48
BAB V ANALISIS DATA
Dalam bagian ini akan dikemukakan analisis tentang pokok pembahasan dalam penelitian yaitu efektivitas pelayanan Panti Sosial Karya Wanita PSKW
Parawasa Berastagi. Adapun data-data yang diperoleh peneliti adalah melalui penyebaran kuesioner kepada wanita binaan yang menjadi responden dalam
penelitian ini. Selain itu, untuk melengkapi data yang dibutuhkan, peneliti juga melakukan wawancara dengan Kepala Panti. Untuk lebih jelasnya, analisis data
akan dimulai dengan uraian identitas responden yang dilanjutkan dengan data-data mengenai Efektivitas Program Pelayanan PSKW Parawasa, Efektivitas dalam
bidang Sarana Prasarana, serta Kesejahteraan dan Kemandirian Wanita Binaan. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang telah terkumpul,
dapat dilihat pada tabel-tabel distribusi frekuensi yang disajikan berikut ini.
V.1. Identitas Responden Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Usia No. Kelompok
Usia Frekuensi
1 17 – 24 tahun
16 64
2 29 – 32 tahun
5 20
3 33 – tahun keatas
4 16
Jumlah 25
100
Sumber: Data Primer
Universitas Sumatera Utara
49 Berdasarkan data pada tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas
responden yang menjadi sampel dalam penelitian berusia 17-24 tahun yaitu sebanyak 16 responden 64 . Kemudian diikuti oleh responden yang berusia
25-32 tahun yaitu sebanyak 5 responden 20 , sedangkan responden yang berusia 33 tahun keatas sebanyak 4 responden 16 . Data tersebut menunjukkan
bahwa hampir keseluruhan responden adalah usia produktifdewasa. Pada usia produktifdewasa tersebut mereka tidak mempunyai
keterampilan dan pekerjaan yang tetap. Oleh karena itulah ketika suami mereka meninggal atau menceraikan mereka, akibatnya mereka memikul beban biaya
rumah tangga sendirian. Dengan keadaan seperti itu mereka memilih jalan pintas yaitu berprofesi sebagai wanita tuna susila WTS, karena profesi ini dianggap
tidak memerlukan keterampilanskill, tidak memerlukan intelegensi tinggi, mudah dikerjakan dan langsung mendapatkan hasilnya. Sedangkan responden yang
tergolong non produktif mengatakan bahwa profesi tersebut sudah dilakukannya belasan tahun, sehingga ia sudah merasakan senangnya memiliki uang dan
barang-barang mewah. Keadaan demikian membuat ia sulit meninggalkan profesi tersebut, karena jika pekerjaan tersebut dihentikannya maka dirinya akan
mengalami kemiskinan, kelaparan dan penderitaan. Lalu, data mengenai agama responden yang menjadi sampel peneliti
melalui kuesioner yang terdiri dari lima 5 klasifikasi. Adapun klasifikasi agama tersebut adalah Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Budha dan
Hindu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 5 berikut.
Universitas Sumatera Utara
50
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Agama
No. Agama Frekuensi
1 Islam 18
72 2 Kristen
Protestan 7
28 3 Kristen
Khatolik 4 Budha
5 Hindu
Jumlah 25 100
Sumber: Data Primer Berdasarkan data pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini beragama islam yaitu sebanyak 18 responden atau 72 , dan ada 7 responden atau 28 memeluk
agama Kristen Protestan. Memang menurut data yang diperoleh dari Kantor Panti Sosial Karya Wanita PSKW Parawasa, klien dominan memeluk Agama Islam.
Walaupun adanya perbedaan agama, mereka tetap menjalin sikap saling menghargai. Misalnya, menghargai umat muslim yang mengadakan sholat dan
juga menghargai umat kristiani yang mengadakan ibadah setiap minggu. Data mengenai suku bangsa responden yang menjadi sampel peneliti
melalui kuesioner, dapat dilihat dari Tabel 6 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
51
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Suku
No. Suku Frekuensi
1 Batak Toba
7 28
2 Batak Karo
2 8
3 Batak Mandailing
4 16
4 Aceh 3
12 5 Padang
1 4
6 Jawa 6
24 7 Melayu
2 8
Jumlah 25
100
Sumber: Data Primer Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa responden terdiri atas beraneka
ragam suku bangsa yang menjalani rehabilitasi di Panti Sosial Karya Wanita PSKW Parawasa Berastagi. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa responden lebih
banyak berasal dari suku batak toba dengan jumlah 7 orang 28 , diikuti suku jawa sebanyak 6 orang 24 , suku Batak Mandailing sebanyak 4 orang 16 ,
suku Aceh sebanyak 3 orang 12 , suku melayu sebanyak 2 orang 8 , suku Batak Karo sebanyak 2 orang 8 , dan suku Padang sebanyak 1 orang 4 .
Selanjutnya, pada Tabel 7 dibawah ini telah disajikan data responden yang menjadi sampel peneliti mengenai latar belakang pendidikannya. Untuk
mengetahui frekuensi dan presentasenya dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
52
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No. Pendidikan Frekuensi
1 Tidak sekolah
2 SD 9
36 3 SMP
10 40
4 SMU 6
24 5 AkademiPerguruan
Tinggi
Jumlah 25
100
Sumber: Data Primer Rendahnya tingkat pendidikan merupakan salah satu alasan mengapa
seorang wanitagadis bisa terjerumus kedalam dunia Prostitusi pelacuran. Mereka menjadi bodoh dan kurang wawasan sehingga gampang dibujukdirayu
“pencari” gadis-gadis untuk pelacuran, selain itu orang susah mendapatkan pekerjaan yang baik sehingga mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaan
apa saja agar bisa bertahan hidup termasuk hal-hal yang secara langsung sangat berisiko bagi kesehatan reproduksi seperti pelacuran. Berdasarkan data pada tabel
7 dapat diketahui bahwa sebahagian besar responden berpendidikan rendah yakni sebanyak 10 responden 40 berpendidikan tamat SMP, diikuti oleh
berpendidikan tamat SD sebanyak 9 responden 36 , dan ada 6 responden 24 yang berpendidikan tamat SMU.
Responden yang mengecap pendidikan rendah mengemukakan alasannya yaitu karena keadaaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk melanjutkan
Universitas Sumatera Utara
53 ke pendidikan yang lebih tinggi, tidak ada fasilitas untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi lagi di daerah asal. Kemudian data tentang distribusi status perkawinan responden yang
menjadi sampel peneliti melalui kuesioner dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
No. Status Perkawinan
Frekuensi
1 Belum Kawin
12 48
2 Masih bersuami
3 12
3 Janda mati
3 12
4 Janda cerai
7 28
Jumlah 25
100
Sumber: Data Primer Berdasarkan data pada tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas
status perkawinan responden yang menjadi sampel dalam penelitian adalah belum kawin yaitu sebanyak 12 responden 48 , kemudian diikuti oleh status
perkawinan janda cerai sebanyak 7 responden 28 , dan untuk status perkawinan masih bersuami dan janda mati, masing-masing sebanyak 3
responden 12 . Lalu, data mengenai Asal atau Tempat tinggal respon disajikan pada tabel
9 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan AsalTempat Tinggal
No. Asaltempat tinggal
Frekuensi
1 Desa 6
24 2 Pinggiran
kota 4
16 3 Kota
15 60
Jumlah 25
100
Sumber: Data Primer Berdasarkan data pada tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
yang menjadi sampel dalam penelitian berasal dari kota yaitu sebanyak 15 responden 60 . Kemudian diikuti oleh asaltempat tinggal dari desa yakni
sebanyak 6 responden 24 dan untuk yang berasal dari pinggiran kota ada sebanyak 4 responden 16 .
Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi WTS
No. Lamanya menjadi WTS
Frekuensi
1 Kurang dari 1 tahun
12 48
2 1 tahun
6 24
3 2 tahun
4 16
4 3 tahun
2 8
5 Lebih dari 3 tahun
1 4
Jumlah 25
100
Sumber: Data Primer
Universitas Sumatera Utara
55 Berdasarkan data pada tabel 10 tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas
responden yang menjadi sampel dalam penelitian sebelum masuk Panti Parawasa menjalani profesi wanita tuna susila WTS selama kurang dari 1 tahun yakni
sebanyak 12 responden 48 , diikuti oleh 1 tahun yaitu sebanyak 6 responden 24 , 2 tahun sebanyak 4 responden 16 , 3 tahun sebanyak 2 responden 8
dan yang lebih dari 3 tahun terdapat 1 responden 4 . Dan data tentang distribusi responden berdasarkan Alasan menjadi wanita
tuna susila WTS akan disajikan pada tabel 11 berikut ini.
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Menjadi WTS
No. Alasan menjadi WTS
Frekuensi
1 Keterbatasan ekonomi
8 32
2 Pergaulan bebas
17 68
Jumlah 25
100
Sumber: Data Primer Berdasarkan data pada tabel 11 dapat diketahui bahwa sebahagian besar
responden yang menjadi sampel dalam penelitian menyebutkan alasan atau faktor penyebab mereka menjadi WTS adalah akibat pergaulan bebas yakni sebanyak 17
responden 68 dan yang menyebutkan alasan menjadi WTS karena keterbatasan ekonomi sebanyak 8 responden 32 .
Adapun alasan pergaulan bebas menurut responden antara lain: dikhianati oleh pacar dan akhirnya putus asa, dipengaruhirayuan teman, masalah narkoba,
kekerasan dalam rumah tangga, gaya hidup yang berlebihan dan ingin bebas.
Universitas Sumatera Utara
56 Adapun alasan ekonomi meliputi sulit mencari pekerjaan, suami sebagai
pencari nafkah telah meninggal, kebutuhan tidak terpenuhi, keinginan hidup mewah atau cepat menghasilkan uang, dan tidak memiliki keterampilan.
V.2. Efektivitas Program Pelayanan dan Pembinaan