TAWAKAL a. Pengertian Tawakal

23 Buku Siswa Kelas XI MA Keagamaan “Kedermawanan adalah pohon yang kokoh di surga. Tidak akan masuk surga kecuali orang yang dermawan. Bakhil adalah pohon neraka. Tidak akan masuk neraka kecuali karena kebakhilannya.” - Allah akan memberikan pahala dan mengganti harta yang ia dermakan dengan yang lebih baik dan lebih banyak. - Menjadikannya sehat lahir dan batin. - Allah SWT. akan menutupi aib-aib-nya. Agar kita bisa menjadi orang yang dermawan maka kita harus meyakini hal-al sebagai berikut; - Bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian, titipan dan amanat Allah SWT kepada kita. Bukan milik kita secara hakiki. - Bahwa harta yang sesungguhnya adalah yang kekal hingga kelak bisa dinikmati di akhirat. Hal ini bisa dicapai hanya jika dibelanjakan dalam kerangka ibadah kepada Allah atau disedekahkan. - Menyadari bahwa balasan berupa Pahala Allah atas harta yang kita sedekahkan jauh lebih besar dan utama dari pada yang kita nikmati. - Meyakini bahwa hidup ini sementara, hidup yang hakiki dan kekal adalah kelak di akhirat. Kenikmatan harta bersipat relative, cepat dan sedikit. Sedangkan yang hakiki dan yang banyak adalah kelak di akhirat. - Mulailah mencoba melatih mengendalikan kesenangan nafsu dengan cara mendahulukan orang lain dalam kesenangan, kita mengalah.

3. TAWAKAL a. Pengertian Tawakal

Secara bahasa tawakal atau tawakkul Ẓbahasa arabẓ berasal dari kata kerja “tawakala”, artinya “bersandar atau berserah diri. Seseorang disebut berserah jika ia merasa tenang kepada yang diserahi, percaya, dan tidak curiga serta tidak meyakini bahwa orang yang diserahi mampu dan tidak sembrono terhadap apa yang diserahkan. Demikian juga terhadap Allah. Tawakal kepada Allah SWT berarti kondisi dalam diri yang mendorong untuk menyandarkan menyerahkan urusan kepada Allah SWT. Orang yang tawakal kelihatan tenang 24 Akhlak Kurikulum 2013 tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram. Menurut Abu Zakaria al-Ansari, tawakal ialah keteguhan hati dalam menyerahkan urusan kepada yang lain. Sifat yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada yang diserahi urusan tadi. Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah Ẓterpercayaẓ terhadap apa yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang yang memberikan amanat tersebut. Oleh karena itu tawakal kepada Allah merupakan suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, Allah lah yang menakdirkan segala sesuatu, maha kuasa melakukan apa saja, dan maha perkasa serta maha memaksa. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud. Jika sikap mental seperti ini benar-benar tertanam dalam diri maka akan melahirkan prilaku tawakal. Prilaku orang yang tawakal berbeda-beda menurut kadar keyakinannya. Orang yang mencapai tingkat keyakinan sempurna maka sama sekali tidak bekerja, urusan rezki ia mengandalakan jaminan Allah. Orang seperti ini disebut telah sampai pada maqom tajrid, yaitu tingkat seseorang yang sama sekali tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, karena yakin Allah telah menjamin segalanya. Orang yang belum mencapai maqom tajrid disebut maqom asbab. Yaitu orang yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya harus melakukan usaha Ẓsababẓ yaitu bekerja. Orang maqam asbab harus bekerja, tidak boleh berpangku tangan pasarah kepada Allah SWT dalam memenuhi kebutuhannya. Justru orang yang tawakal bagi maqom asbab ini akan rajin berusaha dan bekerja, akan tetapi menyandarkan semua hasilnya hanya kepada Allah SWT, tidak kepada yang lain. Karena faktanya Allah memenuhi kebutuhan seseorang melalui perantara-perantara. Orang bisa kenyang melalui makan, sekalipun Allah kuasa menciptakan rasa kenyang tanpa makan. Orang dapat uang, harta dan kesempatan melalui bekerja. Maka kita pun harus melakukan usaha yang maksimal namun tidak boleh mengandalkan usahanya itu, tapi harus menyandarkan kepada takdir dan irodah Allah SWT. Dengan demikian kita tidak menjadi sombong jika berhasil, karena merasa yang menentukan keberhasilan adalah Allah. Juga tidak merasa sedih jika gagal, karena yakin bahwa kegagalan juga takdir Allah SWT. Sedangkan hal 25 Buku Siswa Kelas XI MA Keagamaan yang terbaik adalah apa yang dipilihkan Allah SWT bagi kita melalui takdir dan irodahNya.Karena itu orang yang pandai bertawakal hatinya akan selalu tenang dan bahagia, tidak galau dan panik menghadapi kesusahan.

b. Dalil Naqli Tentang Tawakal

Allah SWT berfirman ق ݑقڍْݠقح ْݚقم اݠ ُضقݍْنݫ قܜ ْ ݖقݐ ْ لا ق݂يقݖقغ ܛ ً݄قٳ قܠْݜُك ْݠقڍقو ْݗُݟقڍ قܠْ قل ق َܒا قݚقم فܟق ْލقر ܛقݙقܞقف ق َ ܒا َنقإ ق َܒا ق قً ْ َكقݠقܢقٳ قܠْمقܲقع اقمقܗقف قْܱڎلا قف ْݗُهْرقوܛقشقو ْݗُݟقڍ ْܱقݍْغقܢْساقو ْݗُݟْݜقٱ ُفْٱܛقف ق يق كقكقݠقܢُݙ ْ ڍا ُܜق ُي Artinya:“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertawakal kepada-Nya.” QS.Ali Imran 3: 159. Ayat ini menunjukkan bahwa sikap tawakal harus dilakukan setelah adanya upaya optimal dan maksimal untuk mewujudkan hal yang diinginkan, setelah itu hasilnya ditawakalkan kepada Allah SWT.

c. Contoh Tawakal

Seseorang yang meletakkan sepeda di muka rumah, setelah diku nci rapat, barulah ia bertawakal. Pada zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia menjawab, “Saya telah benar-benar bertawakal kepada Allah”. Nabi saw yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata, “Ikatlah dan setelah itu bolehlah engkau bertawakal.”

4. IKHLAS a. Pengertian Ikhlas