ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN RIGHT ISSUE

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN RIGHT ISSUE

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: IRHAM SUHARJA F0306044

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar- Ra’d : 11)

“Janganlah takut bermimpi, karena mimpi adalah doa. Allah pasti akan mengabulkan doa kita, entah cepat, lambat atau diganti dengan hal lain”.

(Penulis)

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT.

Kupersembahkan karya ini untuk :

Ibu dan Ayah tercinta

Terima kasih atas kasih sayang, bimbingan, serta segala doanya.

Kakak- kakakku dan Adik-adiku,

Terima kasih atas segala dukungan, serta doa-doanya

Sahabat-sahabatku,

Yang selalu memberi semangat dan doa.

Almamaterku

Terima kasih atas Bekal ilmu yang kau berikan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah serta inayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan penulisan yang berjudul, “ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN RIGHT ISSUE ” ini

penulis banyak mendapatkan bimbingan, petunjuk, dan dukungan yang berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dan dari lubuk hati yang paling dalam secara tulus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus pembimbing skripsi penulis. Terima kasih atas persetujuan dan bimbingan skripsi yang telah diberikan.

2. Jaka Winarna, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi, yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi.

3. Christiyaningsih Budiwati, M,Si, Ak selaku pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan akademik selama ini. Terima kasih juga pernah sempat menjadi pembimbing nonformal penulis.

4. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas dukungan material dan spritualnya.

5. Kakak-kakak dan adik-adik yang penulis sayangi.

6. Keponakan-keponakanku, Endhil dan Dek Ibah yang selalu membawa keceriaan di rumah.

7. Ir-1, sahabat pertamaku dan teman seperjuangan di kampus yang telah mendahuluiku wisuda, terima kasih atas bantuanmu selama ini. I will remember you forever .

8. Buat Adit, terima kasih banget buat boncengannya selama kuliah. Kapan kamu nyusul?

9. Satria Negara Demokrat, terima kasih banget buat basecamp tempat ngerjain tugas kelompok, jasa-jasa laptopmu saat komputerku error. Kamu juga kapan nyusul? Jo nglaras wae.

10. Loggar, Supri, Denny, Yach dan teman-teman yang pernah jadi kelompok presentasi, terima kasih bantuan dan kerja samanya selama penulis kuliah.

11. Sahabat-sahabat Ex-SMA Colomadu, Aziz, Kia, Endri, Erwin. Gimana kabar kalian? aku berharap kita tetap langgeng bersahabat.

12. Sahabatku, Sri Siyamti yang selalu membantuku tapi juga sering menyusahkanku. Berusahalah untuk lebih dewasa dan mandiri.

13. Teman-teman angkatan 2006, semoga kita tetap menjadi angkatan TERKOMPAK.

14. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Semoga segala amal kebaikan semua pihak tersebut diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya.

Di dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa dangkalnya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan menyebabkan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran maupun kritik yang bersifat membangun demi perkembangan selanjutnya.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar II

1. Prosedur dan Proses Pelaksanaan Right Issue ................................................... 16

2. Kerangka Teoritis .............................................................................................. 51 Gambar IV

1. Trend Kinerja Keuangan ................................................................................... 66

2. Trend Discretionary Current Accrual ............................................................... 68

ANALISIS MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN RIGHT ISSUE ABSTRAK IRHAM SUHARJA F0306044

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa, (1) Perusahaan melakukan manajemen laba secara naik sebelum right issue. (2) Terdapat perbedaan antara manajemen laba sebelum right issue dengan manajemen laba setelah right issue. (3) Manajemen laba sebelum right issue berhubungan negatif dengan kinerja keuangan setelah right issue.

Populasi penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Sampel diperoleh dengan tehnik purposive sampling dan diperoleh sampel akhir sebanyak 52 perusahaan nonkeuangan yang melakukan right issue antara tahun 1996 hingga tahun 2005. Variabel penelitian yang digunakan adalah manajemen laba dan kinerja keuangan. Manajemen laba diproksi dengan discretionary current accrual. Kinerja keuangan diproksi dengan return on asset. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif, uji one sample t test, paired sample test dan uji korelasi spearman.

Konsisten dengan teori agency dan teori managerial response hypothesis, hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan memiliki discretionary current accrual positif selama 3 tahun sebelum right issue. Temuan lain menunjukkan kinerja keuangan secara monotonik mengalami kenaikan selama 3 tahun sebelum right issue dan mengalami penurunan selama 3 tahun setelah right issue. Pola ini dikarenakan oleh manajemen laba yang didukung oleh fakta bahwa discretionary current accrual sebelum right issue lebih besar daripada setelah right issue. Terdapat pula hubungan negatif antara discretionary current accrual sebelum right issue dengan perubahan ROA setelah right issue. Investor perlu berhati-hati terhadap perusahaan yang melakukan right issue. Investor juga disarankan untuk memilih perusahaan yang memiliki discretionary current accrual yang minimum karena resiko penurunan kinerja keuangan di masa depan juga kecil. Kata Kunci: manajemen laba, kinerja keuangan, discretionary current accrual, return

on asset , right issue.

ANALYSIS EARNINGS MANAGEMENT AND FINANCIAL PERFORMANCE OF RIGHT ISSUER FIRM ABSTRACT IRHAM SUHARJA F0306044

The aims this research are to document that, (1) Firm do upward earnings management before rights issue. (2) There is different between earnings management before rights issue with after rights issue. (3) Earnings management before rights issue has negative correlation with financial performance after rights issue.

The population is a company registered in the Indonesian Stock Exchange in 2008. Samples obtained by purposive sampling technique and obtained the final sample of 52 nonfinancial companies that make rights issues between the years 1996 to 2005. Research variables used are earnings management and financial performance. Proxy for earnings management with discretionary current accruals. Financial performance as proxy for return on assets. Data analysis are descriptive analysis, test one sample t test, paired sample t test and Spearman correlation rank test.

Consistent with agency theory and the theory of managerial response hypothesis, results showed that firms have positive discretionary current accruals during the three years before the rights issue. Other findings show the financial performance monotonically increases during the three years before the rights issue and has decreased over the three years after the right issue. This pattern is due to the earnings management that is supported by the fact that current discretionary accruals before the rights issue is bigger than after the rights issue. There is also a negative relationship between discretionary current accrual before the rights issue with the change in ROA after the rights issue. Investors should be wary of companies that do right issue. Investors are so advised to choose a company that has a minimum of discretionary current accruals for risk reduction in the future financial performance are also small. Keyword: earnings management, financial performance, discretionary current accrual,

return on asset, right issue.

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam tataran normatif, standar akuntansi memang dapat memberikan jaminan atas kualitas laporan yang diterbitkan oleh entitas bisnis, karena dengan standar akuntansi tersebut laporan keuangan dari suatu entitas bisnis memiliki tingkat keandalan dan keterbandingan yang tinggi. Sedangkan dalam tataran praktis, standar akuntansi masih memiliki keterbatasan-keterbatasan yang bersifat melekat (Nurfaizi 2006). Surifah (2000) menyebutkan keterbatasan-keterbatasan laporan keuangan, pertama, fleksibilitas penerapan metode akuntansi yang menyebabkan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektifitas dalam menyusun metode akuntansi yang dipilih. Kedua, penentuan waktu untuk pengeluaran-pengeluaran yang bersifat discretionary dapat dipergunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi laba, yaitu dengan mempercepat atau menunda pengeluaran-pengeluaran tersebut dan menggesernya pada periode-periode yang lain.

Keterbatasan-keterbatasan laporan keuangan inilah yang pada praktiknya mendorong manajemen dapat melakukan manajemen laba (earnings management ) terhadap laporan keuangannya. Manajemen perusahaan sebagai pelaku utama proses pelaporan keuangan merupakan pihak yang paling opportunistik dalam menyikapi keterbatasan laporan keuangan ini. Manajeman Keterbatasan-keterbatasan laporan keuangan inilah yang pada praktiknya mendorong manajemen dapat melakukan manajemen laba (earnings management ) terhadap laporan keuangannya. Manajemen perusahaan sebagai pelaku utama proses pelaporan keuangan merupakan pihak yang paling opportunistik dalam menyikapi keterbatasan laporan keuangan ini. Manajeman

Menurut Healy dan Wahlen (1999), motivasi pasar modal, motivasi kontrak dan motivasi regulasi adalah beberapa motivasi yang mendorong manajemen perusahaan melakukan manajemen laba. Manajemen laba yang dilakukan karena motif pasar modal banyak disebabkan karena anggapan umum bahwa angka-angka akuntansi, khususnya laba, merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan investor dalam menilai harga saham. Rao dan Dandale (2005) mengatakan, manajemen laba telah menjadi dorongan untuk bereaksi terhadap pengaruh corporate events seperti initial public offerings (Singer (2008); Spuhr (2002); Joni dan Jogiyanto (2008)), seasoned equity offerings (Teoh et al. (1998); Shivakumar (2000); Chen (2007)), dan manajemen buyout (Begley et al. (2003); Chou et al. ( 2005)).

Manajemen laba dalam proses penawaran saham ini dapat terjadi karena adanya informasi asimetri antara manajer dan investor. Manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang datang, sehingga manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalkan nilai saham perusahaan (Rahmawati dkk. 2006).

Kurniawan (2004) berpendapat bahwa dalam proses SEO, perusahaan harus mempublikasikan prospektus penawaran yang berisi informasi keuangan maupun lainnya untuk menarik publik melakukan pembelian. Pada kondisi ini, sangat mungkin apabila manajer memiliki informasi tentang perusahaan yang lebih banyak jika dibandingkan para investor (asimetri informasi). Ketimpangan Kurniawan (2004) berpendapat bahwa dalam proses SEO, perusahaan harus mempublikasikan prospektus penawaran yang berisi informasi keuangan maupun lainnya untuk menarik publik melakukan pembelian. Pada kondisi ini, sangat mungkin apabila manajer memiliki informasi tentang perusahaan yang lebih banyak jika dibandingkan para investor (asimetri informasi). Ketimpangan

Teoh et al. (1998), Ching et al. (2002) dan Iqbal et al. (2008) berhasil membuktikan bahwa asimetri informasi mendorong manajer bersikap opportunistik di seputar seasoned equity offering (selanjutnya akan disingkat sebagai SEO) yaitu memanipulasi informasi kinerja yang dipublikasikan agar saham yang ditawarkan direspon positif oleh pasar dengan tujuan mendapatkan kesempatan memiliki issue fully subscribed (agency theory). Investor secara naif memperhitungkan kinerja laba sebelum issue dan melupakan informasi discretionary accrual yang terkandung.

Shivakumar (2002) berpendapat lain, bahwa sebenarnya manajemen laba di seputar SEO tidak didesain untuk mencurangi investor atau sikap opportunis dari manajemen, tetapi lebih sebagai tindakan rasional manajer untuk mengantisipasi perilaku pasar pada saat pengumuman penawaran, pasar mempunyai ekspektasi bahwa perusahan-perusahaan yang melakukan penawaran saham telah mengatur labanya dan konsisten dengan harapan tersebut, issuer menaikkan laba sebelum pengumuman penawaran (teori management respond). Shivakumar (2002) menemukan fakta bahwa terdapat hubungan negatif antara abnormal akrual sebelum pengumuman dengan abnormal return pada saat Shivakumar (2002) berpendapat lain, bahwa sebenarnya manajemen laba di seputar SEO tidak didesain untuk mencurangi investor atau sikap opportunis dari manajemen, tetapi lebih sebagai tindakan rasional manajer untuk mengantisipasi perilaku pasar pada saat pengumuman penawaran, pasar mempunyai ekspektasi bahwa perusahan-perusahaan yang melakukan penawaran saham telah mengatur labanya dan konsisten dengan harapan tersebut, issuer menaikkan laba sebelum pengumuman penawaran (teori management respond). Shivakumar (2002) menemukan fakta bahwa terdapat hubungan negatif antara abnormal akrual sebelum pengumuman dengan abnormal return pada saat

Teoh et al. (1998) dan Rangan dalam Rao dan Dandale (2008) berpendapat bahwa perusahaan menaikkan laba mereka sebelum SEO dapat dengan menaikkan pendapatan akuntansi akrual. Akrual diartikan sebagai perbedaan antara laba dengan arus kas dari aktivitas operasi. Hal ini lebih jauh dipecah menjadi nondiscretionary accrual dan discretionary accrual. Nondiscretionary accrual merupakan kebijakan yang disebabkan oleh tuntutan kondisi perusahaan karena perubahan aktivitas perusahaan yakni dengan meningkatkan volume bisnis. Sedangkan discretionary accrual adalah kebijakan yang dipilih manajemen dalam memilih metode dan estimasi akuntansi. Manajemen dapat membuat kebijaksanaan memilih metode dan estimasi akuntansi yang dapat menaikkan atau menurunkan laba seperti estimasi nilai sisa dan umur aktiva, estimasi penyisihan piutang tak tertagih, estimasi biaya garansi dan lain-lain.

Lebih lanjut Rao dan Dandale (2008) mengatakan bahwa perusahaan menemukan kesulitan untuk mempertahankan beberapa manipulasi untuk jangka panjang karena akrual akan terevisi, bahwa dalam jangka panjang, jumlah laba harus sama dengan jumlah cash flow. Akibatnya, adanya akrual yang lebih tinggi Lebih lanjut Rao dan Dandale (2008) mengatakan bahwa perusahaan menemukan kesulitan untuk mempertahankan beberapa manipulasi untuk jangka panjang karena akrual akan terevisi, bahwa dalam jangka panjang, jumlah laba harus sama dengan jumlah cash flow. Akibatnya, adanya akrual yang lebih tinggi

Penelitian ini mengacu pada penelitian Rao dan Dandale (2008) yang meneliti perilaku manajemen laba dan kinerja perusahaan yang melakukan right issue di India. Peneliti menganggap kondisi pasar modal di India dan di Indonesia sama-sama masih dalam tahap pasar modal berkembang dan kondisi seasoned equity offering (SEO) di kedua negara ini mayoritas dilakukan dengan right issue. Dalam proses penawaran saham baru melalui right issue pemegang saham akan diberikan hak (right) secara proporsional untuk membeli saham baru tersebut. Right juga dapat diperjualbelikan di pasar jika pemegang saham lama tidak ingin menggunakannya.

Rao dan Dandale (2008) berpendapat bahwa right issue adalah high profile event , menempatkan perusahaan dalam lingkungan publik dan manajer ingin perusahaan mereka terlihat berkinerja dengan baik, diperhatikan reputasinya dan dihargai. Suatu kenaikan laba sebelum right issue mendorong harga saham lebih tinggi sehingga memungkinkan peningkatan profitabilitas untuk diambil. Perusahaan yang melakukan right issue menaikkan laba sementara waktu di seputar right issue dan laba yang tinggi gagal untuk dipertahankan dikarenakan

revisi pada akrual setelah right issue. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan terbukti melakukan discretionary current accrual 3 tahun sebelum right issue . Analisis time series menunjukkan 3 tahun sebelum right issue, discretionary current accrual dan net income selalu mengalami kenaikan. Sementara 3 tahun setelah right issue, discretionary current accrual dan net income mengalami penurunan. Temuan tersebut membuktikan bahwa perusahaan penerbit right issue telah melakukan manajemen laba diseputar right issue untuk menaikkan laba sebelum right issue dan karena manajemen laba tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang menyebabkan penurunan laba setelah right issue . Penelitian ini juga akan menguji perilaku manajemen laba dan kinerja perusahaan diseputar right issue, sehingga peneliti menggunakan judul penelitian “Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan yang Melakukan Right Issue ”. Namun peneliti mengembangkan penelitian terdahulu dengan melakukan:

2. Pengujian apakah terdapat perbedaan antara tingkat manajemen laba sebelum right issue dengan setelah right issue. Pengujian ini akan dapat lebih membuktikan bahwa manajemen laba melalui discretionary current accrual tidak dapat dipertahankan selama jangka panjang.

3. Menguji apakah terdapat hubungan negatif antara manajemen laba sebelum right issue dengan kinerja keuangan setelah right issue. Pengujian ini akan membuktikan bahwa manajemen laba yang dilakukan sebelum right issue berhubungan dengan penurunan kinerja keuangan setelah right issue sehingga 3. Menguji apakah terdapat hubungan negatif antara manajemen laba sebelum right issue dengan kinerja keuangan setelah right issue. Pengujian ini akan membuktikan bahwa manajemen laba yang dilakukan sebelum right issue berhubungan dengan penurunan kinerja keuangan setelah right issue sehingga

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah perusahaan melakukan manajemen laba secara naik sebelum right issue ?

2. Apakah tingkat manajemen laba perusahaan sebelum right issue berbeda dengan tingkat manajemen laba setelah right issue?

3. Apakah ada hubungan negatif antara manajemen laba sebelum right issue dengan kinerja keuangan setelah right issue?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk:

1. Menguji bahwa perusahaan melakukan manajemen laba secara naik sebelum right issue .

2. Menguji bahwa terdapat perbedaan antara tingkat manajemen laba perusahaan sebelum right issue dengan setelah right issue.

3. Menguji bahwa terdapat hubungan negatif antara manajemen laba sebelum right issue dan kinerja keuangan setelah right issue.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Mengembangkan pengetahuan yang telah ada mengenai perilaku manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue khususnya di Indonesia. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis Dengan mengetahui perilaku manajemen laba perusahaan yang melakukan right issue, para investor dapat lebih cermat dalam mengambil keputusan investasinya.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun secara teratur dalam 5 bab yang masing- masing bab dibagi menjadi subbab, dengan tujuan mempermudah pembahasan serta untuk mempermudah pembaca memahami garis besar penelitian ini. Isi dan bahasan ini disajikan dalam bentuk sistematika sebagai berikut :

1. BAB I Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini.

2. BAB II Pada bab ini akan menguraikan kerangka teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah dan perumusan hipotesis penelitian ini.

3. BAB III Pada bab ini merupakan landasan metodologi penelitian, yang merupakan acuan analisis ilmiah dalam mewujudkan hasil penelitian yang mencakup pemilihan sampel, sumber data, variabel penelitian, metode analisis data dan pengujian hipotesis.

4. BAB IV Pada bab ini akan membahas statistik deskriptif discretionary current accrual dan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue, hasil pengujian hipotesis dan pembahasannya berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

5. BAB V Pada bab ini akan diuraikan penarikan kesimpulan hasil penelitian, diikuti dengan keterbatasan-keterbatasan penelitian yang perlu diketahui oleh pembaca serta saran-saran atas hasil penelitian dan saran-saran bagi pengembangan penelitian berikutnya.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Right Issue

1. Pengertian Right Issue

Right issue merupakan pengeluaran saham baru dalam rangka penambahan modal perusahaan, namun terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham lama saat ini (existing shareholder). Dengan kata lain, pemegang saham lama memiliki preemptive right atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atas saham-saham baru tersebut. Hak memesan efek terlebih dahulu adalah hak pemegang saham lama mendapatkan saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dibagi secara proporsional atau sebanding dengan saham yang dimiliki.

Dengan melaksanakan right issue perusahaan dapat memperoleh modal dengan menghimpun dana dari masyarakat dan pemegang saham lama dengan tujuan membiayai operasional perusahaaan, melakukan ekspansi atau perluasan perusahaan, membiayai proyek pengembangan usaha yang memerlukan dana besar dan atau untuk refinancing.

2. Keuntungan Melakukan Right Issue

Keuntungan perusahaan melakukan right issue, pertama adalah right issue dapat mengurangi biaya emisi, karena biasanya dalam melakukan right issue perusahaan tidak menggunakan jasa penjamin (underwriter). Kedua, Keuntungan perusahaan melakukan right issue, pertama adalah right issue dapat mengurangi biaya emisi, karena biasanya dalam melakukan right issue perusahaan tidak menggunakan jasa penjamin (underwriter). Kedua,

Sedangkan bagi pemegang saham, dengan adanya right issue pemegang saham memiliki hak untuk mempertahankan persentase haknya atas laba dan hak suara dalam perusahaan. Jika sejumlah saham baru langsung dijual kepada para pemegang saham baru makin banyak hak suara dari laba dalam perusahaan akan beralih kepada mereka. Namun sifat right issue adalah sebagai hak dan bukan kewajiban, maka jika pemegang saham tidak ingin melaksanakan haknya, ia dapat menjual hak tersebut. Dengan demikian terjadilah perdagangan atas right. Right diperdagangkan seperti halnya saham namun perdagangan right mempunyai masa berlaku tertentu. Pemegang saham lama jika merasa lebih baik membeli saham, maka right dapat dieksekusi pada harga yang tertera pada right dan selanjutnya dapat menjual saham tersebut ke bursa untuk mendapatkan capital gain atau dipertahankan untuk mendapatkan deviden.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam right issue antara lain waktu, harga, dan rasio. Bagi para investor informasi waktu penerbitan sangat penting untuk mengambil suatu keputusan apakah akan melaksanakan haknya atau tidak, sebab proses right issue memiliki masa berlaku relatif singkat. Right tidak dapat digunakan apabila tidak dieksekusi pada periode pelaksanaan. Harga dan rasio juga perlu diperhatikan, untuk melihat apakah Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam right issue antara lain waktu, harga, dan rasio. Bagi para investor informasi waktu penerbitan sangat penting untuk mengambil suatu keputusan apakah akan melaksanakan haknya atau tidak, sebab proses right issue memiliki masa berlaku relatif singkat. Right tidak dapat digunakan apabila tidak dieksekusi pada periode pelaksanaan. Harga dan rasio juga perlu diperhatikan, untuk melihat apakah

1. Cum-date. Cum-date merupakan tanggal perdagangan saham emiten yang didalamnya masih terdapat hak mendapatkan right.

2. Ex-date. Ex-date merupakan tanggal pedagangan saham emiten setelah cum-date sehingga jika membeli saham pada saat itu tidak mendapatkan right .

3. DPS-date. DPS-date merupakan tanggal pengumuman daftar pemegang saham yang berhak mendapatkan right.

4. Tanggal pelaksanaan dan periode right issue. Periode pelaksanaan right issue umumnya relatif singkat. Umumnya dilaksanakan selama 30 hari.

5. Harga. Umumnya harga right issue ditawarkan lebih rendah dari harga pasar, hal ini sebagai insentif bagi pemegang saham lama. Namun sebetulnya, harga per-saham dari total saham yang dimiliki investor, tidak menjadi serendah harga right issue. Pemilik saham harus melakukan penyesuaian harga dengan menambahkan nilai saham lamanya dengan nilai saham baru, dan kemudian dibagi dengan total jumlah saham. Harga penyesuaian akan menunjukkan harga pasar yang terdilusi.

5. Standby Buyer. Standby buyer adalah investor yang siap membeli saham baru yang tidak terjual, yang dapat berasal dari pemegang saham lama atau investor baru.

3. Prosedur dan Proses Right Issue

Berdasarkan Peraturan BAPEPAM Nomor KEP-26/PM/2003 dalam menerbitkan right issue atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), terdapat prosedur dan proses yang harus dilakukan oleh perusahaan, yakni:

1. Mengadakan rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk mempertimbangkan dan menyetujui rencana penawaran.

2. Menyediakan prospektus bagi pemegang saham selambat-lambatnya 28 hari sebelum RUPS.

3. Mendaftarkan pernyataan pendaftaran BAPEPAM selambat-lambatnya 28 hari sebelum RUPS. Pernyataan pendaftaran dimaksud, menurut peraturan BAPEPAM Nomor KEP-08/PM/2000 adalah berupa:

a. Surat Pengantar Pernyataan Pendaftaran (peraturan BAPEPAM Nomor IX.C.1).

b. Prospektus (peraturan BAPEPAM Nomor KEP-09/PM/2000).

c. Dokumen lain yang diperlukan sebagai bagian dari pernyataan tersebut. Salah satunya adalah dokumen laporan keuangan selama 2 tahun terakhir berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan serta c. Dokumen lain yang diperlukan sebagai bagian dari pernyataan tersebut. Salah satunya adalah dokumen laporan keuangan selama 2 tahun terakhir berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan serta

4. Pemegang saham yang berhak mendapatkan HMETD adalah pemegang saham terdaftar pada 8 hari kerja setelah RUPS.

5. Bukti HMETD wajib tersedia dan distribusikan dalam 1 hari kerja setelah pengumuman daftar pemegang saham yang berhak atas HMETD.

6. HMETD dapat dialihkan atau diperdagangkan. Jika efek yang mendasari hak tersebut tercatat di bursa efek, maka HMETD tersebut wajib dicatatkan pula di bursa efek. Perdagangan HMETD ini dimulai setelah berakhirnya distribusi HMETD dan berlangsung sekurang-kurangnya 5 hari kerja dan paling lama 30 hari kerja setelah distribusi HMETD.

7. HMETD dapat sudah dapat ditukarkan dengan efek baru selama periode perdagangan. Efek baru tersebut wajib diterbitkan dan tersedia dalam 2 hari kerja setelah HMETD dilaksanakan.

8. Perusahaan wajib mengalokasikan efek yang tidak dipesan (tambahan), pada harga pemesanan yang sama kepada semua pemegang saham yang menyatakan berminat untuk membeli efek tambahan pada periode pelaksanaan HMETD tersebut. Apabila jumlah permintaan atas efek yang tidak dipesan (tambahan) melebihi efek yang tersedia. Efek yang dimaksud akan dijatahkan secara proporsional, berdasarkan atas jumlah HMETD yang dilaksanakan oleh masing-masing pemegang saham yang meminta penambahan efek berdasarkan harga pemesanan.

9. Dalam hal permintaan efek yang tambahan ini, para pemesan wajib membayar penuh atas efek tambahan ini dalam 2 hari kerja setelah berakhirnya perdagangan HMETD. Penjatahan efek tambahan dilaksanakan dan ditetapkan 1 hari kerja setelah berakhirnya pembayaran efek tambahan ini.

10. Perusahaan wajib mengembalikan uang dari bagian pemesanan efek tambahan yang tidak terpenuhi pada 2 hari kerja setelah penjatahan.

11. Setelah penjatahan efek tambahan ini selesai dilaksanakan, maka dokumen yang berhubungan dengan pelasanaan HMETD, termasuk tembusan tanda terima, wajib disimpan perusahaan untuk jangka waktu 5 tahun. Perusahaan wajib menunjuk Akuntan yang terdaftar di BAPEPAM untuk melasanakan pemeriksaan khusus mengenai kewajaran pelasanaan HMETD tersebut. Laporan hasil pemeriksaan wajib disampaikan kepada BAPEPAM dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal penjatahan.

Berdasarkan peraturan BAPEPAM nomor Kep-26/PM/2003 tersebut diatas dapat dibuat skema prosedur dan proses pelaksanaan right issue atau HMETD pada Gambar II.1 berikut:

Tanggal Pendaftaran/

Tanggal RUPS Permohonan kepada

Tanggal penerbitan

prospektus ke publik

BAPEPAM

Tanggal pengumuman dan

Tanggal efektif pendistribusian sertifikat

Tanggal terakhir

persetujuan oleh pemegang saham yang

perdagangan saham emiten

BAPEPAM, jika rencana mendapatkan right

yang didalamnya terdapat

hak mendapatkan right

disetujui RUPS

Tanggal pemesanan dan right dan penukaran efek

Masa hidup perdagangan

Tanggal terakhir

pembayaran efek baru

perdagangan right

tambahan

Tanggal penunjukkan

Tanggal penjatahan efek akuntan untuk

Tanggal pengembalian

tambahan memeriksa pelaksanaan

uang pemesanan efek

tambahan jika tidak

right issue

terpenuhi

Tanggal penyerahan laporan pemeriksaan kepada BAPEPAM

Gambar II.1 Prosedur dan Proses Pelaksanaan Right Issue

B. Manajemen Laba

1. Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan (Scott 2003). Menurut Fischer dan Rosenzweig dalam Nurfaizi (2006):

Earnings management as referring to actions of a manager which serve to increase (decrease) current reported earnings of the unit for which the manager is responsible without generating a corresponding increase (decrease) in the long-term economic profitability of the unit .

Definisi diatas dapat diartikan bahwa manajemen laba merupakan tindakan manajer yang bertujuan meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan saat ini tanpa melihat hubungannya dengan kenaikan atau penurunan probabilitas ekonomi jangka panjang. Manajer lebih ingin meningkatkan probabilitas pada saat ini tanpa melihat dampaknya pada jangka panjang.

Pengertian manajemen laba yang lain diungkapkan oleh Setiawati dan Naim (2000) yaitu campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang Pengertian manajemen laba yang lain diungkapkan oleh Setiawati dan Naim (2000) yaitu campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang

Healy dan Wahlen (1999) mengungkapkan: Earnings management occurs when managers use judgement in financial

reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about underlying economic performance of the company or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting numbers

Definisi manajemen laba dari Healy dan Wahlen di atas memiliki arti yang mendalam dan luas. Prihandini (2006) lebih lanjut menguraikan maksud dari definisi tersebut. Pertama, terdapat banyak alasan atau justifikasi yang dapat diajukan oleh manajer untuk mempengaruhi laporan keuangan perusahaan, misalnya manajer dapat menggunakan berbagai justifikasi untuk mengestimasi berbagai kejadian ekonomi masa depan misalnya umur mesin, nilai sisa (salvage value), aset jangka panjang, penundaan pajak, atau penyisihan piutang tak tertagih. Manajer juga dituntut untuk memilih beberapa metode penyusutan dan juga penggunaan sistem pencatatan persediaan yang diperkenankan.

Kedua, manajemen laba digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan yang tidak sebenarnya kepada pemegang saham (to mislead stokeholders ) atau setidaknya beberapa tingkatan pemegang saham tentang kinerja ekonomi perusahaan sebenarnya. Hal ini terjadi ketika manajer percaya bahwa pemegang saham tidak memiliki kemampuan untuk mengungkap atau sebagian tidak peduli dengan praktek manajemen laba.

Ketiga, justifikasi yang dilakukan oleh manajer untuk menggunakan manajemen laba tidak saja berimplikasi pada manfaat tetapi juga pada biaya. Artinya manajemen laba memiliki dua implikasi langsung, yaitu manfaat dan biaya (benefit and cost). Biaya (cost) yang memungkinkan terkait dengan manajemen laba adalah adanya potensi kesalahan alokasi atas sumber-sumber yang muncul dari manajemen laba itu, sementara manfaat (benefit) yang mungkin diperoleh adalah potensi peningkatan dalam kemampuan manajemen dalam menyiratkan informasi penting kepada pihak luar yang akhirnya dapat meningkatkan keputusan alokasi sumber-sumber yang ada.

2. Motivasi Manajemen Laba

Manajemen laba tidak terlepas dari motivasinya dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diharapkan oleh para manajer terhadap pelaporan keuangannya. Motivasi-motivasi tersebut menurut Healy dan Wahlen (1999) ada 3 (tiga) macam, yaitu:

1. Motivasi Pasar Modal Motivasi dilakukannya manajemen laba karena alasan pasar modal lebih banyak disebabkan oleh adanya anggapan umum bahwa angka- angka akuntansi, khususnya laba, merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan investor dalam menilai harga saham. Karena alasan ini, maka manajer berusaha untuk membuat laporan keuangannya nampak baik dengan maksud untuk mempengaruhi kinerja harga saham dalam jangka pendek. Beberapa penelitian menunjukkan manajer 1. Motivasi Pasar Modal Motivasi dilakukannya manajemen laba karena alasan pasar modal lebih banyak disebabkan oleh adanya anggapan umum bahwa angka- angka akuntansi, khususnya laba, merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan investor dalam menilai harga saham. Karena alasan ini, maka manajer berusaha untuk membuat laporan keuangannya nampak baik dengan maksud untuk mempengaruhi kinerja harga saham dalam jangka pendek. Beberapa penelitian menunjukkan manajer

2. Motivasi Kontrak Data akuntansi digunakan untuk membantu mengawasi dan mengatur kontrak antara perusahaan dengan para stakeholder mereka. Akuntansi menyediakan informasi yang menjadi basis keputusan dalam penentuan kompensasi manajemen dan perjanjian hutang. Guidry et al. (1998) menemukan bahwa manajer divisi dalam perusahaan multinasional akan meningkatkan laba ketika target pendapatan dalam rencana bonus mereka tidak akan terpenuhi. Lebih lanjut Healy dan Wahlen (1999) menyimpulkan bahwa adanya kontrak kompensasi dan hutang mendorong manajer melakukan manajemen laba untuk meningkatkan penghargaan bonus, meningkatkan jaminan pekerjaan, dan mengurangi pelanggaran perjanjian hutang. Achmad dkk. (2007) membuktikan adanya hubungan kompensasi manajemen, pembayaran deviden dan perjanjian hutang terhadap peningkatan laba.

3. Motivasi Regulasi Motivasi ini timbul karena adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan kepada perusahaan-perusahaan untuk menerbitkan laporan 3. Motivasi Regulasi Motivasi ini timbul karena adanya peraturan pemerintah yang mewajibkan kepada perusahaan-perusahaan untuk menerbitkan laporan

Motivasi-motivasi manajemen laba di atas, secara lebih rinci diungkapkan oleh Scott (2003 377), yang menyatakan terdapat 6 (enam) motivasi dasar yang mendasari manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management), yaitu:

1. Motivasi Skema Bonus (Bonus Scheme) Motivasi skema bonus adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka memaksimalkan utilitas mereka dalam bentuk perolehan bonus dari pihak pemegang saham (shareholders). Bonus ini dapat diperoleh manajer jika ia bisa mendapatkan laba perusahaan pada angka tertentu yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Manajer yang bekerja di perusahaan dengan rencana bonus akan berusaha merekayasa laba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya. Merekayasa laba di sini berarti pihak manajer melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan angka laba (income maximization) yaitu melakukan teknik-teknik manajemen laba yang bisa menaikkan angka laba periode saat ini.

2. Motivasi Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt Covenant) Motivasi ini dikaitkan dengan adanya kontrak jangka panjang dengan pihak pemberi pinjaman atau kreditor. Biasanya, dalam kontrak ini 2. Motivasi Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt Covenant) Motivasi ini dikaitkan dengan adanya kontrak jangka panjang dengan pihak pemberi pinjaman atau kreditor. Biasanya, dalam kontrak ini

3. Motivasi Politik (Political Motivation) Motivasi ini muncul bagi perusahaan-perusahaan besar dan industri minyak dan gas serta perusahan penerbangan dan perusahaan energi, karena aktivitas mereka mempengaruhi sejumlah besar masyarakat. Perusahaan akan memanipulasi laba dengan tujuan mengurangi tanggung jawab mereka. Pemerintah juga akan memberikan regulasi yang lebih bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

4. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivation) Motivasi perpajakan, sangat erat dengan motivasi politik (political motivation ). Motivasi ini ditujukan untuk memaksimalkan utilitas manajemen dan pemegang saham dengan cara mengurangi laba yang dilaporkan ke pemerintah. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besaran biaya pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Mengurangi laba di sini berarti pihak manajemen melakukan manajemen laba dengan cara menjadikan laba pada periode saat ini lebih kecil (income minimization) daripada laba sebenarnya.

5. Motivasi Pergantian (Chief Executive Officer (CEO) Motivasi ini terjadi ketika masa jabatan CEO dalam suatu perusahaan akan berakhir. Dalam hal ini, CEO yang akan berakhir masa penugasannya atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan prestasinya di akhir penugasan. Hal ini bertujuan untuk memberikan citra yang baik sehingga akan mendapatkan bonus yang besar atau agar CEO tersebut dapat dipilih kembali oleh jajaran dewan komisaris sebagai CEO pada periode berikutnya. Usaha untuk memaksimalkan prestasi tersebut biasanya dilakukan dengan cara memaksimalkan laba perusahaan di akhir tahun penugasan. Dalam hal ini CEO akan melakukan manajemen laba terhadap laporan keuangan dengan cara meningkatkan angka laba (income maximization ) agar bisa menghasilkan laba perusahaan yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan.

6. Motivasi Penawaran Saham Perdana (Inital Public Offering) Motivasi ini hampir sama dengan pendapat Healy dan Wahlen (1999), yaitu di saat pelaksanaan IPO, perusahaan cenderung untuk meninggikan angka laba perusahaan dalam rangka menarik investor untuk membeli saham yang perusahaan tawarkan.

3. Pola Manajemen Laba

Sebagai proses perekayaan laba atas laporan keuangan, praktik manajemen laba umumnya dilakukan dengan tujuan untuk mempercantik atau memodifikasi laporan keuangan yang akan dihasilkan sebagai hasil kinerja Sebagai proses perekayaan laba atas laporan keuangan, praktik manajemen laba umumnya dilakukan dengan tujuan untuk mempercantik atau memodifikasi laporan keuangan yang akan dihasilkan sebagai hasil kinerja

1. Taking A Bath Taking a bath adalah pola yang paling ekstrim yang digunakan dalam praktik manajemen laba. Pola ini dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. Cara ini umumnya dilakukan pada saat pergantian CEO.

2. Minimisasi Laba (Income Minimization) Minimisasi laba (income minimization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya. Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan pada periode berjalan sangat tinggi dan berusaha dialirkan ke periode mendatang, yang diprediksikan memiliki profitabilitas lebih rendah, sehingga jika dibandingkan antara dua periode tersebut tidak menunjukkan fluktuasi yang tajam.

3. Maksimisasi Laba (Income Maximization) Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan 3. Maksimisasi Laba (Income Maximization) Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan

4. Perataan Laba (Income Smoothing) Perataan laba (income smoothing) merupakan pola manajemen laba yang paling populer dan sering dilakukan. Perataan laba adalah upaya yang sengaja dilakukan untuk menormalkan income dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat income yang diinginkan (Belkaoui dan Riahi 2000). Perataan laba (income smoothing) juga dapat didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat earnings yang dianggap normal bagi suatu perusahaan. Dalam pengertian ini perataan merepresentasi suatu bagian upaya manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam earnings pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat (Beidelman dalam Belkaoui dan Riahi 2000).

4. Teknik Manajemen Laba

Dalam melakukan perekayasaan atas laporan keuangan, terdapat beberapa teknik yang mungkin dilakukan. Teknik-teknik ini didasarkan atas beberapa peluang dan pola-pola manajemen laba di atas yang memungkinkan Dalam melakukan perekayasaan atas laporan keuangan, terdapat beberapa teknik yang mungkin dilakukan. Teknik-teknik ini didasarkan atas beberapa peluang dan pola-pola manajemen laba di atas yang memungkinkan

1. Manajemen Akrual (Accrual Management) Manajemen akrual biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer (managers discretion). Contoh, mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan (revenue), menganggap suatu beban biaya sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of an investment), misalnya biaya perawatan aktiva tidak lancar, kerugian atau keuntungan atas penjualan aktiva, dan perkiraan-perkiraan akuntansi lainnya seperti beban piutang ragu-ragu, dan perubahan perubahan metode akuntansi.

2. Penerapan Kebijaksanaan Akuntansi Wajib (Adoption of Mandatory Accounting Changes )

Terkait dengan penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib dilakukan oleh perusahaan, manajemen perusahaan memiliki dua pilihan yaitu apakah menerapkan lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut. Biasanya untuk suatu kebijaksanaan akuntansi baru yang wajib (mandatory accounting policy), badan akuntansi yang ada memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk dapat menerapkan lebih awal dari waktu berlakunya. Para manajer tentu saja lebih memilih untuk Terkait dengan penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib dilakukan oleh perusahaan, manajemen perusahaan memiliki dua pilihan yaitu apakah menerapkan lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut. Biasanya untuk suatu kebijaksanaan akuntansi baru yang wajib (mandatory accounting policy), badan akuntansi yang ada memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk dapat menerapkan lebih awal dari waktu berlakunya. Para manajer tentu saja lebih memilih untuk

3. Perubahan Akuntansi Secara Sukarela (Voluntary Accounting Changes)

Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu di antara sekian banyak metode yang sesuai dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Contoh, merubah metode penilaian persediaan dari FIFO ke LIFO atau sebaliknya, merubah metode penyusutan aktiva dari metode garis lurus ke metode penyusutan yang dipercepat atau sebaliknya, dan atau pengakuan atas biaya produksi, yaitu antara menggunakan metode biaya penuh (absorption atau full costing ) dan biaya variabel atau langsung (variable atau direct costing).

Berbeda dengan Ayres (1994), teknik-teknik manajemen laba yang bisa dilakukan oleh para manajer dalam rangka perekayasaan laporan keuangan menurut Setiawati dan Naim (2000) adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan Peluang Untuk Membuat Estimasi Akuntansi Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi adalah salah satu cara manajemen untuk mempengaruhi laba melalui pertimbangan (judgement) terhadap estimasi akuntansi dalam laporan keuangan. Beberapa estimasi akuntansi yang dapat dimanfaatkan oleh manajer adalah estimasi tingkat piutang tidak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi 1. Memanfaatkan Peluang Untuk Membuat Estimasi Akuntansi Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi adalah salah satu cara manajemen untuk mempengaruhi laba melalui pertimbangan (judgement) terhadap estimasi akuntansi dalam laporan keuangan. Beberapa estimasi akuntansi yang dapat dimanfaatkan oleh manajer adalah estimasi tingkat piutang tidak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi

2. Mengubah Metode Akuntansi Mengubah metode akuntansi adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh manajer untuk mengubah metode akuntansi sebagai dasar pencatatan suatu transaksi pada periode tertentu. Beberapa metode akuntansi yang bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh manajer untuk menghasilkan angka laba yang diharapkan adalah metode depresiasi aktiva tetap, metode penilaian persediaan, dan sebagainya.