Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi

(1)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANGTUA

TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN

BERASTAGI

TUGAS AKHIR

KURNIAWAN SEMBIRING

062407072

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN BERASTAGI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar AhliMadya

KURNIAWAN SEMBIRING 062407072

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

PERSETUJUAN

Judul : HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN

ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN BERASTAGI

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : KURNIAWAN SEMBIRING

Nomor Induk Mahasiswa : 062407072

Program Studi : DIPLOMA III STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan Di Medan, Juni 2009

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU

Ketua, Pembimbing

Dr. Saib Suwilo, M.Sc. Drs.Djenda Djujur Ginting, MS.


(4)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan Karunia-Nya tugas akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Drs Djenda Djudjur Ginting, MS, selaku dosen pembimbing pada tugas akhir ini yang telah memberikan panduan dan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis juga ditujukan kepada Ketua dan Seketaris Departemen Dr. Saib Suwilo, M.Sc. dan Drs. Henri Rani Sitepu, M.Si., Ketua Jurusan Drs. Ariswoyo M.Si., Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua Dosen dan Pegawai FMIPA USU, dan semua sahabat di jurusan Statistik, Rilpi, Alpi, Edy, Dyan. Secara khusus dan tulus, dengan hati penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Ayahanda Sinarta Sembiring dan Ibunda Rencana Br Tarigan atas segala pengorbanan, bimbingan, dukungan moril dan material selama ini. Serta seluruh saudara tercinta, abangku Wira Frankly Sembiring, kakakku Resi Febrina Sembring, adekq Darma Lestari Sembiring dan adekku Monalisa Marini yang cantik. Terima kasih atas segala dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya. Juga tak lupa ucapan terimakasih kepada Yesi yang selalu memberi dukungan kepada penulis dan teman-teman satu kost, Bang Hans, Wira, Bombom yang selalu mendukung saya.


(5)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

PERNYATAAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN BERASTAGI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.

Medan, 1 Mei 2009

KURNIAWAN SEMBIRING 062407072


(6)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Daftar isi v

Daftar Tabel vii

BAB 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Metode Penelitian 5

1.5 Lokasi dan Waktu Pendataan 6

1.6 Sistematika Penulisan 7

1.7 Tinjauan Pustaka 7

BAB 2 Landasan Teori 9

2.1 Statistik Non Parametrik 9

2.2 Hipotesa 11

2.3 Analisa yang Digunakan 12

2.3.1 Analisa Univariat 12

2.3.2 Analisa Bivariat 12

2.4 Uji Chi-Kudrat 13

BAB 3 Sejarah Singkat Kecamatan Berastagi 24

3.1 Sebelum Penjajahan Belanda 24

3.2 Masa Penjajahan Belanda 27

3.3 Sistem Adat 29

3.4 Kronologis Pembentukan Kecamatan Berastagi 30

3.4.1 Letak Geografis 35

3.4.2 Kependudukan 36

3.4.3 Pendidikan 37

3.4.4 Kesehatan 39

3.4.5 Pertanian 41

3.4.6 Keuangan 41

BAB 4 Pembahasan 43

4.1 Analisa Univariat 43

4.1.1 Identitas Responden 43

4.2 Analisa Bivariat 45

4.3 Evaluasi 49

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 50

5.1 Kesimpulan 50

5.2 Saran 51

Daftar Pustaka Lampiran


(7)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.4.1 Daftar Kontingensi 19

Tabel 2.4.2 Daftar Kontingensi b Dari Frekuensi yang diharapkan xk 20 Tabel 3.4.2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Desa Tahun 2006 36

Tabel 3.4.2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Menuru Desa Tahun 2006 37

Tabel 3.4.3.1 Banyaknya SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2006 38 Tabel 3.4.3.2 Banyaknya Murid SD, SLTP, SLTA

Menurut Desa Tahun 2006 38

Tabel 3.4.3.3 Banyaknya Guru SD, SLTP, SLTA

Menurut Desa Tahun 2006 39

Tabel 3.4.4.1 Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Desa Tahun 2006 40 Tabel 3.4.4.2 Banyaknya Tenaga Medis Menurut Desa Tahun 2006 40

Tabel 3.4.4.3 Banyaknya Pasangan Usia Subur ( PUS ) 41

Menurut Desa Tahun 2006

Tabel 3.4.6.1 Besarnya Pokok Penetapan dan Realisasi

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Menurut Desa Tahun 2006 42 Tabel 3.4.6.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kecamatan Berastagi Tahun 2006 42

Tabel 4.1.1 Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan

Tingkat Pendapatan Orangtua 43

Tabel 4.1.2 Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis

Pekerjaan Orangtua 43

Tabel 4.1.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Anak 44

Tabel 4.1.4 Hubungan Pendapatan Orangtua Terhadap Anak 44

Tabel 4.2.1 Daftar Frekuensi yang Diharapkan 46


(8)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sumber daya manusia melalui pendidikan haruslah disadari oleh semua pihak, baik pemerintah , swasta maupun keluarga. Investasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekonomi di masa yang akan datang melalui pengorbanan yang dilakukan pada saat sekarang. Perlu disadari bahwa pendidikan erat kaitannya dengan tingkat penghasilan keluarga, biaya pendidikan, fasilitas pendidikan dan faktor lain yang berhubungan dengan pendidikan itu sendiri.

Sumber daya manusia yang berkualitas menunjukkan adanya komitmen yang kuat dari Pemerintah dalam program pembangunan ekonominya. Komitmen yang kuat ini dapat ditujukan dengan anggaran atau subsidi yang besar untuk pembangunan sumberdaya manusia, misalnya melalui anggaran pendidikan yang terus ditingkatkan. Dengan anggaran pendidikan yang selalu meningkat dapat memacu peningkatan kualitas pendidikan. Seperti yang kita ketahui biaya pendidikan di Indonesia termasuk mahal, oleh karena itu hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menikmati pendidikan. Hal ini disebabkan masih tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia.


(9)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Pendidikan masyarakat yang rendah menunjukkan kualitas sumberdaya manusia yang rendah yang akan sangat merugikan secara individu maupun Negara. Karena hal tersebut dapat merupakan suatu pemborosan dana dan daya yang berakibat pada tingkat produktivitas yang dihasilkan.

Hubungan pendidikan dan masyarakat pada hakekatnya berfungsi untuk memberikan bimbingan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal ke arah tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citaka . Ada 3 faktor yang menyebabkan perlunya hubungan antara pendidikan dengan masyarakat, yaitu:

1. Faktor perubahan sifat, tujuan dan metode mengajar.

2. Faktor masyarakat yang menuntut adanya perubahan dalam pendidikan di sekolah dan perlunya bantuan masyarakat terhadap sekolah.

3. Faktor perkembangan idea demokrasi di dalam masyarakat terhadap pendidikan

Hal itu tak lain merupakan akibat nyata dari adanya pengembangan tujuan pendididikan bagi setiap orang untuk membentuk dirinya menjadi pribadi yang utuh baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang sehat jasmani maupun rohaninya, berilmu pengetahuan dan bermoral tinggi. Cara yang ditempuh adalah dengan jalan memenuhi berbagai kebutuhan dan minat para anak didik serta mempersiapkan mereka agar kelak menjadi orang-orang yang berguna bagi masyarakat. Cara lain yang ditempuh adalah dengan jalan mengaitkan mata pelajaran di sekolah dengan kebutuhan dan persoalan kehidupan masyarakat untuk mencari solusi.


(10)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Hubungan antara pendidikan dan persoalan-persoalan sosial terasa serasa semakin penting mengingat semakin rumit nya kehidupan masyarakat sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga mendorong masyarakat untuk merumuskan kembali pengertian dan hakikat masyarakat itu.

Berdasarkan UUD 1945 alinea IV bunyinya”... mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia... ini menyiratkan

bahwa salah satu tujuan Negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa yang berupaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang paling utama adalah Negara atau pemerintah. Baik melalui upaya pendidikan ataupun pelatihan, upaya ini merupakan sarana penting untuk mengembangkan prestasi warga negara dan Sumber Daya Manusia Indonesia, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik disamping itu juga memberikan alternatif yang tepat untuk mengatasi masalah hidup dan kehidupan mereka.

Kecenderungan rumah tangga untuk membelanjakan pendapatan mereka untuk barang-barang yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia (seperti makanan, air, pendidikan dan kesehatan) tergantung dari sejumlah faktor seperti tingkat pendapatan antar rumah tangga dan juga pada siapa yang mengontrol alokasi pengeluaran dalam rumah tangga. Sudah umum diketahui bahwa penduduk kaya untuk kebutuhan pembangunan manusia. Sementara itu,perempuan juga memiliki andil yang tidak kecil dalam mengatur pengeluaran rumah tangga. Makin tinggi pendidikan perempuan akan makin positif pula bagi pembangunan manusia.


(11)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Pendidikan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam kaitannya dengan teknologi sampai kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan pendidikan yang baik, pemanfaatan teknologi ataupun inovasi teknologi menjadi mungkin untuk terjadi. Begitu pula, modal sosial akan meningkat seiring dengan tingginya pendidikan.

Tentu dalam hal ini juga penting adanya investasi dan juga distribusi pendapatan yang baik membuka kemungkinan bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini karena dengan meratanya distribusi pendapatan maka tingkat pendidikan akan lebih baik dan pada gilirannya juga akan memperbaiki tingkat produktivitas tenaga kerja. Sementara itu, investasi juga memungkinkan sumber daya manusia untuk bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi.

Seringkali penelitian yang dilakukan para pengamat tertarik pada masalah yang berhubungan dengan suatu obyek ataupun respon yang mana pada dasarnya obyek ataupun respon tersebut dapat dibagi keberbagai kategori.

Dari uraian di atas maka penulis memilih judul HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KECAMATAN BERASTAGI.


(12)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak di kecamatan Berastagi Kabupaten Tanah Karo.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian agar tidak menyimpang dari sasaran yang dituju , maka penulis hanya menganalisa hubungan tingkat pendapatan orangtua terhadap anak di Kecamatan Berastagi.

1.4 Metodologi Penelitian

Untuk menganalisa hubungan tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat yang diuji dengan:

:

2

Χ =

=

n

j

i, 1 ij ij ij

E E

Q )2

( −

Dimana:

2

X : Chi-Kuadrat

Oij : Jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke i dan kolom ke j


(13)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Eij : Banyak kasus yang diharapkan untuk dikategorikan dalan baris ke i dan kolom ke j

Harga-harga x berdistribusikan Chi-Kuadrat dengan db = (b-1) (k-1)

dengan b = banyak baris a = banyak kolom

Kegunaan metode

X

2 ini ditujukan untuk menguji apakah da hubungan yang cukup berarti (signifikan) antara jumlah pengamatan suatu obyek atau respon tertentu pada tiap klasifikasinya terhadap nailai harapannya yang berdasarkan hipotesa nolnya. Dilain pihak pengujian

X

2 ini dapat pula digunakan untuk menguji independensi antara suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Variabel yang diamati dalam hubungan tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak di Kecamatan Berastagi , yaitu variabel bebas (independen variabel) adalah tingkat pendapatan orangtua sedangkan variabel terikat (dependen variabel) adalah pendidikan anak (SD, SMP, SMA, PT)

Hipotesis penelitian

Ho = tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak di Kecamatan Berastagi

H1 = ada hubungan antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak di Kecamatan Berastagi


(14)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Adapun lokasi pendataan yang dipilih adalah Kecamatan Berastagi dan waktu pendataan yang dipergunakan adalah tanggal 25 Mei 2009 sampai 28 Mei 2009.

1.6Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan proposa Tugas Akhir ini adalah sebagai berkut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang Latar Belakang, Tujuan Penelitian, Metologi Penelitian, Batasan Masalah, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini Penulis menguraikan tentang Statistik Non Parametrik, Hipotesa, Analisa yang digunakan, dan Uji Chi-Kuadrat

BAB III : SEJARAH SINGKAT DESA BERASTAGI

BAB IV : PEMBAHASAN

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA


(15)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Saleh, Samsubar”Statistik Non Parametrik”

Kegunaan metode

X

2 ini ditujukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang cukup berarti(signifikan) antara jumlah pengamatan suatu obyek atau respon tertentu pada tiap klasifikasinya terhadap nilai harapannya berdasarkan hipotesa nolnya. Dilain pihak pengujian

X

2 ini dapat pula digunakan untuk menguji indenpendensi antara suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Syamsudin, Drs ”Pendidikan dan Masyarakat”

Pendidikam merupakan proses belajar mengajar yang berkesinambungan dan integral.Oleh karena iti pendidikan haruslah merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengarahkan dan mengembangkan berbagai tujuan anggota masyarakat. Hubungan antara pendidikan dan persoalan-persoalan sosial terasa semakin penting mengingat semakin rumitnya kehidupan masyarakat sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga mendorong masyarakat untuk merumuskan kembali pengertian dan hakekat masyarakat itu.

Gafur Abdul, 2005

Dalam negara demokrasi peluang untuk berprestasi sangat besar. Di dalam UUD 1945 menyiratkan bahwa salah satu tujuan bernegara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwa yang berupaya dalan mencerdaskan kehidupan bangsa yang paling utama bertanggung jawab adalah negara atau pemerintah.


(16)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Statistik Non Parametrik

Test statistik non parametrik adalah test yang modelnya tidak menetapkan syarat-syarat yang mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk

sampel penelitiannya. Oleh karena itu observasi-observasi independent dan variable yang diteliti pada dasarnya memiliki kontiunitas uji metode non parametrik atau bebas serapan adalah prosedur pengujian hipotesa yang tidak mengasumsikan pengetahuan apapun mengenai sebaran populasi yang mendasarinya kecuali selama itu kontinu.


(17)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Dalam kegiatan penelitian, biasanya lebih banyak digunakan analisis statistik parametrik dari pada statistik non parametrik. Statistik parametrik digunakan jika kita telah mengetahui model matematis dari distribusi populasi suatu data yang akan dianalisis. Jika mengetahui suatu model distribusi dari suatu data dan jumlah data relatif kecil atau asumsi kenormalan tidak selalu dapat dijamin penuh, maka kita harus menggunakan statistik non parametrik (statistik bebas distribusi).Statistik non memiliki keunggulan atau kelebihan yaitu kebanyakan prosedur non parametrik memerlukan asumsi dalam jumlah yang minimal maka kemungkinan untuk beberapa prosedur parametrik perhitungan-perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, terutama bila terpaksa dilakukan secara manual. Jadi penggunaan prosedur-prosedur ini menghemat waktu yang diperlukan untuk perhitungan dan ini merupakan bahan pertimbangan bila hasil penyajian harus segera tersaji atau bila mesin hitung berkemampuan tinggi tidak tersedia. Dengan statistik non parametrik para peneliti juga dengan dasar matematik dan statistik yang kurang biasanya dan metode prosedur non parametrik mudah dipahami. Prosedur-prosedur non parametrik boleh diterapkan bila data telah di ukur dengan menggunakan skala pengukuran.

Sedangkan kelemahan dan statistik non parametrik adalah karena perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk kebanyakan prosedur parametrik cepat dan sederhana, prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk kasus-kasus yang lebih tepat bila ditangani prosedur-prosedur non parametrik sehingga cara seperti ini sering menyebabkan pemborosan informasi. Kendatipun prosedur non prametrik


(18)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

menghitung-menghitung selalu membutuhkan banyak tenaga dan akan menimbulkan kejenuhan

Dalam implementasi, penggunaan prosedur yang tepat merupakan tujuan dari peneliti. Beberapa parameter yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penggunaan statistik non parametrik adalah:

1. Hipotesis yang diuji tidak melibatkan parameter populasi 2. Skala yang digunakan lebih lemah dari prosedur parametrik 3. Asumsi-asumsi parametrik tidak terpenuhi

Banyak prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik, diantaranya:

1. Uji Chi-Kuadrat 2. Uji Binomial

3. Uji Run

4. Uji Kolmogorov Smirov Satu Sampel 5. Uji Dua Sampel Independen

6. Uji beberapa Sampel Independent 7. Uji Dua Sampel yang berkaitan 8. Uji beberapa Sampel yang berkaitan Dalam tugas akhir ini penulis menggunakan uji chi-kuadrat


(19)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

2.2 Hipotesa

Hipotesa secara etimologis dibentuk dari dua kata yaitu, kata hypo yang berarti kurang dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hipotesis artinya suatu kesimpulan yang masih kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga Pembuktian itu hanya dapat dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki untuk menentukan hipotesa adalah: 1. Hipotesis harus muncul dan ada hubungannya dengan teori serta

masalah yang diteliti.

2. Setiap hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang diteliti.

3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukur tersendiri untuk menetapkan hipotesis yang besar kemungkinannya didukung oleh data empiris.

Perlu diingat, apapun syarat suatu hipotesis yang jelas bahwa penampilan setiap hipotesis adalah bentuk statement, yaitu pernyataan tentang sifat atau keadaan hubungan dua atau lebih variable yang akan diteliti.

Adapun jenis hipotesis yang mudah dimengerti adalah hipotesis nol

( )

H , o

hipotesa alternatif

( )

Ηa ,hipotesis kerja

( )

Ηk . Tetapi yang biasa adalah Η0 yang

merupakan bentuk dasar atau memiliki statement yang menyatakan tidak ada hubungan antara dua variabel x dan variabel y yang akan diteliti atau variabel independent (x) tidak mempengaruhi variabel dependent (y).


(20)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

2.3 Analisa Yang Digunakan

2.3.1 Analisa Univariat

Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing independent dan variabel dependent.

2.3.2 Analisa Bivariat

Hipotesa yang diuji biasanya adalah kelompok itu berbeda dalam ciri khas tertentu, dengan demikian perbedaan itu berhubungan dengan frekuensi relatif masuknya anggota-anggota kelompok ke dalam beberapa katagori.

Untuk menguji hipotesa ini kita menghitung banyak kasus dari masing-masing kelompok yang termasuk dalam berbagai katagori dan membandingkan proporsi dari kasus-kasus dari satu kelompok dalam berbagai kategori dengan proporsi kasus dari kelompok yang lain. Dalam analisa ini digunakan hipotesa Chi-Kuadrat.

2.4 Uji Chi-Kuadrat

Uji Chi-Kuadrat merupakan salah satu prosedur non parametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistic yang sering digunakan dalam praktek. Teknik Chi-Kuadrat ( Chi dibaca Square ; Chi dibaca:kai; symbol dari huruf yunani: Χ2 ) yang ditemukan oleh Helmet pada tahun 1875, tetapi pada tahun 1900, pertama kali diperkenalkan kembali oleh Karl Pearson


(21)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

.

Uji Chi-Kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel ( Variabel) yang disusun dalam tabel baris kali kolom atau menguji keselarasan dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesia yang menyatakan bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, uji ini dapat juga disebut uji keselarasan ( Goodness of fit test), karena untuk menguji apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis ( seperti distribusi normal, uniform, binomial, dll ).

Pada kedua prosedur tersebut selalu meliputi perbandingan frekuensi yang teramati dengan frekuensi yang diharapkan bila hipotesia nol yang ditetapkan benar, karena dalam penelitian yang dilakukan data yang diperoleh tiadak selamanya berupa data skala interval saja, melainkan juga data skala nominal, yaitu berupa penghitungan frekuensi pemunculan tertentu.

Penghitungan frekuensi pemuculan juga sering dikaitkan dengan perhitungan persentase, proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi-Kuadrat adalah teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang dilakukan dengan cara mempertentangkan antara frekuensi yang benar-benar terjadi, frekuensi yang diobservasi, observed frequencies ( disingkat Fo atau E) dengan frekuensi yang diharapkan, expected frequencies ( disingkat Fh atau E ).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Chi-kuadrat,yaitu


(22)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

1. Chi-kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk frekuensi.

2. Chi-kuadrat tidak dapat digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya korelasi dari variabel-variabel yang dianalisa.

3. Chi-kuadrat pada dasarnya belum dapat mengasilkan kesimpulan 4. Chi-kuadrat cocok digunakan untuk data katagori, data diskrit atau

data nominal

Cara memberikan interprestasi terhadap Chi-kuadrat adlah dengan menentukan DF (degree of freedom) atau DB (Derajat bebas). Setelah itu berkonsultasi tabel harga kritik kuadrat. Selanjutnya membandingkan antara harga Chi-kuadrat dari hasil perhitungan deng

( )

Η an harga kritik Chi-kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan dengan ketentuan :

1. Bila harga Chi-kuadrat

( )

X2 sama atau lebih besar dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol

( )

Η0 ditolak dan hipotesa alternative

( )

Η0 diterima.

2. Bila harga Chi-kuadrat

( )

X2 lebih kecil dari tabel Chi-kuadrat maka hipotesa nol

( )

Η0 diterima dan hipotesa alternative

( )

Η0 Ditolak.

Ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat dari Chi-kuadrat diantaranya adalah:


(23)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor,karakteristik atau atribut terdiri dengan tiap faktor atau atribut terdiri dari beberapa klasifiksi, katagori, golongan atau mu ngkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap fenomena demikian akan diselidiki mengenai asosiasi atau hubungan atau kaitan antara faktor-faktor itu, bisa dikatakan bahan faktor-faktor itu bersifat independent atau bebas, tepatnya bebas statistik. selain daripada itu akan diselidiki ada atau tidaknya pengaruh beberapa taraf atau tingkatan sesuatu faktor terhadap kejadian fenomena.

Secara umum untuk menguji independent antara dua faktor di jelaska sebagai berikut: misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap pengamatan tunggal diduga terjadi karena adanya dua macam faktor I dan II. Faktor I terbagi atas b taraf atau tingkatan dan Faktor II terbagi atas k taraf. Banyak pengamatan yang terjadi ke-1 faktor ke-1 (I=1,2,…..,b) dan taraf ke-j faktor ke-II (j=1,2…..,k) akan dinyatakan dengan Οij. Hasilnya dapat dicatat dalam sebuah daftar kontingensi b x k. Pasangan hipotesis yang akan diuji berdasarkan dta dengan memakai penyesuaian persyaratan data yang diuji sebagai berikut:

0

Η : kedua faktor bebas statistik

1

Η : kedua faktor tidak bebas statistik

Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan kemudian dibentuk tabel kontingensi. Data tabel tersebut di atas agar dapat dicari hubungan antara faktor-faktor dengan menggunakan statistik uji Chi-kuadrat.


(24)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Pengujian eksak sukar digunakan, karena di sini hanya akan dijelaskan pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk ini diperlukan frekuensi teoritik atau banyak gejala yg diharapkan terjadi yang di sini akan dinyatakan dengan Εij.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

ij

Ε =

(

nioxnoj

)

/ n Dengan:

ij

Ε = banyak data teoritik (banyak gejala diharapkan terjdi)

io

n = jumlah barisan ke-i noj= jumlah baris ke-j n = total jumlah data

Dengan demikian misalnya didapat nilai dari teoritik masing-masing data:

11

Ε = (

(

n10xn01

)

/ n;Ε12 =

(

n10xn02

)

/n 21

Ε =

(

n20xn01

)

/ n;Ε22 =

(

n20xn02

)

/n Dan seterusnya…………..

Jelas bahwa n = + +…+ = + +…+

Sehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis diatas adalah:

2

Χ

=

= − n j i ij ij ij E E O 1 , 2 ) ( Dengan : ij

Ο adalah jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j


(25)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009 ij

Ε adalah banyak kasus yang diharapkan untuk di kategorikan dalam baris ke-i dan kolom ke-j

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Tolak Η0 jika Χ2 hitung ≥ Χ2 tabel Terima Η0 jika Χ2hitung ≤ Χ2 tabel

Dalam taraf nyata α =0,05 dan darajat kebebasan (dk) untuk distribusi Chi-kuadrat adalah (b-1) (k-1), dalam hal yang lainnya kita terima hipotesis Η0

.

2. Koefisien Kontingensi

Kegunaan teknik koefisien kontingensi yang diberi simbol C,adalah untuk mencari atau menghitung keeratan hubugan antara dua veriabel yang mempunya gejala ordinal (katagori), paling tidak berjenis nominal.

Cara kerja atau pengitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika di nilai Chi-kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu, biasanya para peneliti menghitung harga koefisien kontingensi telah menemukan harga Chi-kuadrat. Fleksibilitas rumusan ini adalah, tidak terbatas pada beberapa banyaknya kategori-kategori pada sel-sel petak atau tabel Chi-kuadrat. Tess signifikasi yg digunakan tetap mengunakan tabel kritik Chi- kuadrat, dengan derjat kebebasan (db) sama dengan jumlah kolom dikurangi atau dikalikan dengan jumlah baris dikurangi satu (b-1 kali k-1). Rumus untuk menghitung koefisien kontingensi adalah :


(26)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

C = N hitung X hitung X + 2 2 Keterangan:

C = Koefisien kotingensi

hitung

X2 = Hasil perhitungan Chi-kuadrat N = Banyak data

3. Metode Analisa

Dalam penelitian ini dilakukan metode analisis kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1:

Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan penelitian pada penduduk yang ada di Kecamatan Berastagi.

Langkah 2:

Dari data yang dianalisis, lalu disusun dalam tabel distribusi frekuensi Langkah 3:

Dari data yang dianalisis maka dapat dibentuk daftar kotingensi frekuensi yang diamati seperti dibawah ini:

Tabel 2.4.1 Daftar Kotingensi

F A KT OR ( B T ARAF )

Faktor II ( K TARAF ) JUMLAH

1 2 K

1 011 012 …………. 01k η10 2 021 022 …………. 02k η20

: : : : : :

: : : : : :


(27)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

JUMLAH η01 ηo2 …………. ηok N

Dimana : faktor I dan faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk daftar kontingensi dengan b dan k kolom. Nij adalah frekuensi yang diamati .

i=1,2,3,……b j=1,2,3,……k Langkah 4:

Tentukan frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dengan Rumus :

Εij= (noixnoj)/n

Dengan :

Εij adalah frekuensi yang diharapkan n adalah jumlah data yang diamati

Dari rumus di atas dapat disusun tabel kotingensi dari frekuensi yang di harapkan.

Tabel 2.4,2 Daftar Kotingensi bxk Dari Frekuensi Yang Diharapkan

F

A

KT

OR

I

( B

T

ARAF

)

1 2 K

1 E11 E12 ………… E1K η10

2 E12 E22 ………… E2K η20

: : : : : :

: : : : : :

B EB1 EB2 …………. EBK ηBo


(28)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

JUMLAH η01 η02 …………. ηok N

Dengan terbentuk daftar frekuensi yang diamati dan daftar frekuensi yang diharapkan maka dapat ditentukan harga Χ2.

Langkah 5 :

Untuk menghitung harga Chi-kuadrat, perlu diperhatikan kriteria sebagai berikut:

1. Tidak boleh menggunakan data kurang dari 20

2. Frekuensi teoritis (Εij) minimum harus 5 setiap kotak, sebab 2

Χ hanya berlaku apabila Ε ≥ij 5, dengan kata lain apabila Εij< 5 maka Χ2 terhadap data tidak dapat dipertanggungawabkan. Untuk tabel dua baris dan dua kolom dan untuk tabel lebih dari 2 x 2 sebelum menghitung X2 perlu diperhatikan dahulu Εij pada setiap kotak dalam tabel. Jika syarat tidak dipenuhi maka beberapa kolom atau baris perlu di bangun.

3. setiap kotak tidak boleh mempunyai frekuensi kurang dari satu.setelah kriteria. kriteria di atas dipenuhi maka harga X2 dapat di hitung dengan rumus:

X2=

(

)

= Ε

Ε − n

j

i ij

ij ij o 1 ,


(29)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Untuk menguji apakah harga Χ2 dianggap berarti pada suatu level of significant tertentu harus diketahui nilai kritis dari Χ2 dengan menggunakan daftar pencarian pencarian harga Chi-Kuadrat yang dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari hasil perhitugan.Dengan membaca nilai Chi-Kuadrat yang tepat harus terlebih dahulu dipilih confidence coefficient yang akan dipakai dan dengan perkalian (K-1)dan (b-1) atau baris dikalikan kolom.

Degree of Freedom = (k-1) (b-1)

Langkah 6:

Hipotesa yang diajukan dalah seperti yang di bawah ini:

0

Η : Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan orangtua Terhadap pendidikan anak

1

Η : terdapat hubungan antara tingkat pendapatan orangtua Terhadap pendidikan anak

Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut: Tolak Η0 jika Χ2 hitung ≥ Χ2 tabel

Terima Η0 jika Χ2hitung < Χ2 tabel Langkah 7:

Selanjutnya akan ditentukan koefisien kontingensi (C ) dengan Menggunakan rumus sebagai berikut:

C=

N hitung x

hitung x

+

2 2


(30)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Dengan:

C = Contingency coefficient N = Ukuran jumlah data X2hitung = Harga Chi-kuadrat

Harga C dipakai untuk nilai derajat asosiasi antar faktor-faktornya adalah dengan membandingkan harga C dengan koefisien kontingensi maksimum adapun harga koefisien kontingensi maksimum dihitung dengan runus sebagai berikut:

Cmaks = m m−1

dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.

Langkah 8:

Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka keeratan hubungan

Variabel I dan variabel II ditentukan oleh presentasenya. Hubungan kedua Variabel ini disimbolkan Q mendekati 1 maka hubungan tambah erat dan bila Q menjauhi 1 maka hubungan kedua variabel itu semakin kurang erat.

Q = x100% C

C maks

Symbol Q: untuk menyatakan persentase derajat hubungan variabel I dan variabel II


(31)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

C : koefisien kontingensi

Cmaks: koefisien kontingensi maksimum

Dengan ketentuan-ketentuan Davis(1971) sebagai berikut: 1. Sangat erat jika Q≥0,70

2. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69 3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49 4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29 5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,09 6. Tidak ada jika Q= 0,


(32)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

SEJARAH SINGKAT KECAMATAN BERASTAGI

3.1 Sebelum Penjajahan Belanda

Pemerintahan di daerah Tanah Karo sebelum kedatangan penjajahan belanda diawal abad XX di daerah dataran tinggi karo, di kawasan itu hanya terdapat kampung (kuta), yang terdiri dari satu atau lebih “kesain” (bagian dari kampung). Tiap-tiap kesain diperintah oleh seorang “pengulu”. Menurut P .Tambun dalam bukunya “adat

istiadat karo”, balai pustaka 1952, arti dari pengulu adalah seseorang dari marga

tertentu dibantu oleh 2 orang anggotanya dari kelompok “anak beru” dan “senina”. mereka ini disebut dengan istilah “telu si dalanen” atau tiga sejalanan menjadi satu badan administrasi atau pemerintahan dalam lingkungannya. Anggota ini secara turun menurun dianggap sebagai “pembentuk kesain”, sedangkan kekuasaan mereka adalah pemerintahan kaum keluarga.

Di atas kekuasaan penghulu kesain, diakui pula kekuasaan kepala kampung asli (perbapaan) yang menjadi kepala dari sekumpulan kampung yang asalnya dari kampung asli itu. Kumpulan kampung itu dinamai urung. Pimpinannya disebut dengan bapa urung atau biasa juga disebut raja urung. Urung artinya satu kelompok kampung dimana semua pendirinya masih dalam satu marga atau dalam satu garis keturunan.

Menurut P. Tambun seperti di atas ada beberapa sistem atau cara penggantian perbapaan atau raja urung atau juga pengulu di zaman itu, yaitu dengan


(33)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

memperhatikan hasil keputusan “runggun atau permusyawaratan” kaum kerabat berdasarkan kepada 2 (dua) dasar atau pokok yakni:

a. Dasar adat “sintua-singuda” yang dicalonkan. yang pertama-tama berhak menjadi perbapaan adalah anak tertua. Namun kalau ia berhalangan atau karena sebab yang lain, yang paling berhak di antara saudara-saudaranya adalah jatuh kepada anak yang termuda. Dari semua calon perbapaan maka siapa yang terkemuka atau siapa yang kuat mendapatkan dukungan, misalnya siapa yang mempunyai banyak anak beru dan senina, besar kemungkinan jabatan perbapaan atau raja urung atau pengulu, akan jatuh kepadanya. Jadi dengan demikian, kedudukan perbapaan, yang disebutkan di atas harus jatuh kepada yang tertua atau yang termuda, tidaklah sepenuhnya dijalankan secara baik waktu itu. Banyak contoh terjadi dalam hal pergantian perbapaan seperti itu, antara lain ke daerah perbapaan lima senina. lebih-lebih kejadian seperti itu terjadi setelah di daerah itu berkuasa kaum penjajah belanda di permulaan abad XX (1907). Belanda melakukan “intervensi” dalam hal penentuan siapa yang diangap pantas sebagai perbapaan dari kalangan keluarga yang memerintah, walaupun ada juga selalu berdasarkan adat.

b. Dasar “bere-bere”, yakni menurut keturunan dari pihak ibu. hanya dari keturunan ibu atau kemberahen tertentu saja yang pertama-tama berhak menjadi perbapaan. Namun setelah kedatangan perjajahan belanda sistem atau dasar “bere-bere” ini dihapuskan. Mengangkat dan mengganti perbapaan dilakukan oleh “kerunggun” anak beru-senina dan kalimbubu. Namun setelah Zaman belanda cara seperti itu diper-modern, dengan cara kekuasaannya dikurangi, malah akhirnya diambil alih oleh kerapatan balai raja berempat. demikian pula, dasar pengangkatan “pengulu” dan


(34)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

perbapaan. kekuasaan raja urung yang tadinya cukup luas, dipersempit dengan keluarnya besluit zelfbestuur no. 42/1926, dimana antara lain dapat dibaca…………jabatan raja-raja urung dan pengulu akan diwarisi oleh turunan langsung yang sekarang ada memegang jabatan itu……….

Yang pertama-tama berhak untuk mewarisi jabatan perbapaan urung atau pengulu ialah anak tertua, kalau dia berhalangan, maka yang paling berhak adalah anak yang termuda atau bungsu. Sesudah kedua golongan yang berhak tadi itu, yang berhak adalah anak nomor dua yang tertua, kemudian anak nomor dua yang termuda. Orang yang berhak dan dianggap sanggup menjadi perbapaan urung tetapi karena sesuatu sebab menolaknya, maka dengan sendirinya hilang haknya dan berhak keturunannya yang menjadi perbapaan atau raja urung. Hal ini juga menurut P.

Tambun dalam bukunya merupakan adat baru. maksudnya adalah untuk menjaga

supaya pemangkuan perbapaan yang dilaksanakan oleh orang lain hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa.

Sementara itu orang yang berhak menurut adat menjadi perbapaan atau raja, tetapi masih dalam keadaan di bawah umur ataupun belum kawin, maka jabatan itu boleh dipangku atau diwakili kepada orang lain menunggu orang yang berhak itu sudah mencukupi. peraturan tetap tentang memilih siapa sebagai pemangku itu tidak ada. yang sering dilakukan ialah orang yang paling cakap diantara kaum sanakeluarga terdekat, termasuk juga anak beru dan marga yang seharusnya memerintah sebagai perbapaan raja.


(35)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Adapun jabatan pemangku itu dipilih dari kalangan anak beru dari lain marga dari perbapaan atau raja. Jadi mustahillah sipemangku itu tadi berhak atas kerajaan yang dipangkunya untuk selama-lamanya, pasti disatu waktu akan dikembalikan kepada yang berhak. sedangkan kalau jabatan sebagai perbapaan atau raja dipegang oleh kaum keluarga dari sipemangku yang berhak, misalnya saudara satu ayah lain ibu, ada kemungkinan akan mendakwa dan mempertahankan jabatan itu di kemudian hari, terlebih kalau dia sudah bertahun-tahun sudah memangku jabatan itu, sehingga merasa segan malah menolak menyerahkannya kembali kepada yang berhak. keadaan seperti ini juga pernah terjadi, malah menimbulkan perselisihan berkepanjangan antar kerabat yang seketurunan.

Dalam pemangkuan sementara itu, diadatkan sehingga merupakan kewajiban bagi si pemangku yaitu menyerahkan 1/3 dari semua pendapatan kerajaan kepada orang yang seharusnya memangku jabatan tersebut. Seperti diuraikan di depan, baik perbapaan urung atau raja urung ataupun pengulu yang dibantu oleh “anak beru-senina”, yang merupakan “telu sidalanen”, maka jabatan dari “anak beru-senina” itupun juga bersifat turun temurun.

3.2Masa Penjajahan Belanda

Dalam sistem ini pemerintah tradisional karo telah berjalan hampir ratusan tahun. sistem itu mengalami sedikit perubahan pada abad ke 18 ketika karo berada dibawah pengaruh aceh dan masuknya belanda yang membentuk raja berempat di tanah karo.


(36)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Masuknya pengaruh kekuasaan belanda ke daerah sumatera timur melalui kerajaan siak riau maka terjadi pula perubahan penting di dareah ini karena belanda juga ingin menguasai seluruh tanah karo. di deli waktu itu sudah mulai berkembang perkebunan tembakau yang diusahai oleh pengusaha-pengusaha belanda. namun tidak selamanya kekuasaan belanda tertanam dengan mudah di daerah Sumatera Utara terlebih-lebih di daerah dataran tinggi karo. dan bagi orang karo di masa lampau, kedatangan belanda identik dengan pengambilan tanah rakyat untuk perkebunan. banyak penduduk di deli dan langkat yang kehilangan tanahnya karena sultan memberikan tanah secara tak semena-mena untuk jangka waktu 99 tahun (kemudian konsensi 75 tahun) kepada perkebunan tanpa menghiraukan kepentingan rakyat. kegetiran dan penderitaan penduduk melahirkan perang sunggal yang berkepanjangan (1872-1895) yang juga dikenal sebagai perang tanduk benua atau batakoorlog. dalam perang tersebut orang melayu dan orang karo bahu-membahu menentang belanda, antara lain dengan membakari bangsal-bangsal tembakau.

Di satu pihak ada persoalan antara sultan deli dan datuk sunggal karena sultan deli memberikan konsensi kepada maskapai belanda untuk membuka perkebunan dan daerah sunggal termasuk di dalamnya. perlawanan rakyat sunggal dipimpin oleh datuk kecil (datuk muhammad dini), datuk abdul jalil dan datuk sulung barat. Bantuan dari tanah karo dipusatkan di kampung gajah. tokoh karo yang sangat terkenal dalam peperangan ini adalah langgah surbakti, berasal dari kampung susuk tanah karo dan

nabung surbakti, dikenal sebagai penghulu juma raja. karena hebatnya serangan-serangan yang dilancarkan, pihak belanda mengirim ekspedisi ke sunggal


(37)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

serdadu berkebangsaan eropah tewas 28 orang dan serdadu bumi putra tewas 3 orang. yang luka-luka, serdadu eropah 320 orang dan serdadu bumi putra 270 orang.

Pengabaran injil ke tanah karo (1894) tidak terlepas dari kerusuhan-kerusuhan perkebunan tersebut. Pihak perkebunan mengharapkan bahwa gangguan-gangguan orang karo akan dapat dipadamkan melalui pekabaran injil, jadi yang membiayai misionari (nederlands zendilingsgenotschap), ke karo adalah pihak perkebunan, diprakarsai oleh j.th gremers, direktur perkebunan tembakau deli maatschappij pada saat itu. Garamata yang mengadakan perlawanan pada awal abad ini (1901-1905) juga berpendapat bahwa jika belanda dibiarkan ke tanah karo maka tanah rakyat mungkin sekali diambil untuk perkebunan. pikiran ini didasarkan pada pengalaman orang karo di dataran rendah, di deli dan langkat. selanjutnya dia juga berpendapat bahwa orang karo mempunyai cara hidupnya sendiri dan istiadatnya sendiri dan tidak perlu dicampuri oleh orang belanda (lihat masri singarimbun, garamata: perjuangan melawan penjajah belanda, 1901-1905, balai pustaka, jakarta, 1992). namun kekuatan belanda yang begitu besar tidak dapat dibendung.

Sebelumnya pembangkangan yang sangat terkenal dilakukan oleh sibayak pa tolong atau sibayak kuta buluh, yang melakukan pembangkangan terhadap pembayaran pajak kepada belanda (lihat bab VI buku darwan prinst dan darwin prinst: sejarah dan kebudayaan karo, penerbit grama jakarta, 1985).


(38)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Penduduk asli yang mendiami wilayah kabupaten karo disebut suku bangsa karo.Suku bangsa karo mempungai adat-istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi suku bangsa karo sendiri yang terdiri dari 5 (lima merga),tutur siwaluh dan rakut sitelu.

5 merga yaitu:

• Karo-karo • Ginting • Sembiring • Tarigan

• Perangin-angin

Dari kelima merga tersebut masih ada sub-sub merga yang lain.Berdasarkan merga tersebut tersusunlah pola kekerabatan atau yang disebut dengan Rakut sitelu, Tutut Ralut yaitu :

• Senina / Sembuyak • Kalimbubu

• Anak beru Dan Tutur siwaluh yaitu:

• Sepemereen Anak beru menteri

• Sibaribanen Anak beru singalon

• Sipengalon Kalimbubu

• Anak Beru Puang Kalimbubu

Perkade-kadeen sepuluh dua :


(39)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

• Bulang Anak Mama

• Kempu Bengkila Mami

• Nande Bibi Bere

3.4 Kronologis Pembentukan Kecamatan Berastagi

Adapun factor-faktor yang mendurung pembentukan Kecamatan Berastagi adalah sebagai berikut:

1. Adapun awal rencana pembentukan pemerintah kota dimulai dari adanya muncul aspirasi kelompok masyarakat di berastagi dan menyikapi aspirasi dimaksud, maka daripada kabupaten karo melakukan rapat paripurna pada tanggal 12 september 2003 dan ketua daripada kabupaten karo mengeluarkan surat keputusan dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten karo nomor 12 Tahun 2003 tentang persetujuan pemekaran kota berastagi menjadi pemerintah kota, yang mana dalam surat tersebut ditegaskan bahwa daripada mendukung dan menyetujui aspirasi masyarakat tersebut untuk memekarkan/ meningkatkan status kecamatan berastagi menjadi pemerintah kota berastagi. 2. Menindaklanjuti keputusan dari kab. karo nomor 12 Tahun 2003 diatas maka

wakil bupati karo menyampaikan surat kepada gubernur sumatera utara dengan surat nomor 135/2198 tanggal 24 september 2003 perihal persetujuan prinsip pemekaran kota berastagi yang isinya menyatakan bahwa pemerintah kabupaten karo memahami dan pada prinsipnya tidak keberatan rencana pemekaran kota berastagi menjadi pemko sepanjang pemerosesannya mempedomani perundang-undangan yang berlaku.


(40)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

3. Menindaklanjuti surat bupati karo nomor 135/2198 tanggal 24 september 2003 perihal persetujuan prinsip pemekaran kota berastagi, bupati karo kembali menyurati gubernur sumatera utara dengan surat nomor 135/2577 tanggal 17 nopember 2003 perihal persetujuan prinsip pemekaran kota berastagi yang isinya menyampaikan nama-nama desa dari kecamatan simpang empat, kecamatan tigapanah dan kecamatan barusjahe yang merupakan persyaratan pemko.

4. Pada tanggal 8 maret 2004 menteri dalam negeri menyampaikan surat nomor 135/611/sj yang ditujukan kepada gubernur di seluruh indonesia perihal penundaan sementara proses pembentukan/pemekaran daerah otonom baru yang isinya antara lain menyebutkan bahwa mengingat kesibukan pemerintah menghadapi pemilu tahun 2004 maka sementara waktu seluruh usulan pembentukan / pemekaran daerah otonom baru prosesnya ditunda sampai dengan batas waktu yang akan ditentukan kemudian.

5. Berdasarkan surat menteri dalam negeri nomor 135/611/sj tanggal 8 maret 2004 diatas, bupati karo menyampaikan surat kepada pemrakarsa pemko berastagi dengan surat nomor 135/925 tanggal 20 april 2004 yang isinya menyebutkan bahwa pembetukan daerah otonom baru untuk sementara waktu ditunda namun proses pembentukan kecamatan baru tetap dilanjutkan.

6. Oleh panitia (pemrakarsa) pemekaran kota berastagi menyampaikan surat kepada bupati karo dan daripada karo dengan surat nomor 37/p-pemko berastagi/ix/2004 perihal data pemko berastagi dari dari komisi II yang isinya menyampaikan data base dpr ri komisi ii tentang kelengkapan administrasi pemekaran 11 daerah otonom baru dan meminta pemkab karo dapat


(41)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

menindaklanjuti kelengkapan administrasi tersebut antara lain kajian daerah, perda pembentukan kecamatan baru wilayah pendukung pemko, peta wilayah pemko dan sk dprd tentang dukungan dana.

7. Selanjutnya pemkab karo menyampaikan surat kepada bapak menteri dalam negeri dengan surat nomor 527/tap/2004 perihal pertemuan tim pusat dengan laisson official provinsi dan kabupaten yang isinya menyatakan bahwa pemkab karo tidak dapat hadir dalam pertemuan dimaksud karena format isian dan blanko sesuai pp 129/2000 belum dapat disampaikan mengingat 3 kecamatan yang disyaratkan sebagai wilayah pemko belum terbentuk. dan menyatakan bahwa pemkab karo sedang memproses pembentukan/pemekaran kecamatan baru yang merupakan rencana wilayah pemko berastagi yaitu kecamatan dolatrayat, kecamatan berastagi dan kecamatan merdeka.

8. Pada bulan september 2005 bupati karo menyurati ketua daripada kabupaten karo dengan surat nomor 136/2241 perihal dukungan daripada kab. karo yang isinya menyebutkan bahwa menindaklanjuti keputusan dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten karo nomor 12 tahun 2003 tentang persetujuan pemekaran kota berastagi menjadi pemerintah kota, pemkab karo menyampaikan bahwa perlu keputusan dprd tentang persetujuan dprd karo terhadap penetapan ibukota rencana pemko berastagi, persetujuan daripada tentang penetapan wilayah pendukung dan persetujuan dprd tentang kesiapan/kemampuan dukungan dana dari kabupaten induk selama masa transisi.

9. Untuk menindaklanjuti surat bupati karo nomor 136/2241 tanggal 14 september 2005 perihal dukungan daripada kab. karo, maka dprd kabupaten


(42)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

karo mengeluarkan keputusan nomor 26 tahun 2005 tentang persetujuan dukungan kelengkapan syarat proses pemekaran kecamatan berastagi menjadi kota berastagi yang isinya antara lain menyebutkan bahwa mendukung dan menyetujui rencana pembentukan kota berastagi dan menjadi ibukota rencana pemko berastagi, mendukung kecamatan berastagi, kecamatan merdeka dan kecamatan dolatrayat sebagai wilayah pendukung pemko berastagi, mendukung dan menyetujui dukungan dana kabupaten induk selama transisi. 10.Pada bulan desember 2005 bupati karo menyampaikan surat kepada gubernur

sumatera utara nomor 138/2981 perihal status kecamatan rencana pembentukan kota berastagi, bahwa telah diterbitkan peraturan daerah kabupaten karo tentang pembentukan 4 kecamatan baru di kab. karo dan 2 diantaranya menjadi wilayah pendukung pemko berastagi.

11.Menindaklnajuti surat bupati karo surat nomor 138/2981 tanggal 26 desember 2005 perihal status kecamatan rencana pembentukan kota berastagi, gubernur sumatera utara menyurati bupati karo dengan surat nomor 146/1349 tanggal 3 maret 2006 perihal hasil penyempurnaan kajian daerah tentang pembentukan kota berastagi yang isinya meminta pemkab karo segera menyampaikan hasil penyempurnaan kajian daerah kepada gubernur sumatera utara.

12.Bahwa pada bulan maret 2006 bupati karo menyurati gubernur sumatera utara dengan surat nomor 138/951 perihal penelitian rencana pembentukan pemko berastagi yang isinya menyebutkan penyempurnaan kajian daerah dimaksud belum dapat dilaksanakan mengingat wilayah kecamatan pendukung belum beroperasi.


(43)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

13.Pada tanggal 21 juli 2008 menteri dalam negeri mengundang pemerintah kabupaten karo ke biro otonomi daerah depdagri- jakarta sesuai dengan surat nomor t-094/1393/otda tanggal 14 juli 2008 guna memberikan penjelasan dalam rangka persiapan observasi lapangan dan kajian teknis.

14.Dalam rapat yang dilaksankan oleh pemerintah kabupaten karo dengan pihak departemen dalam negeri tanggal 21 juli 2008 dimaksud, maka telah dilakukan penandatanganan berita acara hasil rapat koordinasi dan konsultasi depdagri dengan pemerintah provinsi sumatera utara dan pemerintah kabupaten karo dalam rangka klarifikasi dan verivikasi data pembentukan calon kota berastagi pemekaran kabupaten karo di provinsi sumatera utara.

15. Maka dengan diberlakukannya undang-undang nomor 32 tahun 2004 yang ditindaklanjuti dengan pp. 78 tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah yang ditetapkan pada tanggal 10 desember 2007 maka peraturan pemerintah nomor 129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. dengan demikian rencana pembentukan pemerintah kota tersebut dikaitkan dengan jumlah kecamatan pendukung sesuai peraturan yang berlaku belum mencukupi, karena pada saat ini jumlah kecamatan pendukung baru ada 3 kecamatan yang seharusnya terdiri dari 4 kecamatan.

16.Demikianlah kronologis dan proses pembentukan rencana pemko berastagi, dengan harapan kiranya masyarakat dapat mengetahui informasi yang sebenarnya.


(44)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Dengan pertimbangan kronologis inilah nanti terbentukl Kecamatan Berastagi. Dalam publikasi Kecamatan Dalam Angka Tahun 2006 dapat diketahui hal-hal sebagai berikut :

3.4.1 Letak Geografis

Luas Kecamatan Berastagi adalah 30,5 Km2 yang terdiri dari 9 (Sembilan desa).

Terletak antara 02º,50 - 03º,19 Lintang Utara dan 97º,55 - 98º,38 bujur Timur

berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Sibolangit 3. Sebelah Barat : Kecamatan Simpang Empat

4. Sebelah Timur : Kecamatan Barus jahe dan Tigapanah

Jarak Kantor Camat Ke Kantor Bupati Adalah 11 Km. Sebagian besar tanahnya berbukit-bukit dan bergelombang dan alur-alur sungai dalam ler-ng-lereng bukit yang curam sehingga terjadi iklim hujan tropis.Berastagi adalah ibukota Kecamatan Berastagi berada pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Bulan basah biasanya terjadi pada bulan Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai Mei.


(45)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Angin laut berhembus kencang dari arah barat menuju timur sewaktu menjelang musin dingin yang mengakibatkan terjadinya musim hujan. Angin barat berhembus dengan kecepatan sedang dari arah timur menuju arah barat sewaktu menjelang musim kemarau.

3.4.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Berastagi tahun 2006 adalah 41442 jiwa dan terdiri dari 4560 rumah tangga.Kepadatan penduduk di Kecamatan Berastagi adalah 79 jiwa/ km2

Dan rata-rata anggota adalah 4 orang. Di kecamatan Berastagi tidak terdapat warga Negara asing.

Tabel 3.4.2.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa Tahun 2006

NO DESA Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk ( Jiwa)

Kepadatan ( Km2/ jiwa)

1 Gurusinga 6,00 3.730 621,67

2 Raya 5,00 4.167 833,40

3 Rumah Berastagi 3,50 6.324 1.806,86

4 T.Lau Mulgap II 1,00 3.009 3.009,00

5 Gundaling II 2,00 4.905 2.452,50

6 Gundaling I 2,00 8.018 4.009,00

7 T. Lau Mulgap I 1,00 2.560 2.560,00

8 Sempajaya 6,50 6.805 1.046,92

9 Doulu 3,50 1.924 549,71

JUMLAH 30,5 414442 10618,13

Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Karo

Tabel 3.4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Desa Tahun 2006

NO DESA Laki-Laki Perempuan

1 Gurusinga 1.822 1.908

2 Raya 2.002 2.165

3 Rumah Berastagi 3.063 3.261


(46)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

5 Gundaling II 2.342 2.563

6 Gundaling I 3.761 4.257

7 T. Lau Mulgap I 1.219 1.341

8 Sempajaya 3.287 3.518

9 Doulu 928 996

JUMLAH 19855 20690

Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Karo

Ditinjau dari sudut kelompok umur, penduduk kecamatan Berastagi tergolong dalam penduduk muda karena terdapat penduduk usia 0-4 yang paling banyak yaitu 2407 untuk penduduk laki-laki dan 2507 untuk perempuan sedangkan penduduk umur 5-9 sebanyak 2319 untuk penduduk laki-laki dan 2294 untuk penduduk perempauan.

3.4.2 Pendidikan

Salah satu sumber daya pembangunan adalah manusia, untuk dapat membentuk SDM yang handal diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan mempungai peranan penting dalam mendukung proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan yang pernah dikecapnya. Peningkatan sumber daya manusia merupakan kebutuhan yang mendesak untuk menghadapi tantangan era komunikasi dan informasi yang semakin canggih.

Upaya peningkatan kecerdasan dan kererampilan penduduk melalui proses pendidikan sangat tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia yaitu gedung sekolah dan kualitas tenaga pengajar atau guru. Kualitas dan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan ia akan mempengaruhi keberhasilan siswa pada era kurikulum yang berbasis kompetensi.


(47)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 3.4.3.1 Banyaknya SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2006

NO DESA SD SLTP SLTA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Gurusinga 2 - - - -

-2 Raya 2 - 1 - 1

-3 Rumah Berastagi 2 - - 1 - 3

4 T.Lau Mulgap II - 1 - - -

-5 Gundaling II - 1 - 1 1

-6 Gundaling I 9 3 2 2 1 2

7 T. Lau Mulgap I - 1 - - -

-8 Sempajaya 2 1 - 1 - 1

9 Doulu 2 - - - -

-JUMLAH 19 7 3 5 3 6

Sumber : P dan K Kecamatan Berastagi

Tabel 3.4.3.2 Banyaknya Murid SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2006

NO DESA SD SLTP SLTA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Gurusinga 217 - - - -

-2 Raya 355 - 731 - 348

-3 Rumah Berastagi 508 - - 170 - 645

4 T.Lau Mulgap II - 432 - - -

-5 Gundaling II - 806 - 99 963

-6 Gundaling I 1967 1141 1183 516 752 585

7 T. Lau Mulgap I - 348 - - -

-8 Sempajaya 420 122 - 58 - 126

9 Doulu 230 - - - -

-JUMLAH 3697 2849 1914 843 2063 1356

Sumber : Dinas P dan K kecamatan Berastagi

Tabel 3.4.3.3 Banyaknya Guru SD, SLTP, SLTA Menurut Desa Tahun 2006

NO DESA SD SLTP SLTA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta


(48)

-Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

2 Raya 25 - 54 - 53

-3 Rumah Berastagi 38 - - 21 - 63

4 T.Lau Mulgap II - 21 - - -

-5 Gundaling II - 29 - 17 106

-6 Gundaling I 79 26 137 32 83 45

7 T. Lau Mulgap I - 10 - - -

-8 Sempajaya 23 5 - 8 - 21

9 Doulu 15 - - - -

-JUMLAH 205 91 191 78 242 129

Sumber : P dan K kabupaten Berastagi

3.4.3 Kesehatan

Modal utama dalam pembangunan adalah manusia yang sehat baik rohani maupun jasmani.Oleh karena itu pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah ,merata dan murah. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan agar tercapai derajat kesehatan yang baik.

Salah satu indicator yang dapat memberikan gambaran pembangunan kesehatan adalah tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Di samping itu perlu diperhatikan peningkatan pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan atau tenaga medis yang tersedia

Gambaran Kesehatan Kecamatan Berastagi diuraikan Sebagai Berikut :

Tabel 3.4.4.1 Banyaknya Sarana Kesehatan Menurut Desa Tahun 2006

NO Desa Rumah

Sakit

Puskes mas

Pusk Pemb

BPU BKIA Posya

ndu

JLH

1 Gurusinga - - 1 - 1 1 3

2 Raya - - 2 - 1 1 4

3 Rumah Berastagi 6 - 1 - 1 3 11

4 T.Lau Mulgap II 3 - 1 - - 3 7


(49)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

6 Gundaling I 7 1 1 - 3 6 18

7 T.Lau Mulgap I 3 - 1 - 3 2 10

8 Sempajaya 7 - 1 - 3 3 14

9 Doulu 2 - 1 - 1 2 6

JUMLAH 31 1 10 - 13 28 81

Sumber : Puskesmas Kecamatan Berastagi

Tabel 3.3.4.2 Banyaknya Tenaga Medis Menurut Desa Tahun 2006

NO Desa Dokter Bidan Perawat Dukun

Bayi

Lainya JLH

1 Gurusinga - 1 3 - 1 5

2 Raya - 4 3 - 1 8

3 Rumah Berastagi - 4 6 1 2 13

4 T.Lau Mulgap II - 3 20 - 1 24

5 Gundaling II - 2 10 1 2 15

6 Gundaling I - 4 20 1 2 27

7 T.Lau Mulgap I - 3 12 - 1 16

8 Sempajaya 1 5 8 - 2 16

9 Doulu 1 2 4 - - 7

JUMLAH 2 28 64 3 12 131

Sumber : Puskesmas Kecamatan Berastagi

Tabel 3.4.3.3 Banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) Menurut Desa 2004

NO Desa Menggunakan

Alat Kontrasepsi Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi JUMLAH

1 Gurusinga 434 78 512

2 Raya 591 82 673

3 Rumah Berastagi 692 94 786

4 T.Lau Mulgap II 356 93 449

5 Gundaling II 712 92 804

6 Gundaling I 1012 89 1101

7 T.Lau Mulgap I 298 48 346

8 Sempajaya 914 58 972

9 Doulu 314 76 390

JUMLAH 5323 710 6033

Sumber : PPLKB Kecamatan Berastagi


(50)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Berdasarkan keadaan alam dan topografi Kecamatan Berastagi dalam sector pertanian merupakan potensi terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Pertanian mencakup kegiatan bertani,beternak ikan,keramba maupun tambak, dan memelihara ternak/unggas.Persentase terbesar merupakan bertani yang menggunahan lahan sebesar 98 persen dengan produksi tanaman padi dan palawija, tanaman holtikultura sebagai sumber mata pencarian utama penduduk yang utama.

Hasil-hasil pertanian di Kecamatan Berastagi tahun 2006 adalah buah-buahan 8350 ton, sayur-mayur 13670 ton, jagung 500 ton, padi kering sekitar 120 ton.

3.4.5 Keuangan

Realisasi pencapaian target Pajak Bumi dan Bangunan dari kecamatan Berastagi tahun 2006 mencapai 82 persen. Tingkat perkembangan desa menurut klasifikasi desa

terdapat 7 desa swasembada dan 2 desa swakarsa. Semua Desa yang ada di kecamatan Berastagi sudah dapat dilalui oleh kendaraan beruda empat dan sudah diaspal.

3.4.5.1Besarnya Pokok Penetapan dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) Menurut Desa Tahun 2006

NO Desa Pokok

Penetapan

Realisasi Persentase

Realisasi

1 Gurusinga 40169431 37440578 93,21

2 Raya 31218281 19350008 61,98

3 Rumah Berastagi 38499862 15429006 40,08

4 T.Lau Mulgap II 15920799 16117120 101,23

5 Gundaling II 34190899 36604052 107,06

6 Gundaling I 127551202 129889730 101,83

7 T.Lau Mulgap I 17298128 19376588 112,3

8 Sempajaya 76466048 253338992 95,72

9 Doulu 28535355 24299010 85,15


(51)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Sumber : Bendeharawan Kantor Camat Berastagi

Tabel 3.4.6.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kecamatan Berastagi Menurut Desa Tahun 2006

N O

Pendapatan Asli Daerah ( PAD)

Anggaran Realisasi Selisih Anggaran

dan Realisasi

1 Pendapatan Pajak

Daerah

5.491.600.000 5.618.784.199 127.148.129

2 Pendapatan Retribusi Daerah

7.067.958.000 6.209.658.370 858.229.630

3 Pendapatan Hasil

Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipsahkan

337.000.000 801.297.851 464.297.851

4 Lain-Lain PAD yang Lain

2.298.000.000 4.170.777.411 1.872.777.411

TOTAL 15.194,558.000 16.800.481.761 1.605.923.761 Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Tanah Karo

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Analisa Univariat


(52)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 4.1.1 Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orangtua

NO Tingkat Pendapatan Frekuensi (F) Proporsi (%)

1 Rp 250000≤ p < Rp 5000000 2 2

2 Rp 500000≤ p < Rp 1000000 10 10

3 ≥ Rp 1000000 88 88

TOTAL 100 100

Dari tabel 4.1.1 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 2 % responden berpendapatan Rp 250000 <p< Rp 500000, 10 % berpendapatan Rp 500000 <p< Rp 1000000, dan yang paling banyak responden berpendapatan > Rp 1000000 yaitu 88 %.

Tabel 4.1.2 Distribusi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orangtua

NO Jenis Pekerjaan Frekuensi (F) Proporsi (%)

1 PNS 7 7

2 Wiraswasta 32 32

3 Petani 55 55

4 Lainnya 6 6

TOTAL 100 100

Dari tabel 4.1.2 di atas bahwa pekerjaaan yang paling banyak dari 100 orang responden ialah petani yaitu sebesar 55 % , wiraswasta sebesar 32 %, kemudian PNS sebesar 7 %, dan pekerjaan yang paling sedikit adalah pekerjaan lainnya yaitu sebesar 6 %.

Tabel 4.1.3 Distribusi Tingkat Pendidikan Anak

NO Jenis Pekerjaan Frekuensi (F) Proporsi (%)

1 SD 70 31,53

2 SLTP 34 15,32

3 SLTA 73 32,88

4 PT 45 20,27


(53)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Dari tabel 4.3.1 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan anak yang paling banyak adalah SLTA sebesar 32,88 %, kemudian SD sebesar 31,53 %, kemudian PT sebesar 20,27 % dan yang paling sedikit adalah SLTP yaitu sebesar 15,32 %.

Tabel 4.1.4 Hubungan Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak

NO Tingkat Pendapatan Pendidikan Anak Jumlah

SD SLTP SLTA PT

1 Rp 250000 ≤ p < Rp 500000 4 0 2 0 6

2 Rp 500000 ≤ p < Rp 1000000 4 2 10 4 20

3 ≥ Rp 1000000 62 30 61 41 214

TOTAL 70 32 73 45 240

Dari tabel 4.1.4 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 70 (31,53%) anak yang saat ini berpendidikan SD, 34 (15,32%) Berpendidikan SLTP, 73 (32,88%) berpendidikan SLTA dan 45 (22,27%) di PT.

4.2 Analisa Bivariat

Untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak, maka kita dapat melakukan uji Chi-Kuadrat test (X ) yaitu dengan 2

cara mengamati jumlah frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati yang dapat ditentukan dengan rumus:


(54)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009 ij

E = (nioxnoj)/n

Dengan :

ij

E = Banyak data teoritik ( Banyak gejala yang diharapkan terjadi)

io

n = Jumlah baris ke-i oj

n = Jumlah kolom ke-j n = Total jumlah data

Dapat dicari bahwa jumlah frekuensi yang diharapkan dari jumlah frekuensi yang diamatin sebagai berikut :

11

E = ( 70 x 6 ) / 240 = 1,75 12

E = ( 32 x 6 ) / 240 = 0,8 13

E = ( 73 x 6 ) / 240 = 1,825 14

E = ( 45 x 6 ) / 240 = 1,125

21

E = ( 70 x 20) / 240 = 5,83 22

E = (32 x 20) / 240 = 2,6 23

E = ( 73 x 20) / 240 = 6,083 24

E = ( 45 x 20) / 240 = 3,75

31

E = ( 70 x 214) /240 = 62,416 32


(55)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009 33

E = ( 73 x 214) /240 = 65,091 34

E = ( 45 x 214) /240 = 40,13

Dari koefisien di atas dapat dibentuk daftar kontinensi dari frekuensi yang diharapkan yang dapat dilihat pada tabel 4.2.1 di bawah ini

Tabel 4.2.1 Daftar Frekuensi Yang Diharapkan

NO Tingkat Pendapatan Pendidikan Anak Jumlah

SD SLTP SLTA PT

1 Rp 250000 ≤ p < Rp 500000 1,75 0,8 1,83 1,12 5,5

2 Rp 500000 ≤ p < Rp 1000000 5,83 2,6 6,08 3,75 16,26

3 ≥ Rp 1000000 62,42 28,53 65,09 40.13 196,1

TOTAL 70 31,93 72,93 45 217,86

Tabel 4.2.2 Penentuan Harga Chi- Kuadrat

NO

ij

O Eij (OijEij) (OijEij)2 (OijEij)2/Eij

1 4 1,75 2,25 5,06 0,35

2 0 0,8 -0,8 0,64 0,8

3 2 1.83 0,17 0,03 0,02

4 0 1,12 -1,12 1,25 0,90

5 4 5,83 -1,83 3,35 0,57

6 2 2,6 -0,6 0,36 0,13

7 10 6,08 3,92 15,37 2,53

8 4 3,75 0,25 0,06 0,02

9 62 62,42 -0,42 0,18 0,01

10 30 28,53 1,47 2,16 0,08

11 61 65,09 -4.09 16,73 0,26

12 41 40,13 0,87 0,76 0,02

TOTAL 5,69

Jadi dari tabel 4.2.2 penentuan harga Chi-Kuadrat diperoleh:

2 X = ij ij ij E E O )2

( −

hit


(56)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Kita bandingkan dengan harga X yang terdapat di dalam tabeldengan derajat dk 2

(derajat kebebasan) = (b-1) (k-1)= (3-1) (4-1)= (2) (3) dan α = 0,05 diperoleh harga dari tabel X2(0,05)(6) = 12,59, ternyata X2hit < X2 yakni 5,69 < 12,59 jadi

0

H diterima maka H ditolak, artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan 1

orangtua terhadap pendidikan anak.

Untuk mengetahui derajat hubungan antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak maka ditentukan koefisien C ( derajat hubungan) sebagai berikut:

C =

N X

X hitung

hitung

+

2 2

C =

89 , 217 69 , 5

69 , 5

+ C = 0,16

Maka derajat hubungan antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak adalah 0,16

Untuk menentukan derajat asosiasi antara tingkat pendapatan orangtua dengan

pendidikan anak maka harga C tersebut dibandingkan dengan

maks C


(57)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009 maks C =

m m 1

maks C =

3 1 3−

maks

C = 0,82

Dengan membandingkan harga C dengan harga Cmaks sebagai berikut :

Q =

maks C

C

x 100

Q = 82 , 0

16 , 0

x 100

Q = 19,51

Berdasarkan ketentuan-ketentuan Darwis (1971) nilai Q berada antara 0,10 dan 0,29 maka dapat diketahui bahwa derajat hubungan antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak kurang erat

4.3 Evaluasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kecamatan Berastagi terhadap 100 sampel yang dipilih dengan cara cluster random sampling, yang pengkategorian


(58)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

tingkat pendapatan orangtua di Kecamatan Berastagi yaitu interval pendapatan Rp 250000 ≤ p < 500000, Rp 500000 ≤ p < 1000000 dan ≥ Rp 1000000

Dari hasil perhitungan Chi-Kuadrat diperoleh bahwa tingkat pendapatan orangtua tidak mempungai hubungan yang signifikan dengan pendidikan anak. Ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan bahwa dengan df = 6, α = 0,05 mempungai

hit

X2 < X tabel yaitu sebesar 5,69 < 12,59 2

Dari hasil perhitungan tersebut koefisien yang menunjukkan keeratan atau besar hubungan antara variable bebas dengan variable terikat, besar hubungan tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak dapat dilihat dengan membandingkan harga C dengan C maksimumnya, dan pada peneltian ini terlihat bahwa C = 0,16 dan Cmaks= 0,82 dan Q = 19,51%, sehingga dapat disimpilkan bahwa hubungan

antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak adalah kurang erat.


(59)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan evaluasi, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak di Kecamatan Berastagi, dan hubungan antara keduanya dapat dikatakan kurang erat dengan membandingkan harga C dan C maksimumnya.

2. Dari 100 sampel rumah tangga yang diambil secara acak terdapat 2 rumah tangga yang berada pada interval Rp 250000 ≤ p < Rp 500000, 10 rumah tangga yang berada pada interval pendapatan Rp 500000 ≤ p < Rp 1000000, dan 88 rumah tangga yang berada pada interval pendapatan ≥ Rp 1000000. Sedangkan jumlah anak yang saat ini berpendidikan SD sebanyak 70 anak ( 31,53%), SLTP sebanyak 34 anak (15,32%), SLTA sebanyak 73 anak (32,88%), dan PT sebanyak 45 (22,27%).

3. Dari 100 sampel rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang sumber pendapatannya sebagai PNS, 32 rumah tangga yang sumber pendapatannya sebagai wiraswasta, 55 rumah tangga yang sumber pendapatanya sebagai petani, dan 6 rumah tangga yang sumber pendapatannya termasuk kategori lainnya.


(60)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

4. Kesimpulan-kesimpulan di atas bukanlah merupakan hal yang mutlak, karena kesimpulan ini hanya dipengaruhi hanya 2 faktor yaitu tingkat pendapatan orangtua dan pendidikan anak

5. Tingkat pendidikan di Kecamatan Berastagi termasuk rendah karena sebagian besar penduduk berastagi lebih mengutamakan pertanian dari pendidikan.

5.2Saran

1. Diharapkan perlunya kesadaran orangtua terhadap pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya sehingga dapat menciptakan SDA yang berkulitas.

2. Untuk mendapatkan hubungan antara tingkat pendapatan orangtua terhadap pendidikan anak yang lebih teliti sebaiknya digunakan sampel yang lebih besar.

3. Pemerintah setempat khususnya dan pemerintah Indonesia umumnya agar dapat

lebih lebih memberikan perhatian kepada aspek pendidikan di Kecamatan Berastagi

dengan berupaya mencari berbagai kendala yang dihadapi masyarakat dalam usaha

meningkatkan pendidikan anak dan memberikan penjelasan pentingnya pendidikan


(61)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Agresti, Alan (1990). Categorical Data Analysis. Inc. Canada: John Wiley & Sons Adbul, Syani.1995. Pengantar Metode Statistik Non Parametrik. Jakarta: Pustaka Jaya

Saleh Samsubar. Statistik Non Parametrik. Jakarta: Pustaka Jaya Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito


(1)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

95 A.Sitepu. Wiraswasta Rp 2500000 1 - 1 - >=1000000

96 K.Sembiring Petani Rp 2500000 1 - 2 - >=1000000

97 P.Ginting Petani Rp 3500000 2 - - 1 >=1000000

98 S.Naibaho Pedagang Rp 7000000 - - - 1 500000<=p<1000000

99 J.Pasaribu Wiraswasta Rp 1525000 2 1 1 1 >=1000000


(2)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

KUISIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN ORANGTUA

TERHADAP PENDIDIKAN ANAK

DI KECAMATAN BERASTAGI

No Kuisioner : ... Nama Bapak : ... Pendidikan : ... Umur : ... Alamat : ... Pekerjaan : ... Nama Istri : ... Umur : ... Pendidikan : ... Pekerjaan : ... Pendapatan keluarga/bulan : Rp... Jumlah Anggota Keluarga : ...Orang Jumlah Tanggungan Keluarga

Istri : ...Orang Anak

SD : ...Orang SMP : ...Orang SMA : ...Orang P.Tinggi : ...Orang Keterangan:

Kuisioner ini ditujukan untuk penelitian tugas akhir.Mohon kepada bapak/ibu agar sudi kiranya memberikan jawaban dengan jujur dan benar.Atas bantuan bapak/ibu, saya ucapkan terimakasih

Hormat saya,


(3)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Jln.Bioteknologi No.1 Kampus USU Telp.(061)8211050-8214290 Fax.(061)8214290, Medan – 20155

Medan, 29 April 2009 Nomor : /H5.2.1.8/SPB/ 2009

Lamp : -

Hal : Pengumpulan Data Riset Mahasiswa Program Diploma III Statistika Jurusan Matematika

FMIPA USU Kepada Yth:

Bapak Camat Berastagi Di tempat

Dengan Hormat,

Bersama ini kami memohon kesediaan Bapak untuk menerima mahasiswa Diploma III Statistika Jurusan Matematika FMIPA USU untuk melakukan penelitian/pengumpulan data,atas nama :

NAMA NIM Program Studi

Kurniawan Sembiring 062407072 D3-STATISTIKA

Data yang dimaksud khusus dipergunakan untuk menyusun Tugas Akhir Mahasiswa Yang bersangkutan pada program Diploma III Statistika Jurusan Matematika FMIPA USU.

Demikian kami sampaikan, atas bantuan dan kerjasama yang baik kami ucapkan Terima kasih.

A.n Dekan FMIPA USU

Pembantu Dekan

Dr.Sutarman,M.Sc NIP.131 945 359


(4)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Tembusan

1. Ketua Pelaksana Program Diploma III Ilmu Komputer/Statistika 2. Arsip

PEMERINTAH KABUPATEN KARO

KECAMATAN BERASTAGI

Berastagi, 4 Mei 2009 Nomor : 140/ /D/ IV/2009

Sifat : Penting

Perihal : Mengadakan Penelitian/ Pengambilan Data di Kecamatan Berastagi.

Kepada Yth :Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan surat Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Nomor : 1382/ J05.I.28/PP/2009, hal Pengumpulan Data Riset Mahasiswa Program Studi Statistika Departemen Matematika FMIPA USU. dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa :

Nama : KURNIAWAN SEMBIRING

Nim : 062407072

Program Studi : DIII STATISTIKA

Adalah benar telah melakukan riset di Kecamatan Berastagi dan diteliti sesuai pengawasan kami.

Demikian kami sampaikan, atas kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.

A.n Camat Berastagi

Kepala Desa Rumah Berastagi

Drs. Moro Purba


(5)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

1. Camat Berastagi 2. Pertinggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA

PROGRAM DIPLOMA III KOMPUTER DAN STATISTIKA

Jalan Bioteknologi No 1 Kampus USU Telp (8211298, 8211212, 8211414) Medan 20155

NO

KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

Nama : Kurniawan Sembiring

Nomor Stam : 062407072

Nama Judul : HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN

ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI

KECAMATAN BERASTAGI

Dosen Pembimbing I : Drs, Djenda Djudjur Ginting, MS Tanggal mulai Bimbingan :

Tanggal selesai Bimbingan :

TANGGAL ASISTEN BIMBINGAN

PEMBAHASAN PADA ASISTENSI MENGENAI,

PADA BAB :

PARAF DOSEN

PEMBIMBING KETERANGAN

 Kartu ini harap dai kembalikan ke Jurusan Matematikbila bimbingan mahasiswa telah selesai

Diketahui Disetujui

Ketua Departemen Matematika Pembimbing Utama/


(6)

Kurniawan Sembiring : Hubungan Tingkat Pendapatan Orangtua Terhadap Pendidikan Anak Di Kecamatan Berastagi, 2009.

USU Repository © 2009

Dr. Saib Suwilo, M.Sc Drs, Djenda Djudjur Ginting, MS