Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait Asi Eksklusif Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012

(1)

(2)

(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI

Skripsi, Januari 2013

Irda Septiani, NIM : 108101000030

GAMBARAN KEBUTUHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TERKAIT ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2012

xvi + 126 halaman, 17 tabel, 2 bagan, 11 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang: Masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan (51,2%) sementara sudah dilaksanakan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh bidan merupakan salah satu petunjuk pemberian pengetahuan masih perlu ditingkatkan. Dari masalah tersebut, dilakukanlah penelitian untuk menilai kebutuhan pengetahuan ibu hamil yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil atau tidak.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif.

Metode: Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain cross sectional dengan didukung data kualitatif untuk menjelaskan hasil penelitian. Penilaian kebutuhan pengetahuan dengan normative needs berdasarkan standar materi pengetahuan Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997). Dianggap terdapat kebutuhan jika presentase penguasaan materi pengetahuan responden <56% dari standar materi.

Hasil: Presentase pengetahuan ibu hamil: ASI saja enam bulan [pengertian ASI eksklusif (96.9%); penangangan bayi sakit (29.2%); pemberian MP-ASI (79.3%)]; penjelasan pentingnya ASI [waktu diberikannya ASI (47.9%), manfaat ASI untuk kebutuhan gizi bayi (67.4%), manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan (46.9%), mafaat ASI bagi ibu untuk KB (66.8%), mitos perubahan bentuk payudara (30.2%) dan akibat pemberian dot (72,9%)]; IMD [pengertian IMD (80.2%)]; Kolostrum [pengertian kolostrum (39.6%), mitos kolostrum harus dibuang (69.8%), manfaat kolostrum (76.0%) ]; Rawat gabung [pengertian rawat gabung (45.8%)]; Tidak diberi susu formula [bahaya susu formula untuk bayi (58.3%), penanganan ibu yang belum keluar ASI (10.4%)]; Perawatan puting susu [cara membersihkan payudara (91.7%) dan bahaya penggunaan sabun dan alkohol (44.8%)]; Cara mengatasi kesulitan menyusui [penanganan masalah radang payudara dan puting lecet (39.6%) dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja (46.9%)].

Simpulan: Materi yang masih dibutuhkan: ASI saja enam bulan (penangangan bayi sakit); Penjelasan pentingnya ASI (waktu diberikannya ASI, manfaat ASI bagi ibu untuk menurunkan berat badan) dan mitos perubahan bentuk payudara); Kolostrum (pengertian kolostrum); Rawat gabung [pengertian rawat gabung); Tidak diberi susu formula (penanganan ibu yang belum keluar ASI); Perawatan puting susu (bahaya penggunaan sabun dan alkohol); Cara mengatasi kesulitan menyusui (penanganan masalah radang payudara dan puting lecet dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja).

Daftar Bacaan: 62 (1980-2012)


(4)

iii Thesis, January 2013

Irda Septiani, NIM : 108101000030

DESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE NEEDS IN PREGNANT WOMEN RELATED BREASTFEEDING IN PESANGGRAHAN COMMUNITY HEALTH CENTERS SOUTH JAKARTA 2012

xvi + 126 page, 17 table, 2 chart, 11 attachment

ABSTRACT

Background:The low coverage rate of exclusive breastfeeding at Pesanggrahan district community health centers (51.2%) while giving knowledge related exclusive breastfeeding has been held by midwives, is the guide that giving knowledge shouldt be increased. Based of that problem, implemented a study to assess the need knowledge of pregnant women who intended to know whether the knowledge that has been done is there some needs or not.

Objective:This study aims to reveal the knowledge and knowledge needs of pregnant woman related exclusive breastfeeding.

Methods: Reaserch used a quantitative approach with cross-sectional design and supported by a qualitative approach data to explain the result. Assessment knowledge needs using normative needs based on standard materials knowledge Ministry of Helath (2010b) and Soetjiningsih (1997). Considered the need if the percentage of mastery of the material knowledge is < 56% from material standard.

Results: the percentage of mastery of the material knowledge: Six months only breast milk [definition of exclusive breastfeeding (96.9%) of handling ill infants (29.2%), giving the MP-ASI (79.3%)]; explanation of the importance of breastfeeding [time given breast milk (47.9%), the benefits of breast milk for the nutritional needs of infants (67.4%), the benefits of breastfeeding for mothers to lose weight (46.9%), mafaat breastfeeding for mothers for family planning (66.8%), the myth of change in breast shape (30.2%) and due to the provision of dot (72.9%)]; IMD [understanding IMD (80.2%)]; colostrum [sense colostrum (39.6%), the myth of colostrum should be discarded (69.8%), the benefits of colostrum (76.0%)]; Rawat join [rooming understanding (45.8%)]; Not given milk formula [danger of formula milk for infants (58.3%), handling breastfeeding mothers who have not come out (10.4%)]; Nursing nipples [how to clean breast (91.7%) and the dangers of the use of soap and alcohol (44.8%)]; way to overcome breastfeeding difficulties [handling of inflammatory breast and nipple abrasions (39.6%) and management of breastfeeding when mothers work (46.9%)]

Conclusion: The material are still needed: only breastfeeding six months [handling ill infants]; Explanation of the importance of breastfeeding [time given breast milk , the benefits of breastfeeding for mothers to lose weight and the myth of change in breast shape]; Colostrum [the meaning of colostrum ]; Rooming in [the meaning of rooming in]; Not given milk formula [maternal treatment that has not come out milk]; nipples care [dangers of using soap and alcohol]; way to overcome breastfeeding difficulties [handling of inflammatory breast and nipple abrasions and management of breastfeeding when mothers work].

Reading List: 62 (1980-2012)


(5)

(6)

(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irda Septiani

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 September 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Kawin

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : JL.Lapangan Bola No:02 Kel.Srengseng Jkt-Brt

No.Telp : 08568165624

Email :iirrddaa@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK.Islam Parkit Jakarta (1994-1996)

2. SDN 01 PG Jakarta (1996-2002)

3. SMPN 229 Jakarta (2002-2005)

4. SMAN 101 Jakarta (2005-2008)

5. S-1 Kesehatan Masyarakat (2008-Sekarang) Fakultas kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

vii

Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya, laporan penelitian skripsi yang berjudul “Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012”dapat terselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa dihanturkan kepada baginda kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman penuh cahaya. Penyusunan laporan penelitian skripsi ini merupakan salah satu upaya dari mahasiswa untuk memenuhi kewajibannya sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Laporan penelitian skripsi ini tidak dapat dipungkiri dalam penyelesaiaannya melibatkan beberapa pihak yang mana telah membantu, menemani serta membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian skripsi. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Ir.Febrianti, M.Si selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai dosen pembimbing 1 yang telah banyak membantu penulis dari mulai awal skripsi sampai akhir penyusunan skripsi.


(9)

viii

4. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 sekaligus dosen penasehat akademik yang telah banyak membantu penulis dan memberikan arahan mulai awal skripsi sampai akhir penyusunan skripsi.

5. Ibu Rissanti Amd.Keb dan Ibu Duriah Amd.Keb yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian skripsi

6. Ibu-Ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang telah mau membantu penelitian skripsi

7. Bapak Gazali yang telah membantu dalam pembuatan surat perizinan penelitian 8. Keluargaku atas dukungan, kasih sayang dan doa yang tak henti-henti diberikan 9. Ayu Dwi Lestari, Ayu Punarsih, Avianing Kemala Ulfa dan Titah Wulandari yang

telah menemani dan saling menyemangati dalam penyelesaian laporan penelitian skripsi ini

10. Teman-teman Gizi dan K3 angkatan 2008

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan penelitian skripsi ini, sehingga diharapkan penulis mendapat kritik dan saran yang membangun agar laporan ini nantinya dapat tersusun secara lebih baik lagi. Semoga terselesaikannya laporan penelitian skripsi ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada topik ASI eksklusif serta dapat digunakan juga sebagai sumber informasi bagi pembaca kalangan umum.

Jakarta, Januari 2013 Penulis


(10)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT. ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian ... ... 10


(11)

x B. Pengetahuan

1. Pengertian ... ... 14

2. Sumber Pengetahuan ... ... 15

3. Pengetahuan ASI Eksklusif ... 15

4. Kebutuhan Pengetahuan . ... 35

5. Pemberian Pengetahuan . ... 36

C. Need AssessmentDalam Penentuan Kebutuhan Pengetahuan ... 46

D. Kerangka Teori . ... 47

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep ... ... 49

B. Definisi Operasional . ... 51

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 52

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 53

1. Populasi Penelitian ... 53

2. Sampel Penelitian ... ... 53

D. Instrumen Penelitian... ... 55

E. Pengumpulan Data... 56

1. Kuesioner ... .. 56

2. Wawancara ... ... 60

3. Participant Observation... 61

F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... ... 61

1. Pengolahan Data ... 61

2. Analisis Data ... 62

BAB V HASIL A. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ... 64


(12)

xi

1. Gambaran Pelaksanaan Pemberian Pengetahuan Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 ... 67 2. Gambaran Materi Pemberian Pengetahuan Terkait ASI

Eksklusif ... 71 C. Analisis Univariat. ... 77 1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil . ... 77 2. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif .... 80 3. Gambaran Kesenjangan Antara Pengetahuan Ibu Hamil

Dengan Standar Pengetahuan Yang Seharusnya Dimiliki Terkait ASI Eksklusif ... 88 4. Gambaran Sumber Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Pada

Ibu Hamil . ... 90

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian. ... 95 B. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI

Eksklusif ... 95 1. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil ... 95 2. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu hamil Terkait ASI

Eksklusif ... 97

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 123 B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 52 Tabel 5.1 Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Berdasarkan

Kelurahan, Luas Kelurahan, Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) Tahun 2011. ... 66 Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Karakteristik Bidan Berdasarkan Usia,

Pendidikan, dan Lama Bekerja Sebagai Bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012. ... 68 Tabel 5.3 Hasil Observasi dan Wawancara Terhadap Materi Pemberian

Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif Oleh Bidan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 . ... 73 Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Usia,

Usia Kehamilan, Jumlah Anak, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012... 79 Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi ASI Saja Enam Bulan Pada

Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ... 82 Tabel 5.6 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Penjelasan Pentingnya ASI

Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ... 83 Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Skin to Skin Contact(IMD)

Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ... 84 Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kolostrum Pada Ibu Hamil

di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ... 84 Tabel 5.9 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Rawat Gabung Pada Ibu

Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) . 85 Tabel 5.10 Gambaran Pengetahuan Terkait Tidak Diberi Susu Formula Pada

Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ... 86


(14)

xiii

Tabel 5.12 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Kesulitan Dalam Menyusui Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ... 87 Tabel 5.13 Gambaran Pengetahuan Terkait Materi Cara Menyusui yang Baik

Pada Ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ... 88 Tabel 5.14 Hasil Kesenjangan (Gap) Antara Pengetahuan Ibu Hamil Dengan

Standar Materi Terkait ASI Eksklusif Oleh Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997) (n=96) ... 89 Tabel 5.15 Hasil Pernah/Tidak Pernah Mendengar Materi Terkait ASI

Eksklusif Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012 (n=96) ... 91 Tabel 5.16 Hasil Sumber Pengetahuan Dari Materi Terkait ASI Eksklusif Pada


(15)

xiv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ... 48 Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 50


(16)

xv

LAMPIRAN 1 ... Surat Izin Penelitian LAMPIRAN 2 ... Kuesioner Penelitian LAMPIRAN 3 ... Uji Validitas dan

Reliabilitas

LAMPIRAN 4 ... PedomanIndepth Interview LAMPIRAN 5 ... Pedoman Observasi

LAMPIRAN 6 ... Struktur Organisasi Puskesmas

LAMPIRAN 7 ... Dokumentasi Alat Peraga LAMPIRAN 8 ... Hasil Observasi

LAMPIRAN 9 . ... Matrik Wawancara LAMPIRAN 10 . ... Hasil Univariat LAMPIRAN 11 . ... LeafletASI Eksklusif


(17)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

ASI Air Susu Ibu

WHO World Health Organisation

RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

KIE Komunikasi Informasi Edukasi

IMD Inisiasi Menyusu Dini

UNICEF United Nations Children’s Fund

WABA World Alliance for Breastfeeding Action

KIA Kesehatan Ibu dan Anak

KB Keluarga Berencana

LKMM Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

IBI Ikatan Bidan Indonesia

KI Kesehatan Ibu


(18)

A. Latar Belakang Masalah

Air Susu Ibu (ASI) dirancang sedemikian rupa oleh ALLAH SWT untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi sejak lahir hingga enam bulan pertama yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup bayi, oleh karena itu, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi dibandingkan dengan makanan/minuman olahan manusia (Kemenkes R.I, 2009). Dari pentingnya ASI tersebut bagi bayinya, tentu setiap ibu diwajibkan untuk menyusui bayinya. Dilihat dari islam sendiri, kewajiban ibu untuk menyusui bayinya juga tercantum jelas dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 223:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan...(QS: Al-Baqarah [2]: 233)

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif (ASI) eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Pemerintah menetapkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan ini mengacu pada yang direkomendasikan oleh WHO, dan penetapan ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh dunia.

Penetapan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan yang direkomendasikan oleh WHO ini tidak sembarangan karena berdasarkan pada bukti-bukti ilmiah dari


(19)

2

hasil penelitian yang menyatakan bahwa banyak sekali keuntungan yang didapat apabila bayi diberikan ASI eksklusif selama enam bulan. Salah satu penelitian yang digunakan WHO untuk merekomendasikan pemberian ASI eksklusif ini selama enam bulan adalah penelitian dari MS. Kramar (2009). Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta dapat pula menunda periode menstruasi. Manfaat lain yang dapat dirasakan dari pemberian ASI eksklusif selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak ada efek samping pada pertumbuhan bayi (WHO, 2011).

Sungguh ironis, dari banyaknya keuntungan ASI eksklusif ini bagi bayi dan ibu dan sudah diciptakannya ASI ini oleh ALLAH SWT secara alamiah, masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari data cakupan ASI eksklusif di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2010) yang menyebutkan bahwa cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih sebesar 15,3%. Angka tersebut masih sangat jauh dari target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 80%.

Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketidakberhasilan ibu dalam menyusui, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Foo et al, (2005) di Singapura menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian dari Foo,et al(2005) ini juga senada dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fika dan Syafiq (2009) di sebuah Puskesmas di Jakarta Selatan, menyebutkan pula bahwa pengetahuan ibu


(20)

yang baik merupakan faktor penting dalam terwujudnya perilaku pemberian ASI eksklusif.

Untuk mengantisipasi kurangnya pengetahuan pada ibu terkait ASI eksklusif, sebenarnya pemerintah sudah mencanangkan untuk melaksanakan pemberian pengetahuan dalam bentuk KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mulai dari awal kehamilan pada saat pelayanan antenatal sampai dengan saat kelahiran. Hal ini sebenarnya tercantum dalam Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 terkait ASI eksklusif pada bagian keempat yang menyebutkan bahwa setiap fasilitas kesehatan haruslah memberikan pengetahuan terkait ASI eksklusif kepada ibu hamil. Pentingnya persiapan pengetahuan pada saat kehamilan dinilai oleh Fika dan Syafiq (2009) adalah karena menyusui tidak begitu saja terjadi secara alamiah, pengetahuan ibu terkait ASI eksklusif diharapkan dapat membantu mempersiapkan ibu dalam menyusui jauh sebelum proses kelahiran terjadi, yaitu melalui pemberian pengetahuan pada saat pelayanan antenatal.

Hal tersebut diperkuat pula oleh Pratiwi (2009) yang mengatakan bahwa setidaknya ibu hamil yang mengikuti dua kali kelas antenatal dan diberikan pengetahuan mengenai keuntungan ASI eksklusif dan bagaimana cara sukses menyusui saat kelahiran dapat membantu mempersiapkan pengetahuan ibu hamil tersebut mengenai menyusui. Studi lain yang dilakukan di Rumah Sakit Singapura oleh Su,et al (2007) juga mengungkapkan ada hubungan antara pendidikan tentang menyusui pada saat antenatal dan dukungan untuk menyusui bayinya setelah melahirkan dengan meningkatnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.


(21)

4

Dari beberapa hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa, mempersiapkan pengetahuan ibu selama hamil melalui pemberian pengetahuan oleh petugas kesehatan sangat penting. Upaya Pemerintah dalam hal ini Kemenkes R.I tahun 2010 merekomendasikan beberapa materi pengetahuan yang seharusnya diberikan kepada ibu hamil terkait ASI eksklusif. Materi-materi tersebut adalah ASI saja enam bulan; penjelasan pentingnya ASI; skin to skin contact untuk IMD; kolostrum; rawat gabung; tidak diberi susu formula; perawatan puting susu dan keinginan untuk menyusui. Materi lain yang seharusnya diberikan kepada ibu hamil menurut rekomendasi Soetjiningsih (1997) selain yang telah ditetapkan oleh Kemenkes R.I adalah bagaimana cara menyusui yang baik dan cara mengatasi kesulitan dalam menyusui. Pada setiap fasilitas kesehatan, materi-materi tersebut seharusnya diberikan oleh petugas kesehatan yang bertugas di pelayanan antenatal supaya pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif dapat meningkat. Salah satu dari fasilitas kesehatan yang dimaksud diantaranya adalah Puskesmas.

Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang berada ditengah-tengah masyarakat sehingga mudah diakses oleh masyarakat, oleh sebab itulah puskesmas disebut sebagai lini terdepan dalam menangani masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Dari pentingnya peranan Puskesmas di tengah-tengah masyarakat, membuat penelitian ini mengambil lokasi di sebuah puskesmas, tepatnya di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Penentuan wilayah Puskesmas didasarkan pada masih belum tercapainya angka cakupan eksklusif dari target nasional (80%) dan dibandingkan dengan wilayah Puskesmas lain, wilayah tersebut dapat dikatakan sudah relatif cukup tinggi sehingga


(22)

diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan agar wilayah ini menjadi contoh bagi wilayah lain.

Wilayah Jakarta Selatan berdasarkan pada data profil Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2009, merupakan salah satu wilayah yang angka cakupan ASI eksklusifnya masih dibawah target nasional (80%) yaitu sebesar 46% dan sudah relatif cukup tinggi dibandingkan dengan wilayah lain seperti di wilayah Jakarta barat (24%), Jakarta Timur (24%), Jakarta Pusat (30%) dan sama pada wilayah Kep. Seribu (46%), tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan wilayah Jakarta Utara (60%).

Jika dilihat, walaupun wilayah Jakarta Utara memiliki angka cakupan ASI eksklusif yang lebih tinggi dan wilayah Kep. Seribu memiliki angka cakupan eksklusif yang sama dengan Jakarta Selatan, peneliti memilih wilayah Jakarta Selatan karena memiliki kepadatan penduduk lebih tinggi dibandingkan dengan Jakarta Utara dan Kep.Seribu. Wilayah Jakarta Selatan memiliki kepadatan penduduk 15.287 Km², sedangkan Jakarta Utara dan Kep. Seribu masing-masing memiliki kepadatan penduduk sebesar 10.035 Km² dan 2.251 Km². Alasan kepadatan penduduk yang tinggi dijadikan sebagai dasar penentuan lokasi penelitian adalah karena dalam suatu wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, puskesmas yang berada pada wilayah tersebut dalam hal ini pasti lebih banyak melayani masyarakat dan beban kerja Puskesmasnya tentu akan lebih berat dibandingkan dengan wilayah dengan kepadatan penduduk yang tidak terlalu tinggi sehingga tentu akan lebih menarik dan lebih bermanfaat jika dilakukan penelitian di wilayah Jakarta Selatan.


(23)

6

Pada sepuluh Puskesmas yang berada di wilayah Jakarta Selatan, didapatkan data bahwa pada salah satu Puskesmas yaitu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan, berdasarkan laporan tahunan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan tahun 2011, cakupan ASI eksklusifnya masih dibawah target nasional (80%) yaitu dengan presentase sebesar 51,2 %, padahal pada Puskesmas tersebut sebenarnya pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif telah diberikan. Angka cakupan tersebut memang dapat dikatakan sudah relatif cukup tinggi dibandingkan dengan puskesmas lain seperti Puskesmas Mampang Prapatan (0%), Kebayoran Lama (13,4%), Tebet (29,8%), Jagakarsa (37,1%) dan Pancoran (51%) serta lebih rendah dibandingkan dengan puskesmas lain seperti Puskesmas Cilandak (52%), Kebayoran Baru (52,6%), Pasar Minggu (68,4%), dan Setiabudi (107,6%).

Dari data angka cakupan di atas, Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan memiliki angka cakupan ASI eksklusif yang berada pada posisi tidak terlalu baik dan tidak terlalu buruk dibandingkan dengan puskesmas lain, pemilihan didasarkan pada kondusifnya Puskesmas berdasarkan informasi yang didapatkan dari Suku Dinas Jakarta Selatan, sehingga penelitian ini diharapkan dapat berjalan dengan lancar.

Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ini didapati bahwa sebenarnya pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif sudah diberikan oleh bidan, namun didapati cakupan ASI eksklusif di Puskesmas tersebut masih dibawah target nasional yaitu sebesar 51,2%. Masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif merupakan salah satu petunjuk pemberian pengetahuan di Puskesmas ini masih perlu ditingkatkan. Dari masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penilaian kebutuhan pengetahuan kepada ibu hamil yang dimaksudkan untuk mengetahui


(24)

apakah pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil atau tidak, oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul gambaran kebutuhan pengetahuan yang ada pada ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif Pada Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan (51,2%) sementara sudah dilaksanakan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh bidan disana merupakan salah satu petunjuk pemberian pengetahuan masih perlu ditingkatkan. Dari masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penilaian kebutuhan pengetahuan kepada ibu hamil, sehingga mengambil judul gambaran kebutuhan pengetahuan yang ada pada ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012.


(25)

8

b. Diketahuinya gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012.

E. Manfaat Penelitian 1. Peneliti

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat pada saat perkuliahan sehubungan dengan penelitian mengenai gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012.

2. Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis kebutuhan pengetahuan terkait ASI eksklusif pada ibu hamil.

3. FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Memberikan tambahan pustaka yang dapat menunjang ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan mahasiswa terkait ASI eksklusif.

4. Bagi Puskesmas

Membantu Puskesmas dalam menganalisa kebutuhan pengetahuan pada ibu hamil terkait ASI eksklusif, dengan demikian diharapkan bidan dapat mengevaluasi pemberian pengetahuan yang sudah dilaksanakan.

5. Bagi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan

Memberikan gambaran kebutuhan pengetahuan pada ibu hamil pada salah satu wilayah kerja Puskesmasnya yaitu adalah Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.


(26)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal pada bulan September di Poli Klinik Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Lokasi penelitian bertempat di Poliklinik Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dan waktu penelitian dalam rentang waktu bulan Mei 2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah masih rendahnya angka cakupan ASI eksklusif (51,2%) sementara pemberian pengetahuan sudah diberikan menandakan pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif masih perlu ditingkatkan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penilaian kebutuhan pengetahuan terkait ASI eksklusif yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah pemberian pengetahuan yang sudah dilakukan dapat memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu hamil yang ada atau tidak. Dari masalah tersebut menjadikan judul penelitian ini adalah gambaran kebutuhan pengetahuan ibu hamil terkait ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012. Analisis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain penelitiancross sectional. Penelitian diperkuat pula dengan data yang diambil menggunakan pendekatan kualitatif.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif 1. Pengertian

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

2. Manfaat

Menurut Roesli (2000), manfaat ASI ekslusif bagi bayi dan ibu adalah sebagai berikut:

a. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Bayi 1) ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.


(28)

Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau lebih kelenjar ASI susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya. Komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar dari hari ke-4/ke-7 sampai hari ke 10/ke-14 setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 (ASI matang).

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, parasit dan jamur.

Dari hasil penelitian Ms.Kramar (2009), didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi selain itu, pemberian ASI eksklusif


(29)

12

selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta efek samping pada pertumbuhan bayi (WHO, 2011).

3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Kesempatan ini hendaknya dapat dimafaatkan sebaik-baiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal.

Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia enam bulan, akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi diantaranya adalah :

a) Taurin

Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. (Kemenkes R.I, 2005) b) Laktosa

Merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi (Kemenkes R.I, 2005).


(30)

c) DHA, AA, Omega 3, Omega 6

Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi. Hasil penelitian dr.Lucas (1993) terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Penelitian dr. Riva (1997) ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI ekslusif, ketika berusia 9,5 tahun tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI ekslusif.

d) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

b. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu

Selain bermanfaat untuk bayi, ASI eksklusif juga dapat bermanfaat bagi ibu. Berikut ini manfaat ASI eksklusif bagi ibu:


(31)

14

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang. Hal tersebut karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

2) Menjarangkan kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% kehamilan tidak akan terjadi sampai pada enam bulan pertama setelah melahirkan dan tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

3) Mengurangi kemungkinan menderita kanker, seperti kanker payudara dan kanker indung telur

Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai dua tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang sampai 20-25%.

B. Pengetahuan 1. Pengertian

Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang


(32)

merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

2. Sumber Pengetahuan

Menurut Hartono (2010), sumber untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu : (a) perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat), (b) perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (petugas kesehatan), (c) nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (media massa, dan media elektronik) serta (d) nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (iklan, brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan)

3. Pengetahuan ASI Eksklusif

Pengetahuan ASI eksklusif dapat pula dipengaruhi oleh usia, pengalaman memiliki anak sebelumnya, pendidikan, dan pekerjaan. Menurut Yustifa dalam Widayati dan Maryatun (2012) bahwa Pada usia 21 tahun, seseorang sudah memiliki ciri dari kedewasaan fisik dan kematangan pribadi yang erat hubungannya dengan matangnya dalam mengambil setiap keputusan. Pada faktor pengalaman memiliki anak sebelumnya, dijelaskan oleh Roesli (2000), hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ASI eksklusif.

Selain itu, pada faktor pendidikan, menurut Kasnodiharjo, et.al(1994), semakin tinggi strata pendidikan seseorang, pengetahuan yang didapatnya mengenai ASIpun akan semakin bertambah. Pada faktor terakhir yang


(33)

16

terbukti dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pekerjaan. Ibu rumah tangga dipandang mempunyai banyak waktu yang luang, hal tersebut tentu dapat membuat ibu bisa mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari berbagai media, antara lain: televisi, radio, surat kabar (Kurniati dalam Widayati dan Maryatun, 2012).

Dalam perilaku pemberian ASI eksklusif, pengetahuan terkait ASI eksklusif memegang peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku kesehatan. Sebenarnya pengetahuan tersebut dapat ditingkatkan salah satunya dengan adanya dukungan pemberian pengetahuan dari petugas kesehatan sejak dari awal kehamilan (Nusatya, 1981).

Menurut Kemenkes R.I (2010b), materi pengetahuan yang seharusnya diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa:

1) ASI Saja Enam Bulan;

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil karena menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh MS. Kramar (2009), banyak manfaat yang akan diperoleh, baik dari bayi maupun ibu apabila


(34)

bayi disusui secara eksklusif selama enam bulan tanpa tambahan apapun.

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta dapat pula menunda periode menstruasi. Pemberian ASI eksklusif yang diberikan selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak ada efek samping pada pertumbuhan bayi. Sangat disayangkan apabila materi ini tidak dikuasai oleh ibu hamil, mengingat manfaatnya sangat besar dan menguntungkan, bukan hanya bagi bayi tetapi juga untuk ibu.

Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi mengalami sakit (Pratiwi dan Purnawati, 2009). Menurut Newman (2009), jika bayi sakit, sebenarnya, ASI tidak perlu dihentikan, ASI justru perlu ditambah. Newman mengatakan bahwa pemberian ASI ketika bayi sakit justru dapat menenangkan bayi dan tidak berbahaya bagi bayi. Sakit yang hanya penyembuhannya hanya perlu ASI saja, diantaranya adalah diare dan muntah, infeksi pernafasan, dan sakit kuning, selain itu, menurut Tari (2012), demam juga termasuk dalam


(35)

18

sakit yang cukup dengan diberi ASI saja terlebih dahulu dalam penanganan pertama yang dapat dilakukan oleh ibu.

2) Penjelasan Pentingnya ASI;

ASI mengandung zat gizi yang sesuai serta juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI juga memiliki perbandingan antara Whei dan Kasein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei yang lebih banyak dibandingkan kasein (65:35) menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap dan dimetabolisme (Kemenkes R.I, 2008). Jumlah ini diyakini mencukupi kebutuhan bayi selama enam bulan. Hal tersebut juga didukung berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra, et.al (2010), yang juga mengemukakan bahwa ASI merupakan nutrisi ideal yang dapat mencukupi dan mendukung pertumbuhan yang optimal dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.

Selama ini telah banyak beredar kabar di masyarakat mengenai memberikan ASI kepada bayi dapat membuat ibu menjadi gemuk. Menurut Arisman (2007), kabar tersebut sebenarnya tidak benar. Arisman memaparkan perangsangan puting susu oleh isapan bayi justru akan menambah sekresi oksitosin ke dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus, dan juga timbunan lemak penyebab

“gendut”, kembali ke ukuran sebelum hamil. Pernyataan Arisman

mendapat dukungan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dewey, et.aldalam Stube (2009). Dari hasil penelitian Dewey, didapatkan hasil,


(36)

perempuan dalam kelompok menyusui lebih dari satu tahun dapat kehilangan 4,4 lbs (1,99 kg) lebih banyak dari perempuan yang menyusui kurang dari 3 bulan, dan perbedaan berat ini bertahan pada dua tahun setelah melahirkan (P<.05).

Selain itu, menurut Siregar (2004), salah satu faktor menyebabkan ASI Eksklusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia adalah ibu takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang. Padahal, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Rinker, et.al (2008), menyusui tidak mempengaruhi bentuk payudara. Sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah bentuk payudara, tetapi proses kehamilanlah yang menyebabkan perubahan tersebut. Kehamilan menyebabkan dikeluarkannya hormon-hormon dan menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara (Danuatmaja dan Meliasari, 2003).

Hal lain yang menyebabkan masalah menyusui yang sering terjadi di masyarakat adalah ibu menggunakan jam dalam menyusui dengan bayinya. Menurut Newman (2009) perlu dipahami oleh ibu bahwa bayi tidak selalu sedang menyusu saat bayi melakukan gerakan menghisap pada payudara (mengempeng). Bayi mungkin saja sedang

“mengempeng” tapi tidak sedang minum dan oleh karena itu bayi tidak

mendapatkan cukup lemak sehingga bayi kurang mendapatkan kalori, dan menjadi lebih sering menyusu walau dia sedang menghisap payudara. Hal tersebut menyebabkan ibu tidak dapat menentukan jadwal


(37)

20

pemberian ASI kepada bayi dan mengharuskan ibu untuk menyusui bayinya sesuai dengan keinginan bayinya.

3) Skin to skin contactInisiasi Menyusu Dini (IMD);

Menurut Kemenkes R.I (2008), IMD mulai diperkenalkan kembali ke seluruh dunia melalui tema peringatan Pekan ASI sedunia tahun 2007. WHO/UNICEF merekomendasikan IMD sebagai tindakan yang

life saving (menyelamatkan jiwa)”. World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) memperkirakan satu juta bayi dapat diselamatkan setiap tahun jika disusui pada satu jam pertama kelahirannya dan diberikan ASI eksklusif sampai enam bulan.

Menyusui segera dalam satu jam pertama setelah melahirkan akan sangat membantu daya tahan anak. Inisiasi Menyusu Dini (Early Initiation) merupakan kesempatan bayi untuk mulai menyusu sendiri segera setelah lahir/dini dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya (skin-to-skin contact), setidaknya satu jam atau sampai menyusu pertama selesai. Banyak sekali manfaat yang dapat diberikan apabila ibu melakukan IMD kepada bayinya. Salah satu manfaat dari IMD dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq dalam Roesli (2008) menyebutkan bahwa dengan memberikan IMD, kesempatan untuk berhasil dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya kelak adalah delapan kali lebih berhasil dibandingkan dengan ibu yang tidak memberikan IMD.


(38)

Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa manfaat lain IMD adalah dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Inisiasi Menyusu dini dapat menyelamatkan jiwa bayi karena dua faktor :

a) Skin-to-skin contact(kulit dada ibu dan kulit dada bayi bersentuhan) akan memberikan kehangatan dan perlindungan pada bayi.

b) Kolostrum (ASI yang pertama keluar) merupakan imunisasi pertama bagi bayi yang mengandung zat-zat kekebalan tubuh yang tidak dapat tergantikan (Kemenkes R.I, 2010a)

Sedangkan menurut Kemenkes R.I (2005), IMD penting dikarenakan : a) Pada saat itu refleks menghisap bayi kuat sekali, refleks hisap

tersebut akan merangsang pengeluaran ASI

b) Hisapan mulut pada puting dan daerah hitam sekitarnya akan merangsang kontraksi otot kandungan dan hal ini akan mengurangi perdarahan pada waktu persalinan. Lebih dari sepertiga kematian ibu bersalin adalah akibat perdarahan.

4) Kolostrum;

Kolostrum sangat penting diberikan kepada bayi yang baru lahir, hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan. Berikut ini manfaat kolostrum menurut Kemenkes R.I (2005) :

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Imunoglobulin A untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.


(39)

22

b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu tinja (faeces) atau kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

e) Mencegah alergi 5) Rawat gabung;

Menurut Soetjiningsih (1997), rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya. Tujuan dilakukannya rawat gabung ini pada pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia adalah :

a) Bantuan Emosional b) Produksi ASI

Dari pertimbangan bahwa ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, maka pemberian ASI kepada bayi merupakan sesuatu yang amat penting. Pada hari-hari pertama ASI yang keluar adalah kolostrum yang jumlahnya sedikit. Tetapi hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena kebutuhan bayi masih sedikit. ASI perlu dirangsang sesegera mungkin setelah kelahiran, disinilah peran


(40)

rawat gabung dalam memudahkan ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya sesegera mungkin. Pentingnya pemberian ASI sesegera mungkin adalah karena dapat merangsang produksi ASI pada hari-hari berikutnya sehingga ibu tentunya tidak akan mengalami kesulitan dalam menyusui selanjutnya.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Arasta (2010) yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan pelaksanan rawat gabung dengan perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Adanya rawat gabung, proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya akan segera terjalin. Makin sering ibu melakukan kontak fisik langsung dengan bayi akan membantu memperlancar produksi ASI. Hal tersebut tentu menguntungkan ibu untuk melakukan ASI eksklusif karena salah satu kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah ASI tidak keluar (Soetjiningsih, 1997).

c) Pencegahan Infeksi

Pada perawatan bayi yang terpisah maka kejadian infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat gabung maka infeksi silang dapat dihindari.

Dari pentingnya rawat gabung tersebut yang sudah diungkapkan sebelumnya, tentu penyuluhan mengenai rawat gabung ini sangat penting dikuasai oleh ibu hamil supaya sebelum melahirkan, ibu tersebut memahami mengenai pelaksanaan rawat gabung dan


(41)

24

manfaatnya, sehingga dapat memberi inisiatif kepada ibu, dalam memilih tempat bersalin yang sudah dilengkapi dengan rawat gabung, mengingat belum semua Puskesmas, khususnya di DKI Jakarta melaksanakan rawat gabung (Pratiwi, 2010).

6) Bahaya Susu formula;

Ibu-ibu yang memilih untuk memberikan ASI eksklusif merupakan langkah yang tepat. Hal ini dikarenakan ASI memiliki banyak sekali keunggulan dibandingkan dengan susu formula. Menurut Hegar (2009), salah satu hal positif yang dapat ditimbulkan dengan pemberian ASI eksklusif adalah peningkatan kadar SIgA. Peningkatan kadar SIgA berkorelasi dengan peningkatan sistem pertahanan saluran cerna terhadap infeksi, sedangkan mukus yang melapisi permukaan saluran cerna berfungsi sebagai barrier agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke aliran darah. Hal negatif lain yang dapat dirasakan oleh bayi dan ibu dengan pemberian susu formula menurut Kemenkes R.I (2002) dan (2005), adalah sebagai berikut:

a) Pencemaran sangat tinggi, sehingga bayi mudah terserang infeksi: misalnya diare, batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, dsb. b) Bayi tidak memperoleh zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk

pertumbuhan secara optimal.

c) Bayi tidak memperoleh kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terserang penyakit.


(42)

d) Kemungkinan terjadinya kekeliruan pengenceran sangat tinggi, sehingga berisiko untuk diare.

e) Perlu biaya mahal untuk membeli susu dan perlengkapan lainnya. f) Terjadi bingung puting.

Terjadi bingung puting dimana pada waktu diberi payudara ibunya, pada susu botol, air susu akan turun sendiri karena gravitasi bumi, sedang pada menyusu, bayi harus menghisap payudara, baru ASI keluar. Hal ini akan membuat bayi menjadi bingung dan akhirnya frustasi dan menangis, sehingga menyebabkan ibu bingung dan pusing.

Menurut Siregar (2004), salah satu faktor penyebab ASI eksklusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di Indonesia adalah iklan yang menyesatkan dari produksi makanan bayi. Hal tersebut menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan tersebut lebih baik dari ASI. Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui dapat menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula). Keadaan tersebut diperparah dengan keadaan dimana ASI ibu tidak bisa keluar, tentu ibu lebih memilih susu formula ketimbang ASI eksklusif. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Li (2008) dan Afifah (2007), salah satu kegagalan yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif adalah karena ASI tidak keluar dan digantikan dengan susu formula.


(43)

26

ASI yang belum keluar bisa disebabkan karena: Saluran susu tersumbat; Kecemasan dan kelelahan Ibu; Merokok dan obat-obatan; Ibu yang sedikit minum; Diit ibu yang jelek (Soetjiningsih, 1997)

Melihat dari fakta yang telah dijabarkan dari hasil penelitian di atas, tentu materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil agar ibu tidak memberikan susu formula nantinya kepada bayinya kelak.

7) Perawatan puting susu;

Memberikan ASI eksklusif pada bayinya merupakan impian bagi banyak ibu, tetapi beberapa ibu mengalami kendala seperti rasa sakit saat menyusui serta terjadi pembengkakan ataupun produksi ASI yang tidak lancar. Hal-hal seperti ini tentu saja dapat dihindari apabila ibu melakukan persiapan dengan melakukan perawatan puting susu sebelum melahirkan.

Menurut Soetjiningsih (1997), perawatan puting yang bisa dimulai pada trimester awal kehamilan adalah dengan melakukan pemeriksaan apakah ada kelainan seperti tumor, kista, atau kelainan bentuk puting, selain itu permukaan dan warna juga merupakan suatu pemeriksaan yang harus dilakukan pada trimester awal. Permukaan yang terdapat luka dan sisik merupakan suatu kelainan yang perlu diantisipasi, sedangkan pada warna, apabila warna puting tidak sama dengan kalang payudara, maka patut dicurigai puting mengalami suatu kelainan.

Selama bulan terakhir kehamilan, beberapa tetes kolostrum mungkin dapat diperah keluar dari puting. Ibu dapat membersihkan


(44)

puting dari kerak kolostrum yang mengering tersebut (Farrer, 2001). Menurut kaderkanie (2011), membersihkan puting susu dapat dilakukan dengan menghindari penggunaan sabun atau alkohol di area puting karena akan membuatnya kering, iritasi atau lecet. Bersihkanlah dengan air hangat, gunakan baby oil untuk mengompres sampai daerah sekitar puting susu dengan warna lebih gelap selama 2-3 menit. Ini berguna untuk membersihkan kerak atau kotoran yang menempel sehingga lebih mudah untuk dibersihkan, setelah selesai, lap payudara dengan handuk agar tidak lembab. Menggunakan BH yang bersih dan mengganti BH setiap hari serta tidak menaruh uang/kalung pada BH, juga termasuk dalam cara untuk menjaga kebersihan puting (Kemenkes R.I, 2002).

Pada trimester akhir, selain menjaga kebersihan puting susu, dapat dilakukan pengurutan dengan meletakkan telunjuk dan ibu jari pada dasar puting susu selama 10 detik. Hal tersebut dilakukan apabila bentuk puting datar atau masuk ke dalam. Tujuan dari pengurutan adalah untuk mendorong puting lebih menonjol, lakukanlah sekurang-kurangnya 2 kali dengan menggunakan minyak zaitun atau baby oil yang berfungsi melicinkan sehingga bisa mengurangi rasa nyeri (Kaderkanie, 2011).

Menurut penelitian yang telah dilakukan Astuti dan Setyaningrum (2009), ada hubungan praktik perawatan payudara dengan kejadian Mastitis pada Ibu Nifas tahun 2009-2009 di BPS Nunuk desa Bandengan Kabupaten Jepara. Mastitis merupakan radang pada payudara. Radang ini biasanya dapat menyebabkan ibu gagal dalam menyusui bayinya. Hal


(45)

28

tersebut diungkapkan dalam penelitian Soetjiningsih (1997), Siregar (2004) dan Li (2008) yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab kegagalan dalam menyusui disebabkan karena terjadinya radang payudara.

8) Keinginan untuk menyusui

Menurut Handerson (2006), tugas petugas kesehatan tersebut dalam pemberian KIE tidak hanya memberikan pengetahuan yang diperlukan para ibu, tetapi juga untuk mengidentifikasikan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dan terutama meningkatkan kepercayaan diri dan otonominya. Pemahaman tentang membina kelekatan yang tepat dan kemampuannya mengajarkan kepada ibu adalah hal yang sangat penting. Hal tersebut karena, hampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu untuk memperoleh rasa percaya diri serta pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar (Kemenkes R.I, 2008).

Selain menurut Kemenkes R.I (2010b), menurut Soetjiningsih (1997), materi pengetahuan seharusnya diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa:

1) Cara menyusui yang baik dan benar;

Cara menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan masalah-masalah dalam menyusui seperti puting lecet dan ASI tidak keluar optimal. Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan ibu mengalami kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya, oleh sebab itulah, pemberian pengetahuan mengenai cara menyusui yang baik


(46)

merupakan salah satu materi yang harus dimasukkan (Soetjiningsih, 1997).

Menurut Kemenkes R.I (2005), terdapat tiga hal penting yang dapat membuat seorang ibu dapat menyusui dengan baik, diantaranya adalah positioning, attachment, dan bonding. Berikut penjelasan dari dari masing-masing cara:

a) Posisi badan ibu dan bayi (positioning)

1. Ibu dapat duduk atau berbaring dengan santai

2. Hadapkan keseluruhan tubuh bayi menghadap perut ibu

3. Perut bayi menempel pada badan ibu, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

4. Letakkan kepala bayi pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diatas pangkuan ibu

b) Perlekatan mulut bayi pada payudara (attachment)

Perlekatan adalah posisi melekatnya mulut bayi pada payudara ibu untuk menyusu. Berikut ini cara pelekatan mulut bayi pada payudara yang benar :

1. Sentuhkan puting susu pada pipi atau bibir bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka lebar

2. Masukan puting dan sebagian besar areola bagian bawah masuk ke mulut bayi


(47)

30

4. Dagu bayi menempel ke payudara dan kepala bayi agak menengadah

5. Bayi menghisap pelan dan dalam 6. Sentuh bibir atas bayi dengan puting

7. Sewaktu mulut terbuka lebar, masukkan sebagian besar areola dalam mulut bayi

8. Sebagian besar areola masuk mulut bayi dan bibir bayi melengkung keluar

c) Kasih (bonding)

Ibu memeluk dan memandang bayi. 2) Mengatasi kesulitan dalam menyusui.

Banyak ibu-ibu yang setelah melahirkan tidak menyusui bayinya. Hal tersebut dikarenakan ibu-ibu tersebut mengalami kesulitan dalam menyusui. Menurut Soetjiningsih (1997), Siregar (2004), Hikmawati (2008), Rejeki (2008) dan Singh (2010), disebutkan bahwa ibu-ibu yang menemui kesulitan dalam menyusui dapat menyebabkan ibu tersebut gagal dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Kesulitan menyusui sebenarnya dapat teratasi apabila telah diberikan pengetahuan sejak awal oleh bidan bagaimana cara mengatasi kesulitan tersebut. Berikut ini kesulitan yang biasa dialami ibu dalam menyusui menurut Kemenkes R.I (1995):


(48)

a) Masa Antenatal

Pada masa antenatal, yang termasuk masalah menyusui pada ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan puting tidak lentur. 1. Puting susu datar atau terbenam

Untuk mengetahui apakah puting susu datar, cubitlah areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu yang normal akan menonjol, bila tidak berarti puting susu dapat dikatakan datar. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada sesuatu yang menarik puting susu kedalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak saat kehamilan sehingga dapat diusahakan perbaikannya.

Tidak selalu ibu dengan puting susu datar mengalami kesulitan besar pada saat menyusui, asalkan ibu tersebut diberikan pengarahan mengenai cara mengatasinya. Cara mengatasi permasalahan tersebut dapat dengan meakukan gerakan hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari didaerah areola, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah yang berlawanan atau bisa juga dengan cara memompa puting susu atau jarum suntik 10 ml yang sudah dimodifikasi setiap hari untuk mencoba supaya puting menonjol keluar.


(49)

32

2. Puting tidak lentur

Puting susu tidak lentur menyulitkan bayi untuk menyusui, walaupun demikian, puting susu tidak lentur pada awal kehamilan sering kali menjadi lentur (normal) pada saat atau beberapa saat menjelang persalinan, sehingga tidak memerlukan tindakan khusus, namun sebaiknya tetap dilakukan latihan seperti cara mengatasi puting susu datar atau terbenam.

b) Masa Pasca Persalinan Dini

Pada masa pasca persalinan dini, yang termasuk masalah menyusui pada ibu adalah puting susu datar atau tebenam dan puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses. Puting susu datar atau terbenam sudah diuraikan diatas, sehingga pada ulasan ini yang akan dibahas adalah hanya puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses menurut Soetjiningsih (1997):

1) Puting Susu Lecet

Masalah tersering dalam menyusui adalah puting susu nyeri/lecet, sekitar 57% dari ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya. Penyebab puting susu lecet diantaranya adalah: kesalahan dalam teknik menyusui, monoliasis (infeksi jamur candida) pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, pemakaian sabun, alkohol,


(50)

krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, bayi dengan tali lidah pendek serta ibu yang menghentikan menyusu dengan kurang hati-hati. Cara mengatasi permasalahan ini bisa dengan cara:

Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim atau zat-zat iritan lainya; diajarkan cara melepaskan puting dari hisapan bayi dengan cara tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu bayi atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi; posisi menyusui harus benar.

2) Payudara Bengkak

Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesuadah ibu melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intraduktal, yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara yang mengakibatkan payudara sering terasa penuh, tegang, serta nyeri. Cara mengatasi masalah ini, dapat dilakukan dengan:

Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air panas;


(51)

34

menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang membengkak, hal ini dimaksudkan supaya aliran ASI lancar dan menurunkan tegangan payudara.

3) Saluran Susu Tersumbat

Masalah menyusui ini merupakan suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran kecil yang berfungsi menyalurkan ASI. Penyebabnya bisa dikarenakan: tekanan jari ibu pada waktu menyusui; pemakaian BH yang terlalu ketat; komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga membentuk sumbatan. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan:

Masase payudara; kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah, bisa dilakukan selang-seling dengan air panas; ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui, bila payudara masih terasa penuh; ubah-ubah posisi menyusui menyusui untuk melancarkan ASI.

4) Mastitis

Mastitis merupakan radang pada payudara. Radang ini dapat disebabkan karena: tidak disusu secara adekuat; puting yang lecet sehingga memudahkan masuknya kuman, BH yang terlalu ketat, ibu yang sedang menjalankan diit yang kurang


(52)

baik, kurang istirahat serta anemia. Cara mengatasi masalah ini bisa dengan:

Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian pada payudara yang normal; berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang saluran susunya terhambat; ubahlah posisi menyusui dari waktu kewaktu; pakailah baju/BH yang longgar; istirahat cukup; makan makanan bergizi; banyak minum sekitar 2 liter per/hari.

5) Abses

Mastitis dan abses merupakan sesuatu yang berbeda. Abses pada payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan pemberian antibiotika dosis tinggi dan analgesik.

4. Kebutuhan Pengetahuan

Menurut Dick dan Carey (1990) dalamJacobsen and O’Connor (2006), kebutuhan adalah deskripsi yang jelas tentang masalah, bukti penyebab masalah yang dapat dilihat sebagai masalah yang dapat dipecahkan atau sebagai kesenjangan antara kondisi saat ini dan hasil yang diinginkan. Kebutuhan dapat berupa konflik dalam mengambil keputusan, defisit dalam


(53)

36

pengetahuan dan harapan, kejelasan nilai-nilai, dan dukungan dari sumber daya.

Pada kasus ibu hamil, menurut Heath (2006) dalam Athiyah (2008), seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anaknya, orangtua dituntut untuk memiliki pengetahuan khusus mengenai anaknya. Hal tersebut tentu dapat mendorong keperluan terpenuhinya kebutuhan dalam hal pengetahuan yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai orangtua kelak, oleh sebab itu pemberian pengetahuan memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu tersebut.

5. Pemberian Pengetahuan

Dari penelitian yang sudah dilakukan selama 15 tahun menunjukan bahwa hambatan utama pemberian ASI eksklusif ternyata adalah kurangnya pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan terkait ASI eksklusif pada Ibu (Roesli, 2002). Hasil penelitian tersebut tentu memprihatinkan sebab sebenarnya pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh petugas kesehatan seharusnya sudah dimulai sejak awal kehamilan ibu pada saat pelayanan antenatal.

Menurut Yulifah (2009), pengertian dari pelayanan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan masa nifas, persiapan memberikan ASI eksklusif dan pemulihan kesehatan reproduksi secara wajar. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya fokus dalam pelayanan antenatal bukan hanya mempersiapkan persalinan yang sehat dan


(54)

selamat, namun juga mempersiapkan seorang ibu hamil untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya setelah lahir kelak. Persiapan tersebut dalam pelayanan antenatal dapat diwujudkan dengan pemberian pengetahuan yang dilakukan melalui KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi). KIE merupakan salah satu promosi kesehatan yang sangat penting dalam penyebarluasan pengetahuan, karena selain dapat menyampaikan pengetahuan yang tepat kepada sasaran, juga dapat membentuk opini positif masyarakat.

a. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) 1) Pengertian

Pengertian komunikasi dalam KIE dapat diartikan sebagai upaya membangun hubungan relasional dua arah yang setara dengan masyarakat yang akan diberdayakan sehingga masyarakat yang diberdayakan menjadi lebih terbuka dan mampu mengekspresikan apa yang dirasakannya, mampu mengungkapkan pendapatnya, mampu berkreasi dan berinovasi, sedangkan Informasi adalah penyedia berbagai berita dan keterangan serta informasi penting yang dibutuhkan masyarakat untuk membangun kapasitas diri mereka. Setelah itu pemantapan yang dilakukan dengan edukasi mengandung pengertian berbagai bentuk upaya pendidikan baik formal dan non formal yang diperlukan oleh masyarakat yang diberdayakan sehingga mereka memiliki kapasitas yang memadai untuk membangun dirinya dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.


(55)

38

Dapat disimpulkan bahwa KIE adalah pemberian informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun kapasitas dirinya yang diiringi dengan pemantapan dalam bentuk upaya pendidikan baik formal dan non formal. KIE dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya melalui penyuluhan, penerangan dan pelayanan. Media massa dan berbagai teknologi informasi dapat berperan secara efektif sebagai sarana KIE (Fitriyani, 2011).

2) Metode

Menurut Kemenkes R.I (1995), metode pemberian pengetahuan dapat dibedakan berdasarkan cara penyampaian dan jumlah sasaran yang ingin dicapai. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing pilihan metode tersebut:

a) Berdasarkan Cara Penyampaian 1. Langsung

Tanpa penggunaan suatu alat perantara; berbentuk bahasa, gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat-isyarat.

2. Tidak Langsung

Mekanisme untuk melipatgandakan jumlah penerima pesan atau untuk menghadapi hambatan geografi, waktu, dll.


(56)

b) Berdasarkan Jumlah Sasaran yang Ingin Dicapai 1. Pendekatan Perorangan

Komunikasi dengan tatap muka atau berhadapan langsung.

2. Pendekatan Kelompok

Sasarannya sekelompok orang yang umumnya bisa dihitung dan dikenal; bisa berupa komunikasi perorangan atau timbal balik.

3. Pendekatan Masal

Sasarannya adalah kelompok orang dalam jumlah besar, umumnya tidak terhitung dan tidak saling mengenal.

3) Kebijakan

Kebijakan untuk pelaksanaan pemberian pengetahuan mengenai ASI eksklusif dapat dilihat pada beberapa kebijakan dibawah ini : a) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian

ASI Eksklusif bagian keempat (Informasi dan Edukasi) Pasal 13 ayat 1, 2 dan 3.

b) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/MENKES/SKN/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas bagian ketiga Di Ruang Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).


(57)

40

d) Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LKMM) poin ketiga.

4) Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi KIE

Menurut Machfoedz dan Suryani (2003), terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pemberian pengetahuan, diantaranya adalah :

a) Bentuk Beban Tugas

Beban tugas untuk mengubah perilaku yang memerlukan keterampilan otot seperti mengendarai sepeda tentu akan berbeda dengan hanya perilaku berupa yang mengunakan kata-kata seperti bernyanyi, membaca puisi atau membaca.

b) Banyaknya Materi

Bila materi sangat banyak dan kompleks tentu akan lebih berat daripada yang materi pembelajaran yang hanya sedikit dan sederhana.

c) Fasilitas dan Sumber

Bila fasilitas untuk belajar memadai, sumber materinya cukup tentu akan lebih berhasil.

d) Rutinitas

Proses belajar-mengajar yang dilakukan secara rutin akan jauh lebih berhasil daripada yang bersifat insidental.


(58)

e) Minat dan Motivasi

Cara pembelajaran yang dilaksanakan demikian rupa sehingga membangkitkan minat dan motivasi peserta didik tentu akan lebih berhasil. Menurut Lavender, et.al (2001) dalam Bowden (2011), rendahnya motivasi peran bidan dalam kesehatan masyarakat mungkin merupakan akibat adanya ambiguitas dalam diri mereka. Mereka memiliki pandangan yang jelas terhadap aspek mana dari kesehatan masyarakat yang sesuai dengan perannya untuk melakukan intervensi, misalnya depresi pascanatal memang menjadi bagian dari peran bidan sedangkan promosi latihan dan ASI eksklusif sebaliknya

Menurut Kemenkes R.I (1995), faktor lain yang dapat mempengaruhi pemberian pengetahuan diantaranya adalah :

a) Pengetahuan Komunikator dan Komunikan

Komunikator harus menguasai materi dengan baik, demikan halnya dengan komunikan, harus juga mempersiapkan diri dalam proses komunikasi. Dengan demikian akan terjadi komunikasi yang efektif.

b) Pesan

Pesan yang disampaikan harus ringkas dan disesuaikan dengan kondisi komunikan sehingga mudah diterima. Salah satu elemen penting pesan yang harus diperhatikan adalah mutu dari pesan itu sendiri. Terdapat dua faktor yang dapat


(59)

42

mempengaruhi mutu dari pesan yang akan disampaikan, diantaranya adalah jumlah pesan yang diberikan dan memformulasikan pesan.

Jumlah pesan yang diberikan dipengaruhi oleh kuantitas pesan dan waktu yang dialokasikan untuk penyajiannya, sedangkan memformulasikan pesan merupakan penggunaan dan penekanan kata pada kata yang seharusnya (Bowden, 2011).

Pada Laporan Bristol dalam Bowden (2011), berikut ini hal-hal yang direkomendasikan terkait pesan yang harus disampaikan kepada pasien :

1. Pesan mengenai pengobatan seharusnya disampaikan dalam berbagai bentuk, tahapan, dan penguat disepanjang waktu. 2. Pesan harus disampaikan sesuai dengan kebutuhan individu,

kondisi dan keinginan.

3. Pesan seharusnya berdasarkan bukti yang tersedia saat ini dengan ringkasan, yang dapat dipahami oleh klien.

4. Cara penyampaian pesan, baik melalui leflet, video, rekaman atau CD, harus selalu diperbarui dan dibuat dengan mendapat dukungan pasien

5. Pasien sebaiknya mendapatkan panduan mengenai sumber pesan yang tersedia di internet, tentunya dari sumber yang dapat dipercaya dan bermutu baik.


(60)

c) Media

Macam dan kualitas media juga menentukan keberhasilan proses komunikasi. Media yang menggunakan banyak panca indera akan lebih efektif. Penggunaan contoh/petunjuk akan lebih menarik dan efektif. Contoh/petunjuk akan lebih tepat, terutama bila contoh itu dihubungkan dengan pengetahuan dan pengalaman ibu. Sebuah contoh mungkin sebuah objek atau situasi yang dapat dibayangkan atau tindakan nyata yang bisa dilihat ibu ketika dokter/petugas kesehatan berbicara.

Misalnya, petugas kesehatan dapat memperlihatkan kepada ibu bagaimana mengelola payudara yang mengalami mastitis sambil meminta ibu mengulangi mengerjakan sendiri. Ibu juga diizinkan untuk memperhatikan ibu lain yang sedang melakukan hal yang sama, sehingga memungkinkan ibu untuk melihat cara yang benar. Dengan cara memeragakan akan teringat oleh ibu lebih lama daripada petunjuk-petunjuk yang hanya diucapkan.

Demonstrasi atau peragaan amat berpengaruh dalam mengajarkan ibu cara melakukan tugasnya. Memperlihatkan kepadanya cara melakukan tugas akan lebih efektif daripada hanya menceritakan cara melakukannya. Cara yang paling efektif untuk mengajarkan ibu mengenai aturan atau keterampilan misalnya mengelola saluran susu tersumbat


(61)

44

adalah menyuruhnya memperhatikan orang yang sedang mengerjakan kemudian melakukan sendiri dengan bimbingan. Komunikasi juga akan bertambah baik dengan memberikan setiap ibu sebuah brosur/leaflet yang telah dirancang untuk mereka.

Brosur/leaflet harus meringkaskan hal-hal yang penting dan berisikan kata-kata dan gambar yang menerangkan hal-hal yang penting. Bila disuatu pelayanan kesehatan belum ada brosur/leaflet atau sukar untuk mendapatkannya, kembangkan sendiri brosur/leaflet tersebut oleh saudara sehingga ibu di tempat pelayanan kesehatan tersebut mengerti.

Menggunakan brosur/leaflet sambil memberikan petunjuk-petunjuk kepada ibu adalah cara yang baik dan harus menggunakan contoh. Menunjukkan pada kata-kata dan gambarnya sambil dokter/petugas kesehatan berbicara akan menolong memusatkan perhatian ibu lebih baik daripada hanya dengan kata-kata saja, selain itu brosur/leaflet juga mudah untuk dibawa sehingga apabila brosur/leaflet tersebut dibawa pulang akan membantu memperkuat apa yang telah dipelajarinya.

Menurut Bowden (2011), faktor yang dapat mempengaruhi pemberian pengetahuan selain yang telah disebutkan diatas jumlah bidan juga menjadi salah satu faktornya. Jumlah bidan yang masih


(62)

sedikit dapat menjadi hambatan dalam restrukturisasi pelayanan maternitas.

b. Bidan

Menurut Nusatya (1981), para dokter ahli kebidanan atau para bidan jelas paling sering berhubungan dengan wanita. Definisi bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Menurut standar profesi bidan di Indoensia sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan terdapat poin dimana salah satu kompetensi yang harus dimiliki dan harus dilakukan pada ibu hamil adalah promosi dan dukungan pada ibu untuk menyusui bayinya (Wahyuningtyas, 2009).

Menurut Johnson, dkk (2002) dan Kemenkes R.I (2007), secara ringkas peran dan tanggungjawab bidan yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah sebagai berikut :

1) Berkomunikasi dengan klien untuk memberikan saran, dukungan, dorongan dan penyuluhan untuk memfasilitasi kemampuan ibu dalam memberikan ASI.


(63)

46

2) Memastikan bahwa posisi bayi menyusu sudah benar dan ibu diharapkan untuk melakukannya sendiri dengan baik.

3) Mengobservasi dan membimbing ibu dalam menyelesaikan masalah yang ada dapat menghambat ibu dalam memberikan ASI eksklusif. 4) Memberdayakan ibu untuk melakukan perawatan payudara, cara

menyusui, merawat bayi, merawat tali pusat, dan memandikan bayi. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pengetahuan menurut teori Green (1980), dapat berperan sebagai enebling factors/reinforcing factors. Dapat dikatakan bidan sebagai enebling factors apabila bidan sebagai faktor utama dalam menguatkan pengetahuan ibu, sedangkan bidan dapat dikatakan berperan sebagai reinforcing factors apabila bidan sebagai faktor pendukung dimana pengetahuan ibu sebelumnya telah dikuatkan oleh sumber pengetahuan lain.

C. TeoriNeed AssessmentDalam Penentuan Kebutuhan Pengetahuan

Need assessment (penilaian kebutuhan) penting untuk dilakukan, dikarenakan untuk mengidentifikasi apa yang kelompok inginkan atau butuhkan; apakah program yang ada atau intervensi yang sudah ada dapat memenuhi kebutuhan mereka secara seharusnya; kelompok mana membutuhkan layanan, dan apa yang mungkin menjadi alternatif terbaik untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Jacobsen dan O’Connor, 2006). Identifikasi kebutuhan menurut Bradshaw (1972) dalam Green (2010) diantaranya adalah 1. Normative Needs (perlu pendapat ahli untuk melihat kebutuhan masyarakat); 2.Felt Needs


(64)

(kebutuhan yang dirasakan oleh seorang individu dan kebutuhan tersebut dibatasi oleh persepsi individu dan pengetahuan layanan); 3.Expressed Need (kebutuhan yang dirasakan berubah menjadi tindakan mencari bantuan); 4.Comparative Needs (berasal dari kebutuhan akan pelayanaan kesehatan di satu populasi dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan pelayanan kesehatan yang diperlukan di area lain dengan populasi yang hampir sama).

Terdapat empat langkah dalam melakukan need assessmentmenurut Fretman dan Allensworth (2010) yaitu: 1. Menentukan cakupan need assessment, 2. Mengumpulkan data, 3.Menganalisa data dan 4. Melaporkan hasil temuan.

D. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Menurut Bradshaw (1972) dalam Green (2010), identifikasi kebutuhan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, salah satu diantaranya adalah normative needs. Normative needs mengandung pengertian kebutuhan perlu didefinisikan oleh para ahli. Dalam penelitian ini, kebutuhan pengetahuan terkait ASI eksklsuif pada ibu hamil ditentukan berdasarkan Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997). Berdasarkan landasan teori di atas, maka peneliti dapat merumuskan kerangka teori penelitian, seperti pada gambar berikut :


(65)

48

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Standar Materi Pengetahuan terkait ASI eksklusif 1. Kemenkes R.I (2010b)

a. ASI saja enam bulan b. Penjelasan pentingnya ASI c. Skin to Skin ContactIMD d. Kolostrum

e. Rawat Gabung

f. Tidak diberi Susu Formula g. Perawatan Puting Susu h. Keinginan untuk menyusui 2. Soetijiningsih (1997)

a. Cara Menyusui yang baik

b. Cara mengatasi kesulitan dalam menyusui Pengetahuan Ibu Hamil

Terkait ASI Eksklsuif

Ada Gap Tidak ada Gap

Ada kebutuhan pengetahuan

Tidak ada kebutuhan pengetahuan

Sumber : Bradshaw (1972) dalam Green (2010), Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997)


(66)

A. Kerangka Konsep

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kebutuhan pengetahuan pada ibu hamil terkait ASI eksklusif. Faktor kebutuhan pengetahuan diidentifikasi dengan cara melihat adanya kesenjangan (gap) antara penguasaan pengetahuan ibu hamil dengan standar materi pemberian pengetahuan berdasarkan Kemenkes R.I (2010b) dan Soetjiningsih (1997).

Jumlah materi yang direkomendasikan oleh Kemenkes R.I ada delapan, selain itu Soetjiningsih juga menambahkan dua materi penting yang harus dikuasai oleh ibu hamil, sehingga setidaknya terdapat 10 materi yang harus dikuasai oleh ibu hamil. Terdapat satu materi dari standar Kemenkes R.I yang tidak diteliti yaitu materi keinginan untuk menyusui, sehingga total materi yang termasuk dalam penelitian menjadi 9 materi saja. Hal tersebut dikarenakan kesulitan untuk menelitinya secara kuantitatif, sementara untuk meneliti pengetahuan ibu yang lain digunakan pendekatan kuantitatif.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka peneliti dapat merumuskan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:


(67)

50

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan Ibu Hamil terkait ASI Eksklusif

Standar Materi Pengetahuan terkait ASI eksklusif

1. Kemenkes R.I (2010b) a. ASI saja enam bulan b. Penjelasan pentingnya ASI

c. Skin to Skin ContactIMD (Inisiasi Menyusu Dini)

d. Kolostrum e. Rawat Gabung

f. Tidak diberi Susu Formula g. Perawatan Puting Susu 2. Soetijiningsih (1997)

a. Cara menyusui yang baik

b. Cara mengatasi kesulitan dalam menyusui

Kebutuhan Pengetahuan Terkait ASI Eksklusif


(68)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Faktor Definisi Operasional

1 Pengetahuan ibu hamil

Penguasaan materi-materi terkait ASI eksklusif seperti (ASI saja enam bulan, penjelasan pentingnya ASI,skin to skin contactIMD, kolostrum, rawat gabung, tidak diberi susu formula, perawatan puting susu, kesulitan dalam menyusui dan cara menyusui yang baik) yang didapatkan melalui hasil

kuesioner yang dijawab oleh ibu hamil.

2 Kebutuhan pengetahuan

Kesenjangan antara penguasaan materi terkait ASI eksklusif pada ibu hamil dengan standar materi terkait ASI eksklusif yang ditetapkan oleh Kemenkes R.I (2010) (ASI saja enam bulan, penjelasan pentingnya ASI,skin to skin contactIMD,

kolostrum, rawat gabung, tidak diberi susu formula, perawatan puting susu) dan Soetjiningsih (1997) (kesulitan

dalam menyusui dan cara menyusui yang baik). Terdapat dua kategori, yaitu ada kebutuhan pengetahuan dan tidak ada

kebutuhan pengetahuan. Kategori ada kebutuhan pengetahuan apabila presentase penguasaan pengetahuan < 56%, sedangkan tidak ada kebutuhan pengetahuan >56%.


(69)

52

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain penelitian cross sectional. Penelitian ini didukung dengan data yang diperoleh dengan pendekatan kualitatif pada informan bidan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi.

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif karena pada faktor pengetahuan dan kebutuhan pengetahuan, dibutuhkan data yang akurat yang dapat mengukur penguasaan dan kebutuhan akan materi terkait ASI eksklusif pada ibu hamil. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011), bahwa pendekatan kuantitatif bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan data dapat diukur, sedangkan data yang diambil secara kualitatif, digunakan untuk menjelaskan fenomena masih terdapatnya kebutuhan pengetahuan sementara pemberian pengetahuan sudah dilakukan.

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Desember 2012. Lokasi penelitian merupakan tempat dimana biasanya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada saat antenatal yaitu di Poli Kesehatan Ibu (KI) yang berada di lantai 1 Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan.


(1)

Valid Tidak Pernah 57 59.4 59.4 59.4

Pernah 39 40.6 40.6 100.0

Total 96 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 37 38.5 38.5 38.5

Pernah 59 61.5 61.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 46 47.9 47.9 47.9

Pernah 50 52.1 52.1 100.0

Total 96 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 53 55.2 55.2 55.2

Pernah 43 44.8 44.8 100.0

Total 96 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 37 38.5 38.5 38.5


(2)

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 33 34.4 34.4 34.4

Pernah 63 65.6 65.6 100.0

Total 96 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 13 13.5 13.5 13.5

Pernah 83 86.5 86.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 12 12.5 12.5 12.5

Pernah 84 87.5 87.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

P14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 28 29.2 29.2 29.2

Pernah 68 70.8 70.8 100.0

Total 96 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 49 51.0 51.0 51.0

Pernah 47 49.0 49.0 100.0


(3)

Valid Tidak Pernah 49 51.0 51.0 51.0

Pernah 47 49.0 49.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

P17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 35 36.5 36.5 36.5

Pernah 61 63.5 63.5 100.0

Total 96 100.0 100.0

P18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 67 69.8 69.8 69.8

Pernah 29 30.2 30.2 100.0

Total 96 100.0 100.0

P19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 57 59.4 59.4 59.4

Pernah 39 40.6 40.6 100.0

Total 96 100.0 100.0

P20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 52 54.2 54.2 54.2


(4)

P21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 34 35.4 35.4 35.4

Pernah 62 64.6 64.6 100.0

Total 96 100.0 100.0

P22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Pernah 25 26.0 26.0 26.0

Pernah 71 74.0 74.0 100.0


(5)

(6)