Analisis Pengaruh Kebijakan Investasi Terhadap Perkembangan Investasi di Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN INVESTASI

TERHADAP PERKEMBANGAN INVESTASI DI SUMATERA

UTARA

OLEH

AMIRA MEUTHIA SARI

100501075

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN PERSETUJUAN PERCETAKAN

Nama : ANGGITA MEUTHIA SARI

NIM : 100501075

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kebijakan Investasi Terhadap Perkembangan Investasi Di Sumatera Utara

Tanggal, Ketua Program Studi

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Se, Ph.D NIP : 19710503 200312 1 003

Tanggal, Ketua Departemen

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP : 19730408 199802 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN PERSETUJUAN PERCETAKAN

Nama : AMIRA MEUTHIA SARI

NIM : 100501075

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggelapan Pajak Di Indonesia

Tanggal, Dosen Pembimbing

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec NIP : 19730408 199802 1 001

Tanggal, Pembaca Penilai

Drs. Rujiman, M.A


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Kebijakan Investasi Terhadap Perkembangan Investasi Di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga, sumber tertentu, dan hasil karya orang lain telah mendapat izin dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukannya ada kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2015

Amira Meuthia Sari NIM. 100501075


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel bebas, yaitu inflasi, PDRB, nilai tukar, dan SBI terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara menggunakan data time series tahun 1986-2012 serta menganalisis apakah ada pengaruh dikeluarkannya UU No. 25/2007 tentang investasi terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara.

Dengan menggunakan metode uji chow test dapat dilihat bahwa tidak terdapat pengaruh dikeluarkannya UU No. 25/2007 tentang investasi terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara. Selanjutnya variabel PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012, nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012, inflasi dan SBI tidak signifikan berpengaruh terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.


(6)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze how independent variables, such as inflation, gross domestic regional product, interest rate, and exchange rate to investment development in North Sumatera using time series data covering the period 1986-2013 and analyzing if there’s an effect on issuing UU No. 25/2007 on investment developing in North Sumatera.

Using the Chow Test indicates that there is no effect on issuing UU No. 25/2007 on investment developing in North Sumatera. Next, gross domestic regional product gave a positive and significantly associated with investment in North Sumatera from 1986-2012 while inflation and interest rate gave a negative and no significantly with investment in North Sumatera from 1986-2012.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kebijakan Investasi Terhadap Perkembangan Investasi di Sumatera Utara”. Oleh berkat-Nya juga lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir yang harus di tempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa dukungan materil, sumbangan pemikiran dan doa dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Orang tua penulis, Papa dan Mama yang senantiasa memberikan saya kasih sayang, doa, dukungan semangat dan materil selama ini. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk Abang saya, yang telah memberikan beberapa bantuan kepada saya selama penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ac, Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Sumatera Utara.

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis, memberikan saran, pengarahan, petunjuk-petunjuk, dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Paidi


(8)

Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membacanya.

Medan, Juni 2015 Penulis

Amira Meuthia Sari NIM. 100501075


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR……….. viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Investasi ... 13

2.1.1 Pengertian Investasi……….. ... 13

2.1.2 Jenis-Jenis Investasi……… ... 14

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi……… . 15

2.1.3.1Suku Bunga ... 15

2.1.3.2PDRB……….. . 16

2.1.3.3PMDN Dan PMA……… . 17

2.1.3.4Nilai Tukar……….. . 18

2.1.3.5Inflasi……….. ... 18

2.1.3.5.1 Jenis-Jenis Inflasi……….. . 18

2.1.4 Tujuan Dasar Kebijakan Investasi……….... 17

2.2 Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Investasi……… ... 19

2.2.1 Pengertian Kebijakan Investasi……….. ... 19

2.2.2 Kebijakan Investasi……… .. 20

2.2.3 Tujuan Dasar Kebijakan Investasi ... 24

2.3 Penelitian Terdahulu………... 24

2.4 Kerangka Konseptual ... 26

2.5 Hipotesis Penelitian………. . 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup ... 28

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 28

3.3 Batasan Operasional ………. ... 28

3.4 Defenisi Operasional ……… ... 29

3.5 Model Analisis………... 29

3.6 Metode Analisis ... 30

3.6.1 Uji Stasioner Data………... 30


(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif... 33

4.1.1 PMA dan PMDN……….. ... 33

4.1.2 Inflasi……… ... 33

4.1.3 PDRB……….. ... 36

4.1.4 SBI ... 37

4.1.5 Nilai Tukar ... 38

4.2 Uji Stasioner……… ... 39

4.3 Estimasi PDRB, SBI, inflasi, dan nilai tukar mempengaruhi investasi di Sumatera Utara……… 40

4.4 Uji Chow Test ... 41

4.5 Pengujian Signifikansi ... 42

4.5.1. Koefisien Determinasi ... 42

4.5.2. Uji F ... 42

4.5.3. Uji T... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Realisasi Investasi PMDN di Provinsi Sumatera Utara

1968-2013……… ... 3

1.2 Realisasi Investasi PMA di Provinsi Sumatera Utara 1968-2013……… ... 4

1.3 PDRB atas harga berlaku Sumatera Utara dari sisi permintaan……… 7

4.1 Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara ... 34

4.2 Hasil Pengujian Akar Unit... 40

4.3 Hasil Regresi ... 41

4.4 Uji Chow Test ... 41

4.5 Nilai F-Tabel ... 43

4.6 Nilai T-Tabel ... 43


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(13)

DAFTAR GRAFIK

No. Grafik Judul Halaman

4.1. Inflasi Sumatera Utara Tahun 2002-2012 ... 35 4.2. Struktur Sektor Pembentuk PDRB Tahun 2008-2012 .... 36 4.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Sumatera Utara

Tahun 1987-2013 ... 37 4.4. Perkembangan Nilai Tukar di Sumatera Utara Tahun


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel bebas, yaitu inflasi, PDRB, nilai tukar, dan SBI terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara menggunakan data time series tahun 1986-2012 serta menganalisis apakah ada pengaruh dikeluarkannya UU No. 25/2007 tentang investasi terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara.

Dengan menggunakan metode uji chow test dapat dilihat bahwa tidak terdapat pengaruh dikeluarkannya UU No. 25/2007 tentang investasi terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara. Selanjutnya variabel PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012, nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012, inflasi dan SBI tidak signifikan berpengaruh terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.


(16)

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze how independent variables, such as inflation, gross domestic regional product, interest rate, and exchange rate to investment development in North Sumatera using time series data covering the period 1986-2013 and analyzing if there’s an effect on issuing UU No. 25/2007 on investment developing in North Sumatera.

Using the Chow Test indicates that there is no effect on issuing UU No. 25/2007 on investment developing in North Sumatera. Next, gross domestic regional product gave a positive and significantly associated with investment in North Sumatera from 1986-2012 while inflation and interest rate gave a negative and no significantly with investment in North Sumatera from 1986-2012.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi atau penanaman modal merupakan salah satu variabel yang penting dalam sebuah perekonomian. Pertama, investasi mendorong pertambahan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi) secara berlipat ganda lewat proses multiplier. Kedua investasi juga akan mendorong penciptaan lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja ini akan mengurangi pengangguran. Berkurangnya pengangguran akan mengurangi kemiskinan. Dan berkurangnya kemiskinan akan berdampak pada teratasinya masalah-masalah lain seperti gizi buruk, buta huruf, kejahatan dan lain-lain. Ketiga, investasi juga bisa dipakai sebagai alat untuk pemerataan baik pemerataan antar daerah, antar sektor dan antar perorangan. Investasi sebagai alat pemerataan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan berjalan sendiri atau dibiarkan berjalan menuruti mekanisme pasar tetapi harus ada intervensi pemerintah. Misalnya saja pemerintah bertujuan untuk memperkecil ketimpangan ekonomi antar dua daerah (daerah yang satu maju dan yang satu tertinggal). Maka ketimpangan itu bisa diatasi salah satunya dengan mengarahkan investasi ke daerah yang tertinggal. Caranya ada macam-macam, misalnya memberi insentif pembebasan pajak bagi investor yang bersedia berinvestasi di daerah yang tertinggal, mempermudah izin investasi di daerah tertinggal agar investor tertarik menanamkan modalnya di sana, dan banyak kebijakan lain. Indonesia pada skala nasional dan juga provinsi serta kabupaten dan kota di Indonesia pada skala regional masih membutuhkan investasi yang besar karena


(18)

masih menghadapi berbagai masalah perekonomian, seperti pengangguran, kemiskinan dan lain-lain.

Setelah krisis ekonomi 1998, ekonomi Indonesia sudah kembali menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata pertahun relatif masih lambat dibandingkan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand, atau masih jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-rata pertahun yang pernah dicapai oleh pemerintah orde baru, khususnya pada periode 1980-an hingga pertengahan 1990-an. Salah satu penyebabnya adalah masih belum intensifnya kegiatan investasi, termasuk arus investasi dari luar terutama dalam bentuk penanaman modal asing (PMA). Padahal era Orde Baru membuktikan bahwa investasi, khususnya PMA, merupakan faktor pendorong yang sangat krusial bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Terutama melihat kenyataan bahwa sumber perkembangan teknologi, perubahan struktural, diversifikasi produk, dan pertumbuhan ekspor di Indonesia selama Orde Baru sebagian besar karena kehadiran PMA di Indonesia. Banyak sekali faktor-faktor yang sebagian besar saling terkait satu sama lainnya dengan pola yang sangat kompleks yang menyebabkan lambatnya pemulihan investasi di Indonesia hingga saat ini. Faktor-faktor tersebut mulai dari yang sering disebut di media masa yakni masalah keamanan, tidak adanya kepastian hukum, dan kondisi infrastruktur yang buruk, hingga kondisi perburuhan yang semakin buruk. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara yang juga ditopang oleh peran investasi. Semenjak krisis keuangan global tahun 2008, pertumbuhan ekonomi


(19)

Sumatera Utara rata-rata diatas 6 % pertahun. Namun, krisis global yang masih terus berlanjut yang diikuti dengan krisis energi di Sumatera Utara telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi selama 4 tahun terakhir sedikit mengalami penurunan. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mencapai 6,35 % sedangkan pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 6,01 %. Sebagaimana fenomena nasional secara makro pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara ditopang oleh konsumsi, sementara peranan investasi masih relatif kecil. Pada tahun 2013, sumbangan konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara mencapai 4,75% sedangkan investasi sekitar 1,85%. Penigkatan peranan investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara menjadi sangat penting agar pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi di masa yang akan datang. Peranan investasi yang berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) di Sumatera Utara telah mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Di bawah ini adalah tabel realisasi investasi PMDN di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 1.1

Realisasi investasi PMDN di Provinsi Sumatera Utara 1968-2013 Tahun Nilai realisasi investasi PMDN (Rp juta)

1968-1977 1.509.599,68

1978-1987 1.372.631,08

1988-1997 4.753.497,24

1998-2007 6.638.544,91

2008-2013 13.459.300,42

Total 27.733.573,33


(20)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan PMDN di Sumatera Utara cukup baik selama tahun 1968-2012 dan menunjukkan tren yang semakin meningkat. Selama 44 tahun, jumlah PMDN di Sumatera Utara telah mencapai Rp.24,062 triliun. Diawal pemerintahan orde baru (1968-1977), realisasi investasi domestik cukup baik yaitu mencapai Rp.1,509 triliun. Pembangunan sarana dan prasarana yang menjadi fokus pemerintah pada repelita I repelita II, direspon positif oleh investor lokal dengan melakukan investasi yang cukup besar.

Resesi perekonomian dunia dipertengahan tahun 1980an membawa dampak yang kurang baik bagi investasi dalam negeri di Sumatera Utara. Pada tahun 1978-1987, realisasi di Sumatera Utara sedikit mengalami penurunan. Pada dekade ini, jumlah realisasi investasi PMDN hanya mencapai Rp.1,372 triliun. Selain itu memberikan dampak yang kurang baik juga bagi investasi asing di Sumatera Utara. Di bawah ini adalah tabel realisasi investasi PMA di Sumatera Utara tahun 1968-2013:

Tabel 1.2

Realisasi investasi PMA di provinsi Sumatera Utara 1968-2013

Tahun Nilai realisasi investasi PMA (Ribu USD)

1968-1977 2.223.165

1978-1987 92.477

1988-1997 2.339.095

1998-2007 2.406.418

2008-2013 3.055.481

Total 10.116.637

Sumber : BPMP SUMUT

Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa perkembangan PMA di Sumatera Utara mengalami dinamika selama tahun 1968-2012. Total investasi asing di Sumatera Utara selama lebih dari 44 tahun telah berjumlah USD 8,175 miliar.


(21)

Pada awal pemerintahan orde baru (1968-1977) realisasi investasi sangat signifikan, yaitu sekitar USD 2,2 miliar. Resesi perekonomian dunia di pertengahan tahun 1980-an membawa dampak yang kurang baik bagi investasi asing di Sumatera Utara. Pada tahun 1978-1987, realisasi investasi di Sumatera Utara mengalami penurunan yang cukup signifikan mencapai USD 92,48 juta.

Keberadaan investasi swasta baik investasi PMDN maupun PMA merupakan sumber pembiayaan pembangunan eksternal yang produktif dan aman, sehingga investasi swasta diharapakan memainkan peranan penting dalam membentuk pola pembangunan di Sumatera Utara. Besar kecilnya investasi yang masuk ke suatu daerah akan menyebabkan terbentuknya modal daerah, hal ini merupakan konsekuensi logis dari terbatasnya sumber daya, teknologi dan modal yang dimiliki suatu daerah khususnya di Sumatera Utara.

Profil ekonomi Sumatera Utara dapat juga dilihat pada pola perkembangan suku bunga kredit yang di tandai dengan beberapa hal penting seperti perubahan pada suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI), inflasi, dan suku bunga luar negeri. Kenaikan suku bunga SBI yang tertinggi pernah terjadi pada tahun 1997, yaitu mencapai lebih dari 70%. Pada saat itu, kenaikan suku bunga SBI dimaksudkan untuk membatasi ekspansi kredit perbankan dan menarik uang beredar dari sistem perbankan yang di konversikan ke dalam SBI di Bank Indonesia. Akibat terjadinya Bank Panic pada tahun 1997, maka pada 1998 Bank Indonesia menaikkan suku bunga deposito tertinggi menjadi 52,32%. Dengan tujuan untuk menaikkan tingkat liquiditas bank, tahun 1998-2000 semua suku bunga mengalami penurunan. Namun pada tahun 2001, suku bunga deposito naik


(22)

lebih tinggi dibandingkan kenaikan suku bunga lain, sehingga menyebabkan pergeseran preferensi masyarakat dalam menempatkan dana. Kondisi ini dirasa tidak memperbaiki kondisi sektor perbankan, maka suku bunga ditekan agar menjadi semakin rendah, sehingga spreat dengan suku bunga luar negeri tidak terlalu tinggi. Pada 2004, suku bunga domestik secara keseluruhan mencapai titik yang relatif rendah dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya, namun kembali meningkat mulai tahun 2005.

Suku bunga juga berkaitan erat dengan inflasi, terutama bila suku bunga digunakan sebagai sasaran antara kebijakan moneter. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat untuk mengolah inflasi, namun dilain pihak suku bunga nominal juga akan di pengaruhi oleh peningkatan ekspetasi. Semakin tinggi inflasi maka suku bunga akan mengalami kenaikan karena selisih antara suku bunga nominal dan inflasi mencerminkan beban sesungguhnya dari biaya suku bunga yang dihadapi individu dan perusahaan.

Kenaikan inflasi akan diikuti oleh kenaikan suku bunga, merupakan bentuk kebijakan moneter kontraksi agar tidak terjadi ekspansi yang tidak berlebihan. Apabila tidak terjadi ekspansi kredit maka perekonomian diharapkan akan lebih stabil sehingga menekan terjadinya inflasi. Kebijakan uang ketat dengan cara menaikkan suku bunga di satu sisi dapat meredam terjadinya inflasi, namun di sisi lain , kebijakan ini dapat mengorbankan sektor riil. Tingginya suku bunga kredit akan menyebabkan sektor riil tidak dapat mengembangkan usaha, menghambat investasi baru yang berakibat melemahnya dunia usaha.


(23)

Profil ekonomi Sumatera Utara dapat juga dilihat pada pola penggunaan PDRB. Penggunaan PDRB yang juga mengalami peningkatan adalah perubahan modal tetap bruto. Sejak tahun 2001-2013, kontribusi pengeluaran investasi terhadap PDRB di Sumatera Utara mengalami peningkatan yang cukup baik. Kontribusi perubahan modal tetap bruto terus mengalami peningkatan dari 15,68% tahun 2001 menjadi 21,57% tahun 2013. Peningkatan kontribusi terhadap PDRB Sumatera Utara menunjukkan bahwa keyakinan investor terhadap investasi di Sumatera Utara cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 1.3

PDRB atas harga berlaku Sumatera Utara dari sisi permintaan

No. Permintaan Kontribusi terhadap PDRB (%)

2001 2005 2008 2013

1 Konsumsi RT 58,01 53,32 56,13 59,74

2 Konsumsi Nirlaba 1,09 0,47 0,44 0,31

3 Konsumsi Pemerintah 5,98 8,46 9,54 9,86

4 Perubahan modal tetap bruto 15,68 16,18 19,97 21,57

5 Perubahan stock 3,45 4,20 0,90 0,63

6 Ekspor 37,77 42,92 42,86 42,33

7 Impor 21,25 25,54 29,83 34,44

Total 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari beberapa studi yang telah dilakukan para peneliti yang menemukan beberapa hal yang menjadi masalah dalam investasi di suatu daerah atau negara. Menurut laporan bank dunia mengenai iklim investasi (world bank, 2005) mengatakan terdapat faktor terpenting dalam menarik investasi, antara lain stabilitas ekonomi makro, tingkat korupsi, birokrasi dan kepastian kebijakan ekonomi. Sedangkan studi yang dilakukan oleh KPPOD (2005) tentang daya tarik investasi kabupaten/kota di Indonesia tahun 2004 menyatakan terdapat lima faktor utama pembentuk daya tarik investasi daerah yaitu faktor kelembagaan, faktor


(24)

sosial politik, faktor ekonomi daerah, faktor tenaga kerja dan produktivitas serta faktor infrastruktur fisik. Sementara itu studi yang dilakukan oleh survey WEF(2007) menunjukkan bahwa masalah utama yang dihadapi pengusaha di Indonesia berturut-turut adalah masalah infrastruktur yang buruk, birokrasi yang tidak efisien, akses dana terbatas, kebijakan yang tidak stabil dan perpajakan.

Pokok permasalahan yang menjadi pembahasan utama dari tulisan ini adalah iklim investasi yang sangat kompleks, yang implikasinya adalah bahwa kebijakan investasi tidak bisa berdiri sendiri. Dalam kata lain, bagaimanapun bagusnya suatu kebijakan investasi, efektivitas dari kebijakan tersebut akan tergantung pada banyak faktor lain di luar wilayah kebijakan investasi, karena faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan investasi atau membukan usaha baru di Indonesia.

Realisasi investasi di Indonesia menyebutkan bahwa buruknya tingkat persaingan indonesia di tingkat global menyebabkan pemerintah mengambil sejumlah kebijakan. Langkah-langkah strategis pemerintah diantaranya adalah menerbitkan instruksi presiden nomor 3 tahun 2006 tentang paket kebijakan perbaikan iklim investasi, Paket kebijakan infrastruktur kebijakan pada bulan juli 2006, Paket kebijakan sektor keuangan dan kebijakan yang menanggung kemungkinan terjadiya sebagian resiko negara pada proyek-proyek investasi infrastruktur. Seluruhnya telah memberikan signal-signal positif atas tekat pemerintah untuk memperbaiki iklim usaha dan investasi.


(25)

Ada beberapa kasus masalah tentang kebijakan investasi seperti yang dikutip dari media masa (Kompas.com) pada jumat 20 september 2013 yang menyebutkan bahwa:

“... Program investasi langsung yang digalakkan pemerintah dinilai tak mampu membantu pemerataan ekonomi sehingga masih banyak masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Sekjen Korsesoum Perbaruan Agraria Irwan Nurdin menjelaskan, hal tersebut tersebut terjadi karena tidak adanya peraturan yang jelas mengenai investasi oleh pemerintah. Menurutnya, pemerintah gagal mengontrol investor-investor asing yang masuk. “Investasi yang tidak dapat diatur ini akan terus tumbuh liar dan akan berdampak luar biasa“, kata Iwan dalam diskusi rakyat bertemakan: Politik investasi di kantor kontras, Jakarta.

Selain itu dikutip dari Republika.co.id pengamat ekonomi Kwik Kian Gie menilai paket kebijakan ekonomi pemerintah untuk mengatasi masalah ekonomi sebagai langkah yang kurang efektif. Khusuhnya kebijakan terkait dengan investasi. Penyederhanaan pemberian izin berinvestasi oleh satu atap, yaitu BKPM itu sudah disuarakan berpuluh-puluh tahun. Tetapi sama sekali tidak signifikan mengatasi masalah yang terjadi sekarang. Menurut Kwik, investor yang berinvestasi di Indonesia sudah menerima resiko lamanya menunggu pemberian izin. Maka, pada masa lampau terjadi “Boom” dalam investasi walaupun menunggu proses perijinan itu lama seperti yang masih berlaku sekarang Kwik juga mengatakan pelayanan di bawah satu atap untuk pemberian izin berinvestasi, terutama dalam industri, memang tidak mungkin karena sangat banyak aspek


(26)

yang harus diteliti yang melibatkan keahlian dari berbagai kementrian. Kwik juga menyoroti kebijakan percepatan peraturan presiden tentang daftar negatif investasi yang lebih ramah terhadap investor. Dia menilai hal itu sebagai kebijakan yang tidak adil bagi investor dalam negeri dan belum tentu dapat menarik investor asing di tengah situasi pasar yang tidak tenang. Kebijakan itu sangat tidak adil tehadap investor dalam negeri yang sudah melakukan investasi atas dasar DNI yang ada.

Basri (2011) di Jakarta, mengungkapkan bahwa menurutnya investasi tahun 2013 akan melambat. Selain itu, pihaknya memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi tahun 2013 akan terkoreksi pada 5,9 %. Hal ini menandakan bahwa akan ada penurunan di beberapa sektor, salah satunya investasi yang melambat. Melambatnya investasi dan pertumbuhan ekonomi di 2013 itu terkait dengan kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdangan. Jika pertumbuhan ekonomi melambat maka investasi akan melambat, dan oleh sebab itu impor juga akan melambat. Kebijakan pemerintah lainnya yang akan melambat pertumbuhan investasi nasional, adalah kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) sebesar lima puluh basis point dari 6,5% menjadi 7%. Dia menjelaskan bahwa suku bunga yang meningkat maka dengan sendirinya menyebabkan investasi akan melambat. Kebijakan dari BI tersebut berimplikasi pada investasi yang akan melambat.


(27)

Melihat kondisi dan perkembangan investasi tersebut maka penulis tertarik untuk menyajikan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kebijakan Investasi Terhadap Perkembangan Investasi Di Provinsi Sumatera Utara. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap investasi di Sumatera Utara sebelum dan seudah krisis.

2. Bagaimana pengaruh tingkat Suku Bunga terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara sebelum dan seudah krisis.

3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara sebelum dan seudah krisis.

4. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara sebelum dan seudah krisis.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasakan masalah yang telah disimpulkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh PDRB terhadap investasi di Sumatera Utara sebelum dan seudah krisis.

2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh SBI terhadap investasi di Sumatera Utara sebelum dan seudah krisis.

3. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Nilai Tukar terhadap investasi di Sumatera Utara sebelum dan seudah krisis.


(28)

4. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Inflasi terhadap investasi di Sumatera Utara sebelum dan seudah krisis.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi pengambil kebijakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan saran sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang sesuai untuk mengatasi masalah yang timbul dalam kebijakan investasi di Sumatera Utara.

2. Memberikan informasi bagi para akademis, diharapkan dapat memperluas wawasan berfikir, mengaplikasikan teori ke dalam fakta yang terjadi dalam perekonomian dan upaya pemecahan masalah kebijakan investasi di Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya untuk menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan investasi.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan umum tentang investasi 2.1.1. Pengertian investasi

Investasi adalah faktor utama dan strategis dalam proses pembangunan ekonomi. Investasi bahkan disebut sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Proses ini berjalan melewati tiga tingkatan (1) kenaikan volume tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung (2) keberadaan kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan agar dapat dialihkan menjadi dana yang dapat di investasi swastakan (3) penggunaan tabungan untuk tujuan investasi swasta dalam barang-barang modal pada perusahaan. Pembentukan modal juga berarti pembentukkan keahlian karena keahlian kerap kali berkembang sebagai akibat pembentukan modal (Jhingan,2007).

Investasi menurut Sukirno,2006 ialah kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi suat perekonomian.

Nopirin (2000) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi investasi adalah tingkat bunga,penyusutan,kebijaksanaan perpajakan serta perkiraan tentang penjualan dan kebijaksanaan ekonomi.


(30)

2.1.2. Jenis-Jenis Investasi

Menurut jangka waktunya investasi dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Investasi lancar, adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang. Investasi jangka pendek dapat terlihat dalam aktiva lancar.

2. Investasi jangka panjang (pengeluaran modal), adalah investasi selain investasi lancar yang dimaksudkan untuk dimiliki dan digunakan lebih dari satu tahun. Investasi jangka panjang atau pengeluaran modal dapat terlihat dari jenis-jenis aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.

Investasi dalam aktiva tetap dapat dibedakan berdasarkan tujuannya sebagaimana yang dinyatakan oleh Riyanto (1995) adalah sebagai berikut:

1. Investasi penggantian, adalah investasi dalam aktiva tetap yang bertujuan untuk mengganti aktiva tetap yang sudah aus (wear-out) atau usang (obselete) agar produksi dapat tetap dilanjutkan.

2. Investasi penambahan kapasitas, adalah investasi dalam aktiva tetap yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi seperti penambahan jumlah mesin, atau pembukaan pabrik baru.

3. Investasi penambahan jenis produk baru, adalah investasi dalam aktiva tetap yang dilakukan untuk menghasilkan produk baru disamping tetap menghasilkan produk yang telah diproduksi pada saat ini.

4. Investasi lain-lain, adalah investasi dalam aktiva tetap yang tidak termasuk kedalam ketiga kategori ini misalnya investasi untuk pemasangan alat


(31)

pemanas (heater), alat pendingin (air conditioner), pemasangan sistem musik dimaksudkan untuk dapat meningkatkan moral para karyawan. 2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Investasi

2.1.3.1.Suku Bunga

Suku bunga merupakan faktor yang sangat penting dalam menarik investasi karena sebagian besar investasi biasanya dibiayai dari pinjaman bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka akan mendorong investor untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka ia akan melakukan investasi. 2.1.3.2.PDRB

PDRB merupakan penjumlahan dari semua barang dan jasa akhir atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu daerah dalam periode waktu tertentu (satu tahun). Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu dapat digunakan tiga cara penghitungan, yaitu:

1. Cara Produksi : Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang atau jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor lapangan usaha pada suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

2. Cara Pengeluaran : Menurut cara ini pendapatan nasional adalah jumlah nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok, dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor).


(32)

3. Cara Pendapatan: Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukan kondisi perekonomian regional setiap tahun.

Manfaat yang didapat atau diperoleh adalah : 1. PDRB atas dasar harga berlaku/nominal:

Menunjukan kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah/ propinsi. Nilai PDRB yang besar menunjukan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar pula.

Menunjukan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu wilayah/propinsi.

2. PDRB atas dasar haraga konstan:

Menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/ setiap sektor ekonomi dari tahun ke tahun.

Mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi, dan perdagangan luar negeri, perdagangan antar pulau/ antar propinsi.

Setelah melihat pada uraian PDRB di atas dapat diambil kesimpulan bahwa PDRB merupakan nilai secara keseluruhan dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat/ warga dalam suatu wilayah atau daerah dalam waktu tertentu (satu tahun). PDRB juga merupakan ukuran laju pertumbuhan suatu daerah. PDRB dalam hal ini juga dapat berarti jumlah nilai tambah yang timbul


(33)

dari semua unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (Prasetyo, 2011).

2.1.3.3.PMDN Dan PMA

Penggairahan iklim investasi di Indonesia dijamin keberadaannya dengan adanya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Kedua undang-undang ini kemudian dilengkapi dan disempurnakan, dimana UU No. 1 Tahun 1967 tentang PMA disempurnakan dengan UU No. 11 Tahun 1970 dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 1970. Definisi penanaman modal asing (PMA) antara lain sebagai alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia, Sedangkan definisi penanaman modal dalam negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi. 2.1.3.4.Nilai Tukar

Menurunnya kurs Dollar terhadap rupiah berpengaruh positif terhadap ekonomi dan pasar modal, sebaliknya kurs dollar terhadap rupiah berpengaruh negatif (Farid Harianto, 2000). Melemahnya rupiah akan menyebabkan pasar modal dalam negeri kurang menarik karena adanya resiko nilai tukar yang menyebabkan penurunan nilai investasi dan mempunyai hubungan negatif


(34)

terhadap return saham. Sebaliknya, hubungan antara nilai tukar dollar terhadap rupiah bisa saja berpengaruh positif bila investor berasal dari luar negeri dan menggunakan mata uang asing sehingga semakin terdepresiasinya mata uang rupiah akan menyebabkan investor luar cenderung melepas mata uang asingnya untuk membeli saham yang harganya turun karena pengaruh kurs mata uang. 2.1.3.5.Inflasi

Kenaikan harga barang dapat bersifat sementara atau berlangsung terus-menerus. Ketika kenaikan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama dan terjadi hampir pada seluruh barang dan jasa maka gejala ini disebut inflasi. Jadi, kenaikan harga pada satu atau dua jenis barang tidak dapat dikategorikan sebagai inflasi.

2.1.3.5.1. Jenis-jenis Inflasi

Jenis-jenis inflasi bisa kita bedakan berdasarkan tingkat keparahannya, penyebabnya dan berdasarkan asal terjadinya.

1) Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

oInflasi rendah. Inflasi dikatakan rendah jika kenaikan harga berjalan sangat lambat dengan persentase kecil, yaitu di bawah 10% setahun. oInflasi sedang. Suatu negara dikatakan mengalami inflasi sedang, jika

persentase laju inflasinya sebesar 10% – 30% setahun.

oInflasi tinggi. Inflasi dikatakan tinggi jika laju inflasinya berkisar 30% – 100% setahun.

oHiperinflasi. Hiperinflasi dapat terjadi jika laju inflasinya di atas 100% setahun. Apabila suatu negara mengalami hiperinflasi, maka masyarakat


(35)

tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap uang, mereka lebih memilih menukarkannya dengan barang tertentu.

2) Inflasi berdasarkan Penyebabnya.

Inflasi dapat pula dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu: - Demand-pull inflation

- Cost-push inflation

3) Inflasi Berdasarkan Asalnya.

Berdasarkan asalnya inflasi dibedakan menjadi berikut ini:

oInflasi karena defisit APBN. Inflasi jenis ini terjadi sebagai akibat adanya pertumbuhan jumlah uang yang beredar melebihi permintaan akan uang.

oImported inflation. Imported inflation yaitu inflasi yang terjadi di suatu negara, misalnya beberapa barang di luar negeri yang menjadi faktor produksi di suatu negara, harganya meningkat, maka kenaikan harga tersebut mengakibatkan meningkatnya harga barang di negara tersebut. 2.2 Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Investasi

2.2.1 Pengertian Kebijakan Investasi

Kebijakan investasi suatu negara dapat mempengaruhi perdagangan, terutama pada era globalisasi perdagangan dan investasi. Kegiatan akan mendorong peningkatan aktivitas perdagangan, dan sebaliknya perdagangan akan mendorong investasi lebih lanjut. Kebijakan investasi adalah ketentuan tertulis yang mengatur dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan penanaman modal/investasi di Indonesia.


(36)

2.2.2. Kebijakan investasi

Terdapat beberapa kebijakan investasi yaitu : 1. Tahun 1980 S/D 2004

Undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing sebagai mana telah diubah dengan undang-undang nomor 11 tahun 1970.

Undang- undang nomor 6 tahun 1968 tenang penanaman modal dalam negeri sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 12 tahun 1970.

Keputusan presiden RI No.97 tahun 1993 tentang ketentuan pokok tata cara penanaman modal.

Keputusan menteri negara penggerak dana investasi/ketua badan koordinasi penanaman modal no.21/SK/1996 tentang tata cara permohonan penanaman modal yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.

2. Tahun 2004 S/D 2007

Undang –undang nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 11 tahun 1970. Undang-undang nomor 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam

negeri sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 12 tahun 1970.

Keputusan presiden nomor 96 tahun 2000 tentang bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu bagi


(37)

penanaman modal sebagaimana terlah diubah dengan keputusan presiden nomor 118 tahun 2000.

Keputusan presiden nomor 29 tahun 2004 tentang penyelenggaran penanaman modal dalam rangka penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri melalui sistem pelayanan satu atap. Keputusan kepala badan koordinasi penanaman modal nomor

27/SK/2004 tentang pedoman dan tatacara permohonan penanaman modal yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing sebagaimana telah diubah dengan keputusan kepala badan koordinasi penanaman modal nomor 70/SK/2004.

3. Tahun 2007 S/D 2010

Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.

Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan oemerintah antara pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kab/kota.

Peraturan presiden nomor 76 tahun 2007 tentang kriteria dan persyaratan penyusunan bidang usaha tertutup dan bidang usaha terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal.

Peraturan presiden nomor 77 tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal sebagaimana telah diubah dengan peraturan presiden nomor 11 tahun 2007.


(38)

Peraturan presiden nomor 27 tahun 2009 tentang pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal.

Peraturan kepala badan koordinasi penanaman modal nomor 12 tahun 2009 tentang pedoman dan tatacara permohonan penanaman modal. 4. Tahun 2010 S/D 2013

Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.

Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antara pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kab/kota.

Peraturan presiden nomor 36 tahun 2010 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal.

Peraturan presiden nomor 27 tahun 2009 tentang pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal.

Peraturan kepala badan koordinasi penanaman modal nomor 5 tahun 2013 tentang pedoman dan tata cara perizinan dan non perizinan penanaman modal sebagaimana telah diubah dengan peraturan kepala badan koordinasi penanaman modal nomor 12 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan kepala badan koordinasi penanaman modal nomor 5 tahun 2013 tentang pedoman dan tata cara perizinan dan non perizinan penanaman modal.

5. Tahun 2013 S/D sekarang


(39)

Peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan oemerintah antara pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kab/kota.

Peraturan presiden nomor 27 tahun 2009 tentang pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal.

Peraturan kepala badan koordinasi penanaman modal nomor 5 tahun 2013 tentang pedoman dan tata cara perizinan dan non perizinan penanaman modal sebagaimana telah diubah dengan peraturan kepala badan koordinasi penanaman modal nomor 12 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan kepala badan koordinasi penanaman modal nomor 5 tahun 2013 tentang pedoman dan tata cara perizinan dan non perizinan penanaman modal.

Sebelumnya, akhir februari 2006, pemerintah mengeluarkan paket kebijakan investasi dan bentuk impres nomor 3 tahun 2006. Paket kebijakan perbaikan iklim investasi itu mencakup 5 aspek yaitu :

1. Bidang umum termasuk memperkuat kelembagaan pelayanan investai, singkronisasi peraturan daerah dan pusat, dan kejelasan ketentuan mengenai kewajiban amdal.

2. Bidang kepabeaan dan cukai,termasuk percepatan arus barang, pengembangan peranan kawasan berikat, pemberantasan penyeludupan, dan debirokratisasi di bidang cukai.

3. Perpajakan termasuk insentif perpajakan untuk investasi, melaksanaka sistem “Melakukan pengkajian sendiri” secara konsisten, revisi pajak


(40)

untuk pertambahan nilai untuk mempromosikan ekspor, melindungi hak wajib pajak, dan mempromosikan transparansi dan “Disclosure”.

4. Ketenagakerjaan yang mencakup penciptaan iklim hubungan industial yang mendukung perluasan lapangan tenaga kerja.

2.2.3. Tujuan Dasar Kebijakan Investasi

Tujuan kebijakan dasar investasi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan perlakuan yang sama bagi para investor dalam dan luar negeri dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

2. Menjamin kepastian hukum,kepastian berusaha bagi investor sejak proses pengurusan,perizinan,sampai dengan berakhirnya kegiatan investasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro kecil, menengah, dan koperasi.

2.3. Penelitian Terdahulu

Kajian dan analisis yang berhubungan dengan penilitian ini sudah banyak dilakukan oleh beberapa penelitian lain. Momongan (2013) melakukan penelitian dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa PMA dan PMDN berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan PDRB di provinsi Sulawesi Utara. Selain itu, Marsela (2014) melakukan penelitian dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB memiliki pengaruh signifikan dengan arah positif terhadap investasi di Provinsi Bali sedangkan variabel kurs dollar Amerika memiliki pengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap jumlah investasi di Provinsi Bali. Dalam penelitian ini variabel tingkat inflasi serta suku bunga kredit


(41)

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah investasi di Provinsi Bali. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Siregar, dkk (2014) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan, suku bunga, pengeluaran pemerintah dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap investasi daerah Sumatera Utara. Suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi daerah Sumatera Utara. Selanjutnya inflasi tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi daerah Sumatera Utara. Sriwardiningsih (2010) melakukan penelitian dengan hasil yang menunjukkan bahwa Perubahan kondisi makro ekonomi seperti pertumbuhan, suku bunga dan inflasi di beberapa negara maju, termasuk Amerika dan negara di kawasan Eropa tidak memberi pengaruh signifikan terhadap PMA Indonesia, sehingga krisis finansial parah di kawasan Amerika dan Eropa saat ini, dampaknya terhadap PMA Indonesia masih dalam batas toleransi. Selanjutnya penelitian serupa juga dilakukan oleh Abdune (2012) dengan hasil yang menunjukkan bahwa GDP, Suku Bunga, dan Nilai Tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap PMA di Indonesia.


(42)

PMDN/PMA 2.4. Kerangka Konseptual

SBI

INFLASI

PDRB

NILAI TUKAR

KEBIJAKAN INVESTASI

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari kerangka konseptual dia atas menjelaskan bahwa tingkat PDRB mempengaruhi tingkat suku bunga,inflasi dan nilai tukar , dan kemudia ketiga variabel tersebut mempengruhi kebijakan investasi yang diimplementasikan oleh PMA dan PMDN.

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Suku Bunga mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan investasi di Sumatera Utara.


(43)

2. PDRB mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan investasi di Sumatera Utara.

3. Inflasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan investasi di Sumatera Utara.

4. Nilai Tukar mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat pertumbuhan investasi di Sumatera Utara.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini ada dua permasalahan yang akan dianalisis. Pertama adalah menganalisis bagaimana pengaruh PDRB, SBI, nilai tukar, dan inflasi terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara. Dan yang kedua adalah menganalisis apakah ada pengaruh dikeluarkannya UU No. 25/2007 tentang investasi terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara.

3.2. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Data kuatitatif disini berupa data runtut waktu (time series) yaitu data yang disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data serta di publikasikan pada masyarakat pengguna data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari data Badan penanaman modal dan promosi (BPMP) Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

3.3. Batasan Operasional

Dalam melakukan analisis yang pertama, penulis menggunakan variabel investasi sebagai variabel terikat, dan PDRB, SBI, nilai tukar, dan inflasi sebagai variabel bebas. Selanjutnya analisis kedua untuk melihat adakah pengaruh


(45)

Sumatera Utara yang digambarkan oleh PMA dan PMDN dilakukan dengan menggunakan uji chow test.

3.4. Defenisi Operasional

Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, maka variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. SBI adalah suku bunga sertifikat bank sebagai acuan oleh bank-bank umum yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam satuan persen. 2. PDRB adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di

Provinsi Sumatera Utara dalam satu tahun tertentu.

3. PMDN adalah jumlah penanaman modal dalam negri yang diinvestasikan oleh investor dalam negri di Sumatera Utara.

4. PMA adalah jumlah penanaman modal asing yang diinvestasikan oleh investor dalam negri dan investor asing di Sumatera Utara.

5. Inflasi adalah tingkat kenaikan harga yang cepat dan terus menerus terjadi apabila pertumbuhan uang beredar meningkat yang cepat.

6. Nilai Tukar (Kurs) adalah nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar dalam rupiah.

7. Kebijakan investasi adalah peraturan-peraturan yang mendukung investasi di Sumatera Utara.

3.5. Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam variabel ini menggunakan persamaan sebagai berikut :


(46)

� � � � =∝ +∝ � +∝ ��� +∝ �� � +∝ � �� � + �� Dimana:

Investasi : Penanaman Modal Asing (PMA) + Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

SBI : Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia ( Persen) PDB : Produk Domestik Bruto (Milyar Rupiah) INF : Inflasi (persen)

KURS : Nilai Tukar Mata Uang (Rp/US$) 3.6. Metode Analisis

3.6.1. Uji Stasioner Data (Unit Root Test)

Sebagaimana telah diketahui bahwa data time series merupakan data yang diambil dari suatu atau beberapa variabel dalam waktu yang berbeda-beda. Misalnya dengan rentang waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan dan sebagainya. Sehingga data time series seringkali tidak stasioner sehingga menyebabkan hasil regresi yang meragukan (regresi lancung). Regresi lancung adalah situasi dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara statistik dan nilai koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antar variabel di dalam model tidak saling berhubungan. Agar regresi yang dihasilkan tidak meragukan kita perlu merubah data tidak stasioner menjadi data stasioner.

Dalam uji stasioner ini digunakan Uji Akar Unit (Unit Root Test) atau sering disebut dengan uji Augmented dickey – Fuller (ADF test) dari setiap variabel dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Uji ini diperkenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai ekspektasi rata-rata stochastic term error sama dengan nol dan varians konstan maka setiap data runtun waktu dari variabel adalah stasioner (Joni Manurung & Adler Haymans Manurung, 2009). Uji ini dilakukan ketika error


(47)

term saling berkorelasi. Untuk mempermudah pemahaman dari pengujian akar unit, maka langkah pertama adalah dengan formulasi berikut :

Y = Yt-1 + μt ; -1   1 Dimana:

μt adalah white noise error term

Jika nilai  = 1, dalam kasus uji akar unit, persamaan diatas menjadi model random walk yang artinya data tidak stasioner. Selanjutnya dalam pengujian akar unit, dilakukan manipulasi yaitu dengan mengurangkan masing-masing sisi kiri dan kanan dari persamaan diatas dengan Yt-1, sehingga memperoleh persamaan:

Yt - Yt-1 =  Yt-1 - Yt-1 + μt Yt - Yt-1 = ( – 1)Yt-1 + μt

Secara alternatif juga dapat ditulis sebagai berikut: Yt = Yt-1 + μt

Dimana:

 = (– 1)

 = perbedaan pertama

Selanjutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis:

H0 :  = 0 (terdapat unit root, artinya data time series tidak stasioner) H1 :  ≠ 1 (tidak terdapat unit root, artinya data time series stasioner) Jika tidak menolak hipotesis nol, berarti  = 0, maka nilai  =1. Artinya data yang dianalisis memiliki unit root. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data runtun waktu Yt adalah tidak stasioner.


(48)

Untuk mengubah data menjadi stasioner maka dapat dilakukan dengan metode difference (pembedaan). Untuk memahami metode ini, pertama harus menggunakan model random walk yang tidak stasioner:

Yt= Yt-1 + μt Yt -Yt-1= μt Yt = μt

Sehingga nilai rata – rata dari pembedaan pertama Yt bernilai nol atau E(Yt) = 0 dan Var(Yt) = 2, maka model tersebut menjadi stasioner.

3.6.2. Uji Chow Test

Untuk menguji apakah ada perbedaan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat pada masa sebelum krisis dan sesudah krisis digunakan uji Chow test, dimana Chow test adalah alat untuk menguji test for equality of coefficients atau uji kesamaan koefisien dan test ini ditemukan oleh Gregory Chow, oleh karena itu untuk membedakan hasil regresi pada tahun sebelum dan sesudah krisis, selanjutnya digunakan model regresi Chow Test (alat untuk menguji kesamaan koefisien).


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil perhitungan dan analisis bagaimana bagaimana pengaruh PDRB, SBI, nilai tukar, dan inflasi terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012 dan apakah ada pengaruh dikeluarkannya UU No. 25/2007 tentang investasi terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012

4.1. Analisis Deskriptif 4.1.1 PMA dan PMDN

Berdasarkan data Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan adanya peningkatan realisasi investasi pada periode laporan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi Rp 621 miliar. Investasi didominasi oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 53,08% dengan realisasi sebesar Rp 329 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 158 miliar, sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) meningkat menjadi Rp 291 miliar, lebih tinggi dari tahun sebelumnya Rp 122 miliar. Perkembangan investasi juga sejalan dengan penambahan jumlah proyek investasi pada triwulan IV-2012 menjadi 117 proyek dengan proyek PMA sebanyak 79 proyek dan proyek PMDN sebanyak 38 proyek.


(50)

Tabel 4.1

Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Provinsi Sumatera Utara

Provinsi

2012

2012

Tw1 Tw2 Tw3 Tw4

P I P I P I P I P I

Sumatera Utara 38 1579 76 436 41 280 117 900 194 3196

PMA 30 155 48 159 31 122 79 209 133 645

PMDN 8 1424 28 277 10 158 38 691 61 2550 Sumber : www.bkpm.go.id

P : Jumlah Proyek ; I : Nilai Investasi (Rp Miliar) 4.1.2 Inflasi

Pada periode awal 1998, tingkat inflasi tinggi sebesar 83,56 % Tingkat inflasi yang tinggi ini karena dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Selama tahun 1999-2000, tingkat inflasi Sumatera Utara mengalami penurunan dan penurunan yang tertinggi terjadi pada bulan Januari 1999 yaitu sebesar 1,37 persen. Nilai tertinggi pada tahun 1998 merupakan dampak dari merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan faktor sosial politik yang tidak aman, sehingga mengakibatkan harga barang dan jasa terus meningkat tajam sampai akhir tahun 1998. Laju inflasi tahunan dari tahun 2000-2004 sudah mulai stabil dimana angkanya yang berada dibawah dua digit. Inflasi tahun 2000 jika dibandingkan dengan inflasi tahun 1999 meningkat secara tajam yaitu dari 1,37 persen menjadi 5,73 persen. Peningkatan laju inflasi ini diantaranya disebabkan adanya kenaikan tarif angkutan per 1 September 2000, kenaikan BBM per Oktober 2000, Bulan Puasa/Ramadhan (November 2000), Natal dan Lebaran (Desember 2000). Secara umum pada tahun 2000-2005, inflasi terus terjadi


(51)

Pada tahun 2005 laju inflasi kembali naik mencapai 22,41 persen. Ini adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia (1997/1998). Penyesuaian terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan menjadi faktor utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional menyebabkan pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM. Laju inflasi tahun 2006 sebesar 6,11 persen sedangkan pada tahun 2007 sebesar 6,60 persen. Inflasi tahun 2008 mencapai 10,72 persen naik sebesar 4,12 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007. Inflasi pada tahun 2008 selain dipengaruhi oleh krisis keuangan global, juga dipengaruhi oleh inflasi harga yang diatur pemerintah dan bahan makanan yang bergejolak. Laju inflasi tahun 2009-2010 menunjukkan kondisi yang relatif stabil dimana pada tahun 2009 inflasi sebesar 2,61 persen dan tahun 2010 sebesar 8,00 persen. Ditahun 2011-2012 inflasi mengalami penurunan, ditahun 2011 inflasi mencapai 1,23 dan ditahun 2012 sebesar 3,86.

Sumber: BPS (diolah)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara (diolah)

Grafik 4.1

Inflasi Sumatera Utara Tahun 2002-2012 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90


(52)

4.1.3 PDRB

Untuk perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan tingkat Kabupaten/Kota dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terlihat bahwa Kota Medan masih merupakan daerah yang memiliki angka PDRB tertinggi di Sumatera Utara. Pada tahun 2011 Kota Medan memberikan sumbangan terhadap PDRB Sumatera Utara ADHB sebesar 29,79% dan ADHK sebesar 30,47% %, disusul oleh Kabupaten Deli Serdang berdasarkan ADHB sebesar 14,35% dan ADHK 12,16. Secara umum memang terlihat kontribusi kawasan pantai Timur Sumatera Utara lebih dari 50% dibandingkan dengan kawasan dataran tinggi dan pantai Barat. Hal ini akibat fasilitas infrastruktur yang memang lebih baik serta kontribusi dari sektor perkebunan dan industri pengolahan yang konsentrasinya masih berada di kawasan pantai Timur Sumatera Utara.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara (diolah)

Grafik 4.2 0

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

2008 2009 2010 2011 2012


(53)

4.1.4 SBI

Kenaikkan suku bunga BI Rate yang mulai ditransmisikan ke suku bunga tabungan dapat meningkatkan animo masyarakat untuk menabung sebagai akibat tingginya suku bunga yang diberikan bank. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Di Sumatera Utara tingkat suku bunga juga turut mewarnai perekonomian yang sedang berlangsung.

Sumber: Bank Indonesia (diolah)

Grafik 4.3

Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Sumatera Utara Tahun 1986 – 2012 Berdasarkan tabel 4.3 digambarkan fluktuasi dari tingkat suku bunga simpanan masyarakat yang ada di bank umum Sumatera Utara. Suku bunga tersebut naik turun mengikuti perkembangan perekonomian yang sedang berlangsung dari tahun ke tahun. Tingkat suku bunga Sumatera Utara pada tahun

0 5 10 15 20 25 30 35 40


(54)

2012 adalah sebesar 7.1 %, lebih tinggi dari tahun 2011 yang hanya sebesar 4.006 %.

4.1.5 Nilai Tukar

Nilai tukar merupakan satuan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS yang berarti nilai yang mencerminkan harga mata uang Dollar AS dalam satuan Rupiah. Berikut tabel 4.4 yang menjelaskan perkembangan nilai tukar di Sumatera Utara:

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 4.4

Perkembangan Nilai Tukar di Sumatera Utara Tahun 1986 – 2012 Tahun 1996 nilai kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp 2.383. Pada tahun 1997-1988 rupiah melemah secara drastis, pada tahun 1997 nilai tukar rupiah mencapai Rp 4.650, melemah 95 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan krisis moneter yang dialami Indonesia. Demikian tahun-tahun berikutnya masih menunjukkan rupiah melemah. Tahun 1998 melemah 73 persen

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000


(55)

tahun 2002 rupiah kembali menguat yakni Rp 8.940. Pada tahun-tahun berikutnya rupiah relatif stabil pada kisaran Rp 9.000-an. Pada tahun 2008 rupiah kembali melemah hingga Rp 10.450, namun kembali menguat pada tahun berikutnya. Pada tahun 2012 kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp 12.142.

4.2 Uji Stasioner

Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang digunakan mengandung kemungkinan memiliki akar unit yang menyebabkan data menjadi tidak stasioner pada level. Data yang memiliki akar unit, mungkin saja hasil regresinya kelihatan bagus ternyata hasil tersebut menjadi tidak valid dan tidak mampu menggambarkan keadaan sesungguhnya yang terjadi. Dalam penelitian ini akan digunakan uji stasioneritas Augmented Dickey Fuller (ADF). Apabila hasil dari pengujian ini menunjukkan nilai mutlak t-ADF lebih besar dari nilai mutlak MacKinnon critical values-nya maka data telah stasioner pada taraf nyata sebesar lima persen atau satu persen. Dapat juga dilihat pada nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitasnya kurang dari taraf satu persen, lima persen, dan sepuluh persen maka data tersebut stasioner pada taraf tersebut.


(56)

Tabel 4.2

Hasil Pengujian Akar Unit

Variabel

Tingkat Stasioner

Level First Difference

t-stat Keterangan t-stat Keterangan INF -5.198367* Stasioner -6.126930* Stasioner Nilai Tukar -1.408933 Tidak Stasioner -4.161779** Stasioner PDRB -2.423098 Tidak Stasioner -5.255460* Stasioner Investasi -5.302678* Stasioner -10.70768* Stasioner SBI -3.899096** Stasioner -5.844482* Stasioner Sumber: Output eviews (Diolah)

Keterangan :

* > nilai kritis McKinnon pada α =1%

** > nilai kritis McKinnon pada α = 5%

*** > nilai kritis McKinnon pada α =10%

Dari tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa variabel inflasi, investasi, dan SBI stasioner pada tingkat level, sedangkan variabel nilai tukar PDRB tidak stasioner pada tingkat level. Oleh karena itu, untuk melanjutkan pengujian selanjutnya semua variabel tersebut harus sama-sama stasioner. Sehingga dilakukan uji akar unit pada tingkat first difference.

Dari hasil uji akar unit dapat dilihat bahwa seluruh variabel telah stasioner. Sehingga dari hal tersebut bisa dilakukan pengujian selanjutnya.

4.3. Estimasi PDRB, SBI, inflasi, dan nilai tukar mempengaruhi investasi di Sumatera Utara

Dimana model estimasinya adalah sebagai berikut:


(57)

Tabel 4.3 Hasil Regresi

Variabel Dependen : Log_� � � � Metode : Ordinary Least Square (OLS)

Variabel Nilai Koefisien Std. Error t-statistic Prob

SBI 0.022442 0.028972 0.774597 0.4468

PDRB 1.41 5.97 2.363660 0.0004

Inflasi -0.009180 0.008630 -1.063801 0.2990 Log_nilai_tukar -1.145072 0.640657 -1.787340 0.0877

C 14.95169 1.928789 7.751855 0.0000

R-squared 0.404124

Adjusted R-squared 0.295782

F-statistic 3.730102

Prob (F-statistic) 0.018321 Sumber: Output Eviews (Diolah)

Bentuk persamaan:

� � � � = .9 + . � − . 9��� − . �� � + . �� + �� Dari hasil estimasi diatas dapat dilihat bahwa SBI berpengaruh positif 0.02, artinya setiap kenaikan 1% SBI, akan menyebabkan investasi meningkat sebesar 0.02%. inflasi berpengaruh negatif -0.009, artinya setiap kenaikan 1% inflasi, akan menyebabkan investasi menurun sebesar 0.009%. Nilai tukar berpengaruh negatif -1.14, artinya setiap kenaikan 1% nilai tukar, akan menyebabkan investasi menurun sebesar 1.14%. PDRB berpengaruh positif 1.41, artinya setiap kenaikan 1% PDRB, akan menyebabkan investasi meningkat sebesar 1.41%.

4.4. Uji Chow Test

Tabel 4.4 Uji Chow Test Metode : Uji Chow Test

F-statistic 0.600541

F-tabel 1.41


(58)

Hasil pengujian menghasilkan nilai Chow test F sebesar 0.600541. Nilai F tabel diperoleh sebesar 2.82. Dengan demikian diperoleh nilai Chow test 0.600541 < F tabel 2.82. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan setelah dikeluarkannya UU No.25/2007 tentang investasi terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara tahun.

4.5. PengujianSignifikansi 4.5.1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel-variabel bebas (independent variables) dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas (dependent variables) secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.

Hasil estimasi menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.404124, artinya sekitar 40.41% perubahan pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh variabel-variabel penentu dalam model ini sedangkan sisanya 59.49% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

4.5.2 Uji F

Uji F-stat digunakan untuk menguji tingkat signifikansi dari pengaruh secara bersama-sama dalam menjelaskan variasi variabel terikatnya. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel.


(59)

Dengan tingkat signifikansi dan derajat kebebasan tertentu : Fα (k, n-k-1), dimana α adalah tingkat signifikansi, n menunjukkan jumlah observasi, k menunjukkan jumlah variabel bebas dan merupakan derajat kebebasan untuk pembilang (N1), serta n-k-1 menunjukkan derajat kebebasan untuk penyebut (N2).

Apabila ternyata setelah dihitung nilai F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak atau dengan kata lain bahwa paling tidak ada satu slope regresi yang signifikan secara statistik. Dimana k adalah jumlah variabel bebas (koefisien slope), dan n jumlah observasi (sampel).

Tabel 4.5 Nilai F-Tabel

N1 N2 α

5%

k=4 n-k-1=27-4-1=22 2.82

Dari hasi regresi diperoleh hitung 3.730102. Nilai ini lebih besar dari F-tabel pada tingkat signifikansi 5%. Sehingga H0 ditolak yang artinya secara statistik variabel bebas: PDRB, SBI, nilai tukar dan inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat investasi.

4.5.3 Uji T

Pengujian t-statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel.


(60)

Tabel 4.6 Nilai t-tabel Degree Of

Freedom (df)

Α

1% 5% 10%

n-k 2.807 2.069 1.714

Tabel 4.7 Hasil Uji t-statistik

Variabel t-statistik H0 Keterangan

C 7.751855 Ditolak Signifikan pada α = 1% SBI 0.774597 Diterima Tidak Signifikan PDRB 2.363660 Ditolak Signifikan pada α = 5%

INF -1.063801 Diterima Tidak Signifikan Log_Nilai_Tukar -1.787340 Ditolak Signifikan pada α = 10% Sumber : Outputeviews (telah diolah kembali)

Dari Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa variabel bebas PDRB, dan nilai tukar masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat investasi. Sedangkan variabel bebas Inflasi dan SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat investasi.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel SBI tidak signifikan berpengaruh terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.

2. Variabel PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.

3. Variabel inflasi tidak signifikan berpengaruh terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.

4. Variabel nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.

5. Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan setelah dikeluarkannya UU No.25/2007 tentang investasi terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara tahun.

5.2 Saran

1. Untuk merangsang masuknya penanaman modal di Sumatera Utara perlu dilakukan percepatan pembangunan sarana dan prasarana bagi para investor khususnya PMA atau PMDN.

2. Tidak mempersulit investor yang masuk di Sumatera Utara untuk melakukan investasi dengan menyederhanakan perizinana dengan system satu atap (one step service).


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. http://bisniskeuangan.kompas.com/

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro

Jhingan, M. L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Edisi 16. Raja Grafindo Persada :Jakarta.

KPPOD, 2005, Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.

Manurung, Joni dan Manurung, Adler Haymans, 2009.Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Salemba Empat, Jakarta.

Marsela, N. 2014. ‘Pengaruh Tingkat Inflasi, PDRB, Suku Bunga Kredit, serta Kurs Dollar terhadapInvestasi’. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana.

Momongan, Junaidi. 2013. ‘Investasi PMA dan PMDN Pengaruhnya Tergadap Perkembangan PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja serta Penanggulangan Kemiskinan di Sulawesi Utara’, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sam Ratulangi Manado.

Nopirin, 2000, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama. Balai · Pustaka Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Prasetyo, B., dkk. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Rajawali Pers. Riyanto, B. 1995. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, Edisi keempat,

Yogyakarta, Yayasan Penerbit Gajah Mada.

Siregar, E., Wardi, Y., dan Hasdi A. 2014. ‘Analisis Investasi dan Pendapatan Daerah sumatera Utara’.

Sukirno, S. 2006. Ekonomi Pembangunan Proses masalah dan Dasar Kebijakan, cetakan ketiga, Penerbit Kencana, Jakarta.

Winarno , B. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses (edisi revisi) , Jakarta: Media Pressindo, 2007.


(63)

World Bank. 2005. Doing Business in 2005: Removing Obstacles to Growth. A Copublication of the World Bank, the IFC, and Oxford University Press. World Economic Forum (2005), Global Competitiveness Report 2005 – 2006,


(64)

LAMPIRAN 1 DATA

Tahun PMDN PMA Inflasi

(%)

SBI

(%) PDRB

Nilai Tukar 1986 855884000000.36 34172977.5 3.83 14 3947.8 1125 1987 132907000000.99 10630933.5 4.4 13.54 4255.6 1650 1988 1102107000000.58 105128663.6 6.78 15.3 4824.7 1729 1989 125805000000.80 12948358.15 6.64 11.64 5297.5 1795 1990 1006582000000.85 1138713961 7.56 17.87 5736.9 1901 1991 475404000000.11 97933871.28 8.99 18.03 6177.1 1992 1992 88696000000.23 255224957.3 40.56 13.79 6683.7 2062 1993 321014000000.95 117517146.3 9.75 9.08 18214.6 2110 1994 416435000000.02 44563046 6.78 11.59 19535.5 2200 1995 253642000000.26 1533363998 10.54 13.34 21371.3 2308 1996 396010000000.35 143042553.8 8.8 12.26 23315.4 2383 1997 567798000000.09 3249350250 13.1 17.38 24446.3 4650 1998 86580000000.53 189024060 83.56 37.84 22332.7 8025 1999 155861000000.69 677446074 1.37 12.64 22910.1 7100 2000 65591000000.37 2385952765 5.73 14.31 69154.1 9595 2001 296418000000.10 422209944 14.79 17.63 71908.4 10400 2002 653034000000.22 213002026.2 9.59 13.12 75189.1 8940 2003 1045417000000.92 887371644.2 4.23 8.34 78805.6 8465 2004 1364326000000.19 1850481417 6.8 7.3 83329 9290 2005 1255717000000.64 1295249852 22.41 12.83 87897.8 9830 2006 102676000000.59 5473359813 6.11 9.75 93347.4 9020 2007 1612920000000.66 8776368568 6.6 8 99792.3 9419 2008 478384000000.81 3144583486 10.72 10.83 106172.4 10450 2009 1234735000000.87 2600652364 2.61 6.46 111559.2 10768 2010 501844000000.19 388081790.3 8 4.613519 118640.9 11876 2011 5960641000000.20 3862783779 1.23 4.006762 126587.6 11987 2012 1612920000000.66 2638031630 3.86 7.100936 134461.5 12142 Sumber: BPS danBPMP


(1)

Dengan tingkat signifikansi dan derajat kebebasan tertentu : Fα (k, n-k-1), dimana α adalah tingkat signifikansi, n menunjukkan jumlah observasi, k menunjukkan jumlah variabel bebas dan merupakan derajat kebebasan untuk pembilang (N1), serta n-k-1 menunjukkan derajat kebebasan untuk penyebut (N2).

Apabila ternyata setelah dihitung nilai F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak atau dengan kata lain bahwa paling tidak ada satu slope regresi yang signifikan secara statistik. Dimana k adalah jumlah variabel bebas (koefisien slope), dan n jumlah observasi (sampel).

Tabel 4.5 Nilai F-Tabel

N1 N2 α

5%

k=4 n-k-1=27-4-1=22 2.82

Dari hasi regresi diperoleh hitung 3.730102. Nilai ini lebih besar dari F-tabel pada tingkat signifikansi 5%. Sehingga H0 ditolak yang artinya secara statistik variabel bebas: PDRB, SBI, nilai tukar dan inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat investasi.

4.5.3 Uji T

Pengujian t-statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel.


(2)

Tabel 4.6 Nilai t-tabel Degree Of

Freedom (df)

Α

1% 5% 10%

n-k 2.807 2.069 1.714

Tabel 4.7 Hasil Uji t-statistik

Variabel t-statistik H0 Keterangan

C 7.751855 Ditolak Signifikan pada α = 1% SBI 0.774597 Diterima Tidak Signifikan PDRB 2.363660 Ditolak Signifikan pada α = 5%

INF -1.063801 Diterima Tidak Signifikan Log_Nilai_Tukar -1.787340 Ditolak Signifikan pada α = 10%

Sumber : Outputeviews (telah diolah kembali)

Dari Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa variabel bebas PDRB, dan nilai tukar masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat investasi. Sedangkan variabel bebas Inflasi dan SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat investasi.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel SBI tidak signifikan berpengaruh terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.

2. Variabel PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.

3. Variabel inflasi tidak signifikan berpengaruh terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.

4. Variabel nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perkembangan investasi di Sumatera Utara tahun 1986-2012.

5. Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan setelah dikeluarkannya UU No.25/2007 tentang investasi terhadap pertumbuhan investasi di Sumatera Utara tahun.

5.2 Saran

1. Untuk merangsang masuknya penanaman modal di Sumatera Utara perlu dilakukan percepatan pembangunan sarana dan prasarana bagi para investor khususnya PMA atau PMDN.

2. Tidak mempersulit investor yang masuk di Sumatera Utara untuk melakukan investasi dengan menyederhanakan perizinana dengan system satu atap (one step service).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. http://bisniskeuangan.kompas.com/

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro

Jhingan, M. L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Edisi 16. Raja Grafindo Persada :Jakarta.

KPPOD, 2005, Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta: KPPOD.

Manurung, Joni dan Manurung, Adler Haymans, 2009.Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Salemba Empat, Jakarta.

Marsela, N. 2014. ‘Pengaruh Tingkat Inflasi, PDRB, Suku Bunga Kredit, serta Kurs Dollar terhadapInvestasi’. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana.

Momongan, Junaidi. 2013. ‘Investasi PMA dan PMDN Pengaruhnya Tergadap Perkembangan PDRB dan Penyerapan Tenaga Kerja serta Penanggulangan Kemiskinan di Sulawesi Utara’, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sam Ratulangi Manado.

Nopirin, 2000, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama. Balai · Pustaka Fakultas Ekonomi, Yogyakarta.

Prasetyo, B., dkk. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Rajawali Pers. Riyanto, B. 1995. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, Edisi keempat,

Yogyakarta, Yayasan Penerbit Gajah Mada.

Siregar, E., Wardi, Y., dan Hasdi A. 2014. ‘Analisis Investasi dan Pendapatan Daerah sumatera Utara’.

Sukirno, S. 2006. Ekonomi Pembangunan Proses masalah dan Dasar Kebijakan, cetakan ketiga, Penerbit Kencana, Jakarta.

Winarno , B. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses (edisi revisi) , Jakarta: Media Pressindo, 2007.


(5)

World Bank. 2005. Doing Business in 2005: Removing Obstacles to Growth. A Copublication of the World Bank, the IFC, and Oxford University Press. World Economic Forum (2005), Global Competitiveness Report 2005 – 2006,


(6)

LAMPIRAN 1 DATA

Tahun PMDN PMA Inflasi

(%)

SBI

(%) PDRB

Nilai Tukar

1986 855884000000.36 34172977.5 3.83 14 3947.8 1125

1987 132907000000.99 10630933.5 4.4 13.54 4255.6 1650

1988 1102107000000.58 105128663.6 6.78 15.3 4824.7 1729

1989 125805000000.80 12948358.15 6.64 11.64 5297.5 1795

1990 1006582000000.85 1138713961 7.56 17.87 5736.9 1901

1991 475404000000.11 97933871.28 8.99 18.03 6177.1 1992

1992 88696000000.23 255224957.3 40.56 13.79 6683.7 2062

1993 321014000000.95 117517146.3 9.75 9.08 18214.6 2110

1994 416435000000.02 44563046 6.78 11.59 19535.5 2200

1995 253642000000.26 1533363998 10.54 13.34 21371.3 2308

1996 396010000000.35 143042553.8 8.8 12.26 23315.4 2383

1997 567798000000.09 3249350250 13.1 17.38 24446.3 4650

1998 86580000000.53 189024060 83.56 37.84 22332.7 8025

1999 155861000000.69 677446074 1.37 12.64 22910.1 7100

2000 65591000000.37 2385952765 5.73 14.31 69154.1 9595

2001 296418000000.10 422209944 14.79 17.63 71908.4 10400

2002 653034000000.22 213002026.2 9.59 13.12 75189.1 8940

2003 1045417000000.92 887371644.2 4.23 8.34 78805.6 8465

2004 1364326000000.19 1850481417 6.8 7.3 83329 9290

2005 1255717000000.64 1295249852 22.41 12.83 87897.8 9830

2006 102676000000.59 5473359813 6.11 9.75 93347.4 9020

2007 1612920000000.66 8776368568 6.6 8 99792.3 9419

2008 478384000000.81 3144583486 10.72 10.83 106172.4 10450

2009 1234735000000.87 2600652364 2.61 6.46 111559.2 10768

2010 501844000000.19 388081790.3 8 4.613519 118640.9 11876

2011 5960641000000.20 3862783779 1.23 4.006762 126587.6 11987

2012 1612920000000.66 2638031630 3.86 7.100936 134461.5 12142