak memperoleh zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan secara optimal.

c) Bayi tidak memperoleh kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terserang penyakit.

d) Kemungkinan terjadinya kekeliruan pengenceran sangat tinggi, sehingga berisiko untuk diare.

e) Perlu biaya mahal untuk membeli susu dan perlengkapan lainnya.

f) Terjadi bingung puting.

Terjadi bingung puting dimana pada waktu diberi payudara ibunya. Pada susu botol, air susu akan turun sendiri karena gravitasi bumi, sedang pada menyusu, bayi harus menghisap payudara, baru ASI keluar. Hal ini akan membuat bayi menjadi bingung dan akhirnya frustasi dan menangis, sehingga menyebabkan ibu bingung dan pusing.

7) Perawatan puting susu;

Memberikan ASI eksklusif pada bayinya merupakan impian bagi banyak ibu, tetapi beberapa ibu mengalami kendala seperti rasa sakit


(36)

saat menyusui, terjadi pembengkakan ataupun produksi ASI yang tidak lancar. Hal-hal seperti ini tentu saja dapat dihindari apabila ibu melakukan persiapan dengan melakukan perawatan puting susu sebelum melahirkan.

Menurut Soetjiningsih (1997), perawatan puting yang bisa dimulai pada trimester awal kehamilan adalah dengan melakukan pemeriksaan apakah ada kelainan seperti tumor, kista, atau kelainan bentuk puting, selain itu permukaan dan warna juga merupakan suatu pemeriksaan yang harus dilakukan pada trimester awal. Permukaan yang terdapat luka dan sisik merupakan suatu kelainan yang perlu diantisipasi, sedangkan pada warna, apabila warna puting tidak sama dengan kalang payudara, maka patut dicurigai puting mengalami suatu kelainan.

Selama bulan terakhir kehamilan, beberapa tetes kolostrum mungkin dapat diperah keluar dari puting. Menurut kaderkanie (2011) dalam Septiani (2012), membersihkan puting susu dapat dilakukan dengan menghindari penggunaan sabun, alkohol atau lainnya di area puting karena akan membuatnya kering, iritasi atau lecet. Besihkanlah dengan air hangat, gunakan baby oil untuk mengompres sampai daerah sekitar puting susu dengan warna lebih gelap selama 2-3 menit. Ini berguna untuk membersihkan kerak atau kotoran yang menempel sehingga lebih mudah untuk dibersihkan, setelah selesai, lap payudara dengan handuk agar tidak lembab.


(37)

Pada trimester akhir, selain menjaga kebersihan puting susu, dapat dilakukan pengurutan dengan meletakkan telunjuk dan ibu jari pada dasar puting susu selama 10 detik. Hal tersebut dilakukan apabila bentuk puting datar atau masuk ke dalam. Tujuan dari pengurutan adalah untuk mendorong puting lebih menonjol, lakukanlah sekurang-kurangnya 2 kali dengan menggunakan minyak zaitun atau baby oil yang berfungsi melicinkan sehingga bisa mengurangi rasa nyeri (Kaderkanie, 2011) dalam Septiani (2012).

8) Keinginan untuk menyusui

Menurut Handerson (2006) dalam Septiani (2012), tugas petugas kesehatan tersebut dalam pemberian KIE tidak hanya memberikan pengetahuan yang diperlukan para ibu, tetapi juga untuk mengidentifikasikan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dan terutama meningkatkan kepercayaan diri dan otonominya. Pemahaman tentang membina kelekatan yang tepat dan kemampuannya mengajarkan kepada ibu adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut karena, hampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu untuk memperoleh rasa percaya diri serta pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar (Kemenkes R.I, 2008).

9) Cara menyusui yang baik dan benar

Cara menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan masalah-masalah dalam menyusui seperti puting lecet dan ASI tidak keluar optimal. Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan ibu mengalami kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya, oleh sebab


(38)

itulah, pemberian pengetahuan mengenai cara menyusui yang baik merupakan salah satu materi yang harus dimasukkan (Soetjiningsih, 1997).

Menurut Kemenkes R.I (2005), terdapat tiga hal penting yang dapat membuat seorang ibu dapat menyusui dengan baik, diantaranya adalah positioning, attachment, dan bonding. Berikut penjelasan dari dari masing-masing cara:

a) Posisi badan ibu dan bayi (positioning)

1. Ibu dapat duduk atau berbaring dengan santai

2. Hadapkan keseluruhan tubuh bayi menghadap perut ibu

3. Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

4. Letakkan kepala bayi pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diatas pangkuan ibu

b) Perlekatan mulut bayi pada payudara (attachment)

Perlekatan adalah posisi melekatnya mulut bayi pada payudara ibu untuk menyusu. Berikut ini cara pelekatan mulut bayi pada payudara yang benar :

1. Sentuhkan puting susu pada pipi atau bibir bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka lebar

2. Masukan puting dan sebagian besar areola bagian bawah masuk ke mulut bayi


(39)

4. Dagu bayi menempel ke payudara dan kepala bayi agak menengadah

5. Bayi menghisap pelan dan dalam 6. Sentuh bibir atas bayi dengan puting

7. Sewaktu mulut terbuka lebar, masukkan sebagian besar areola dalam mulut bayi

8. Sebagian besar areola masuk mulut bayi dan bibir bayi melengkung keluar.

c) Kasih (bonding)

Ibu memeluk dan memandang bayi.

10) Mengatasi kesulitan dalam menyusui

Banyak ibu-ibu yang setelah melahirkan tidak menyusui bayinya. Hal tersebut dikarenakan ibu-ibu tersebut mengalami kesulitan dalam menyusui. Menurut Soetjiningsih (1997), disebutkan bahwa ibu-ibu yang menemui kesulitan dalam menyusui dapat menyebabkan ibu tersebut gagal dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Kesulitan menyusui sebenarnya dapat teratasi apabila telah diberikan informasi sejak awal oleh bidan bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut. Berikut ini kesulitan yang biasa dialami ibu dalam menyusui menurut Kemenkes R.I (1995):

a) Masa Antenatal

Pada masa antenatal, yang termasuk masalah menyusui pada ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan puting tidak lentur.


(40)

1. Puting susu datar atau terbenam

Untuk mengetahui apakah puting susu datar, cubitlah areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu yang normal akan menonjol, bila tidak berarti puting susu dapat dikatakan datar. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada sesuatu yang menarik puting susu kedalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak saat kehamilan sehingga dapat diusahakan perbaikannya.

Tidak selalu ibu dengan puting susu datar mengalami kesulitan besar pada saat menyusui, asalkan ibu tersebut diberikan pengarahan mengenai cara mengatasinya. Cara mengatasi permasalahan tersebut dapat dengan meakukan gerakan hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari didaerah areola, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah yang berlawanan atau bisa juga dengan cara memompa puting susu atau jarum suntik 10 ml yang sudah dimodifikasi setiap hari untuk mencoba supaya puting menonjol keluar.

2. Puting tidak lentur

Puting susu tidak lentur menyulitkan bayi untuk menyusui, walaupun demikian, puting susu tidak lentur pada awal kehamilan sering kali menjadi lentur (normal) pada saat atau beberapa saat menjelang persalinan, sehingga tidak


(41)

memerlukan tindakan khusus, namun sebaiknya tetap dilakukan latihan seperti cara mengatasi puting susu datar atau terbenam.

b) Masa Pasca Persalinan Dini

Pada masa pasca persalinan dini, yang termasuk masalah menyusui pada ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses. Puting susu datar atau terbenam sudah diuraikan diatas, sehingga pada ulasan ini yang akan dibahas adalah hanya puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses menurut Soetjiningsih (1997):

1) Puting Susu Lecet

Masalah tersering dalam menyusui adalah puting susu nyeri/lecet, sekitar 57% dari ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya. Penyebab puting susu lecet diantaranya adalah: kesalahan dalam teknik menyusui, monoliasis (infeksi jamur candida) pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, bayi dengan tali lidah pendek serta ibu yang menghentikan menyusu dengan kurang hati-hati. Cara mengatasi permasalahan ini bisa dengan cara:


(42)

Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim atau zat-zat iritan lainya; diajarkan cara melepaskan puting dari hisapan bayi dengan cara tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi; posisi menyusui harus benar.

2) Payudara Bengkak

Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesuadah ibu melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara yang mengakibatkan payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Cara mengatasi masalah ini, dapat dilakukan dengan:

Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air panas; menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang membengkak, hal ini dimaksudkan supaya aliran ASI lancar dan menurunkan tegangan payudara.


(43)

3) Saluran Susu Tersumbat

Masalah menyusui ini merupakan suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran kecil yang berfungsi menyalurkan ASI. Penyebabnya bisa dikarenakan: tekanan jari ibu pada waktu menyusui; pemakaian BH yang terlalu ketat; komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga membentuk sumbatan. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan :

Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air panas; ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui, bila payudara masih terasa penuh; ubah-ubah posisi menyusui menyusui untuk melancarkan ASI.

4) Mastitis

Mastitis merupakan radang pada payudara. Radang ini dapat disebabkan karena: tidak disusu secara adekuat; puting yang lecet sehingga memudahkan masuknya kuman, BH yang terlalu ketat, ibu yang sedang menjalankan diit yang kurang baik, kurang istirahat serta anemia. Cara mengatasi masalah ini bisa dengan:

Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan sesering mungkin, agar


(44)

payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal; berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang saluran susunya terhambat; ubahlah posisi menyusui dari waktu kewaktu; pakailah baju/BH yang longgar; istirahat cukup; makan makanan bergizi; banyak minum sekitar 2 liter per/hari.

5) Abses

Mastitis dan abses merupakan sesuatu yang berbeda. Abses pada payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan pemberian antibiotika dosis tinggi dan analgesik. 2.4.Pengetahuan

2.4.1. Definisi Pengetahuan

Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).


(45)

2.4.2. Manfaat Pengetahuan

Menurut Suhartono (2005) dalam Nainggolan (2009), pengetahuan diperlukan manusia untuk memecahkan setiap persoalan yang muncul sepanjang kehidupan manusia dalam pencapaian tujuan hidup yaitu kebahagiaan, keadaan makmur, tenteram, damai dan sejahtera baik pada taraf individual maupun taraf sosial. Pengetahuan juga dapat membuat manusia memiliki kemampuan untuk mempertahankan dan mengembangkan hidup. Pengetahuan akan membuat seseorang mampu menentukan kepastian tentang suatu hal, dan apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah sungguh-sungguh (Watloly, 2005 dalam Nainggolan, 2009) .

2.4.3. Sumber Pengetahuan

Menurut Hartono (2010) dalam Septiani (2012), sumber untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu : (a) perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat), (b) perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (petugas kesehatan), (c) nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (media massa, dan media elektronik) serta (d) nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (iklan, brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan). 2.4.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :


(46)

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang perpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

b. Informasi

Informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi ekonomi seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.


(47)

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,sehingga pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik.

2.5. Intensi

2.5.1. Pengertian Intensi

Intensi adalah probabilitas subjektif yang dimiliki seseorang tentang akan melakukan sesuatu perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975). Konsep tentang intensi diajukan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), yang diartikan sebagai kemungkinan subjektif seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Kemudian ditegaskan bahwa niat individu untuk melakukan sesuatu itu merupakan fungsi dari (1) sikap terbadap perwujudan perilaku dalam situasi tertentu, sebagai faktor personal atau attitudional. Hal ini berhubungan dengan orientasi seseorang yang


(48)

berkembang atas dasar keyakinan dan pertimbangan terhadap apa yang diyakini itu, dan (2) norma-norma yang berpengaruh atas perwujudan perilaku dan motivasi seseorang untuk patuh pada norma itu, sebagai faktor sosial atau normative. Ini merupakan gabungan antara persepsi reference-group atau significant-person terhadap perwujudan perilaku (Ajzen dan Fishbein, 1975).

Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak berdasarkan intensi atau niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap perilakunya (Ajzen, 2005). Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada belief bahwa target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut. Suatu tingkah laku tidak hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).

2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Intensi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe dan Bonuck (2011) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi intensi yaitu pengetahuan, usia, budaya, status paritas, niat ibu untuk kembali bekerja dan durasi pemberian ASI eksklusif pada anak terakhir.


(49)

a. Pengetahuan

Menurut Ajzen (1980) dalam Azwar (2007), pengetahuan yang baik dapat membentuk keyakinan yang baik. Keyakinan yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap perilaku. Keyakinan tersebut akan mempengaruhi sikap seseorang apakah perilaku tersebut menghasilkan sesuatu yang diinginkan atau tidak diinginkan. Selanjutnya, keyakinan yang bersifat normatif (yang diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai harapan normatif akan membentuk norma subjektif dalam diri individu. Disamping itu, terdapat kontrol perilaku yang ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya melakukan perilaku tertentu. Hal tersebut yang membentuk niat dari seseorang untuk melakukan suatu perilaku.

b. Usia

Pada usia diatas 35 tahun, ibu melahirkan termasuk beresiko karena erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat mempengauhi produksi ASI. Dibandingkan ibu yang usianya lebih muda, ibu yang berusia lebih dari 35 tahun akan lebih menemukan kendala seperti produksi ASI kurang dan mudah lelah. Akibatnya motivasi dan niat ibu untuk memberikan ASI eksklusif akan berkurang (Lestari, dkk., 2012).


(50)

c. Budaya

Faktor budaya sangat erat berkaitan dengan kepercayaan masyarakat yang didasarkan pada pengalaman orang tua atau mertua. Adanya pemahaman jika memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lain seperti pisang akan membuat bayi lapar, sebab ASI saja tidak dapat mengeyangkan dan dianggap sebagai minuman saja (Syafar dan Rachman, 2011). Kepercayaan tersebut yang akan mempengaruhi niat seseorang untuk berperilaku (Ajzen ,1980 dalam Azwar,2007).

d. Pendidikan

Pemberian ASI eksklusif berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan tinggi cenderung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini karena ibu sudah paham dan tahu tentang manfaat pemberian ASI eksklusif kepada bayi (Tarigan dan Aryastami, 2010).

e. Status paritas

Pengalaman ibu menyusui sebelumnya akan memperbesar kemungkinan ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Ibu yang memiliki pengalaman akan lebih mampu menghadapi kendala menyusui karena sebelumnya pernah menemui kendala tersebut (Lestari, dkk,2012). Menurut Pechlivani, et al (2005) dalam Lestari, dkk. (2012), ibu multipara menunjukkan angka yang lebih tinggi dalam memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu primipara.


(51)

f. Niat ibu untuk kembali bekerja

Kembali bekerja setelah cuti melahirkan merupakan kendala suksesnya ASI eksklusif. Chatterji dan Frick (2005) dalam Lestari, dkk. (2012) menyatakan bahwa kembali bekerja dalam tiga bulan pertama setelah melahirkan sangat berhubungan dengan penurunan untuk menyusui sebesar 16%-18%, dan pengurangan durasi menyusui sekitar 4-5 minggu. Weber, et al. (2011) dalam Lestari, dkk (2012) menyatakan bahwa kembali bekerja adalah alasan utama berhenti menyusui, dari 60% wanita yang berniat terus menyusui hanya 40% yang tetap menyusui setelah kembali bekerja.

g. Durasi pemberian ASI eksklusif pada anak terakhir

Keberhasilan menyusui sebelumnya akan menimbulkan rasa puas dan bangga sehingga dapat mempengaruhi cara menyusui di masa depan. Semakin lama durasi menyusui maka semakin banyak pengalaman tentang Pemberian ASI eksklusif. Ibu yang memiliki pengalaman lebih banyak akan lebih mampu menghadapi kendala menyusui karena sebelumnya pernah menemui kendala tersebut (Lestari, dkk, 2012) sehingga dapat meningkatkan durasi menyusui di masa depan. 2.6.Kerangka Teori

Pemberian ASI eksklusif sangat dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai pemberian ASI eksklusif. Diantara perilaku dan pengetahuan terdapat intensi yang merupakan pengambilan keputusan dari ibu untuk


(52)

berperilaku atau tidak. Kerang teori pada penelitian ini diambil berdasarkan penelitian yang dilaksanakan Stuebe dan Bonuck (2011). Penelitian tersebut memiliki tujuan mengetahui prediktor dari intensi pemberian ASI eksklusif. Selama periode pre-postpartum,diketahui bahwa pengetahuan, kenyamanan dan intensi pemberian ASI eksklusif dapat diubah. Oleh karena itu penelitian ini didahului dengan memberikan intervensi berupa konseling laktasi selama 2 kali pertemuan (45 menit/ pertemuan).

Variabel yang diduga menjadi prediktor dari intensi pemberian makanan pada bayi adalah usia, budaya, pendidikan, paritas, niat untuk kembali bekerja pada tahun pertama setelah melahirkan, dan durasi pemberian ASI ekslusif pada anak terakhir. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe dan Bonuck (2011), diketahui bahwa pengetahuan ASI Eksklusif berhubungan langsung dengan munculnya intensi terhadap pemberian ASI eksklusif.


(53)

Sehingga didapatkan kerangka teori sebagai berikut:

Bagan 2.1.Kerangka Teori

Stuebe dan Bonuck (2011)

Pengetahuan ASI eksklusif

Intensi Pemberian ASI

eksklusif Intervensi

(konseling laktasi)

 Usia  Budaya  Pendidikan  Status paritas

 Niat kembali bekerja  Durasi pemberian ASI

eksklusif pada anak terakhir


(54)

38 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Stuebe dan Bonuck (2011) terdapat beberapa faktor yang memprediksi intensi pemberian ASI eksklusif yaitu Usia, budaya, pendidikan, paritas, niat ibu untuk kembali bekerja setelah melahirkan, dan durasi pemberian ASI eksklusif pada anak terakhir. Pada penelitian ini, durasi pemberian ASI eksklusif pada anak terakhir dan budaya tidak diteliti. Sehingga hanya Usia, pendidikan, paritas dan niat ibu untuk kembali bekerja setelah melahirkan yang menjadi variabel yang diteliti.

Pendidikan diukur dari pendidikan formal terakhir yang dimiliki responden. Status Paritas dilihat dari jumlah anak lahir hidup dari responden. Niat ibu untuk kembali bekerja dilihat dari status pekerjaan dari ibu karena data yang didapatkan peneliii adalah status pekerjaan dari ibu. Ibu hamil yang tidak bekerja sebanyak 76,67% dan hanya 23,33% ibu hamil yang bekerja. Sedangkan umur diukur dengan lamanya masa hidup responden sejak dilahirkan sampai waktu penelitian.

Variabel budaya tidak diteliti dikarenakan seluruh responden merupakan orang asia yang berdasarkan Stuebe dan Bonuck (2011) dianggap memiliki kesamaan budaya. Sehingga varabel budaya dapat dianggap homogen. Sedangkan durasi pemberian ASI eksklusif pada anak terakhir tidak diteliti


(55)

karena peneliti tidak memperoleh data tersebut sehingga dijadikan sebagai keterbatasan penelitian.

Berdasarkan kerangka teori diatas maka disusunlah kerangka konsep seperti pada bagan 3.1 berikut.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala

Perubahan pengetahuan ASI Ibu hamil Selisih antara skor pengetahuan pretest dan skor pengetahuan Kuesioner Pre-Post test Pengisian Kuesioner

Hasil skor pengetahuan (0-100) Rasio Perubahan Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Responden: Pendidikan, Status Paritas,

pekerjaan dan usia

Media Leaflet

Intensi Pemberian ASI Eksklusif


(56)

post test dalam waktu 3-5 menit. Media Leaflet Media leaflet yang dibaca responden.

Leaflet Observasi 1. Leaflet placebo berupa leaflet Pedoman Gizi ibu hamil

2. Leaflet ASI Eksklusif

Ordinal

Intensi Niat ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada anak dalam

kandungannya.

Kuesioner Pengisian kuesioner

1.Tidak berniat 2.Berniat

(Stuebe dan Bonuck, 2011)

Ordinal

Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang diikuti responden.

Kuesioner Pengisian kuesioner

1. ≤ SMP/ sederajat

2. ≥ SMA/ sederjat

(Nufrita,2010 ) Ordinal Status Paritas Banyaknya jumlah anak lahir hidup dari responden

Kuesioner Pengisian kuesioner

1. Primigravida, jika anak lahir hidup dari respoden ≤ 1. 2. Multigravida, jika


(57)

anak lahir hidup dari respoden > 1. (Nursalam,2003)

Pekerjaan Status pekerjaan responden saat wawancara dilakukan.

Kuesioner Pengisian kuesioner

1. Bekerja 2. Tidak bekerja (Fadilah,2012)

Ordinal

Usia Lamanya masa hidup sejak dilahirkan sampai saat pengisian kuesioner.

Kuesioner Pengisian kuesioner

20-40 Tahun Rasio

3.3. Hipotesis Penelitian

1) Adanya pengaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan pemberian ASI Eksklusif.

2) Adanya variabel yang menjadi counfounding terhadap perubahan pengetahuan pemberian ASI Eksklusif.

3) Adanya pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI Eksklusif.


(58)

42 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan studi kuasi eksperimental yang menggunakan rancangan pre-post test dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diminta membaca leaflet mengenai ASI Eksklusif sedangkan kelompok kontrol diberikan leaflet Pedoman Gizi ibu hamil. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan dan Intensi ASI Eksklusif pada ibu hamil.

Pre-test Perlakuan Post-test Kelompok

Eksperimen

O1 X1 O2

Kelompok Kontrol

O1 X2 O2

Keterangan: O1 : hasil Pre-test O2 : Hasil Post-test

X1 : Membaca leaflet mengenai ASI Eksklusif

X2 : Membaca leaflet mengenai Pedoman Gizi ibu hamil 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan pada bulan Mei-Juli tahun 2013.


(59)

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan Antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan pada bulan Juli tahun 2013.

4.3.2 Sampel Penelitian

Pemilihan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan atas tujuan dan pertimbangan tertentu dari peneliti. Sampel didapatkan dengan cara mengambil ibu hamil yang melakukan kunjungan ke pelayanan antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan pada tanggal 5, 8 dan 9 Juli 2013. Peneliti melakukan penelitian pada tanggal tersebut dikarenakan mempertimbangkan akan memasuki bulan Ramadhan. Saat bulan Ramadhan dikhawatirkan sedikit ibu hamil yang melakukan kunjungan ke Puskesmas sehingga akan sulit mendapatkan sampel.

Sampel kelompok kontrol diambil pada tanggal 5 Juli 2013. Sedangkan kelompok perlakuan diambil pada tanggal 8 dan 9 Juli 2013. Sampel yang dipilih memiliki kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Ibu hamil

2. Dalam keadaan sehat fisik dan mental. 3. Dapat membaca.

4. Bersedia menerima perlakuan.

Estimasi besar sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus hipotesis untuk satu populasi sebagai berikut:


(60)

n =

Keterangan:

n : besar sampel

: Standar Deviasi skor pengetahuan = 2,148 (Munawaroh, dkk.2010)

: Rata-rata skor pengetahuan sebelum diberikan pendidikan = 16,68 (Munawaroh, dkk., 2010)

: Rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan pendidikan = 18,75 (Munawaroh, dkk. 2010)

Z 1-α : nilai Z pada derajat kemaknaan 5 % = 1,64 Z 1-β : Nilai Z pada kekuatan uji power 90% = 1,28 Jumlah sampel minimal

n

=

= 19

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan sampel minimal 19 sampel. Jumlah sampel untuk kelompok eksperimen 19 orang dan kelompok kontrol sebanyak 19 sampel. Untuk menghindari adanya drop out atau missing data dari sampel, maka sampel masing-masing kelompok dibulatkan menjadi 30. Sehingga total sampel menjadi 60 orang.


(61)

4.4 Instrumen Penelitian 1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui biodata dari responden serta skor pengetahuan dan intensi responden mengenai pemberian ASI Eksklusif. Pertanyaan biodata berisi nama, usia responden, usia kehamilan, jumlah anak lahir hidup, alamat, nomer telfon, pekerjaan dan pendidikan dari responden. Kuesioner diberikan dua kali, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, yaitu sebelum perlakuan (pre-test) dan setelah diberikan perlakuan (post-test). Kuesioner tersebut terdiri dari 15 pertanyaan mengenai pengetahuan pemberian ASI Eksklusif (penanganan bayi sakit, waktu diberikannya ASI, Manfaat ASI untuk menguruskan badan, mitos perubahan bentuk payudara, pengertian kolostrum, penanganan ibu yang belum keluar ASI, bahaya susu formula, bahaya penggunaan sabun dan alkohol di payudara, penanganan masalah radang payudara dan penanganan pemberian ASI pada ibu bekerja) dan 5 pertanyaan mengenani intensi ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif.

2. Leaflet

Pada penelitian ini, leaflet yang digunakan pada kelompok perlakuan dilakukan uji penilaian terlebih dahulu untuk mengetahui apakah leaflet sudah dapat digunakan atau belum. Uji ini dilakukan pada delapan mahasiswa Promosi Kesehatan secara kualitatif. Penilaian tersebut meliputi pesan, kesesuaian pesan dengan sasaran, letak dan bentuk tulisan, letak gambar dan warna serta disain dari leaflet tersebut.


(62)

Berdasarkan hasil uji leaflet, terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki seperti kata-kata yang harus dipersingkat, warna disain yang tidak bervariasi, bentuk tulisan yang kaku, dan posisi gambar yang kurang bervariasi. Setelah mendapatkan beberapa komentar penilaian, peneliti melakukan perbaikan seperti mempersingkat isi materi, diberikan gradasi warna berupa putih dan abu-abu pada disain, tulisan pada leaflet dibuat menjadi point-point, dan perubahan beberapa letak gambar.

Selain penilaian leaflet, dilakukan juga uji untuk mengetahui lama waktu untuk membaca leaflet tersebut. Uji tersebut dilakukan pada 3 orang ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dan diketahui waktu membaca leaflet tersebut berkisar antara 3 sampai 5 menit.

Pada kelomok ekperimen diberikan leaflet dengan 10 materi ASI Eksklusif. Materi tersebut mengenai penanganan bayi sakit, waktu diberikannya ASI, Manfaat ASI untuk menguruskan badan, mitos perubahan bentuk payudara, pengertian kolostrum, penanganan ibu yang belum keluar ASI, bahaya susu formula, bahaya penggunaan sabun dan alkohol di payudara, penanganan masalah radang payudara dan penanganan pemberian ASI pada ibu bekerja. Sedangkan kelompok kontrol menerima leaflet placebo mengenai Pedoman gizi ibu hamil.


(63)

4.5 Pengumpulan Data 4.5.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer diperoleh melalui penghitungan skor pengetahuan dan intensi pemberian ASI Eksklusif responden melalui kuesioner pre-test dan post-pre-test.

b. Data Sekunder

Data sekunder digunakan sebagai penunjang dari data primer yang berupa jumlah dari ibu hamil yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

4.5.2. Pengukuran Data.

a. Perubahan Pengetahuan

Perubahan pengetahuan dilihat dari hasil skor post-test dikurangi hasil skor pre-test. Setelah itu perubahan skor pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibandingkan untuk mengetahui adanya pengaruh dari media leaflet.

b. Intensi

Intensi diukur dengan melihat jawaban dari reponden mengenai niat pemberian ASI Eksklusif. Apabila salah satu jawaban responden mengacu kepada tidak memberikan ASI Eksklusif, maka responden dikatakan tidak berniat memberikan ASI Eksklusif.

4.6 Prosedur Penelitian

Pada kelompok eksperimen, penelitian ini dimulai dengan menentukan responden yang mau menerima perlakuan. Waktu yang dibutuhkan untuk


(64)

membaca leaflet adalah 5 menit. Sebelum responden membaca leaflet yang diberikan, responden diminta mengisi kuesioner pengetahuan (pre-test) selama 3 menit. Kemudian responden diminta membaca leaflet yang diberikan peneliti selama 5 menit. Setelah selsai membaca leaflet, responden kembali mengisi kuesioner posttest selama 3 menit.

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selama penelitian di entry menggunakan program SPSS 16. Proses pengolahan data dimulai dari editing, penskoran, coding, cleaning, entry, dan analisis data.

4.6.1. Editing

Editing data merupakan penelitian kembali data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik atau relevan untuk diolah lebih lanjut. Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya.

4.6.2. Penskoran dan Coding

Penskoran digunakan untuk variabel pengetahuan. Skor pengetahuan berkisar antara 0-100. Pemberian skor dilakukan berdasarkan ketentuan, jawaban benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi skor 0. Skor yang diperoleh masing-masing responden dijumlahkan, dibandingkan dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100. Hasil penghitungan terakhir menunjukkan skor pengetahuan dan intensi yang dimiliki responden mengenai pemberian ASI eksklusif (Sulisnadewi,2011).


(65)

Sedangkan coding digunakan untuk intensi dan pendidikan. Variabel intensi meliputi 1 untuk tidak bermaksud memberikan ASI eksklusif dan 2 untuk bermaksud memberikan ASI eksklusif.

4.6.3. Entry

Setelah dilakukan penskoran data, kemudian hasil skor pengetahuan seluruh responden (pre-test dan post-test) di entry ke dalah program SPSS 16.

4.6.4. Cleaning

Tahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap untuk dianalisa. Dalam pembersihan data dilakukan pengecekan ulang dengan melihat distribusi frekuensi variabel.

4.7. Analisis Data

Analisa data yang dilakukan dengan menggunakan komputer, yaitu dengan menggunakan program SPSS 16. Adapun analisa data yang dilakukan antara lain:

4.7.1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap karakteristik responden, variabel independen dan dependen. Variabel tersebut adalah pengetahuan pemberian ASI Eksklusif ibu, intensi, usia kehamilan , pekerjaan, pendidikan, paritas, dan usia.


(66)

4.7.2. Analisis Bivariat

Uji yang dilakukan untuk melihat ada pengaruh dari media leaflet, terhadap perubahan pengetahuan ASI Eksklusif menggunakan uji T-Independent bila data berdistribusi normal dan jika data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji Wilcoxon. Dari uji tersebut diperoleh nilai probabilitas (Pvalue), lalu dibandingkan dengan nilai α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). Jika Pvalue > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh dari media leaflet terhadap perubahan pengetahuan. Sebaliknya jika Pvalue < 0,05 maka terdapat pengaruh dari media leaflet terhadap perubahan pengetahuan.

Uji yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh dari perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI Eksklusif menggunakan uji T-independent bila data berdistribusi normal dan jika data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji Wilcoxon. Dari uji tersebut diperoleh nilai probabilitas (Pvalue), lalu dibandingkan dengan nilai α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). Jika Pvalue > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI Eksklusif. Sebaliknya jika Pvalue < 0,05 maka terdapat pengaruh perubahan pengetahuan terhadap intensi pemberian ASI Eksklusif.

Sedangkan untuk mengetahui adanya variabel counfounding terhadap intensi pemberian ASI eksklusif menggunakan uji Regresi Logistik Ganda. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar variabel merupakan jenis data kategorik. Variabel yang menjadi masuk ke dalam


(67)

model merupakan variabel yang memiliki P value < 0,25 pada uji bivariat. Setelah diketahui variabel yang menjadi model baru dilakukan uji Regresi Logistik. Variabel yang memiliki Pvalue ≤ 0,05 pada akhir pemodelan akan menjadi variabel counfounding.


(68)

52

BAB V

HASIL

5.1. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dibangun di lokasi Jl. Cenek I no. 1 Kecamatan Pesanggrahan pada tahun 2002 dan mulai beroperasi sejak tahun 2003. Sebelumnya Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan menempati lokasi di Jl Wijaya Kusuma no. 1 bergabung dengan Puskesmas Kelurahan Pesanggrahan.

5.1.1. Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Pesanggrahan adalah salah satu dari 10 Kecamatan di wilayah Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah seperti yang ditetapkan dengan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1227 tahun 1989 yaitu seluas 13,46 km2 terbagi menjadi 5 kelurahan, seperti tertera dalam tabel 5.1.

Tabel 5.1

Daftar Nama Kelurahan pada Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013

No. Nama Kelurahan Luas (Km2) Jumlah RT/RW 1. Kelurahan Petukangan

Utara

2,99 Km2 RT 121/ RW 11 2. Kelurahan Petukangan

Selatan

2,11 Km2 RT 85/ RW 8 3. Kelurahan Ulujami 1,70 Km2 RT 90/ RW 8 4. Kelurahan Pesanggrahan 2,11 Km2 RT 85 / RW 8 5. Kelurahan Bintaro 4,55 Km2 RT 140 / RW 15


(69)

Selain Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, terdapat juga puskesmas dimasing-masing kelurahan yaitu PKM Kel. Petukangan Utara, PKM Kel. Petukangan Selatan, PKM Kel. Ulujami, PKM Kel. Pesanggrahan, dan PKM Kel. Bintaro.

Batas-batas wilayah kecamatan Pesanggrahan adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat

2. Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Pesanggrahan 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rempoa, Tangerang 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pondok Betung,

Tangerang 5.1.2. Sumber Daya Manusia

Pegawai yang bertugas di Puskesmas Kecamatan maupun di Puskesmas Kelurahan terdiri atas tenaga medis maupun tenaga non medis yang terdiri dari dokter umum, dokter spesialis kandungan, dokter gigi, bidan, perawat, perawat gigi, ahli gizi, sanitarian, tenaga rontgen, tenaga farmasi, dan tenaga administrasi.

5.1.3. Fasilitas Puskesmas Kec.Pesanggrahan a. Luas tanah/bangunan : 2566 m2 / 1677 m2

Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan terdiri dari 4 lantai. Berikut ini rinciannya:


(1)

9.

Uji Multivariat

Uji Bivariat

o

Pendidikan

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pendidikan * intensi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

pendidikan * intensi Crosstabulation

intensi

Total tidak ya

pendidikan rendah Count 8 4 12

% within pendidikan 66.7% 33.3% 100.0%

tinggi Count 30 18 48

% within pendidikan 62.5% 37.5% 100.0%

Total Count 38 22 60

% within pendidikan 63.3% 36.7% 100.0%

Chi-Square Testsd

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square .072a 1 .789 1.000 .534

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .073 1 .788 1.000 .534

Fisher's Exact Test 1.000 .534

Linear-by-Linear Association .071c 1 .791 1.000 .534 .256

N of Valid Cases 60

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,40.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is ,266.


(2)

Symmetric Measures

Value

Approx. Sig.

Monte Carlo Sig.

Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Nominal by Nominal Contingency

Coefficient .035 .789 1.000

a 1.000 1.000

N of Valid Cases 60

a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pendidikan

(rendah / tinggi) 1.200 .316 4.560

For cohort intensi = tidak 1.067 .676 1.683

For cohort intensi = ya .889 .369 2.142

N of Valid Cases 60

o

Status Paritas

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

status paritas * intensi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

status paritas * intensi Crosstabulation

intensi

Total tidak ya

status paritas primigavrida Count 29 14 43

% within status paritas 67.4% 32.6% 100.0%


(3)

% within status paritas 52.9% 47.1% 100.0%

Total Count 38 22 60

% within status paritas 63.3% 36.7% 100.0%

Chi-Square Testsd

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 1.103a 1 .294 .376 .224

Continuity Correctionb .567 1 .451

Likelihood Ratio 1.084 1 .298 .376 .224

Fisher's Exact Test .376 .224

Linear-by-Linear Association 1.085c 1 .298 .376 .224 .135

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,23.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 1,042.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Symmetric Measures

Value

Approx. Sig.

Monte Carlo Sig.

Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Nominal by Nominal Contingency

Coefficient .134 .294 .378

a .368 .387

N of Valid Cases 60


(4)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for status paritas

(primigavrida / multigravida) 1.841 .585 5.793

For cohort intensi = tidak 1.274 .777 2.088

For cohort intensi = ya .692 .357 1.342

N of Valid Cases 60

o

Pekerjaan

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

bekerja * intensi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

bekerja * intensi Crosstabulation

intensi

Total tidak ya

bekerja bekerja Count 8 6 14

% within bekerja 57.1% 42.9% 100.0%

tidak bekerja Count 30 16 46

% within bekerja 65.2% 34.8% 100.0%

Total Count 38 22 60


(5)

Chi-Square Testsd

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square .301a 1 .583 .753 .403

Continuity Correctionb .054 1 .816

Likelihood Ratio .297 1 .586 .753 .403

Fisher's Exact Test .753 .403

Linear-by-Linear Association .296c 1 .586 .753 .403 .210

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,13.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -,544.

d. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Monte Carlo Sig.

Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Nominal by Nominal Contingency

Coefficient .071 .583 .751

a .743 .760

N of Valid Cases 60

a. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for bekerja

(bekerja / tidak bekerja) .711 .210 2.409

For cohort intensi = tidak .876 .531 1.445

For cohort intensi = ya 1.232 .598 2.538


(6)

o

Usia

T-Test

Group Statistics

intensi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

usia tidak 38 28.63 4.912 .797

ya 22 29.73 5.221 1.113

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

usia Equal variances

assumed .050 .824 -.814 58 .419 -1.096 1.347 -3.791 1.600

Equal variances