Metode ekstraksi Kandungan Kimia .1 Alkaloida

9

2.2.4 Saponin

Saponin berasal dari bahasa latin yaitu sapo sabun. Saponin banyak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi tetapi lebih banyak lagi dijumpai pada hewan bawah laut terutama pada filum echinodermata, kelas holothuruidea dan asteroidea. Aglikon pada saponin disebut genin atau sapogenin. Saponin terbagi menjadi tiga kelas tergantung dari jenis aglikonnya yaitu triterpen glikosida, steroid glikosida dan steroid alkaloid glikosida Hostettmann dan martson, 2005. Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba Robinson, 1995. 2.3 Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair Ditjen, POM., 2000. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Depkes, RI., 1995.

2.3.1 Metode ekstraksi

Menurut Departemen Kesehatan RI 2000, beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu: Universitas Sumatera Utara 10 a. Cara dingin 1. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada suhu kamar. Penam bahan pelarut setelah penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi. 2. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesan penampungan ekstrak terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1 - 5 kali bahan. b. Cara panas 1. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 2. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 o C. 3. Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4. Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90 o C selama 15 menit. 5. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada Universitas Sumatera Utara 11 temperatur 90 o C selama 30 menit. 2.4 Kromatografi Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan perbedaan perpindahan dari komponen-komponen senyawa di antara dua fase yaitu fase diam dapat berupa zat cair atau zat padat dan fase gerak dapat berupa gas atau zat cair. Kromatografi serapan dikenal jika fase diam berupa zat padat, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi, karena fase gerak dapat berupa zat cair dan gas maka ada empat macam sistem kromatografi Sastrohamidjojo, 1985 : 1. Fase gerak zat cair, fase diam padat : - Kromatografi lapis tipis