6
latar belakang masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana Kepemimpinan Camat di Kantor Kecamatan Barumun Tengah
Kabupaten Tapanuli Selatan? 2. Bagaimana pengaruh Kepemimpinan Camat terhadap disiplin kerja pegawai di
Kantor kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan?
3. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan Penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan Camat di Kantor Kecamatan
Barumun tengah. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan Camat terhadap
disiplin kerja pegawai di Kantor Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan.
4. Manfaat Penelitian.
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : a.
Bagi Universitas Sumatera Utara USU, Khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik FISIP dalam memperkaya referensi karya ilmiah pada Departemen
Ilmu Administrasi Negara. b.
Bagi Pemerintahan Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai tambahan informasi mengenai kepemimpinan Camat terhadap disiplin
kerja pegawai negeri sipil. c.
Bagi penulis sebagai Tambahan informasi ilmiah dalam memperdalam pengetahuan tentang kepemimpinan serta pengembangan dan peningkatan
Universitas Sumatera Utara
7
kemampuan berfikir penulis melalui penulisan karya ilmiah ini.
5. Kerangka Teori.
Teori diartikan sebagai serangkaian konsep, definisi, proposisi, yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu
fenomena. Singarimbun, 1989 : 48 Mengacu pendapat diatas, maka dalam hal ini penulis mengemukakan
beberapa teori yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian.
5.1. Kepemimpinan a. Pengertian pemimpin dan kepemimpinan.
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang berarti seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan di satu
bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama–sama melakukan aktifitas tertentu demi pencapaian suatu sasaran dan tujuan. Kartono,
2005 : 76. Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat,
kemampuan, proses dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati sehingga orang lain bersedia dengan penuh
keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki pemimpin tersebut. Pengertian pemimpin yang diutarakan Fairchild dalam kartini kartono,
2005 : 23 yang menyatakan pemimpin dalam pengertian luas seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur,
menunjukkan, mengorganisasi, atau mengontrol usaha atau upaya orang lain melalui kewenangan, kekuasaan atau posisi.
Universitas Sumatera Utara
8
Dan pengertian kepemimpinan menurut Siagian 2002 : 62 adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para
bawahannya sedekian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.
Dari pengertian-pengertian luas diatas dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang melekat pada diri seseorang pemimpin
yang bergantung pada bermacam faktor intern dan ekstern serta esensi kepemimpinan itu adalah kepengikutan.
b. Azas dan fungsi Kepemimpinan.
Azas atau dasar kepemimpinan merupakan hal yang prinsip karena sangat menentukan kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan yang baik tersebut memiliki
ciri-ciri, karakteristik, pribadi. Dan pola yang dapat dibedakan dengan tidak baik. Menurut Kartono 2005 : 12 azas kepemimpinan sangat penting karena
kepemimpinan akan memproduser hasil yang baik dan bermanfaat atau justru menghasilkan produk yang buruk dalam kaitannya dengan efisiensi organisasi
sedangkan fungsi kepemimpinan menjadi penting karena fungsilah yang menjadi indikator apakah kepemimpinan tersebut optimal atau tidak.
Selanjutnya Kartono 2005 : 25 menjelaskan bahwa fungsi kepemimpinan adalah sebagai kegiatan memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi,
atau membangun motivasi–motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi organisasi yang baik, memberikan supervisi atau
pengawasan yang efektif dan membawa para pengikut kepada sasaran yang ingin
Universitas Sumatera Utara
9
dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Azas-azas kepemimpinan menurut Kartono 2005 : 28 adalah :
a. Kemanusiaan. Mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan manusia untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan setiap individu, demi tujuan-tujuan tentang manusia.
b. Efisiensi. Efisiensi teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber
materi dan jumlah manusia, atas prinsip penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis serta azas-azas manajemen modern.
c. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada taraf kehidupan yang lebih tinggi.
Menurut Hendiyat 1998 : 4 fungsi kepemimpinan terbagai atas dua bagian yaitu : 1.
Fungsi bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai . 2.
Fungsi bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya.
Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai antara lain terdiri dari : a.
Memikirkan, merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya anggota –anggota selalu dapat menyadari dalam bekerja sama mencapai
Universitas Sumatera Utara
10
tujuan itu. b.
Memberi motivasi kepada para anggota kelompok serta menjelaskan situasi dengan maksud untuk dapat ditemukan rencana-rencana kegiatan kepemimpinan
yang dapat memberi harapan yang baik, dan kepemimpinan yang dapat memberi harapan yang baik, dan kepemimpinan harus sesuai dengan situasi yang nyata
karena kepemimpinan yang efektif dalam suatu demokrasi tergantung interaksi dari anggota dalam situasi itu dan juga saran–saran dari anggota akan membantu
pemimpin dalam hal membawa anggota dalam satu tujuan. c.
Membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan–keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan–pertimbangan yang sehat.
d. Memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kepada masing-masing demi kepentingan bersama.
Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat antara lain :
a. Memupuk dan memelihara kesediaan kerjasama di dalam kelompok demi tercapai
tujuan bersama.
Universitas Sumatera Utara
11
b. Menanamkan dan memupuk perasaan pada masing-masing anggota bahwa
mereka termasuk dalam kelompok adalah bagian dari kelompok dan semangat kelompok dapat dibentuk melalui penghargaan terhadap usaha- usahanya dan sifat
yang ramah tamah, gembira dari pemimpin akan mempengaruhi anggota-anggota dan mereka pasti akan menirunya.
c. Mengusahakan suatu tempat pekerjaan yang menyenangkan baik ruangan,
fasilitas, maupun situasi. Menurut Manulang 1995 :23 azas dan fungsi kepemimpinan juga berkaitan
dengan tanggung jawab pemimpin yang dapat disebutkan dalam poin-poin
terperinci, yaitu : a.
Menentukan pelaksanaan kerja yang realistis. b.
Melengkapi para karyawan dengan sumber dana yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
c. Mengkomunikasikan kepada karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka.
d. Memberikan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi.
e. Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengandungkan partisipasi
apabila memungkinkan.
Universitas Sumatera Utara
12
f. Menghilangkan hambata-hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif.
g. Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya.
h. Menunjukkan perhatian kepada karyawannya.
c.Teori Kepemimpinan.
Menurut Kartono 2005 : 31 Pada umumnya teori kepemimpinan berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan
kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa hal, antara lain : a.
Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan dibutuhkan manusia disebabkan karena adanya suatu
keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia. Disatu pihak manusia. Disatu pihak manusia terbatas kemampuannya dan kesempatan
untuk memimpin, sedangkan dipihak lain ada orang yang mempunyai kelebihan dan kesempatan untuk memimpin, sedangkan dipihak lain ada
orang yang mempunyai kelebihan untuk memimpin. Disinilah timbulnya kebutuhan akan kepemimpinan, yaitu sejak adanya kerja sama antar manusia.
b. Sebab munculnya Pemimpin.
Mengenai sebab munculnya seorang pemimpin para ahli telah
Universitas Sumatera Utara
13
mengemukakan beberapa teori, dimana antara satu dengan lainnya mempunyai perbedaan. Walaupun demikian terdapat tiga teori yang menonjol
dalam menjelaskan munculnya pemimpin, yaitu :
Teori Genetis Menurut teori ini seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia
dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga.
Teori Sosial
Teori ini adalah kebalikan dari teori genetik. Inti dari teori sosial ini adalah setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan
dan pengalaman yang cukup. Menurut teori ini pemimpin itu dipersiapkan dan dibentuk sesuai situasi yang berubah-ubah dan
kebutuhan sosialnya.
Teori Ekologis Teori ini adalah sebagai reaksi dari kedua teori diatas. Inti dari teori ini
adalah seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan,
Universitas Sumatera Utara
14
bakat-bakat ini kemudian dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai dengan dengan tuntutan lingkungan atau
ekologisnya. Kartono, 2005 : 32
d.Gaya dan tipe kepemimpinan
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian tersendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gaya yang
membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinanya.
Menurut Hadari 2004 : 83 bahwa aktifitas kepemimpinan dipilah-pilah maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing, gaya
kepemimpinan ini gilirannya ternyata merupakan dasar dalam membeda-bedakan atau mengklafikasikan tipe kepemimpinan.
Dari berbagai studi tentang kepemimpinan diketahui ada beberapa gaya kepemimpinan yang paling umum dikenal, yaitu :
a. Gaya dan tipe kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan otoriter itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan
yang mutlak dan harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa
Universitas Sumatera Utara
15
berkonsultasi dengan bawahannya. Pemimpin bergaya dan bertipe otoriter selalu berdiri jauh dari anggota kelompoknya, dan ia senantiasa ingin berkuasa absolut,
tunggal pada kondisi dan situasi yang sikap dan prinsipnya yang kaku. Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan organisasi, hingga cenderung
bersikap bahwa dirinya dan organisasi adalah identik. Dalam menentukan dan menerapkan disiplin organisasi begitu keras dan menjalankannya dengan sikap yang
kaku, pemimpin bergaya dan bertipe ini juga tidak dapat dikritik, bawahannya juga tidak akan mendapat kesempatan untuk memberikan saran maupun pendapat, kalau
pemimpin ini sudah mengambil keputusan yang biasanya keputusan itu berbentuk perintah dan bawahan hanya melaksanakannya saja.
b. Gaya dan Tipe Paternalistik. Gaya dan tipe kepemimpinan paternalistik merupakan kepemimpin yang
bersifat kebapakan, namun bukan tipe ideal dan bukan tipe yang didambakan. Seorang pemimpin paternalistik senang menonjolkan keberadaan dirinya sebagai
simbol organisasi dan memperlakukan bawahannya sebagai orang-orang yang belum dewasa, ia tidak akan mendorong kemandirian bawahannya karena tidak ingin
mereka berbuat kesalahan, terkait dengan itu maka pemimpin paternalistik akan
Universitas Sumatera Utara
16
bersifat terlalu melindungi, itikadnya mungkin baik tetapi prakteknya akan negatif karena ia tidak akan mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko
disebabkan takut akan timbul dampak negatif pada organisasi. Dalam pemgambilan keputusan pemimpin paternalistik menjadi pusat pengambilan keputusan dimana
pelimpahan wewenang untuk mengambil keputusan pada tingkat yang lebih rendah dalam organisasi tidak terjadi.
c. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Laissez Faire. Gaya dan tipe kepemimpinan ini adalah gaya dan tipe kepemimpinan yang “aneh”
dimana seorang pemimpin namun pada praktisnya tidak memimpin, ini dapat dilihat dari gaya kepemimpinan yang santai karena berangkat dari pandangan bahwa
organisasi tidak memiliki masalah yang serius dan kalau pun ada selalu dapat ditemukan penyelesaiannya, juga ia tidak senang mengambil resiko dan lebih
cenderung pada mempertahankan status quo. Seorang pemimpin yang bergaya dan bertipe ini senang melimpahkan wewenang kepada bawahannya dan lebih
menyenangi situasi bahwa para bawahanlah yang mengambil keputusan dan keberadaanya dalam organisasi lebih bersifat suportif.
d. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Kharismatik.
Universitas Sumatera Utara
17
Gaya dan tipe Kepemimpinan Kharismatik memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya. Terlepas dari apakah ia berfungsi sebagai pemimpin formal atau informal ia mempunyai daya tarik kuat bagi orang lain
sehingga orang lain itu bersedia mengikutinya tanpa selalu biasa menjelaskan apa penyebab kesediaan itu yang dipengaruhi latar belakang biografikal, pendidikan,
kekayaan, dan penampilan mungkin ikut berperan, akan tetapi mungkin juga tidak, karena ketidakmampuan para ahli mengidentifikasi faktor-faktor penyebab yang
dominan, akhirnya hanya ditekankan bahwa seorang pemimpin yang kharismatik memiliki “kekuatan supranatural” yang tidak dimiliki orang lain.
e. Gaya dan Tipe Kepemimpinan Demokratis.
Gaya dan tipe kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang berorientasi pada memberikan bimbingan yang efektif kepada para bawahannya.
Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahannya, dengan penekanan rasa tanggung jawab dan kerjasama yang baik. Ia rela dan mau melimpahkan wewenang
pengambilan keputusan kepada bawahannya sedemikian rupa tanpa kehilangan kendali organisasionalnya, dan tetap bertanggung jawab atas tindakan para
Universitas Sumatera Utara
18
bawahanya. Pemimpin demokratis bersifat mendidik dan membina, dalam hal bawahannya berbuat kesalahan dan tidak serta merta bersifat menghukum atau
mengambil tindakan punitive. Setelah mengetahui berbagai gaya dan tipe kepemimpinan, maka pertanyaan
yang akan timbul adalah : Gaya kepemimpinan yang manakah yang lebih baik? untuk menjawab pertanyaan ini memang sulit, karena tidak ada gaya kepemimpinan yang
terbaik untuk semua situasi, adakalanya seorang pemimpin akan bergaya otoriter dalam situasi tertentu walaupun ia sebenarnya adalah pemimpin yang sering bergaya
demokratis. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tujuan, pengikut bawahan, organisasi dan situasi yang ada sehingga
tidak ada gaya kepemimpinan yang mutlak baik atau buruk. Oleh karena itu dalam rangka mempersoalkan gaya-gaya kepemimpinan, kita
hendaknya jangan beranggapan bahwa seseorang pemimpin harus tetap konsisten untuk mempertahankan gaya kepemimpinannya dalam segala situasi, hal ini justru
mungkin akan memperburuk keadaan organisasi yang dipimpinnya, tapi sebaliknya harus bersifat fleksibel, yakni menyesuaikan gayanya sesuai dengan situasi, kondisi
dan individu dalam organisasi yang sedang dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
19
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah suatu fenomena yang timbul disebabkan adanya orang-orang, posisi dalam suatu organisasi dan situasi yang spesifik. Hal-hal inilah
orang-orang, posisi, dan situasi yang disebut dengan faktor-faktor pengaruh kepemimpinan. Manulang 1995 : 21
a. Faktor orang.
Faktor “orang” dapat mempengaruhi kepemimpinan karena konsentrasi kepemimpinan seringkali memusatkan perhatian kepada pemimpin ataupun
ciri-ciri pribadinya. Dahulu orang berangapan bahwa raja ataupun para kaum bangsawan memiliki hak mutlak penguasaan dan kepemimpinannya adalah
sesuatu sifat yang diwariskan. Ada beberapa indikasi yang sering dijumpai dalam konteks “orang” di dalam
kepemimpinan. Menurut Manullang 1995 : 21 yaitu meliputi indikasi intelegensi, antusiasme, dominasi, kepercayaan diri, partisipasi sosial, dan
keseimbangan. b.
Faktor posisi. Posisi akan melahirkan peran, dengan memiliki posisi tertentu maka
Universitas Sumatera Utara
20
akan ada peranan yang mengikutinya. Apabila kita mengikuti perkataan peranan maka kita bermaksud mengatakan apa yang diharapkan akan
dilakukan oleh seseorang tertentu. Ada dua macam sumber harapan tentang peranan yaitu :
1. Harapan pribadi adalah cara-cara orang mengharapkan pemimpin
akan berkelakuan dan bertindak. 2.
Harapan organisatoris adalah keinginan organisasi terhadap perilaku pemimpin yang biasanya berpedoman pada posisi formal
yang diatur di dalam pembagian kerja.
5.2. Disiplin kerja pegawai.
Disiplin adalah suatu suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Prijodarminto, 1999 : 23 Menurut Hasibuan 2005 : 193 Disiplin yang baik mencerminkan besarnya
rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap pimpinan selalu berusaha agar
Universitas Sumatera Utara
21
para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor
yang mempengaruhinya. Bagi pegawai Negeri Sipil ada peraturan pemerintah yang secara tegas
mengatur larangan dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Menurut Prijodarminto 1999 : 23, yang dimana disiplin itu mempunyai tiga
aspek, Yaitu : 1.
Sikap mental mental attitude, yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.
2. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria, dan
standar yang sedekian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan; norma,
kriteria dan standar yang merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan. 3.
Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.
Universitas Sumatera Utara
22
Berbicara masalah disiplin berkaitan dengan unsur perilaku, sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena disiplin itu sendiri merupakan wujud dari ketiga
bentuk tersebut di dalam tersebut di dalam akvitas yang dilaksanakannya. Dari definisi tersebut, dapat simpulkan bahwa disiplin adalah sikap
kesediaan dan kerelaan seseorang atau pegawai untuk mematuhi dan mentaati segala norma peraturan yang berlaku pada sistim organisasi tersebut.
Menurut Hasibuan 2005:194 Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik pegawai supaya mentaati semua peraturan organisasi.
Pemberian hukuman harus adil dan tegas terhadap semua pegawai. Dengan keadilan dan ketegasan, sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa dibarengi
pemberian hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi alat pendidik bagi pegawai.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi. Tanpa adanya dukungan disiplin kerja pegawai yang efektif organisasi akan sulit untuk mewujudkan
fokus dan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah salah satu kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai produktifitas yang efektif dan efisien.
5.3. Hubungan kepemimpinan dengan disiplin kerja pegawai.
Berjalannya proses penyelenggaraan pemerintahan dalam memberikan pelayanan yang efektif dan efisien maka sangat dibutuhkan disiplin pegawai dalam
Universitas Sumatera Utara
23
mewujudkannya, dimana hal ini tidak dapat berjalan dengan sendirinya tanpa adanya kepemimpinan Camat sebagai kepala pemerintahan kecamatan. Camat sebagai
seseorang yang memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan kecamatan harus mampu berperan dalam mengawasi, membina,
mengarahkan terhadap disiplin kerja pegawai yang baik dan benar untuk mendukung kinerja yang unggul dalam memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien terhadap masyarakat.
Kirannya tidak dapat disangkal bahwa keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisai tertentu
sangat tergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat didalam organisasi yang bersangkutan. Karena kepemimpinan memainkan peranan yang dominan dan
mempunyai kewenangan, kekuasaan dalam keseluruhan upaya untuk menciptakan disiplin kerja pegawai.
6. Hipotesa
Berdasarkan kepada perumusan masalah dan kerangka teori yang dipaparkan terdahulu, maka hipotesa dalam penulisan ini “ Bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan antara kepemimpinan Camat terhadap disiplin kerja pegawai di instansi
Universitas Sumatera Utara
24
Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan.
7. Definisi konsep
Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau
individu tertentu. Singarimbun, 1989 : 34 Adapun tujuan definisi konsep adalah sebagai kerangka berfikir agar tidak
terjadi tumpang tindih atas variabel yang menjadi subyek peneliti. Oleh karena itu yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah :
Kepemimpinan Camat adalah perilaku dan tindakan Camat sebagai kepala
pemerintahan kecamatan yang berkedudukan sebagai koordinator Pemerintahan Daerah yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah
Kabupaten sesuai Peraturan Daerah No.5 Tahun 2006, Tentang Struktur Organisasi Kecamatan dan Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi.
Disiplin pegawai yaitu, bagaimana pegawai mematuhi dan mentaati ketentuan
yang ada dengan baik maupun bersifat peraturan dan undang- undang yang berlaku sebagaimana peraturan disiplin yang ada ditetapkan pemerintah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas UU No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
Universitas Sumatera Utara
25
8. Definisi Operasional.