HASIL DAN PEMBAHASAN Inkontinensia Urin Pada Wanita Menopause Di RSUP.H.Adam Malik Medan Dan RSUD.dr.Pirngadi Medan

kelompok usia 62 tahun 60,6 dan paling sedikit pada kelompok usia 45 - 50 tahun 9,1. Hunskaar, dkk menulis bahwa prevalensi inkontinensia urin menurut usia menunjukkan pola yang menarik, dimana mencapai puncak pada usia pertengahan dan kemudian tetap meningkat di antara populasi usia lanjut. Penelitian dilakukan pada wanita semua usia dan didapatkan peningkatan bertahap sampai usia 50 tahun mencapai 30 - 40 dan kemudian stabil atau sedikit menurun sampai usia 70 tahun, dimana prevalensi mulai meningkat kembali. 29 Hal ini diakibatkan bahwa kapasitas kandung kemih, kontraktilitas dan kemampuan untuk menahan berkemih akan menurun pada usia lanjut, sedangkan kekuatan dan lama menutup uretra pun ikut menurun bersamaan dengan meningkatnya usia. 30 Usia secara umum memiliki pengaruh pada inkotinensia urin khususnya obstruksi dari saluran keluar kandung kemih uretra pada orang tua, yang mungkin akibat berkurangnya atau tidak adanya pemenuhan uretra atau kurangnya stabilitas detrusor. Dilaporkan bahwa penyebab yang khas dari inkontinensia urin pada orang tua adalah instabilitas detrusor. 31 Usia pada wanita merupakan faktor independen penting yang berhubungan dengan prevalensi inkontinensia urin tetapi sangat sulit untuk membedakan apakah inkontinensia urin timbul akibat efek independen dari pertambahan usia itu sendiri atau akibat menopause. 14 Perubahan anatomi seperti dinding vagina dan efektivitas ligamentum uretra berkurang, sebagai hasil dari proses penuaan, maka sfingter uretra akan lebih terbuka yang lebih lanjut dapat terjadi inkontinensia urin. 12 Berdasarkan tabel 4.1. untuk karakteristik paritas menunjukkan bahwa kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin dengan jumlah paritas ≥ 5 grandemultipara dan jumlah paritas 2-4 multipara adalah sama yaitu masing-masing 50. Pada penelitian oleh Lengkong R.A dkk. 2009 mendapatkan jumlah paritas 2-3 yang mengalami inkontinensia urin lebih besar yaitu 32,16. 32 Penelitian Danforth, dkk mendapatkan inkontinensia urin pada wanita yang tidak melahirkan 18, paritas satu 14, paritas dua 38 dan paritas tiga atau lebih 27. 33 Pada penelitian Sang, dkk, mendapatkan bahwa paritas tidak berbeda bermakna antara kelompok Stress Inkontinensia Urin dan normal. 34 Persalinan dapat menyebabkan kelemahan dasar panggul sebagai konsekuensi dari melemah dan meregangnya otot - otot jaringan penunjang selama persalinan. Demikian pula dengan cedera yang terjadi akibat laserasi spontan dan episiotomi selama persalinan yang menyebabkan gangguan sokongan dari organ pelvik. Peregangan dari jaringan pelvik selama persalinan pervaginam dapat merusak nervus pudendal dan nervus pelvik serta otot dan jaringan penunjang dasar panggul dan dapat menganggu kemampuan sfingter uretra untuk berkontraksi dengan tepat dan efisien. 35,36 Berdasarkan tabel 4.1 untuk karakteristik pekerjaan menunjukkan bahwa kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin umumnya mempunyai pekerjaan ibu rumah tangga 83,3 sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin mempunyai pekerjaan ibu rumah tangga dan wiraswasta dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing 50. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan rumah yang berat seperti mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Namun penelitian ini memiliki keterbatasan untuk mengetahui jenis - jenis pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh subjek penelitian. Berdasarkan tabel 4.1. untuk karakteristik IMT menunjukkan bahwa kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak pada kelompok overweight 39,4 sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin umumnya pada kelompok normoweight 85,7. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa wanita dengan indeks masa tubuh lebih tinggi akan cenderung lebih banyak mengalami inkontinensia urin. 14 Pada penelitian oleh Lengkong R.A. dkk mendapatkan bahwa inkontinensia urin terbanyak dijumpai pada wanita yang obesitas yaitu sekitar 29,69. 32 Rortveit,dkk pada penelitiannya mendapatkan 17,1 mengalami inkontinensia urin pada IMT 25, 22,8 inkontinensia pada IMT 25-29,9 dan 30,5 pada IMT 30. 37 Pada penelitiannya Peyrat, dkk mendapatkan hasil bahwa pada kelompok dengan IMT 25 mengalami inkontinensia urin sebesar 32,4 dan IMT 25 sebesar 36,9. 38 Penambahan berat badan menyebabkan teregangnya dan melemahnya otot- otot, saraf-saraf dan struktur lain pada dasar panggul. Mungkin juga karena naiknya tekanan intraabdominal. 39 Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penurunan berat badan mengurangi stres inkontinensia urin. 40 Berdasarkan tabel 4.1. untuk karakteristik kejadian prolapsus uteri menunjukkan bahwa kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak adalah pada prolapsus uteri grade 2 51,5 diikuti dengan grade 3 22,7 sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin sebagian besar pada prolapsus grade 1 64,3 dan tidak mengalami prolapus uteri 35,7. Hal ini juga pernah dikemukakan oleh Buchsbaum 2006 bahwa terjadinya inkontinensia urin dan prolaps organ panggul umumnya selalu bersamaan. Lebih dari 60 wanita dengan prolaps organ panggul juga terdiagnosa dengan inkontinensia urin. 41 Demikian juga menurut Fritel x, dkk.2009 bahwa prolaps organ panggul adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan gangguan dasar panggul dan selalu berhubungan dengan gejala dari inkontinensia urin. 42 Menurut penelitian yang pernah dipublikasikan oleh Lawrence JM, dkk.2008 bahwa lebih dari 50 wanita dengan gejala prolaps organ panggul mengalami paling sedikit satu gejala gangguan dasar panggul seperti inkontinensia urin. 43 Tabel 4.2. Kejadian Inkontinensia Urin Pada Wanita Menopause Inkontinensia Urin Jumlah Persentase Tidak 14 17,5 Ya 66 82,5 Total 80 100,0 Tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa umumnya wanita yang telah menopause yang mengalami inkontinensia urin sebanyak 82,5. Data diatas berbeda dengan beberapa penelitian menurut Sandvix Hogne bahwa sedikitnya prevalensi wanita usia lanjut yang mengalami Inkontinensia urin berkisar antara 4-6 3 . Menurut Iglesias di Spanyol pada komunitas usia lanjut umur ≥ 65 tahun, prevalensi Inkontinensia urin pada wanita usia lanjut dalam komunitas berkisar antara 5-20 4 . Menurut Brown kemungkinan usia lanjut bertambah berat Inkontinensia urinnya 25-30 saat berumur 65-74 tahun 5 . Oleh Moller di Denmark pada tahun 2000 mendapatkan prevalensi pada usia 40- 60 tahun sebesar 72 dan Sampselle di USA pada tahun 2002 mendapatkan prevalensi pada usia 42-52 tahun sebesar 57. 35 Adanya perbedaan prevalensi inkontinensia urin pada beberapa peneliti ini disebabkan adanya perbedaan definisi, metodologi, kelompok umur, negara dan etnis yang diteliti. 2,6 Melihat usia menopause dengan kejadian inkontinensia urin hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa menopause cenderung bertindak sebagai kontributor untuk resiko terjadinya inkontinensia urin. 14 Penurunan kadar hormon terutama estrogen, pada wanita menopause akan menyebabkan perubahan pada seluruh sistem reproduksi termasuk traktus urogenital. Menurunnya kadar estrogen akan menyebabkan jaringan urogenital dan dasar panggul mengalami atrofi. 12 Tabel 4.3. Distribusi Jenis Inkontinensia Urin Pada Wanita Menopause Jenis Inkontinensia Urin Jumlah Mixed Inkontinensia 7 10,6 Stress Inkontinensia 40 60,6 Urge Inkontinensia 19 28,8 Total 66 100,0 Tabel 4.3. di atas menunjukkan bahwa wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak dengan jenis Stress Inkontinensia Urin 60,6 kemudian diikuti jenis Urge Inkontinensia Urin dan paling sedikit dengan jenis Mixed Inkontinensia Urin 10,6. Menurut penelitian yang lain oleh Peyrat,dkk mendapatkan bahwa prevalensi inkontinensia urin pada usia 25-39 tahun dan usia 40-55 tahun berturut-turut untuk Stress Inkontinensia Urin 8,3 dan 17,3, Urge Inkontinensia Urin sebesar 1,5 dan 1,7 dan Mixed Inkontinensia masing - masing 8,5 dan 19,0. 38 Lempinem, dkk mendapatkan kejadian Stress Inkotinensia Urin 70 dan Urge Inkotinensia Urin dengan atau tanpa Stress Inkontinensia Urin 30. 44 Hal ini bisa dipahami karena Inkontinensia urin jenis stress terjadi apabila urin secara tidak terkontrol keluar yang dapat sebagai akibat peningkatan tekanan di dalam perut dan melemahnya otot dasar panggul serta perubahan fungsi saluran kemih bawah terjadi seiring dengan proses penuaan dan ini menjadi faktor predisposisi inkontinensia urin. 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin sebagian besar pada kelompok umur 62 tahun 60,6. Pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia lebih banyak pada kelompok umur 45 - 50 tahun 42,9. 2. Berdasarkan paritas, kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin mempunyai jumlah paritas grande multipara dan multipara yang sama yaitu masing-masing 50 3. Berdasarkan pekerjaan, kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin umumnya mempunyai pekerjaan ibu rumah tangga 83,3 sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin mempunyai pekerjaan ibu rumah tangga dan wiraswasta dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing 50. 4. Berdasarkan IMT, kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak pada kelompok overweight 39,4, sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin umumnya pada kelompok normoweight 85,7. 5. Berdasarkan kejadian prolapsus uteri, kelompok wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin terbanyak pada prolapsus uteri grade 2 51,5, diikuti dengan grade 3 22,7 sedangkan pada kelompok wanita menopause yang tidak mengalami inkontinensia urin sebagian besar pada prolapsus uteri grade 1 64,3 dan tidak mengalami prolapus uteri 35,7. 6. Umumnya wanita yang telah menopause mengalami inkontinensia urin 82,5. 7. Wanita menopause yang mengalami inkontinensia urin sebagian besar dengan jenis stress inkontinensia 60,6 dan yang terendah dengan jenis mixed inkontinensia 10,6.

5.2 SARAN

Meskipun kejadian inkontinensia urin bukan merupakan suatu keadaan yang dapat membahayakan hidup tapi sangat perlu diperhatikan khususnya bagi wanita usia menopause agar kualitas hidupnya dapat ditingkatkan dan morbiditas dapat dicegah, untuk itu peneliti sangat menyarankan : 1. Perlu adanya kerjasama penanganan inkontinensia urin dengan multidisiplin ilmu lain mencakup diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai inkontinensia urin dengan menggunakan beberapa metode pemeriksaan dan sampel yang lebih banyak .