29 Sumatera Utara yang digambarkan oleh PMA dan PMDN dilakukan dengan
menggunakan uji chow test.
3.4. Defenisi Operasional
Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, maka variabel- variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. SBI adalah suku bunga sertifikat bank sebagai acuan oleh bank-bank
umum yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam satuan persen. 2.
PDRB adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di Provinsi Sumatera Utara dalam satu tahun tertentu.
3. PMDN adalah jumlah penanaman modal dalam negri yang diinvestasikan
oleh investor dalam negri di Sumatera Utara. 4.
PMA adalah jumlah penanaman modal asing yang diinvestasikan oleh investor dalam negri dan investor asing di Sumatera Utara.
5. Inflasi adalah tingkat kenaikan harga yang cepat dan terus menerus terjadi
apabila pertumbuhan uang beredar meningkat yang cepat. 6.
Nilai Tukar Kurs adalah nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar dalam rupiah.
7. Kebijakan investasi adalah peraturan-peraturan yang mendukung investasi
di Sumatera Utara.
3.5. Model Analisis
Model analisis yang digunakan dalam variabel ini menggunakan persamaan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
30 � � � � =∝ +∝
� +∝ ��� +∝ �� �
+∝ � �� � + �
�
Dimana: Investasi : Penanaman Modal Asing PMA + Penanaman Modal Dalam Negeri
PMDN SBI
: Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Persen PDB
: Produk Domestik Bruto Milyar Rupiah INF
: Inflasi persen KURS : Nilai Tukar Mata Uang RpUS
3.6. Metode Analisis
3.6.1. Uji Stasioner Data Unit Root Test Sebagaimana telah diketahui bahwa data time series merupakan data yang
diambil dari suatu atau beberapa variabel dalam waktu yang berbeda-beda. Misalnya dengan rentang waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan dan
sebagainya. Sehingga data time series seringkali tidak stasioner sehingga menyebabkan hasil regresi yang meragukan regresi lancung. Regresi lancung
adalah situasi dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara statistik dan nilai koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antar
variabel di dalam model tidak saling berhubungan. Agar regresi yang dihasilkan tidak meragukan kita perlu merubah data tidak stasioner menjadi data stasioner.
Dalam uji stasioner ini digunakan Uji Akar Unit Unit Root Test atau
sering disebut dengan uji Augmented dickey
– Fuller ADF test dari setiap variabel dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Uji ini diperkenalkan
oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai ekspektasi rata-rata stochastic term error sama dengan nol dan varians
konstan maka setiap data runtun waktu dari variabel adalah stasioner Joni Manurung Adler Haymans Manurung, 2009. Uji ini dilakukan ketika error
Universitas Sumatera Utara
31 term
saling berkorelasi. Untuk mempermudah pemahaman dari pengujian akar unit, maka langkah pertama adalah dengan formulasi berikut :
Y = Yt-
1 + μt ; -1 1 Dimana:
μt adalah white noise error term Jika nilai
= 1, dalam kasus uji akar unit, persamaan diatas menjadi model random walk yang artinya data tidak stasioner. Selanjutnya dalam
pengujian akar unit, dilakukan manipulasi yaitu dengan mengurangkan masing- masing sisi kiri dan kanan dari persamaan diatas dengan Yt-1, sehingga
memperoleh persamaan: Yt - Yt-1 =
Yt-1 - Yt- 1 + μt
Yt - Yt-1 =
– 1Yt-1 + μt Secara alternatif juga dapat ditulis sebagai berikut:
Yt = Yt- 1 + μt
Dimana: =
– 1 = perbedaan pertama
Selanjutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis: H0 :
= 0 terdapat unit root, artinya data time series tidak stasioner H1 :
≠ 1 tidak terdapat unit root, artinya data time series stasioner
Jika tidak menolak hipotesis nol, berarti = 0, maka nilai =1. Artinya
data yang dianalisis memiliki unit root. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data runtun waktu Yt adalah tidak stasioner.
Universitas Sumatera Utara
32 Untuk mengubah data menjadi stasioner maka dapat dilakukan dengan
metode difference pembedaan. Untuk memahami metode ini, pertama harus menggunakan model random walk yang tidak stasioner:
Yt= Yt- 1 + μt
Yt -Yt-1 = μt
Yt = μt
Sehingga nilai rata – rata dari pembedaan pertama Yt bernilai nol atau EYt = 0
dan Var Yt =
2
, maka model tersebut menjadi stasioner.
3.6.2. Uji Chow Test
Untuk menguji apakah ada perbedaan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat pada masa sebelum krisis dan sesudah krisis digunakan
uji Chow test, dimana Chow test adalah alat untuk menguji test for equality of coefficients
atau uji kesamaan koefisien dan test ini ditemukan oleh Gregory Chow, oleh karena itu untuk membedakan hasil regresi pada tahun sebelum dan
sesudah krisis, selanjutnya digunakan model regresi Chow Test alat untuk menguji kesamaan koefisien.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil perhitungan dan analisis bagaimana bagaimana pengaruh PDRB, SBI, nilai tukar, dan inflasi terhadap pertumbuhan
investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012 dan apakah ada pengaruh dikeluarkannya UU No. 252007 tentang investasi terhadap pertumbuhan
investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012
4.1. Analisis Deskriptif
4.1.1 PMA dan PMDN
Berdasarkan data Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah BKPPMD Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan adanya peningkatan
realisasi investasi pada periode laporan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi Rp 621 miliar. Investasi didominasi oleh Penanaman Modal
Dalam Negeri PMDN 53,08 dengan realisasi sebesar Rp 329 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 158 miliar,
sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing PMA meningkat menjadi Rp 291 miliar, lebih tinggi dari tahun sebelumnya Rp 122 miliar. Perkembangan investasi
juga sejalan dengan penambahan jumlah proyek investasi pada triwulan IV-2012 menjadi 117 proyek dengan proyek PMA sebanyak 79 proyek dan proyek PMDN
sebanyak 38 proyek.
Universitas Sumatera Utara
34
Tabel 4.1 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara
Provinsi 2012
2012 Tw1
Tw2 Tw3
Tw4 P
I P
I P
I P
I P
I Sumatera Utara
38 1579 76
436 41 280 117 900 194 3196
PMA 30
155 48
159 31 122 79
209 133 645 PMDN
8 1424 28
277 10 158 38
691 61 2550
Sumber : www.bkpm.go.id P : Jumlah Proyek ; I : Nilai Investasi Rp Miliar
4.1.2 Inflasi
Pada periode awal 1998, tingkat inflasi tinggi sebesar 83,56 Tingkat inflasi yang tinggi ini karena dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun
1997. Selama tahun 1999-2000, tingkat inflasi Sumatera Utara mengalami penurunan dan penurunan yang tertinggi terjadi pada bulan Januari 1999 yaitu
sebesar 1,37 persen. Nilai tertinggi pada tahun 1998 merupakan dampak dari merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan faktor sosial politik yang tidak
aman, sehingga mengakibatkan harga barang dan jasa terus meningkat tajam sampai akhir tahun 1998. Laju inflasi tahunan dari tahun 2000-2004 sudah mulai
stabil dimana angkanya yang berada dibawah dua digit. Inflasi tahun 2000 jika dibandingkan dengan inflasi tahun 1999 meningkat secara tajam yaitu dari 1,37
persen menjadi 5,73 persen. Peningkatan laju inflasi ini diantaranya disebabkan adanya kenaikan tarif angkutan per 1 September 2000, kenaikan BBM per
Oktober 2000, Bulan PuasaRamadhan November 2000, Natal dan Lebaran Desember 2000. Secara umum pada tahun 2000-2005, inflasi terus terjadi
dengan nilai yang terbilang tinggi, yaitu dengan rata-rata mencapai 10 persen.
Universitas Sumatera Utara
35 Pada tahun 2005 laju inflasi kembali naik mencapai 22,41 persen. Ini
adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia 19971998. Penyesuaian terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak BBM diperkirakan menjadi faktor
utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional menyebabkan pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi
BBM. Laju inflasi tahun 2006 sebesar 6,11 persen sedangkan pada tahun 2007 sebesar 6,60 persen. Inflasi tahun 2008 mencapai 10,72 persen naik sebesar 4,12
persen bila dibandingkan dengan tahun 2007. Inflasi pada tahun 2008 selain dipengaruhi oleh krisis keuangan global, juga dipengaruhi oleh inflasi harga yang
diatur pemerintah dan bahan makanan yang bergejolak. Laju inflasi tahun 2009- 2010 menunjukkan kondisi yang relatif stabil dimana pada tahun 2009 inflasi
sebesar 2,61 persen dan tahun 2010 sebesar 8,00 persen. Ditahun 2011-2012 inflasi mengalami penurunan, ditahun 2011 inflasi mencapai 1,23 dan ditahun
2012 sebesar 3,86.
Sumber: BPS diolah Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara diolah
Grafik 4.1 Inflasi Sumatera Utara Tahun 2002-2012
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Universitas Sumatera Utara
36
4.1.3 PDRB
Untuk perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan tingkat KabupatenKota dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terlihat bahwa
Kota Medan masih merupakan daerah yang memiliki angka PDRB tertinggi di Sumatera Utara. Pada tahun 2011 Kota Medan memberikan sumbangan terhadap
PDRB Sumatera Utara ADHB sebesar 29,79 dan ADHK sebesar 30,47 , disusul oleh Kabupaten Deli Serdang berdasarkan ADHB sebesar 14,35 dan
ADHK 12,16. Secara umum memang terlihat kontribusi kawasan pantai Timur Sumatera Utara lebih dari 50 dibandingkan dengan kawasan dataran tinggi dan
pantai Barat. Hal ini akibat fasilitas infrastruktur yang memang lebih baik serta kontribusi dari sektor perkebunan dan industri pengolahan yang konsentrasinya
masih berada di kawasan pantai Timur Sumatera Utara.
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara diolah
Grafik 4.2 Grafik Struktur Sektor Pembentuk PDRB Tahun 2008-2012
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
2008 2009
2010 2011
2012 primer
sekunder tersier
Universitas Sumatera Utara
37
4.1.4 SBI
Kenaikkan suku bunga BI Rate yang mulai ditransmisikan ke suku bunga tabungan dapat meningkatkan animo masyarakat untuk menabung sebagai akibat
tingginya suku bunga yang diberikan bank. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha
akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Di Sumatera
Utara tingkat suku bunga juga turut mewarnai perekonomian yang sedang berlangsung.
Sumber: Bank Indonesia diolah
Grafik 4.3 Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Sumatera Utara Tahun 1986
– 2012
Berdasarkan tabel 4.3 digambarkan fluktuasi dari tingkat suku bunga simpanan masyarakat yang ada di bank umum Sumatera Utara. Suku bunga
tersebut naik turun mengikuti perkembangan perekonomian yang sedang berlangsung dari tahun ke tahun. Tingkat suku bunga Sumatera Utara pada tahun
5 10
15 20
25 30
35 40
1986 1987
1988 1989
1990 1991
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012
Universitas Sumatera Utara
38 2012 adalah sebesar 7.1 , lebih tinggi dari tahun 2011 yang hanya sebesar 4.006
.
4.1.5 Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan satuan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS yang berarti nilai yang mencerminkan harga mata uang Dollar AS dalam satuan
Rupiah. Berikut tabel 4.4 yang menjelaskan perkembangan nilai tukar di Sumatera Utara:
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.4 Perkembangan Nilai Tukar di Sumatera Utara Tahun 1986
– 2012
Tahun 1996 nilai kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp 2.383. Pada tahun 1997-1988 rupiah melemah secara drastis, pada tahun 1997 nilai tukar rupiah
mencapai Rp 4.650, melemah 95 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan krisis moneter yang dialami Indonesia. Demikian tahun-tahun
berikutnya masih menunjukkan rupiah melemah. Tahun 1998 melemah 73 persen mencapai Rp 8.025, hingga tahun 2001 mencapai Rp 10.400. Kemudian mulai
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
1986 1987
1988 1989
1990 1991
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012
Universitas Sumatera Utara
39 tahun 2002 rupiah kembali menguat yakni Rp 8.940. Pada tahun-tahun berikutnya
rupiah relatif stabil pada kisaran Rp 9.000-an. Pada tahun 2008 rupiah kembali melemah hingga Rp 10.450, namun kembali menguat pada tahun berikutnya.
Pada tahun 2012 kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp 12.142.
4.2 Uji Stasioner
Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkah- langkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama
merupakan langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series
yang digunakan mengandung kemungkinan memiliki akar unit yang menyebabkan data menjadi tidak stasioner pada level. Data yang memiliki akar
unit, mungkin saja hasil regresinya kelihatan bagus ternyata hasil tersebut menjadi tidak valid dan tidak mampu menggambarkan keadaan sesungguhnya yang
terjadi. Dalam penelitian ini akan digunakan uji stasioneritas Augmented Dickey Fuller
ADF. Apabila hasil dari pengujian ini menunjukkan nilai mutlak t-ADF lebih besar dari nilai mutlak MacKinnon critical values-nya maka data telah
stasioner pada taraf nyata sebesar lima persen atau satu persen. Dapat juga dilihat pada nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitasnya kurang dari taraf satu
persen, lima persen, dan sepuluh persen maka data tersebut stasioner pada taraf tersebut.
Universitas Sumatera Utara
40
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Akar Unit
Variabel Tingkat Stasioner
Level First Difference
t-stat Keterangan
t-stat Keterangan
INF
-5.198367
Stasioner
-6.126930
Stasioner Nilai Tukar
-1.408933
Tidak Stasioner
-4.161779
Stasioner PDRB
-2.423098
Tidak Stasioner
-5.255460
Stasioner Investasi
-5.302678
Stasioner
-10.70768
Stasioner SBI
-3.899096
Stasioner
-5.844482
Stasioner
Sumber: Output eviews Diolah Keterangan :
nilai kritis McKinnon pada α =1 nilai kritis McKinnon pada α = 5
nilai kritis McKinnon pada α =10
Dari tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa variabel inflasi, investasi, dan SBI stasioner pada tingkat level, sedangkan variabel nilai tukar PDRB tidak
stasioner pada tingkat level. Oleh karena itu, untuk melanjutkan pengujian selanjutnya semua variabel tersebut harus sama-sama stasioner. Sehingga
dilakukan uji akar unit pada tingkat first difference. Dari hasil uji akar unit dapat dilihat bahwa seluruh variabel telah stasioner.
Sehingga dari hal tersebut bisa dilakukan pengujian selanjutnya.
4.3. Estimasi PDRB, SBI, inflasi, dan nilai tukar mempengaruhi investasi