Efektivitas Media Promosi Kesehatan (LEAFLET) Dalam Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dan Asi Eksklusif Di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010

(1)

71

EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI KESEHATAN (LEAFLET)

DALAM PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN

ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN

PADANGSIDIMPUAN SELATAN

KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2010

TESIS

OLEH:

NOVA ADRIANI HUSNI NASUTION 087033013/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI KESEHATAN (LEAFLET)

DALAM PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN

ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN

PADANGSIDIMPUAN SELATAN

KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2010

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NOVA ADRIANI HUSNI NASUTION 087033013/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

   

Judul Tesis : EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI KESEHATAN

(LEAFLET) DALAM PERUBAHAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN SELATAN KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2010 Nama Mahasiswa : Nova Adriani Husni Nasution

Nomor Induk Mahasiswa : 087033013

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui, Komisi Pembimbing :

(Dr.Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr.Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)


(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 23 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Dr. Ria Masniari Lubis, M.Si 2. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes 3. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes


(5)

   

PERNYATAAN

EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI KESEHATAN (LEAFLET)

DALAM PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN

ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN

PADANGSIDIMPUAN SELATAN

KOTA PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2010

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjaaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2010


(6)

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi adalah dengan menggalakkan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Berdasarkan survei pendahuluan diketahui cakupan ASI Eksklusif di Kota Padangsidimpuan sebanyak 0%. Media promosi kesehatan yang ada ini dirancang dan didistribusikan oleh Departemen Kesehatan, ternyata belum efektif dalam perubahan perilaku ibu.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis efektivitas media promosi kesehatan (leaflet) dalam perubahan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif di Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental. Populasi adalah seluruh ibu hamil pada trimester 3 yang ada di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan. Sampel sebanyak 40 orang untuk masing-masing kelompok yang dilakukan secara acak pada kelompok perlakuan dan melakukan matching pendidikan pada kelompok yang tidak diberi perlakuan. Rancangan penelitian dengan pre-post design dan untuk mengetahui efektivitas media digunakan uji t-test.

Hasil menunjukkan bahwa media promosi kesehatan (leaflet) efektif untuk menaikkan skor pengetahuan dan skor sikap ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif di Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2010 dengan nilai p =0,000.

Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan untuk: 1) menggunakan media leaflet dalam mengembangkan strategi promosi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, 2) berkonsultasi dengan ahli komunikasi dan media untuk mendapatkan mutu media yang lebih baik, 3) menggerakkan petugas puskesmas untuk mendistribusikan media promosi kesehatan tentang IMD dan ASI Ekslusif kepada ibu hamil.


(7)

   

ABSTRACT

One of the effort to decline the Infant Mortality Rate is to promote the implementation of Early Initiation and exclusive breastfeeding. Based on preliminary survey, the coverage of exclusive breastfeeding in Padangsidimpuan City as 0%. Currently health promotion media that designed and distributed by the Ministry of Health was not effective in changing the mother’s behavior.

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of health promotion media (leaflets) in changing knowledge and attitude of pregnant women about Early Initiation and exclusive breastfeeding at the District of South Padangsidimpuan, Padangsidimpuan City in year 2010.

This research was quasi experimental. Population were all third-trimester pregnant women in the District of South Padangsidimpuan Padangsidimpuan city. Sample were 40 people for each group that carried out randomly in the treatment group and educational matching in the group had no treatment. Research was designed with pre-post design and to examined the effectiveness of media used t-test.

The results showed that the health promotion media (leaflets) was effective to raise the scores of knowledge and attitude scores of pregnant women about Early Initiation and exclusive breastfeeding at the District of South Padangsidimpuan in year 2010 were p=0.000.

It is recommend to the Head District of Health in Padangsidimpuan to: 1) use a leaflet in developing appropriate health promotion strategies with the needs of local communities, 2) consult with communications and media experts to get a better media quality, 3) mobilize health workers to distribute Early Initiation and exclusive breastfeeding media to pregnant women.

                         

Key words: leaflets, knowledge, attitudes, Early Initiation, breastfeeding


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi beserta ilmu pengetahuan di dalamnya, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Efektivitas Media Promosi Kesehatan (Leaflet) dalam Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisisasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010”. Dalam penyusunan tesis ini, peneliti banyak mendapat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung, maupun tidak langsung, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A (K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan bimbingan 2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan dalam pembuatan tesis ini.

3. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini. 5. Suamiku Hamid Rijal Lubis dan anakku tercinta Mahira Hamdah Lubis atas


(9)

   

kebersamaan bersama kalian, kalian adalah sumber inspirasi dan motivasi untuk mama.

6. Papa dan mama tercinta, adik-adikku tersayang (Ady Syaputra Husni Nasution, Sri Mardani Husni Nasution, dan Fikra Al Khoir Husni Nasution) untuk segala dukungan moril dan materil serta pengertiannya.

7. Para ibu responden di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, berkat kesediaan dan partisipasi ibu semua, maka saya dapat menyelesaikan tesis ini. 8. Para kader (Ibu Dewi dan Lestari) yang telah membantu peneliti sebagai kolektor

data.

9. Staf non akademik Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan fasilitas yang dibutuhkan peneliti.

10. Rekan- rekan satu angkatan, khususnya minat PKIP, atas dukungan dan kebersamaan yang diberikan.

Hanya Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Selanjutnya demi kesempurnaan tesis ini, peneliti sangat

mengharapkan masukan, saran dan kritik yang bersifat membangun.

Medan, Juni 2010

Peneliti


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nova Adriani Husni Nasution, lahir di Padangsidimpuan pada tanggal 28 November 1982, Anak Pertama dari Ayahanda H. Husni Thamrin Nasution, ST dan Ibu Hj. Misnurwati Siregar, yang saat ini bertempat tinggal di Jalan Serimpi Raya No. 13 Komplek Medan Permai Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Pendidikan formal penulis dimulai tahun 1988 di Pendidikan TK. Aisyiah Busthanul Athfal Padangsidimpuan, Sekolah Dasar SD Negeri No.142442

Padangsidimpuan tamat tahun 1995, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Padangsidimpuan tamat tahun 1998, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan tamat tahun 2001, melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara di Medan tamat tahun 2005.

Penulis menikah pada tahun 2007 dan dikaruniai seorang putri. Tahun 2006 sampai dengan 2008 penulis pernah bekerja sebagai staf pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara, dan sejak tahun 2008 sebagai Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Hutaimbaru Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara hingga saat ini.

Tahun 2008 Penulis mengikuti Pendidikan Lanjutan S2 di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.


(11)

   

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...i ABSTRACT ...ii KATA PENGANTAR...iii

RIWAYAT HIDUP ...v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...7

1.3. Tujuan Penelitian ...8

1.4. Hipotesis ...8

1.5. Manfaat Penelitian ...8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa...10

2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa...10

2.1.2. Efek Komunikasi Massa ...10

2.1.3. Teori Komunikasi Massa ...15

2.2. Media Promosi Kesehatan ...21

2.2.1. Pengertian Media Promosi Kesehatan ...21

2.2.2. Tujuan Media Promosi Kesehatan ...21

2.2.3. Jenis Media Promosi Kesehatan ...22

2.2.4. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media ...31

2.2.5. Membuat Materi yang Baik ...34

2.3. Pengetahuan ...35

2.4. Sikap ...37

2.4.1. Definisi Sikap ...37

2.4.2. Stuktur Pembentukan Sikap...38

2.4.3. Pembentukan Sifat ...40

2.5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)...41

2.5.1. Pengertian IMD...42

2.5.2. Tata Laksana IMD ...43

2.5.3. Pentingnya IMD...44

2.5.4. Manfaat IMD untuk Bayi...46


(12)

2.5.5. Manfaat IMD untuk Ibu ...46

2.5.6. Penghambat IMD ...46

2.6. ASI Eksklusif ...49

2.6.1. Pengertian ASI Eksklusif...49

2.6.2. Manfaat ASI...50

2.6.3. Peraturan Pemerintah Terhadap Pemberian ASI ...55

2.6.4. Masalah-masalah Dalam Menyusui...58

2.6.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ASI Eksklusif ...59

2.7. Landasan Teori...69

2.8. Kerangka Konsep...70

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian...71

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...72

3.3. Populasi dan Sampel ...73

3.3.1. Populasi...73

3.3.2. Sampel ...73

3.4. Metode Pengumpulan Data...75

3.4.1. Data Primer ...75

3.4.2. Data Sekunder...75

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ...76

3.5. Definisi Operasional ...80

3.6. Metode Pengukuran ...83

3.7. Metode Analisis Data...83

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ...84

4.2. Karakteristik Sampel...88

4.3. Efektivitas Media Promosi Kesehatan (Leaflet) Dalam Perubahan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010 ...89

4.3.1. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Pada Kelompok Perlakuan Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010...89

4.3.2. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Pada Kelompok yang Tidak Diberi Perlakuan Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010 ...90 4.4. Efektivitas Media Promosi Kesehatan (Leaflet) Dalam Perubahan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


(13)

   

Kota Padangsidimpuan Tahun 2010 ...94 4.4.1. Gambaran Sikap Ibu Hamil Pada Kelompok Perlakuan

Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota

Padangsidimpuan Tahun 2010...94 4.4.2. Gambaran Sikap Ibu Hamil Pada Kelompok yang Tidak

Diberi Perlakuan Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

Kota Padangsidimpuan Tahun 2010 ...95 4.5. Isi Media Promosi Kesehatan (Leaflet) tentang Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) dan ASI Eksklusif...98

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Efektivitas Media Promosi Kesehatan (Leaflet) Dalam

Perubahan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan

Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010………..100 5.2. Efektivitas Media Promosi Kesehatan (Leaflet) Dalam

Perubahan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan

Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010………..105

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 112 6.2. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA... 113

LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 79 3.2. Aspek Pengukuran ... 82 4.1. Jumlah Lingkungan di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi

Tahun 2008 ... 85 4.2. Distribusi Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Kelurahan di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Tahun 2008... 86 4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat Berusia 10 Tahun ke Atas di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Tahun 2008 ... 86 4.4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Berusia 10 Tahun ke Atas di Wilayah

Puskesmas Padangmatinggi Tahun 2008 ... 87 4.5. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Tahun 2008 ... 87 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan

Pekerjaan di Wilayah Puskesmas Padangmatinggi Tahun 2010... 88 4.7. Pengetahuan Kelompok Perlakuan tentang IMD dan ASI Eksklusif

Sebelum (Pre test) dan Sesudah (Post test) Diberikan Media Promosi Kesehatan (Leaflet) di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

Tahun 2010 ... 89 4.8. Pengetahuan Kelompok yang Tidak Diberi Perlakuan tentang IMD dan ASI Eksklusif Sebelum (Pre test) dan Sesudah (Post test) di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010 ... 91 4.9. Rata-Rata Pre test Pengetahuan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan


(15)

   

4.10. Efektivitas Media Promosi Kesehatan (Leaflet) dalam Perubahan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan

Kota Padangsidimpuan Tahun 2010 ... 93 4.11. Sikap Responden Kelompok Perlakuan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif Sebelum (Pre test) dan Sesudah (Post test) Diberikan Media Promosi Kesehatan (Leaflet) di Kecamatan

Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010 ... 94 4.12. Sikap Kelompok yang Tidak Diberikan Perlakukan tentang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif Pada Kelompok Perlakuan Sebelum (Pre test) dan Sesudah (Post test) di Kecamatan

Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010 ... 96 4.13. Rata-Rata Pre test Sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota

Padangsidimpuan Tahun 2010 ... 97 4.14. Efektivitas Media Promosi Kesehatan (Leaflet) dalam Perubahan

Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan

Tahun 2010 ... 98 4.15. Analisis Isi Media Promosi Kesehatan (Leaflet) tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2010... 99


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Skema Proses Terjadinya Sikap dan Reaksi Tingkah Laku... 41

2.2. Kerangka Konsep ... 70

3.1. Rancangan Penelitian ... 71


(17)

   

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 116

2. Lembar Persetujuan Responden ... 117

3. Kuesioner ... 118

4. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 124

5. Surat Izin Penelitian dari Kantor BAPPEDA Kota Padangsidimpuan ... 125

6. Hasil Data Validitas dan Reliabillitas Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif ... 126

7. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk, Kelurahan, WUS, Bumil, Bayi, dan Bayi Lahir Mati di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan... 130

8. Jadwal Penelitian... 131

9. Hasil Analisa Data ... 132

10. Master Data ... 141

11. Leaflet... 155


(18)

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi adalah dengan menggalakkan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Berdasarkan survei pendahuluan diketahui cakupan ASI Eksklusif di Kota Padangsidimpuan sebanyak 0%. Media promosi kesehatan yang ada ini dirancang dan didistribusikan oleh Departemen Kesehatan, ternyata belum efektif dalam perubahan perilaku ibu.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis efektivitas media promosi kesehatan (leaflet) dalam perubahan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif di Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental. Populasi adalah seluruh ibu hamil pada trimester 3 yang ada di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan. Sampel sebanyak 40 orang untuk masing-masing kelompok yang dilakukan secara acak pada kelompok perlakuan dan melakukan matching pendidikan pada kelompok yang tidak diberi perlakuan. Rancangan penelitian dengan pre-post design dan untuk mengetahui efektivitas media digunakan uji t-test.

Hasil menunjukkan bahwa media promosi kesehatan (leaflet) efektif untuk menaikkan skor pengetahuan dan skor sikap ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif di Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2010 dengan nilai p =0,000.

Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan untuk: 1) menggunakan media leaflet dalam mengembangkan strategi promosi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, 2) berkonsultasi dengan ahli komunikasi dan media untuk mendapatkan mutu media yang lebih baik, 3) menggerakkan petugas puskesmas untuk mendistribusikan media promosi kesehatan tentang IMD dan ASI Ekslusif kepada ibu hamil.


(19)

   

ABSTRACT

One of the effort to decline the Infant Mortality Rate is to promote the implementation of Early Initiation and exclusive breastfeeding. Based on preliminary survey, the coverage of exclusive breastfeeding in Padangsidimpuan City as 0%. Currently health promotion media that designed and distributed by the Ministry of Health was not effective in changing the mother’s behavior.

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of health promotion media (leaflets) in changing knowledge and attitude of pregnant women about Early Initiation and exclusive breastfeeding at the District of South Padangsidimpuan, Padangsidimpuan City in year 2010.

This research was quasi experimental. Population were all third-trimester pregnant women in the District of South Padangsidimpuan Padangsidimpuan city. Sample were 40 people for each group that carried out randomly in the treatment group and educational matching in the group had no treatment. Research was designed with pre-post design and to examined the effectiveness of media used t-test.

The results showed that the health promotion media (leaflets) was effective to raise the scores of knowledge and attitude scores of pregnant women about Early Initiation and exclusive breastfeeding at the District of South Padangsidimpuan in year 2010 were p=0.000.

It is recommend to the Head District of Health in Padangsidimpuan to: 1) use a leaflet in developing appropriate health promotion strategies with the needs of local communities, 2) consult with communications and media experts to get a better media quality, 3) mobilize health workers to distribute Early Initiation and exclusive breastfeeding media to pregnant women.

                         

Key words: leaflets, knowledge, attitudes, Early Initiation, breastfeeding


(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu pada tujuan ke 4 adalah mengurangi angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian sebanyak 2/3 dari tahun 1990 sampai tahun 2015.

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data SDKI pada tahun 2006 ditemukan angka kematian bayi di Indonesia sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat tidak kurang dari 10 bayi dan 20 anak balita meninggal dunia setiap jam di Indonesia (USAID, 2008).

Berdasarkan penelitian WHO (2000) dienam negara berkembang resiko kematian bayi antara usia 9–12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48 %. Sekitar 40% kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. IMD dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti IMD mengurangi kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008).

Menurut peneliti–peneliti dari Inggris yang melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi yang dipublikasikan di Pediatrics 30 Maret 2006. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam waktu satu jam pertama dengan membiarkan


(21)

   

kontak kulit ke kulit, maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan jika mulai menyusu pertama saat bayi berusia diatas 2 jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan (Edmond, 2006).

Hasil Penelitian yang dilakukan Sose dkk CIBA Foundation, 1978 menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu–bayi pertama kali terhadap lama menyusu. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini dapat menyusui 59% sampai usia enam bulan dan 38% sampai usia setahun. Bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini tinggal 29 % dan 8 % yang masih disusui diusia yang sama.

World Health Organization (WHO) merekomendasikan semua bayi perlu mendapat kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi dan mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi.

WABA (World Alliance for Breast Feeding) setiap tahunnya menyelenggarakan Pekan ASI Sedunia (PAS) setiap tanggal 1-7 Agustus dan IMD telah menjadi tema peringatan pada tahun 2007 yaitu menyusu satu jam pertama kehidupan dilanjutkan dengan menyusu Eksklusif 6 bulan, menyelamatkan lebih dari 1 juta bayi.

Menurut Roesli (2008) Inisisasi menyusu dini (IMD) dapat melatih dan membiasakan bayi mengisap payudara ibu yang nantinya berperan penting dalam mewujudkan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama dan berlanjut dengan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun. Yang paling


(22)

menggembirakan, IMD membantu bayi mendapatkan kolostrum, sesuatu yang sangat dibutuhkannya dalam menyongsong kehidupan dunia. Kolostrum mengandung zat antibodi, zat aktif imunitas, dan protein protektif lainnya.

Selama ini, masih banyak ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusu terganggu. Keadaan ini ternyata disebabkan terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusu sejak dilahirkan, Selama ini penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan diberi pakaian. Ternyata, proses ini sangat menganggu proses alami bayi untuk menyusui. Sehingga pencapaian ASI Eksklusif belum sesuai dengan yang diharapkan.

Hanya 14% ibu di tanah air yang memberikan air susu ibu ASI Eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI Eksklusif kurang dari dua bulan. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 didapati data jumlah pemberian ASI Eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi yakni 46% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14% pada bayi usia 4-5 bulan, yang lebih memprihatinkan 13% bayi dibawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan.

Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition Health Surveillance System (NSS) bekerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller


(23)

   

International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makasar) dan Pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel) menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12 %, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1-13%, sedangkan di pedesaan 2-13%.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah termasuk melakukan upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada hakikatnya usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku (Notoatmodjo,2005).

Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI 2005-2009 menggariskan bahwa tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan, dan melaksanakan dukungan administratif dan operasional pelaksanaan program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media cetak, elektronik maupun media ruang. Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan.

Melalui media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur, poster, kalender, dan lain-lain. Setiap tahun unit promosi kesehatan memproduksinya


(24)

terutama semacam “proto type” agar dapat dikembangkan lebih lanjut oleh daerah atau unit lain yang memerlukannya sesuai dengan keadaan masalah dan potensi setempat. Dalam rangka memfasilitasi penyelenggaraan promosi kesehatan di daerah, disusunlah berbagai panduan seperti: panduan advokasi, panduan bina suasana, panduan pemberdayaan masyarakat dan panduan pengembangan mitra.

Menteri Kesehatan RI melalui peraturan nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia, mengajak pemberian ASI hanya ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun. Kegiatan Depkes (2005) yang dilakukan adalah : Kampanye ASI melalui media elektronik, penyebaran materi KIE ASI (leaflet, poster, booklet, buku), diseminasi informasi ASI Eksklusif bagi pekerja wanita melalui kegiatan pertemuan koordinasi pengelola program kesehatan kerja daerah dan pusat, serta pembinaan secara berjenjang. Kebijakan PP-ASI (Program Pemberian ASI) merupakan strategi nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Kota Padangsidimpuan yang terdiri dari 6 wilayah kecamatan dalam pemberian ASI Eksklusif berdasarkan data profil kesehatan tahun 2008 menunjukkan cakupan 0%, sangat ironis sekali jika dibandingkan dengan target nasional yaitu 80%.

Faktor sosial budaya, lemahnya peran petugas kesehatan serta ketidaktahuan para ibu tentang IMD dan manajemen laktasi, seperti cara memerah dan menyimpan ASI turut menghambat proses menyusu. Masih banyak ibu yang tidak mengerti menunjukkan bahwa pesan komunikasi yang dituangkan dengan berbagai media


(25)

   

masih kurang efektif dan belum optimal dalam merubah perilaku ibu untuk melaksanakan IMD dan ASI Eksklusif.

Penelitian yang dilakukan Permana (2006) menunjukkan bahwa kegagalan pemberian ASI Eksklusif disebabkan motivasi subjek yang kurang terhadap pemberian ASI Eksklusif dimana sebagian besar subjek termotivasi memberikan MP ASI secara dini karena bayi rewel dan menjadi susah makan, tidak adanya realisasi program ASI Eksklusif dari puskesmas, kurangnya dukungan orang terdekat subjek terutama suami, kurangnya dukungan tenaga kesehatan terutama penolong persalinan, adanya masalah kecukupan ASI, adanya kondisi bayi yang tidak mau diberi ASI, adanya promosi susu formula dengan penyampaian iklan yang menarik dan promosi lewat tenaga kesehatan, serta masih adanya kebiasaan dalam hal pemberian prelaktal setelah bayi lahir berupa madu dan pemberian MP ASI dini sebelum bayi berumur 6 bulan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, bahwa 20 ibu yang menjadi responden belum memahami tentang IMD dan ASI Eksklusif. Hal ini memberikan suatu indikasi peranan media promosi kesehatan tentang ASI Eksklusif yang ada dalam bentuk poster dan buku KIA ternyata belum efektif untuk memenuhi tujuan perubahan perilaku sasaran. Media tentang IMD bahkan belum didapatkan di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Kota dan berdasarkan informasi dari beberapa bidan mereka mengatakan melakukan promosi baru sebatas komunikasi langsung dan belum intensif.


(26)

Media yang efektif adalah media yang melihat tingkat kebutuhan masyarakat, sedangkan yang ada di Kota Padangsidimpuan selama ini adalah media yang masih menggunakan desain dari Departemen Kesehatan dan belum melakukan pengembangan sesuai kebutuhan daerah. Hal ini menunjukkan masih bersifat sentralistik, belum berbasis pada kebutuhan masyarakat setempat.

Sehingga menurut peneliti perlu dirancang media yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat sehingga pesan dapat lebih efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap ibu tentang IMD dan ASI Eksklusif. Media promosi kesehatan yang akan digunakan adalah leaflet dengan pertimbangan merupakan media yang peruntukannya untuk massa, biaya terjangkau, dapat menampung pesan dengan kemasan menarik.

Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 wilayah kecamatan. Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2009 diketahui bahwa wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yang terdiri dari 12 kelurahan dan memiliki jumlah ibu hamil terbanyak yaitu 1.506 orang menjadi lokasi penelitian untuk melihat efektivitas media promosi kesehatan (leaflet) yang dirancang.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian media promosi tentang ASI Ekslusif dan IMD belum berperan dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil sehingga perlu dirancang media promosi kesehatan (leaflet) untuk melihat efektivitasnya dalam perubahan pengetahuan dan sikap ibu hamil


(27)

   

tentang IMD dan ASI Eksklusif di Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis efektivitas media promosi kesehatan (leaflet) dalam perubahan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif di Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010.

1.4. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Media promosi kesehatan (leaflet) efektif untuk menaikkan 1 skor pengetahuan ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif di Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2010.

2. Media promosi kesehatan (leaflet) efektif untuk menaikkan 5 skor sikap ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif di Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2010.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan dalam mengembangkan strategi promosi kesehatan terutama dalam rancangan media promosi kesehatan tentang perubahan perilaku IMD dan ASI Eksklusif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat


(28)

2. Sebagai masukan bagi masyarakat akan pentingnya IMD dan ASI Eksklusif dan mendukung pelaksanaannya di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 3. Sebagai referensi Ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan


(29)

   

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi Massa

2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Bittner, 1980). Menurut Maletzke (1963) yang dikutip oleh Wiryono (2000) komunikasi massa diartikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.

2.1.2. Efek Komunikasi Massa

Efek komunikasi merupakan setiap perubahan yang terjadi di dalam diri penerima (komunikan) karena menerima pesan-pesan dari suatu sumber.

Perubahan ini meliputi perubahan pengetahuan sikap, dan perubahan perilaku nyata. Komunikasi dikatakan efektif apabila menghasilkan efek-efek atau perubahan seperti yang diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap atau perilaku, atau ketiganya. Perubahan di pihak penerima ini diketahui dari tanggapan-tanggapan yang diberikan penerima sebagai umpan balik (Wiryanto,2000).

Dalam komunikasi massa, umpan balik bersifat “ delayed” dan langka. Cara yang digunakan adalah dengan membuat pesan-pesan yang menarik atau merangsang


(30)

perhatian, menggunakan lambang-lambang komunikasi yang tertuju kepada pengalaman yang sama dengan komunikan, membangkitkan kebutuhan komunikan disertai cara–cara memperoleh kebutuhan tersebut.

Ada 4 faktor yang mempengaruhi tanggapan menurut Schram (1971) dalam Wiryanto (2000) yaitu: pesan, situasi ketika pesan itu diterima dan ditanggapi, kepribadian komunikan serta konteks kelompok ketika komunikan menjadi kelompoknya.

Berelson menyatakan bahwa berbagai jenis saluran komunikasi bagi berbagai jenis persoalan yang menarik bagi berbagai jenis orang yang berada dalam berbagai jenis kondisi yang menimbulkan berbagai jenis efek.

Ada 5 faktor penting dalam formulasi Berelson yang dikutip Wiryanto (2000) yaitu:

1. Jenis saluran komunikasi yang digunakan, dalam hal ini efektivitas komunikasi dalam mempengaruhi opini publik berubah-ubah menurut sifat salurannya.

a. Semakin pribadi suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam mempengaruhi opini publik.

b. Semakin informal suatu saluran komunikasi, semakin efektif dalam mempengaruhi opini publik. Kontak-kontak pribadi yang tidak formal lebih efektif daripada komunikasi massa yang bersifat formal.

c. Semakin khusus suatu saluran komunikasi, semakin kuat pengaruhnya atas khalayak dibandingkan dengan saluran komunikasi yang lebih umum.


(31)

   

d. Isi yang sifatnya reportorial (penyampaian apa adanya) umumnya lebih efektif daripada isi yang bersifat editorial (mengandung pendapat lembaga) atau yang bersifat interpretatif (mengandung pendapat pribadi kolumnis atau komentator)

e. Peristiwa umumnya lebih efektif daripada kata-kata

f. Isi yang bersifat emosional cenderung lebih efektif dibandingkan dengan isi yang bersifat rasional

2. Jenis persoalan

Efektivitas komunikasi dalam mempengaruhi opini masyarakat berubah-ubah menurut sifat persoalannya

a. Persoalan yang baru atau belum tersusun (tidak bertalian secara khusus dengan sikap kelompok) umumnya lebih efektif, sebab untuk jenis persoalan semacam ini publik belum memiliki kesan atau pengalaman dan karena itu memiliki daya pengaruh.

b. Komunikasi cenderung lebih efektif bila persoalannya tidak tegas. Dalam hal ini, relevance quotien atau intensity quotient mempunyai hubungan yang berlawanan dengan kapasitas isi

c. Isi komunikasi yang menyangkut pribadi-pribadi umumnya lebih kuat dibandingkan dengan argumentasi-argumentasi yang bersifat persoalan.

3. Jenis orang

Efektivitas komunikasi dalam mempengaruhi opini publik berubah-ubah menurut sifat orang atau komunikannya.


(32)

a. Semakin kuat predisposisi orang terhadap suatu persoalan semakin sulit untuk diubah. Komunikasi massa biasanya amat efektif untuk memperkuat predisposisi yang sudah ada daripada mengubahnya

b. Semakin sedikit pengetahuan orang tentang suatu persoalan semakin mudah komunikasi massa mempengaruhi mereka

4. Jenis kondisi

Efektivitas komunikasi dalam mempengaruhi opini publik berubah-ubah menurut sifat kondisinya.

a. Pada umumnya komunikasi yang berlangsung dalam kondisi monopoli lebih efektif dibandingkan dengan yang berlangsung dalam kondisi pesaingnya. Agar lebih efektif, kita harus berusaha memperkecil pengaruh para pesaing tersebut.

Penampilan komunikasi yang dibuat-buat, disengaja atau direncanakan sering kurang efektif dibandingkan dengan penampilan yang dibuat seakan-akan tanpa disengaja atau direncanakan. Keuntungan psikologisnya adalah akan nampak wajar, lebih simpatik dan tidak dipaksakan.

5. Jenis efek

Berdasarkan perspektif dapat dilihat beberapa efek komunikasi: a. Efek jangka panjang dan efek jangka pendek

b. Efek yang mengubah dan efek yang mempertahankan c. Efek yang diharapkan dan efek yang tidak diharapkan d. Efek yang langsung dan efek tidak langsung


(33)

   

e. Efek yang disengaja dan efek yang tidak disengaja f. Efek besar dan efek kecil

g. Efek dari segi komunikator dan efek dari segi komunikan

Efek media komunikasi massa antara lain (Dominick,1983) adalah:

a. Terhadap perilaku: mendukung perilaku orang yang diidolakan, memberi efek terapi, pembangunan kontrol diri, kerjasama, tukar pikiran dan memberi pertolongan

b. Terhadap pengetahuan : sebagai sumber informasi

c. Terhadap sikap: memperkuat sikap awal, persepsi dan kepercayaan

Ditinjau dari segi pesan yang disampaikan, media massa akan menimbulkan beberapa efek (Severin, 2008) yaitu:

a. Efek kognitif, efek ini akibat yang timbul pada diri individu yang terkena paparan media yang bersifat informatif bagi dirinya. Dari semula tidak tahu menjadi tahu, dari tidak jelas menjadi jelas, dari ragu menjadi yakin dan sebagainya. Ini berarti melalui media khalayak akan memperoleh gambaran atau informasi tentang orang, benda, peristiwa, pengetahuan, peristiwa dan sebagainya.

b. Efek afektif, efek ini mengacu pada aspek emosional atau perasaan. Efek ini kadarnya lebih tinggi dibandingkan efek kognitif, yang dimaksud disini adalah bahwa efek yang ditimbulkan tidak hanya sekedar khalayak tahu melainkan khalayak dapat merasakan. Sebagai contoh: merasa sedih, senang, gembira, marah, terhadap informasi yang diterimanya dari media massa.


(34)

c. Efek behavioral, efek ini mengacu kepada perilaku, tindakan atau kegiatan khalayak yang tampak pada kegiatan sehari-hari. Efek ini meliputi perilaku antisosial dan prososial.

Antisosial atau perilaku agresi adalah setiap bentuk yang diarahkan untuk merusak atau melukai orang lain. Misalnya adegan kekerasan di televisi akan menyebabkan orang menjadi brutal dan beringas.

Efek prososial adalah bentuk perilaku positif dari khalayak pengguna media massa. Salah satu perilaku prososial adalah memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Media televisi, radio atau film dipergunakan sebagai media pendidikan.

2.1.3. Teori Komunikasi Massa

Terdapat beberapa model teori dalam komunikasi massa yaitu: 1. Model Agenda Setting

Teori ini dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donal Shaw yang menyatakan bahwa media massa mampu membentuk opini publik audiens melalui cara penempatan isu tertentu (Rahmad, 2005). Teori ini berkenaan dengan dampak kognitif.

Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita,artikel atau tulisan yang akan disiarkan. Secara selektif oleh gatekeepers seperti penyunting, redaksi, dan bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang tidak pantas diberitakan dan mana yang


(35)

   

harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (durasi dalam TV dan radio, ruang dalam majalah dan koran) dan cara penonjolan (ukuran, judul, tata letak pada surat kabar, frekuensi pemuatan dan posisi dalam surat kabar). Karena publik (pembaca, penonton, dan pendengar) memperoleh kebanyakan informasi melalui media massa, maka agenda setting tentu berkaitan dengan agenda publik. Agenda publik diketahui dengan menanyakan kepada anggota masyarakat apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka bicarakan dengan orang lain, atau apa yang mereka anggap sebagai masalah yang tengah menarik perhatian masyarakat.

Faktor yang berkaitan dengan agenda setting adalah:

a. Individual media worker (gatekeper), adalah orang-orang yang bekerja di balik newsroom.

b. Media routines, adalah berkaitan misalnya, ketersediaan space, nilai berita, standar objektivitas media, dsb.

c. Organizational influences on content, berkaitan dengan aspek komersial yang menjadi tujuan sebuah media

d. Influences on content from outside of media organization,berhubungan dengan konten dari media-media besar yang lain

e. Influence of ideology, berkaitan ideologi yang dianut suatu negara 2. Model Uses dan Gratifications

Pendekatan Uses dan Gratifications memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratifications) atas kebutuhan


(36)

seseorang. Dalam hal ini sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) individu. Meskipun demikian perlu dipahami bahwa ini adalah suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan dari media), oleh karenanya pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi.

Asumsi dasar teori ini adalah:

i. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan

ii. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak

iii. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas.

iv. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu

v. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti terlebih dahulu orientasi khalayak

3. Model Stimulus Respons

Prinsip teori stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu


(37)

   

kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audiens. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah: Pesan (stimulus), seorang penerima/ receiver (organisme), dan efek (response). Prinsipnya mengasumsikan bahwa pesan dipersiapkan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu dan bukannya ditujukan pada orang per orang. Penggunaan teknologi untuk reproduksi dan distribusi diharapkan dapat memaksimalkan jumlah penerimaan dan respons oleh audiens.

4. Difusi Inovasi

Salah satu aplikasi komunikasi massa yang terpenting adalah berkaitan dengan proses adopsi inovasi. Hal ini relevan untuk masyarakat yang sedang berkembang maupun masyarakat maju, karena terdapat kebutuhan yang terus menerus dalam perubahan sosial dan teknologi untuk mengganti cara-cara lama dengan teknik-teknik baru. Teori ini berkaitan dengan komunikasi massa karena dalam berbagai situasi dimana efektivitas potensi perubahan yang berawal dari penelitian ilmiah dan kebijakan publik, harus diterapkan oleh yang ada pada dasarnya berasal di luar jangkauan langsung pusat-pusat inovasi atau kebijakan publik.

Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua tahap, jadi di dalamnya dikenal pula adanya pemuka pendapat atau yang disebut juga dengan istilah agen perubahan (change agent). Oleh karenanya teori ini sangat menekankan pada sumber-sumber non media (sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli,


(38)

dsb), dan biasanya mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivasi dan sikap. Rogers (1983) merumuskan kembali teori ini dengan memberi asumsi bahwa sedikitnya ada 4 tahap dalam suatu proses difusi inovasi yaitu:

i. Pengetahuan

Kesadaran individu akan adanya inovasi dan adanya pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi

ii. Persuasi

Individu membentuk/ memiliki sikap yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut

iii. Keputusan

Individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi

iv. Konfirmasi

Individu akan mencari pendapat yang menguatkan keputusan yang telah diambilnya, namun dia dapat berubah dari keputusan yang telah diambilnya, namun dia dapat berubah dari keputusan yang telah diambil sebelumnya jika pesan-pesan mengenai inovasi yang diterimanya berlawanan satu dengan lainnya.


(39)

   

Teori ini mencakup sejumlah gagasan mengenai proses difusi inovasi yaitu sebagai sebuah teori yang membedakan tiga tahapan utama dari keseluruhan proses ke dalam tahapan antesenden, proses dan konsekuensi.

a. Perlu pemisahan dari fungsi pengetahuan, persuasi, keputusan, dan konfirmasi yang biasanya terjadi dalam tahapan proses, meskipun tahapan tersebut tidak harus selesai sepenuhnya/ lengkap. Dalam hal ini proses komunikasi lainnya juga dapat diterapkan

b. Difusi inovasi biasanya melibatkan berbagai sumber komunikasi yang berbeda (media massa, advertensi atau promosi, penyuluhan dan kontak-kontak sosial yang informal), dan efektivitas sumber tersebut akan berbeda pada tiap tahap, serta untuk fungsi yang berbeda pula. Jadi, media massa dan advertensi dapat berperan dalam menciptakan kesadaran dan pengetahuan, penyuluhan berguna untuk mempersuasi, pengaruh antarpribadi berfungsi bagi keputusan untuk menerima atau menolak inovasi, dan pengalaman dalam menggunakan inovasi atau sebaliknya.

c. Teori ini melihat adanya variabel penerima yang berfungsi pada tahap pertama (pengetahuan), karena diperolehnya pengetahuan akan dipengaruhi oleh kepribadian atau karakteristik sosial. Meskipun demikian, setidaknya sejumlah variabel penerima akan berpengaruh pula dalam tahapan berikutnya dalam proses difusi inovasi. Ini terjadi juga dengan variabel sistem sosial yang berperan terutama pada tahap awal (pengetahuan) dan tahap-tahap berikutnya.


(40)

2.2. Media Promosi Kesehatan

2.2.1. Pengertian Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika (TV, radio, komputer, dsb) dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif.

2.2.2. Tujuan Media Promosi Kesehatan

Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan promosi kesehatan antara lain:

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi

c. Dapat memperjelas informasi

d. Media dapat mempermudah pengertian e. Mengurangi komunikasi verbalistik

f. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa diungkapkan dengan mata g. Memperlancar komunikasi,dll


(41)

   

2.2.3. Jenis Media Promosi Kesehatan

Penggolongan media promosi kesehatan dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain:

1. Berdasarkan bentuk umum penggunaannya, media promosi dalam rangka promosi kesehatan dibedakan menjadi :

a. Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, buletin, dsb

b. Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri, flipchart, transparan, slide, film,dst

2. Berdasarkan cara produksi, media promosi kesehatan dikelompokkan menjadi: a. Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan visual. Media

cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto tata warna. Adapun jenisnya adalah: Poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, pamflet

Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur. Kelebihan dan kelemahan media cetak adalah:

Kelebihannya: a. Tahan lama

b. Mencakup banyak orang c. Biaya tidak tinggi d. Tidak perlu listrik


(42)

f. Dapat mengungkit rasa keindahan g. Mempermudah pemahaman h. Meningkatkan gairah belajar Kelemahan:

a. Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak b. Mudah berlipat

b. Media elektronika yaitu suatu media bergerak yang dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Adapun macam-macam media tersebut adalah: TV, radio,film,video film, casette, CD, DVD

Kelebihan dan kelemahan media elektronik adalah: Kelebihannya:

a. Sudah dikenal masyarakat

b. Mengikutsertakan semua panca indera c. Lebih mudah dipahami

d. Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak e. Bertatap muka

f. Penyajian dapat dikendalikan g. Jangkauan relatif besar

h. Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang Kelemahannya:


(43)

   

b. Sedikit rumit c. Perlu listrik

d. Perlu alat canggih untuk produksinya e. Perlu persiapan matang

f. Peralatan selalu berkembang dan berubah g. Perlu keterampilan penyimpanan

h. Perlu keterampilan dalam pengoperasian

c. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum, melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya:

1) Papan reklame yaitu poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara umum di perjalanan

2) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan disertai gambar-gambar yang dibuat dalam secarik kain dengan ukuran tergantung kebutuhan dan dipasang di suatu tempat strategis agar dapat dilihat oleh semua orang.

3) Pameran 4) Banner

5) TV layar lebar

Kelebihan dan kelemahan media luar ruang: Kelebihannya

a. Sebagai informasi umum dan hiburan b. Mengikutsertakan semua panca indera c. Lebih mudah dipahami


(44)

d. Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak e. Bertatap muka

f. Penyajian dapat dikendalikan g. Jangkauan relatif lebih besar

h. Dapat menjadi tempat bertanya lebih detail

i. Dapat langsung menggunakan semua panca indera secara langsung Kelemahannya:

a. Biaya lebih tinggi b. Sedikit rumit

c. Ada yang memerlukan listrik

d. Ada yang memerlukan alat canggih untuk produksinya e. Perlu persiapan matang

f. Peralatan selalu berkembang dan berubah g. Perlu keterampilan penyimpanan

h. Perlu keterampilan dalam pengoperasian

3. Berdasarkan Jenis Materi, Kegunaan dan Keunggulan Media (Simnett, 2000) 1) Leaflet, Handout, dan materi tertulis lainnya

Kegunaan dan keunggulannya:

a. Klien dapat menyesuaikan dan belajar mandiri b. Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai c. Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman


(45)

   

d. Dapat memberikan detil (misalnya statistik) yang tidak mungkin bila disampaikan secara lisan

e. Handout mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki dan mudah disesuaikan.

f. Handout mengurangi kebutuhan mencatat

g. Handout dan leaflet sederhana dapat sangat murah

h. Klien dan pengajar dapat mempelajari informasi yang rumit bersama-sama

Keterbatasan:

a. Leaflet profesional sangat mahal

b. Materi yang diproduksi massal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap orang

c. Materi komersial berisi iklan

d. Leaflet dan Handout tidak tahan lama dan mudah hilang e. Handout perlu pengetikan dan fasilitas penggandaan yang baik f. Uji coba dengan sasaran sangat dianjurkan

g. Dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif melibatkan klien dalam membaca dan menggunakan materi

2) Poster dan Display

Kegunaan dan Keunggulan:

a. Dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan merangsang kepercayaan, sikap dan perilaku


(46)

b. Dapat menyampaikan informasi, mengarahkan orang melihat sumber lain (alamat, nomor telepon, mengambil leaflet)

c. Dapat dibuat di rumah dengan murah Keterbatasan:

a. Untuk audiens terbatas (kecuali poster komersil yang besar) b. Mudah rusak, dan diacuhkan

c. Materi berkualitas tinggi memerlukan ahli grafis dan peralatan cetak yang baik, dan ini sangat mahal

d. Dapat dibeli dengan biaya relatif mahal

e. Uji coba dengan kelompok pengguna sangat disarankan. 3) Videotape

Kegunaan dan Keunggulan:

a. Memberikan realita (gerak, suara, tempat, emosi) yang mungkin sulit ditangkap audiens (misalnya kelahiran bayi)

b. Memberikan informasi, mengangkat masalah, memperlihatkan keterampilan

c. Dapat memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku d. Cocok untuk sasaran dalam jumlah sedang dan kecil

e. Dapat untuk belajar mandiri dan memungkinkan penyesuaian klien

f. Dapat dihentikan dan dihidupkan lagi untuk memungkinkan diskusi diantara episodenya. Episode dapat diulang untuk analisis yang detail g. Program pendidikan untuk TV dapat direkam untuk digunakan kemudian


(47)

   

h. Paket termasuk catatan diskusi dan lembar kerja diproduksi untuk dihubungkan dengan program TV pendidikan

i. Peralatan video semakin murah dan mudah didapatkan j. Tidak atau memerlukan sedikit ruang gelap

k. Peralatan mudah dipakai Keterbatasan:

a. Listrik dan peralatan mahal b. Alat dapat rusak

c. Ada masalah kesesuaian jenis video dan peralatan yang berbeda-beda d. Aturan perekaman program TV video tidak selalu jelas dan dapat sangat

terbatas

e. Layar yang kecil membatasi jumlah audiens 4) Slide

Kegunaan dan Keunggulan:

a. Memberikan realita meskipun terbatas

b. Memberikan informasi, mengangkat masalah, memperlihatkan keterampilan

c. Dapat memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku d. Cocok untuk sasaran dalam jumlah besar sekalipun e. Relatif murah dan mudah dibuat

f. Dibeli murah


(48)

h. Dapat untuk belajar mandiri, memungkinkan penyesuaian i. Peralatan ringan dan mudah dipindahkan

j. Peralatan mudah digunakan Keterbatasan:

a. Listrik dan peralatan mahal

b. Alat bisa rusak (tetapi kemungkinan relatif kecil)

c. Memerlukan ruang sedikit gelap (kecuali bila tersedia layar khusus) 5) Tape suara

Kegunaan dan Keunggulan:

a. Cocok untuk belajar mandiri dan kelompok kecil

b. Dapat dihentikan dan dimainkan secara mudah untuk memacu diskusi c. Dapat menyampaikan informasi, mengangkat masalah, memacu diskusi d. Baik untuk pengembangan keterampilan tertentu seperti relaksasi, latihan

rutin e. Murah

f. Peralatan tersedia dimana-mana

g. Dapat dirangkai dengan slide dimana untuk membuat slide suara lebih mudah dibuat dan murah dibandingkan video.

Keterbatasan:

a. Rekaman berkualitas bagus memerlukan fasilitas studio b. Tidak menarik perhatian seperti materi visual


(49)

   

6) Transparansi OHP

Kegunaan dan Keunggulan:

a. Dapat digunakan untuk membangun informasi dengan menggunakan teknik tumpah tindih (overlay)

b. Dapat dibuat atau dipakai mencatat poin-poin selama mengajar c. Pengajar dapat menghadap sasaran dan menjaga komunikasi d. Dapat dipakai untuk sasaran jumlah berapa pun

e. Murah dibeli

f. Murah dan mudah dibuat g. Tidak perlu ruang gelap h. Peralatan relatif murah

i. Peralatan mudah digunakan dan dipelihara

j. Peralatan mudah didapat dan tersedia OHP yang dapat dijinjing Keterbatasan:

a. Sukar memperkenalkan gerakan dalam bentuk visual

b. Idealnya layar sedikit condong, bila tidak hasil proyeksi lebih lebar di atas daripada yang di bawah dan tidak terfokus dengan rata

c. Lensa OHP dapat menghalangi pandangan dari beberapa pemirsa karenanya perlu pengaturan kursi yang baik

d. Memerlukan listrik


(50)

7) Papan tulis

Kegunaan dan Keunggulan:

a. Bagus untuk mengembangkan suatu topik dan membangun informasi secara bertahap

b. Bagus untuk menjelaskan hal-hal tertentu c. Tidak ada yang rusak

d. Tidak perlu ruang gelap e. Murah dan mudah didapat

f. Mudah dibersihkan dan digunakan kembali

g. Papan tulis spidol lebih mudah dibersihkan dibanding papan tulis kapur serta memberikan latar belakang yang lebih baik terhadap warna

h. Kerangka permanen dapat ditulis pada papan tulis spidol Keterbatasan:

a. Terlalu kecil untuk sasaran lebih dari 25 orang

b. Pengajar harus membelakangi sasaran bila menulis atau kehilangan komunikasi

c. Papan tulis spidol mudah rusak bila pembersihan tidak benar, karena menimbulkan bekas yang tidak hilang

2.2.4. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media

Beberapa penyebab orang memilih media antara lain adalah (Sadirman, 2006): a. Bermaksud mendemonstrasikannya


(51)

   

b. Merasa sudah akrab dengan media tersebut

c. Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret d. Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang biasa dilakukan

Berdasarkan uraikan di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Menurut Connel yang dikutip oleh Sadirman (2006), mengatakan bahwa jika media itu sesuai pakailah, “If the medium fits, Use it”. Hal yang menjadi pertanyaan disini adalah apa ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan misalnya adalah tujuan yang ingin dicapai, karakteristik sasaran, jenis rangsangan yang diinginkan, keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkauan yang ingin dilayani. Faktor tersebut akhirnya diterjemahkan dalam keputusan pemilihan.

Pertanyaan-pertanyaan praktis yang dapat diajukan dalam rangka penentuan media adalah:

1. Apakah media yang bersangkutan relevan dengan tujuan yang ingin dicapai? 2. Apakah ada sumber informasi, katalog, dan sebagainya mengenai media yang

bersangkutan?

3. Apakah perlu dibentuk tim untuk mereview yang terdiri dari para calon pemakai? 4. Apakah ada media di pasaran yang telah divalidasi?

5. Apakah media yang bersangkutan dapat di review terlebih dahulu? 6. Apakah tersedia format review yang sudah dibakukan?


(52)

Menurut Ely (1982), sebagai pendekatan praktis dalam mempertimbangkan media yang akan digunakan maka perlu melihat media apa yang sudah ada, berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apa yang memenuhi selera pemakai/ pengguna.

Menurut Dick dan Carey (1978) yang dikutip Sadirman (2006) disamping kesesuaian dengan tujuan, setidaknya masih ada 4 faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:

1. Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri.

2. Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya.

3. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama, artinya media bisa digunakan dimana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun serta mudah dipindahkan. 4. Faktor yang berkaian dengan efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang

panjang. Ada sejenis media yang biaya produksinya mahal (seperti program film bingkai). Namun bila dilihat dari kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang program film bingkai mungkin lebih murah dari media yang biaya produksinya murah (misal brosur) tetapi setiap waktu materinya berganti.


(53)

   

2.2.5. Membuat Materi yang Baik

Kebanyakan materi, khususnya poster, leaflet dan materi audiovisual sudah dalam bentuk jadi, tetapi kita dapat membuat sendiri dengan pertimbangan sebagai berikut (Simnett, 2000) :

a. Singkat dan lugas.

Jangan mencantumkan materi yang tidak relevan karena hanya akan mengganggu pesan utama

b. Tekankan pada hal-hal penting dengan mengubah besar huruf, style atau warnanya. Letakkan tepat di tengah atas display yang mempunyai dampak visual maksimum

c. Gunakan bahasa yang dimengerti sasaran

Jelaskan istilah asing. Bila mungkin, ekspresikan pesan dalam gambar dan kata-kata. Cobalah pada beberapa orang untuk meyakinkan bahwa pesan anda dipahami (misalnya apakah ungkapan “menyerang penyakit jantung” diartikan sebagai informasi tentang cara menghindari penyakit jantung atau sebagai informasi tentang masalah kesehatan yang menyerang penyakit jantung?).

d. Cukup besar kata-kata, dan gambarnya e. Gunakan warna

Warna dapat menciptakan kesinambungan, misalnya pengulangan warna latar dapat mengikat sebuah seri poster. Warna dapat dipakai untuk mengidentifikasi bagian diagram atau menonjolkan informasi penting. Pilihlah warna dengan seksama karena warna mempengaruhi respons emosional, misalnya biru terkesan


(54)

dingin, hijau lembut, dan karena warna dapat dikaitkan dengan beberapa maksud, imej dan tempat tertentu, misalnya merah berarti marah/ keberanian, ungu untuk kematian, putih untuk kebersihan klinik, warna kuning berarti cemburu. Warna berperan dalam hal kepribadian, faktor psikologis dan lain-lain (Liliweri, 2006).

2.3. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang di cakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know); tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah diterima. Oleh karena itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension); memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.


(55)

   

3. Aplikasi (Application); penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

4. Analisis (Analysis); analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain

5. Sintesis (Synthesis); sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada

6. Evaluasi (Evaluation); evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.


(56)

2.4. Sikap

2.4.1. Definisi Sikap

Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Menurut Berkowitz (1972), sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable), maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. Secara lebih spesifik Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif atau negatif terhadap suatu obyek psikologis (Azwar, 2005).

Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Subroto (1984) bahwa sikap sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau negatif, yang disebut subyek atau obyek. Kalau seseorang bersikap positif terhadap sesuatu hal, subyek akan mendekati, memakai, menganut atau mengadopsi obyek tersebut. Sebaliknya kalau orang bersikap negatif terhadap suatu obyek, orang tersebut akan menjauhi, menolak, menggagalkan atau menghindari obyek tersebut.

Sedangkan Edgley (1980) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan “predisposisi” bagi suatu tindakan atau perilaku tertentu.


(57)

   

Pemikiran yang lain dikemukakan oleh Backman (1964) yang dikutip oleh Azwar (2005) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

2.4.2. Stuktur Pembentukan Sikap

Menurut Allport (1954) yang dikutip dari Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003).

Hal yang sejalan dikemukakan oleh Mann (1969) dalam Azwar (2005) menyatakan bahwa komponen sikap terdiri dari:

a. Komponen Kognitif

Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah diliat atau apa yang telah diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Jika sebuah kepercayaan sudah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan


(58)

seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari suatu objek tertentu. Dengan demikian, adanya interaksi dengan pengalaman di masa akan datang serta prediksi mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai arti dan keteraturan. Kepercayaan menyederhanakan dan mengatur apa yang dilihat dan ditemui. Kepercayaan dapat terus berkembang dan pengalaman pribadi, pengalaman orang lain dan kebutuhan emosional merupakan determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan. Kadang-kadang kepercayaan terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi.

b. Komponen Afektif

Komponen ini menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Pada umumnya reaksi emosional yang muncul merupakan komponen afektif yang banyak dipengaruhi kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar dan berlaku bagi objek termaksud.

c. Komponen Perilaku

Komponen ini dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara


(59)

   

konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan yang membentuk sikap individu. Kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung tetapi meliputi bentuk perilaku yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang.

2.4.3. Pembentukan Sikap

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah: a. Pengalaman pribadi

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting c. Pengaruh kebudayaan

d. Media massa

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama f. Pengaruh faktor emosional

Mar’at (2005) menggambarkan terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku manusia melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut:


(60)

Gambar 2.1.

Skema Proses Terjadinya Sikap dan Reaksi Tingkah Laku

Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam diri individu sebenarnya terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu saat terhadap suatu perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku. Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.

2.5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD merupakan suatu aktivitas yang berlangsung segera setelah bayi lahir dengan melakukan kontak langsung dengan kulit ibu. Ruang lingkup yang diperoleh

Rangsang  stimulus 

Proses  stimulus

Sikap  (tertutup)

Reaksi 

   

Tingkah laku  (terbuka) 


(61)

   

dalam proses IMD adalah pengertian, tata laksana IMD, manfaat IMD untuk bayi dan ibu.

2.5.1. Pengertian IMD

IMD adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Hal ini terjadi jika segera setelah lahir, bayi dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibunya. Dengan menyusu secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli, 2008).

IMD adalah perilaku baik untuk mencari puting susu ibunya dan melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi dilahirkan (Baskoro, 2008).

IMD adalah rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru saja lahir secara naluri melakukan aktivitas–aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibunya dan segera menyusu dari puting susu ibunya (Hartati, 2008).

Sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri, hal itu terjadi jika segera setelah bayi lahir, bayi dibiarkan kontak kulit dengan ibunya, setidaknya selama satu jam untuk menjamin berlangsungnya proses menyusui yang benar. Dalam waktu 30 menit pertama bayi akan mencari payudara dan dalam usia 50 menit bayi akan menyusu dengan baik. Hisapan bayi akan merangsang hormon oksitosin untuk memproduksi ASI, hormon


(62)

oksitosin juga merangsang rahim untuk berkontraksi sehingga mengurangi perdarahan pada ibu pasca persalinan.

Dengan menyusu secara baik dan benar maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara.

2.5.2. Tata Laksana IMD

Adapun tatalaksana IMD adalah sebagai berikut:

1. Anjurkan kepada suami atau keluarga untuk mendampingi saat persalinan.

2. Sarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan dan mengganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma terapi dan gerakan.

3. Beri kebebasan pada ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok

4. Keringkan secepatnya seluruh badan dan kepala bayi kecuali kedua tangannya karena adanya lemak (verniks) yang dapat menyamankan kulit bayi

5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dapat dipertahankan minimal satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi.

6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting ibu


(1)

EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI KESEHATAN (LEAFLET)

DALAM PERUBAHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG

IMD DAN ASI EKSKLUSIF

T-Test

Group Statistics

40

9,63

2,880

,455

40

10,10

2,942

,465

Pengetahuan pre test

kelompok perlakuan

Pengetahuan kelompok

perlakuan (Pre test)

Pengetahuan kelompok

tidak diberi perlakuan

(Pre test)

Pengetahuan pre test

kelompok perlakuan

dan kelompok yang

tidak diberi perlakuan

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

,075 ,785 -,730 78 ,468 -,47 ,651 -1,771 ,821

-,730 77,964 ,468 -,47 ,651 -1,771 ,821 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Pengetahuan pre test

kelompok perlakuan dan kelompok yang tidak diberi perlakuan

F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

T-Test

Group Statistics

40

7,20

1,814

,287

40

-,08

,474

,075

Selisih pengetahuan

Selisih pengetahuan

kelompok perlakuan

(O2-O1)1

Selisih pengetahuan

kelompok yang tidak

diberi perlakuan

Selisih pengetahuan

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean


(2)

Independent Samples Test

31,548 ,000 24,533 78 ,000 7,28 ,297 6,685 7,865

24,533 44,306 ,000 7,28 ,297 6,677 7,873 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Selisih pengetahuan

F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

T-Test

Group Statistics

40

7,28

1,894

,300

40

10,63

2,880

,455

Efektivitas media

meningkatkan 1 skor

Skor pengetahuan X1

((O2-O1)-(O4-O3))

Skor pengetahuan

hipotesis teori (1 skor)

Efektivitas media

meningkatkan 1

skor pengetahuan

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

10,942 ,001 -6,147 78 ,000 -3,35 ,545 -4,435 -2,265

-6,147 67,435 ,000 -3,35 ,545 -4,438 -2,262

Equal variances assumed Equal variances not assumed Efektivitas media

meningkatkan 1 skor pengetahuan

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(3)

EFEKTIVITAS MEDIA PROMOSI KESEHATAN (LEAFLET)

DALAM PERUBAHAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG IMD DAN

ASI EKSKLUSIF

T-Test

Group Statistics

40

70,60

9,041

1,429

40

72,65

13,596

2,150

Sikap pre test kelompok

perlakuan dan kelompok

Sikap kelompok

perlakuan (Pre test)

Sikap kelompok tidak

diberi perlakuan (Pre test)

Sikap pre test

kelompok perlakuan

dan kelompok yang

tidak diberi perlakuan

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

7,012 ,010 -,794 78 ,430 -2,05 2,582 -7,190 3,090

-,794 67,849 ,430 -2,05 2,582 -7,202 3,102 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Sikap pre test

kelompok perlakuan dan kelompok yang tidak diberi perlakuan

F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means

T-Test

Group Statistics

40

16,38

6,299

,996

40

,70

1,800

,285

Selisih sikap

Selisih siapkelompok

perlakuan (O4-O3)1

Selisih sikap

kelompok yang tidak

diberi perlakuan

Selisih sikap

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

43,303 ,000 15,133 78 ,000 15,68 1,036 13,613 17,737

15,133 45,329 ,000 15,68 1,036 13,589 17,761 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Selisih sikap

F Sig. Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(4)

T-Test

Group Statistics

40

15,68

6,224

,984

40

75,60

9,041

1,429

Efektivitas media

meningkatkan 5 skor

Skor sikap

X1((O2-O1)-(O4-O3))

Skor sikap hipotesis

teori (+5 skor)

Efektivitas media

meningkatkan 5

skor sikap

N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean

Independent Samples Test

3,032 ,086 -34,530 78 ,000 -59,93 1,735 -63,380 -56,470

-34,530 69,187 ,000 -59,93 1,735 -63,387 -56,463 Equal variances

assumed Equal variances not assumed Efektivitas media

meningkatkan 5 skor sikap

F Sig.

Levene's Test for Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference t-test for Equality of Means


(5)

HASIL PENILAIAN ISI MEDIA :

Huruf ada yang tidak dipahami

34

85,0

85,0

85,0

6

15,0

15,0

100,0

40

100,0

100,0

Tidak

Ya

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Huruf terlalu kecil

37

92,5

92,5

92,5

3

7,5

7,5

100,0

40

100,0

100,0

Tidak

Ya

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Mengalami kesulitan membaca informasi dalam leaflet

37

92,5

92,5

92,5

3

7,5

7,5

100,0

40

100,0

100,0

Tidak

Ya

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Warna menarik

1

2,5

2,5

2,5

39

97,5

97,5

100,0

40

100,0

100,0

Tidak

Ya

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Gambar menarik

1

2,5

2,5

2,5

39

97,5

97,5

100,0

40

100,0

100,0

Tidak

Ya

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent


(6)

Gambar terlalu banyak

39

97,5

97,5

97,5

1

2,5

2,5

100,0

40

100,0

100,0

Tidak

Ya

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Mengerti informasi yang ada dalam leaflet

40

100,0

100,0

100,0

Ya

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Informasi menambah pengetahuan

40

100,0

100,0

100,0

Ya

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Pesan berkesinambungan

1

2,5

2,5

2,5

39

97,5

97,5

100,0

40

100,0

100,0

Tidak

Ya

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Minat untuk melaksanakan IMD dan memberikan ASI Eksklusif

40

100,0

100,0

100,0

Ya

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent


Dokumen yang terkait

Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013

7 79 161

Pengetahuan dan Sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD dr R.M Dr. R.M Djoelham Binjai

6 75 70

Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

3 34 108

Pengaruh media leaflet terhadap perubahan pengetahuan dan intensi ASI eksklusif pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013

5 30 123

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD).

0 0 15

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL PERAWAT

0 0 14

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DI RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR

0 0 7

Lampiran 2 KUESIONER EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013 IDENTITAS RESPO

0 0 42

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efektivitas - Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun

1 3 31

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 20

0 1 10