Hubungkan titik-titik di samping dari nomor 1-4 maka akan terbentuk gambar ...
4
3
4. Segiempat mempunyai ... sudut dan ... sisi. 5. Benda berbentuk segiempat misalnya ...
E. Cerita Penutup
Tidak ada cerita
Hari V. Bentuk-bentuk Benda di Sekitar Kita
A. Jadwal Kegiatan N
o
Kegiatan Belajar Mata Pelajaran
1 2
3 4
5
6
Pembukaan: Menyanyi
Inti: Mengamati benda-benda berbentuk lingkaran
Menjiplak bentuk lingkaran Mengelompokkan bangundatar
Menulis nama bangun Penutup
Mendengarkan cerita SBK
Matematika Matematika
Matematika Matematika
B. Indonesia
B. Teknis Pelaksanaan
Guru mengajak siswa untuk membaca cerita bergambar. 1. Menyanyi
Guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu “Rotiku.” 2. Mengamati benda-benda berbentuk lingkaran
Guru mengajak siswa untuk me mengamati gambar benda-benda berbentuk lingkaran.
Guru mengajak siswa untuk bertanya jawab tentang benda-benda berbentuk lingkaran.
3. Menjiplak bentuk lingkaran Guru menjelaskan cara menjiplak benda berbentuk lingkaran pada
kertas warna. Guru menugasi siswa untuk menjiplak benda berbentuk lingkaran pada
kertas warna. Guru menugasi siswa untuk menggunting bentuk lingkaran dan
menempelkan pada buku. 4. Mengelompokkan bangundatar
Guru menugasi siswa untuk mewarnai berbagai bangun datar: - warna merah untuk segiempat
- warna biru untuk segitiga - warna hijau untuk lingkaran
5. Menulis nama bangun Guru mengajak siswa untuk mengamati gambar berbagai bangun
datar. Guru menugasi siswa untuk menulis nama bangun sesuai bentuknya
Guru menugasi siswa untuk memasangkan gambar benda dengan gambar bangun datar yang sesuai.
6. Mendengarkan cerita Guru mengajak siswa untuk mendengarkan cerita berjudul
“Berperahu.” 1H 68
C. Catatan
Tidak ada catatan.
D. Tugas Rumah. Selesaikan soal-soal di bawah ini dengan benar
1. 2.
3.
ini ... ini ...
ini ... 4. Benda berbentuk lingkaran misalnya ...
5. Gambarlah lingkaran dengan cara menebalkan titik-titik di
samping ini menggunakan pensil warna yang kamu sukai
E. Cerita Penutup
Berperahu Enam ekor tikus kecil sedang membangun istana pasir. Ibu-ibu mereka
duduk agak jauh, sambil megobrol di bawah payung pantai yang berwarna- warni.
”Pagi istana pasir Siang istana pasir Huh, bosan aku Gerutu seekor tikus putih tiba-tiba. ”Aku tak mau lagi membuat istana pasir” Sambil
berkata demikian, dilemparkannya sekopnya jauh-jauh. ”Kami juga bosan” sahut kelima temannya sambil melemparkan sekop
dan ember mereka.
Tapi setelah itu mereka saling berpandangan, termangu-mangu. ”Lalu, kita mau main apa sekarang?” tanya tikus yang terkecil.
”Eh, begini saja,” kata tikus putih. ”Ambil sekop kalian” ”Untuk apa?” tanya teman-temannya.
”Untuk dayung” ”Hore Bagus sekali” teman-temannya berteriak kegirangan.
”Sekarang dengarkan aku. Pak pengawas pantai sedang tidur. Kita ambil perahunya, lalu kita berperahu”
”Tapi kita tidak bisa berenang,” kata tikus hitam. ”Lalu kenapa? Perahunya toh tak akan terbalik” tikus putih
mengangkat bahu. ”Yang penakut boleh tinggal di pantai. Membangun istana pasir”
Tentu saja tak ada yang mau disebut penakut. Karena itu keenam tikus kecil segera masuk ke parahu. Mereka mendayung dengan sekop. Di luar
dugaan mereka, perahu meluncur dengan cepat ke tengah laut. Sayang kegembiraan itu tak berlangsung lama karena dari tadi perhu
diombang-ambingkan ombak. Tikus abu-abu akhirnya berkata, ”Pe...perutku mual. kepalaku pusing”
Tikus-tikus itu mengusap air mata mereka dan mulai berdayung ke arah pantai. Tapi tidak mudah. Angin keras bertiup ke tengah laut, jadi
perahu mereka bahkan semakin menjauhi pantai. Tikus-tikus itu mulai berteriak-teriak minta tolong, sambil menangis dan melambai-lambaikan
sekop-sekop mereka. Bukan main paniknya mereka. Tapi ibu-ibu tikus tidak mendengar teriakan anak-anaknya. Seekor tikus kecil hampir saja meloncat
ke laut. Untung tikus putih masih sempat menangkap ekornya.
Sekarang perahu mereka keras sekali diombang-ambingkan ombak.Tikus-tikus kecil itu ketakutan setengah mati. ”Sebentar lagi kita
tenggelam,” tangis seekor tikus. ”Lalu ikan-ikan akan memakan kita,” sambung temannya. Mendengar
itu tikus-tikus kecil lainnya bertambah keras menangis. Saat itu Pak Walrus, pengawas pantai, terbangun. Dia menggeliat, lali
menggosok-gosok matanya. Betapa kagetnya dia karena perahunya tak ada lagi.
”Tadi sudah kuikat kuat-kuat,” pikirnya. ”Bagaimana perahu itu bisa lepas?”
Ketika dia sedang keheranan, para ibu tikus muncul. ”Anak-anak kami tak ada. Tahukan Bapak ke mana mereka?” tanya
mereka cemas. Pak Walrus berpikir keras. Perahu tak ada. Anak-anak tak ada. Pastilah
anak-anak tikus yang membawa perahu itu Dia memandang jauh ke tengah laut. Sebelah tangannya menaungi matanya, agar dia bisa melihat lebih
jelas. Lalu katanya, ”Ya, aku melihat mereka. Titik hitam kecil itu pastilah mereka”
”Oh, jauh sekali,” ratap ibu-ibu itu. Pak Walrus tidak embuang-buang waktu. Cepat-cepat diikatnya dua
buah dayung ke punggungnya, lalu dia berenang ke tengah laut. Setengah jam kemudian, tibalah dia di dekat perahunya. Sambil terengah-engah
kehabisan nafas, Pak Walrus memanjat naik. Dipandangnya tikus-tikus nakal itu dengan marah. Tanpa berkata sepatah pun dia duduk di haluan.
Diambilnya dayungnya, diletakkannya di tempatnya. Lalu dia mulai mendayung.
Pak Walrus memang besar dan kuat. Tapi karena angin bertiup ke tengah laut, dia harus mendayung sekuat tenaga untuk bisa membawa
perahu ke pantai. Akhirnya mereka tiba di pantai. Pak Walrus masih diam saja. Dia
mengangkat tiga ekor tikus dengan tangan kanan, tiga lagi dengan tangan kirinya, lalu menurunkannya di depan ibu-ibu mereka. Ibu-ibu itu sangat
marah pada anak-anak mereka. tapi mereka juga gembira karena anak-anak mereka selamat.
Sumber: Kumpulan Dongeng Binatang 1 Gramedia Pustaka Utama
Jakarta 2001: 108-109
Sub Tema 3 : Musim Hujan
Hari I. Tanda-tanda Akan Turun Hujan
A. Jadwal Kegiatan N