Originalitas Penelitian Landasan Teori

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan Replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sahabu 2009 dengan judul “Manajemen Laba melalui Akrual dan Manipulasi Aktivitas Nyata dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Jangka Panjang Perusahaan yang melakukan Penawaran Right Issue”. Sahabu melakukan penelitian di Bursa Efek Jakarta BEJ dengan waktu pengamatan selama tahun 1999-2005. Variabel independen yaitu manajemen laba melalui akrual dan manipulasi aktivitas nyata, sedangkan variabel dependennya yaitu kinerja jangka panjang. Penelitian ini berjudul “Analisis Dan Pengaruh Manajemen Laba Akrual Dan Aktivitas Nyata Terhadap Penawaran Right Issue Serta Kinerja Jangka Panjang Pada Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Right Issue di Bursa Efek Indonesia”. Pada penelitian ini mengadopsi seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian Sahabu 2009. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah adanya penambahan variabel dependen yaitu penawaran right issue yang diambil dari penelitian yang dilakukan Jumadi 2008. Alasannya bahwa untuk melihat apakah perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran right issue akan cenderung melakukan manajemen laba dan manipulasi aktivitas nyata yang tidak hanya dilihat dari kinerja jangka panjang perusahaan right issue. Perbedaan lainnya bahwa pada penelitian sebelumnya periode pengamatan dilakukan dari tahun 1999-2005, sedangkan pada penelitian ini periode pengamatan dilakukan dari tahun 2005-2009. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai “Analisis Dan Pengaruh Manajemen Laba Akrual Dan Aktivitas Nyata Terhadap Penawaran Right Issue Serta Kinerja Jangka Panjang Pada Perusahaan Yang Melakukan Penawaran Right Issue di Bursa Efek Indonesia”. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

2.1.1 Penawaran Right Issue

Teori yang banyak digunakan sebagai dasar untuk meneliti penawaran right issue adalah Teori Sinyal Signaling Theory. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston 2001 adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Kegagalan dalam suatu pasar yang merugikan dapat terjadi karena adanya asimetris informasi, hal ini dapat diperkecil jika informasi yang dipublikasikan dapat digunakan sebagai salah satu sinyal bagi pelaku pasar. Smith dalam Eka 2003, menyatakan bahwa berdasarkan studi empiris ditemukan bahwa secara statistik penerbitan saham baru berpengaruh negatif terhadap Universitas Sumatera Utara harga saham. Asumsi utama dalam teori sinyal adalah manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar dan manajemen adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif yang diharapkannya, artinya manajemen umumnya mempunyai informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan pihak luar perusahaan investor mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal, sehingga jika manajemen menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap adanya event tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga saham dan volume perdagangan saham. Sebagai implikasinya, pengumuman right issue akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal yang menyampaikan adanya informasi baru yang dikeluarkan oleh pihak manajemen yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai saham perusahaan dan aktivitas perdagangan saham yang terjadi dalam pasar modal. Miller dan Majluf dalam Eka 2003, menyatakan bahwa manajemen akan memperoleh insentif dengan pengeluaran saham baru yang mereka percaya bahwa saham perusahaan adalah overvalued. Tetapi, investor menyadari bahwa dengan insentif tersebut menyebabkan manajemen menggunakan informasi penerbitan saham baru sebagai suatu sinyal bahwa saham perusahaan overvalued, dimana hal tersebut akan menyebabkan harga saham perusahaan akan jatuh. Beberapa temuan tersebut konsisten dengan model yang mengasumsikan bahwa terjadi asimetri informasi antara manajemen dengan berbagai partisipan di pasar modal. Asimetri informasi mengimplikasikan bahwa pasar akan bereaksi secara negatif karena pengumuman Universitas Sumatera Utara saham baru mengidentifikasikan adanya informasi yang tidak menguntungkan tentang kemampuan aliran kas perusahaan di masa depan . Right issue merupakan salah satu bentuk penawaran saham tambahan yaitu aktivitas perusahaan yang terdaftar di pasar modal yang berupa penawaran saham terbatas kepada pemegang saham diluar saham yang terlebih dahulu beredar di masyarakat melalui mekanisme penawaran saham perdana Megginson, 1997. Alasan perusahaan untuk melakukan right issue sangat beragam, misalnya pembangunan pabrik baru penambahan modal kerja diversifikasi produk, pembayaran utang, atau untuk rencana pengembangan perusahaan di masa yang akan datang. Setelah perusahaan melakukan right issue investor tentu sangat berharap kinerja yang dimiliki oleh perusahaan menjadi lebih baik karena dengan adanya right issue berarti dana dari pihak luar masuk ke perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi cenderung akan menggunakan pilihan right issue untuk memperoleh tambahan dana. Right issue merupakan penawaran sekuritas baru yang memberikan prioritas kepada pemegang saham perusahaan yang sudah ada untuk membeli sekuritas baru pada harga tertentu dan saat tertentu pula. Dengan cara lain perusahaan mendistribusikan hak opsi kepada pemegang saham agar dapat memperoleh sekuritas baru dengan harga khusus. Tujuan penawaran ini adalah melindungi kepentingan pemegang saham perusahaan khususnya dalam melaksanakan hak preemptive Hartono, 1998. Hak ini Universitas Sumatera Utara dilaksanakan agar pemegang saham lama tetap dapat mempertahankan proporsi kepemilikan sahamnya sama seperti sebelum penawaran saham tambahan. Laugharn dan Ritter 1997 menemukan kasus di lapangan pada perusahaan PT Trafindo Perkasa Tbk., PT Agis Tbk. Bahwa setelah perusahaan right issue benar akan meningkatkan kinerja keuangan. Perusahaan menerbitkan right issue dengan tujuan untuk tidak mengubah proporsi kepemilikan pemegang saham dan mengurangi biaya emisi akibat penerbitan saham baru. Pengumuman right issue yang dikeluarkan oleh perusahaan, secara teoritis dan empiris bereaksi negatif terhadap harga saham atau nilai pasar perusahan, dan nilai ini adalah kejadian yang disebabkan oleh reiko sistematik. Beberapa alasan perusahaan menerbitkan right issue antara lain adalah Sharpe, 1999: 1. Right issue merupakan solusi yang cepat untuk memperoleh dana yang murah dan dengan proses yang mudah dan hampir tanpa resiko. 2. Right issue jauh lebih aman dibandingkan dengan cara lain, baik dengan pinjaman langsung atau dengan penerbitan surat hutang. Dengan right issue, dana masuk sebagai modal sehingga tidak membebani perusahaan sama sekali. Sedangkan jika dana diperoleh dari pinjaman, maka perusahaan harus menanggung beban bunga. 3. Minat emiten untuk melakukan right issue didorong oleh keinginan untuk memanfaatkan situasi pasar modal yang dalam tahun-tahun ini berkembang pesat. Universitas Sumatera Utara 4. Dengan melakukan right issue maka jumlah lembar saham akan bertambah dan diharapkan dengan bertambahnya jumlah lembar saham akan dapat meningkatkan likuiditas saham. Dalam peristiwa penawaran saham seperti right issue sering terjadi asimetri informasi antara manajer dan investor atau pemengang saham. Asimetri terjadi karena manajer dianggap lebih menguasai informasi mengenai kondisi perusahaan jika dibandingkan dengan investor atau pemegang saham. Kondisi ini memberikan peluang bagi manajemen untuk memunculkan sikap oportunistik dalam wujud memanipulasi data yang dilaporkan sebelum dan saat penawaran dengan menggunakan akrual diskresioner Teoh et al., 1998.

2.1.2 Kinerja Jangka Panjang Perusahaan

Banyak penelitian sebelumnya yang mendokumentasikan mengenai kinerja pasar jangka panjang perusahaan yang melakukan penawaran saham baik perdana maupun saham tambahan. Salah satu dampak dari manajemen laba adalah terjadi penurunan kinerja perusahaan yang terjadi pasca penawaran saham Loughran dan Ritter, 1997; Rangan, 1998; Teoh et al., 1998, dan Shivakumar, 2000. Bukti empiris menunjukkan bahwa adanya reaksi pasar yang positif terhadap pengeluaran ekuitas baru. Respon pasar yang positif tersebut tentu dipengaruhi oleh alasan perusahaan dalam melakukan penawaran saham, misalnya untuk memperkuat struktur modal, melakukan investasi yang membutuhkan dana yang besar, dan membiayai utang yang jatuh tempo Sulistyanto dan Midiastuti, 2002. Sedangkan penurunan kinerja saham Universitas Sumatera Utara juga akan terjadi sebagai akibat dilakukannya tindakan manajemen laba pada saat penawaran saham tambahan tersebut Dechow et al., 1995. Sinyal positif dalam jangka panjang tidak bisa dipertahankan oleh manajemen, yang tercermin dari penurunan kinerja yang dilaporkan oleh perusahaan tersebut Teoh et al., 1998. McLaughin et al. 1996 yang menggunakan berbagai ukuran arus kas juga membuktikan bahwa kinerja arus kas perusahaan mengalami penurunan kinerja sekitar 20 selama tiga tahun setelah penawaran. Loughran dan Ritter 1997 serta Shivakumar 2000 menunjukkan rata-rata return perusahaan yang melakukan penawaran saham hanya 7 per tahun sedangkan perusahaan yang tidak melakukan penawaran rata-rata 15 per tahun. Dana yang diperoleh dari hasil penawaran tersebut akan diinvestasikan pada kesempatan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan di masa yang akan datang.

2.1.3 Manajemen Laba Akrual

Pada dasarnya istilah manajemen laba memiliki banyak definisi. Tidak ada kesepakatan tentang definisi tunggal mengenai manajemen laba. Schipper 1989 mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig 1995 mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan menurunkan laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan penurunan profitabilitas ekonomi Universitas Sumatera Utara unit tersebut dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy dan Wahlen 1999, manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan judgment dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran magnitude laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Healy dan Wahlen 1999, menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggungjawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset. Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar. Menurut Watts dan Zimmerman 1986 Ada berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori akuntansi positif Positif Accounting Theory mengusulkan tiga hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu: 1 hipotesis program bonus the bonus plan hypotesis, 2 hipotesis perjanjian hutang Universitas Sumatera Utara the debt covenant hypotesis, dan 3 hipotesis biaya politik the political cost hypotesis. Motivasi kontrak muncul karena perjanjian antara manajer dan pemilik perusahaan berbasis pada kompensasi manajerial dan perjanjian hutang debt covenant. Semakin tinggi rasio hutangekuitas suatu perusahaan, yang ekuivalen dengan semakin dekatnya yaitu semakin ketat perusahaan terhadap kendala-kendala dalam perjanjian hutang dan semakin besar probabilitas pelanggaran perjanjian, semakin mungkin manajer untuk menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income Belkaoui, 2000. Motivasi bonus merupakan dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income yang dilaporkan pada periode berjalan. Alasanya adalah tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak ada penyesuaian untuk metode yang dipilih Belkaoui, 2000. Penelitian Healy 1985 menggunakan pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara batas bawah bogey dan batas atas cap. Ketika laba berada di bawah bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas cap manajer hanya mendapatkan bonus tetap. Motivasi regulasi politik merupakan motivasi manajemen dalam mensiasati berbagai regulasi pemerintah. Perusahaan yang terbukti menjalankan praktik Universitas Sumatera Utara pelanggaran terhadap regulasi anti trust dan anti monopoli, manajernya melakukan manipulasi laba dengan menurunkan laba yang dilaporkan Cahan, 1992; Jogiyanto dan Ainun, 1998. Perusahaan juga melakukan manajemen laba untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk mempengaruhi keputusan pengadilan terhadap perusahaan yang mengalami damage award Hall dan Stammerjohan, 1997. Selain itu Income taxation juga merupakan motivasi dalam manajemen laba Lilis, 2001. Pemilihan metode akuntansi dalam pelaporan laba akan memberikan hasil yang berbeda terhadap laba yang dipakai sebagai dasar perhitungan pajak. Namun dalam konteks penelitian ini, istilah manajemen laba didefinisikan sebagai upaya-upaya manajemen dalam menggunakan pertimbangannya dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan para pengambil keputusan dalam menilai kinerja perusahaan atau dapat mempengaruhi kontrak-kontrak pendapatan yang telah ditetapkan berdasarkan angka-angka laporan keuangan Healy dan Wahlen, 1999. Dari definisi tersebut jelas bahwa manajemen laba merupakan wujud intervensi langsung manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer maupun perusahaan. Salah satu teknik manajemen laba yang biasa digunakan oleh manajemen adalah akrual. Akrual merupakan selisih antara kas masuk bersih dari hasil operasi perusahaan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi, yang bisa bersifat akrual diskresioner dan akrual non-diskresioner. Laporan keuangan disusun berdasarkan proses akrual, sehingga angka-angka laporan keuangan akan Universitas Sumatera Utara mengandung komponen akrual baik yang diskresioner maupun yang non- diskresioner. Akrual diskresioner merupakan salah satu ukuran dari manajemen laba sehingga biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya manajemen laba. Akrual diskresioner terdiri dari akrual diskresioner jangka pendek dan akrual diskresioner jangka panjang Whelan dan McNamara 2004. Akrual diskresioner jangka pendek memiliki waktu yang relatif pendek misalnya satu tahun atau kurang dari satu tahun satu periode akuntansi sedangkan akrual diskresioner jangka panjang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun satu periode akuntansi Dechow, 1994. Lebih lanjut, Whelan dan McNamara 2004, mengatakan bahwa kegunaan relatif atas komponen akrual diskresioner tergantung pada interval return yang akan diuji. Akrual jangka pendek yang karena waktunya kurang dari atau sampai satu tahun maka akrual tersebut paling relevan pada interval return yang meningkat karena mempunyai periode waktu yang lebih panjang. Penelitian Whelan dan McNamara 2004 menunjukkan bahwa akrual jangka pendek dan jangka panjang mempunyai pengaruh yang berbeda khususnya terhadap relevansi informasi laba dan nilai buku.

2.1.4 Aktivitas Nyata

Aktivitas riil Nyata merupakan kegiatan manajemen laba yang tidak menyimpang dari praktik bisnis normal. kegiatan aktivitas nyata dimulai dari praktek operasional yang normal, yang dimotivasi oleh manajer yang berkeinginan untuk memajukan peruahaan sehingga stakeholder dapat percaya bahwa tujuan pelaporan Universitas Sumatera Utara keuangan tertentu telah dipenuhi dalam operasi normal. Hal ini tidak akan memberikan kontribusi nilai pada perusahaan, pelaporan tertentu dengan metode aktivitas nyata, seperti diskon harga dan pengurangan biaya diskresioner, ini mungkin tindakan-tindakan yang optimal dalam keadaan ekonomi tertentu. Dalam penelitian mengenai aktivitas nyata banyak memusatkan perhatian pada aktivitas investasi, Aktivitas nyata dilakukan melalui arus kas operasi, biaya produksi, biaya-biaya diskresioner Roychowdhury, 2006. Laporan arus kas merupakan salah satu jenis laporan keuangan perusahaan yang perlu kita cermati karena memiliki informasi yang tidak kalah penting dari laporan laba rugi dalam laporan arus kas terdapat laporan arus kas aktivitas operasi yang terdiri dari aktivitasaktivitas operasional perusahaan. Metode yang digunakan untuk melakukan aktivitas nyata melalui arus kas operasi. Biaya produksi merupakan segala biaya yang dikeluarkan atau dibutuhkan untuk menghasilkan suatu barang. Metode yang digunakan dalam melakukan Aktivitas Nyata melalui biaya produksi. Biaya diskresioner merupakan biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang akrual dengan output. Biaya diskresioner yang digunakan dalam aktivitas nyata antara lain biaya iklan, biaya riset dan pengembangan , serta biaya penjualan, dan administrasi.

2.1.5 Manajemen Laba dan Penawaran Right Issue

Hubungan manajemen laba dan penawaran right issue telah diteliti oleh Astuti 2002, tujuan penelitiannya adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi manajemen perusahaan untuk melakukan earnings management di seputar right issue, dan meneliti apakah terdapat perbedaan discretionary accrual DA sebelum dan sesudah right issue. Perbedaan tersebut dilihat apabila nilai discretionary accrual DA sebelum right issue lebih tinggi dibandingkan dengan sesudah right issue maka disimpulkan terjadi manajemen laba. Uji-t berpasangan digunakan untuk meneliti perbedaan discretionary accruals sebelum dan sesudah right issue. Hasilnya menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap earnings management secara positif dan signifikan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi leverage, maka semakin besar motivasi manajemen dalam melakukan earnings management. Sebagai tambahan, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara discretionary accruals sebelum dan sesudah right issue, yaitu discretionary accruals sebelum right issue memiliki kecenderungan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sesudah right issue. Penelitian sebelumnya yang mengungkapkan adanya manajemen laba melalui akrual pada penawaran saham tambahan dilakukan oleh Rangan 1998 dan Teoh et. al. 1998. Rangan 1998 menemukan akrual abnormal yang positif yaitu menaikkan laba yang dilaporkan secara rata-rata pada perusahan selama beberapa tahun diseputar penawaran dan diikuti dengan penurunan kinerja saham setelah penawaran. Teoh et al. 1998 menemukan bukti yang sama dengan Rangan, dengan bukti tambahan bahwa perusahaan yang melakukan penawaran dengan cara menaikkan laba memiliki return saham yang rendah setelah periode penawaran tersebut Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Manajemen Laba dan Kinerja Jangka Panjang Perusahaan

Hubungan manajemen laba dengan penurunan kinerja jangka panjang telah diteliti oleh Rangan 1998 dan Teoh et al. 1998. Teoh et al. 1998 menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan positif akrual pada saat penawaran saham tambahan mengalami kinerja saham yang buruk setelah 3 tahun penawaran dan semakin besar akrual diskresioner yang dimiliki oleh perusahaaan, semakin buruk kinerja saham jangka panjang yang dialami perusahaan. Sulistyanto dan Midiastuti 2002 yang melakukan pengujian atas pasar modal Indonesia, juga berhasil memberikan bukti bahwa perusahaan yang melakukan penawaran saham tambahan mengalami penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham pasca penawaran. Sulistyanto dan Wibisono 2003 juga menyatakan bahwa penurunan kinerja keuangan menunjukkan bahwa variabel akrual diskresioner secara signifikan akan mempengaruhi penurunan kinerja operasi dan kinerja saham perusahaan dan manajemen laba yang terjadi bersifat menaikkan laba. Begitu juga penelitian Amin 2007 terhadap perusahaan yang mengeluarkan kebijakan IPO dan diduga melakukan tindakan manajemen laba mengalami kecenderungan penurunan kinerja pasar pada akhir tahun. Selain itu, perusahaan yang melaksanakan IPO mengalami penurunan kinerja keuangan dan kinerja saham dalam jangka panjang setelah IPO. Namun penelitian Kurniawan dan Rusiti 2004 yang menggunakan rasio-rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan tidak dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan kinerja yang signifikan antara perusahaan yang melakukan SEO dan perusahaan yang tidak melakukan SEO. Hasil Universitas Sumatera Utara penelitian ini berbeda dengan penelitian Teoh et al. 1998 yang menemukan adanya perbedaan kinerja setelah penawaran saham yang dilakukan manajemen. Sedangkan penelitian Annisaa’rahman 2007 menemukan bahwa variabel manajemen laba yang diukur dengan akrual diskresioner hanya berpengaruh terhadap kinerja pasar dalam jangka pendek 1 tahun.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu