Pelayanan Sosial Bagi Keluarga Miskin Melalui Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Baru

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ambar T. Sulistiyani dn Rosidah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Departemen Sosial R.I 2008. Pedoman Operasional Kelembagaan PKH (Program Keluarga Harapan). Daerah Dit, jamkessos, Ditjen Banjamsos.

Departemen Sosial R.I 2016. Pedoman Umum PKH (Program Keluarga Harapan). Dit, jamkessos, Ditjen Banjamsos.

Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial: PT. Refika Aditama, Bandung.

Kementerian Sosial R.I. 2013. Family Development Session (FDS)Dit. jamkessos, Ditje, Perlinjamsos

Kementerian Sosial R.I. 2016. Pedoman Sistem Informasi Manajemen PKH (Program Keluarga Harapan.) Dit. jamkessos, Ditje, Perlinjamsos

Muhidin, S. 2012. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Bandung : Kesejahteraan Sosial.

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi: PT. Grasindo Monoratama, Medan.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial: PT. Grasindo monoratana, Medan

Suharto, Edi. 2007. Jaminan Kesejahteraan Sosial Bagi Pekerja di Sektor Informal.Depsos.RI.Dit.Jamkessos,Ditjen.Banjamsos.

Sumber lain:


(2)

Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial.

Sumber Online:

Fidyatun, Erna. 2012. “Evaluasi Program Keluarga Harapan”. Diakses Tanggal 16 Oktober 2016

http://bps-berita-resmi-statistik-profil-kemiskinan-diindonesia-10,86%-presentase-penduduk-miskin,diakses pada tanggal 14 oktober 2016 pukul 20:34 WIB

http://bps-berita-resmi-statistik-profil-kemiskinan-diindonesia-11,22%-presentase-penduduk-miskin,diakses pada tanggal 14 oktober 2016 pukul 20:30 WIB.

http://sumut.bps.go.id/f_brs/Miskin-010807.pdf, diakses pada tanggal 15 october 2016 10.23 wib

Sukoco,Dwi Heru. 2007. “Mari Kita Mengenal PKH”. Diakses tanggal 16 Oktober 2016


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan mengambarkan dan mendeskripsikan objek fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011).

3.2 Lokasi Penelitian

Fokus penelitian adalah pemusatan perhatian/ konsentrasi pada tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit untuk memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian merupakan garis besar daripengamatan penelitian, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian lebih terarah. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah Pelayanan Sosial BagiKeluarga Miskin melalui Program Keluarga Harapan, studi pada kegiatan Family Development Session (FDS) di Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Baru, Kelurahan Titi Rantai Kota Medan, karenaKelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru ini merupakan salah satu wilayah yang masih ikut aktif menerima PKH dan tahun ini Kelurahan akan diksanakanya FDS kepada masyarakat dan Pertimbangan mengenai aksesibilitas yang dianggap baik oleh peneliti dalam hal pengumpulan data dalam pelaksanaan program keluarga harapan (PKH) Family Development Session (FDS) di Kecamatan Medan Baru.


(4)

3.3 Iforman Penelitian

Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara dan diperikirakan dapat memahami atau memberikan informasi, data atupun fakta dari suatu objek penelitian. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ini selanjutnya akan menjadi informan penelitian selama proses penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri atas tiga jenis informan pangkal, informan kunci dan informan biasa.

Pada penelitian deskriptif kualitatif ini subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja dan sesuai kebutuhan. Subjek penelitian ini menjadi informan yang memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian ini (Suyanto, 2012:171-172). Informan penelitian ini meliputi beberapa macam seperti informan kunci dan informan utama.

3.3.1 Informan Kunci

Informan Kunci adalah merupakan orang-orang sebagai informan yang dianggap mengetahui memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Peneliti mengambil informan kunci sebanyak 2 orang. Ini ialah Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan baru.

3.3.2 Informan Utama

Informan adalah mereka yang terlibat langsung dalam proses penanganan yang diteliti. Peneliti mengambil informan utama sebanyak 3 Keluarga PKH yang mengikuti FDS di Kecamatan Medan Baru Kelurahan Titi Rantai, untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pelayanan sosial bagi keluarga miskin melalui Program Keluarga Harapan (pelayanan sosial : Family Development Session (FDS).


(5)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah proses pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui sumber-sumber kepustakaan, seperti buku, surat kabar, jurnal, dan bahkan tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan

Studi Lapangan adalah proses pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung kelokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang ada.

3. Observasi, yaitu mengumpulkan data mengenai gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran peneliti.

4. Wawancara, yaitu percakapan atau tanya jawab yang dilakukan untuk pengumpulan data dengan responden sehingga responden memberikan data atau informasi sambil bertatap muka antar pewawancara atau responden yang diperlukan dalam penelitian.


(6)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data statistik deskriptif yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak dipergunakan dalam rangka merumuskan generalisasi menyeluruh. Para ahli statistik menyebutkan bahwa analisis statistik deskriptif merupakan bukti salju yang muncul pada permukaan lautan, meskipun ia kecil tetapi memberikan makna yang penting.

Dengan demikian analisis data statistik deskriptif hanya berlaku pada satu tabel tanpa generasi. Kekuatan pada analisis data statistik deskriptif terletak pada kemampuan interpretasi data yang disajikan dalam tabel. Dalam teknik analisis data ini, diperlukan kemampuan interpretasi data penelitian yang kuat (Siagian, 2011:228)


(7)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Kecamatan Medan Baru dan Kelurahan Titi Rantai

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Baru

Kecamatan Medan Baru merupakan 1 dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan dengan luas wilayah lebih kurang 541Km2 dan terbagi dalam 6 Kelurahan yakni Kelurahan Petisah Hulu (1,06 Km2), Kelurahan Babura (0,79 Km2), Kelurahan Merdeka (0,98 Km2), Kelurahan Darat (0,28 Km2), Kelurahan Padang Bulan (1,68 Km2), dan Kelurahan Titi Rantai (1,06 Km2) dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Dengan Kecamatan Petisah Hulu (Jalan Gajah Mada)  Sebelah Selatan : Dengan Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan

Selayang

 Sebelah Timur : Dengan Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Sunggal (Alur Sungai Putih)

 Sebelah Barat : Dengan Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Johor (Alur Sungai Babura)

4.1.2 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Medan Baru sampai dengan 31 Desember 2016 lebih kurang 43.118 jiwa yang terdiri laki-laki 21.152 jiwa dan perempuan 21.966 dengan jumlah KK 11,349, dengan perincian :


(8)

Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru Tahun 2016 :

NO KELURAHAN JUMLAH KK

JUMLAH PENDUDUK

KETER ANGAN

LAKI-LAKI

PEREM PUAN

JUMLAH

1. Petisah Hulu 1.728 3.325 3.588 6.913 2. Babura 2.104 4.077 4.276 8.353 3. Merdeka 2.147 4.052 4.197 8.249 4. Darat 587 1.129 1.193 2.322 5. Padang Bulan 2.385 4.204 4.279 8.483 6. Titi Rantai 2.398 4.365 4.433 8.798 J U M L A H 11.349 21.152 21.966 43.118 Sumber : Expose Camat Medan Baru 2016

Namun jumlah ini sangat relatif karena banyaknya penduduk yang menetap sementara karena berstatus pelajar, mahasiswa, pegawai/pekerja yang tinggal mengontrak dan rumah kost.

4.1.3 Mata Pencarian

Warga / Penduduk yang tinggal di Kecamatan Medan Baru sangat bervariasi yaitu di bidang pemerintahan (pegawai Negeri) maupun di bidang Swasta seperti pegawai swasta, buruh, pedagang dan dosen/guru. Sedangkan sebahagaian besar warga merupakan penduduk produktif mencapai 70% dari jumlah penduduk.

4.1.4 Pendidikan

Kecamatan Medan Baru dalam bidang pendidikan sebagaimana data yang ada secara keseluruhan tidak ditemukan penduduk yang tidak pernah


(9)

mengenyam pendidikan dan dari seluruh jumlah penduduk lebih kurang 10% Lulus SD sederajat, 15% Lulus SMP sederajat, 45% Lulus SMA sederajat dan selebihnya Lulus Perguruan Tinggi (Jenjang S1, S2, dan S3).

4.1.5 Tipologi Kecamatan

Kecamatan Medan Baru selain merupakan daerah lintasan menuju lokasi wisata (Berastagi) dapat dikategorikan sebagai daerah perumahan/pemukiman dan pertokoan kota yang mana dapat dilihat dari sepanjang jalan protokol terdapat pertokoan dan perumahan penduduk yang cukup strategis dengan ciri khas terdapat pasar modern (swalayan) dan pasar tradisional (Pasar peringgan, pasar padang bulan).

4.2 Penyelenggaraan Pemerintahan

Sebagai penyelenggara pemerintahan, kecamatan Medan baru memiliki kantor yang terletak di Jalan Rebab No.34 Kelurahan Titi Rantai Kota Medan dipimpin Camat Medan Baru (Drs.H.T.Dzulmi Eldin S.M.si) di bantu Wakil Camat Medan baru (Ir.Akhyar Nasution,M.si), 3 orang ka. Sub Bag, 4 Kepala Seksi, Staf, Pejabat Fungsional dan staf Fungsional serta 6 orang Lurah dan 64 Kepala Lingkungan.

Mengacu pada peraturan walikota Medan No.56 Tahun 2010 tentang rincian tugas pokok dan fungsi kecamatan, kecamatan medan baru menjalankan fungsinya sebagai perangkat daerah yang bertanggungjawab kepada Walikota Medan melalui sekretaris daerah Kota Medan.


(10)

STRUKTUR ORGANISASI KECAMATAN MEDAN BARU

Sumber : Expose Camat Medan Baru 2016

1. Camat Medan Baru

Untuk menyelenggarakan fungsinya Camat Medan Baru melaksanakan tugas pokok antara lain :

• Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat

• Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman umum • Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan

perundang-undangan

C A M A T

Drs.H.T.Dzulmi Eldin

Sekretaris Kecamatan Harry I Tarigan, S.STP

Kasubag.Pel. Umum

Kasubag.Keuangan Sion Elysa Bangun,SE

Kasubag.Program Citrana Ginting

K A S I Pemerintahan

Rinawati,SH

K A S I Pem.Masyarakat

dan Kelurahan Drs.Ben Cheba H

K A S I Kes.Sos Leni A.Rambe

SSTP

K A S I Trantib Maribel Hasugian LURAH PETISAH HULU Yogi Prayoga,S.IP LURAH BABURA A.Zukri Al Rasyid,S.Sos LURAH MERDEKA Rushendra, S.Sos LURAH DARAT Alexander Sinulingga,S.STP LURAH PADANG BULAN Albena B Manalu,S.STP.MSP LURAH TITI RANTAI Antonius Purba,SH


(11)

• Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

• Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan

• Membina penyelenggaraan pemerintah kelurahan

• Melaksanakan pelayanan masyarakat ditingkat kecamatan maupun yang belum dapat dilaksanakan di tingkat keluarahan.

• Melaksanakan tugas lain yang diberikan walikota medan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan di tingkat kecamatan untuk melaksanakan tugas pokok diatas, Camat Medan Baru dibantu oleh perangkat kecamatan

2. Bidang Sekretariatan

Di bidang sekretariatan camat medan baru di bantu sekretaris kecamatan (SEKCAM) melaksanakan kegiatan antara lain:

• Menyusun rencana, program dan kegiatan kesekretariatan

• Mengkoordinasikan penyusunan perencanaan program kecamatan

• Melaksanakan dan menyelenggarakan pelayanan administrasi kesekretariatan kecamatan meliputi administrasi umum, administrasi kepegawaian, administrasi keuangan dan rumah tangga kecamatan

• Pelaksana koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas kecamatan • Menyiapkan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian • Pelaksana monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan • Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat.


(12)

Dalam melaksanakan tugasnya, Sekcam dibantu oleh:

a. Sub Bagian Umum

Dalam menjalankan fungsinya Ka.Subag Umum bertugas:

• Merencanakan dan menyusun program kegiatan bagian umum • Menyusun bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum • Mengelola administrasi umum meliputi pengelolaan tata naskan

dinas, penataan kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga kecamatan.

• Pengelolaan administrasi kepegawaian

• Menyiapkan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan dan kepegawaian

• Menyiapkan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

• Menyiapkan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

b. Sub Bagian Keuangan

Dalam menjalankan fungsinya Ka.Subag Keuangan bertugas :

• Menyusun dan merencanakan program kegiatan subag keuangan • Menyusun bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan • Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan

menyusun rencana, menyusun bahan, memproses, mengusulkan dan verifikasi.

• Menyiapkan bahan/pelaksana koordinasi pengelolaan administrasi keuangan


(13)

• Menyiapkan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Dalam menjalankan fungsinya Ka.Subag penyusunan Program bertugas : • Menyusun dan merencanakan program Subag penyusunan program • Mengumpulkan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana

dan program kegiatan kecamatan

• Menyiapkan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

• Menyiapkan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

3. Bidang Pemerintahan

Kegiatan Bidang pemerintahan di bawah pimpinan Kasie Pemerintahan melaksanakan administrasi kependudukan antara lain:

• Menyusun dan merencanakan kegiatan Seksi tata pemerintahan • Menyusun petunjuk teknis lingkup tata pemerintahan

• Menyiapkan bahan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi pemerintah kelurahan

• Menyiapkan bahan pembinaan dan koordinasi dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan

• Menyiapkan bahan koordinasi pembinaan kegiatan politik, ideologi negara dan kesatuan bangsa

• Menyiapkan bahan pembinaan keagrarian.


(14)

• Melaksanakan kegiatan pencatatan monografi kecamatan dan kelurahan

• Melaksanakan proses pelayanan administrasi lainnya di bidang tata pemerintahan

• Memantau pelaksanaan pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB)

• Menyiapkan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas 4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat (PMK) dibawah pimpinan Kasie PMK melaksanakan kegiatan antara lain:

• Menyusun dan merencanakan kegiatan seksi pemberdayaan masyarakat

• Menyusun bahan dan petunjuk teknis lingkup pemberdayaan masyarakat

• Menyiapkan bahan pembinaan terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), lembaga perekonomian, koperasi, usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah

• Menyelenggarakan pelaksanaan Musrembang tingkat kecamatan dan mengkoordinir Musrenbang tingkat kelurahan

• Memantau dan membina penyelenggaraan kegiatan PNPM dan NICE projek di kelurahan-kelurahan

• Melaksanakan proses pelayanan masyarakat lingkup pemberdayaan masyarakat


(15)

• Menyiapkan bahan koordinasi dalam penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat

• Menyiapkan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

5. Bidang Ketentraman dan Ketertiban

Kegiatan bidang ketentraman dan ketertiban (Trantib) dibawah pimpinan Kasie Trantib melaksanakan kegiatan antara lain :

• Menyusun dan merencanakan kegiatan seksi ketentraman dan ketertiban.

• Menyusun petunjuk teknis lingkup ketentraman dan ketertiban • Menyiapakan bahan pembinaan ketentraman dan ketertiban

• Menyiapkan bahan pelaksanaan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, pengamanan dan penertiban terhadap pelanggaran peraturan daerah dan perundang-udangan lainnya diwilayah kecamatan

• Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan polisi pamong praja pertahanan sipil perlindungan msyarakat

• Penataan dan penertiban pedagang kaki lima • Penertiban bangunan-bangunan liar

• Memantau kebersihan dan mengkoordinasikannya dengan pihak kelurahan

• Membantu pelaksanaan dan pengawasan terhadap penyaluran bantuan dan pengamanan akibat bencana alam

• Melaksanakan proses pelayanan masyarakat lingkup ketentraman dan ketertiban umum


(16)

• Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas 6. Bidang Kesejahteraan Sosial

Kegiatan bidang kesejahteraan sosial dibawah pimpinan kasie kessos melaksanakan kegiatan antara lain:

• Menyusun dan merencanakan kegiatan seksi kesejahteraan sosial • Menyusun petunjuk teknis lingkup kesejahteraan sosial

• Menyiapkan bahan pembinaan kesejahteraan sosial

• Melaksanakan proses pelayanan masyarakat dibidang kesejahteraan sosial

• Menyiapkan bahan koordinasi dalam penyelenggaraan pembinaan kehidupan keagamaan, pendidikan, kepemudaan, kebudayaan, olahraga dan kesehatan

• Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

4.3 Potensi Dan Capaian Kegiatan

4.3.1 Pendiidkan

Sejalan dengan perkembangan wilayah, kecamatan medan baru selain sebagai pusat pemukiman dan pertokoan kota, juga dijadikan sebagai lokasi pusat pendidikan formal maupun informal dimana kecamatan medan baru menajdi pusat pendidikan.

Dengan terdapatnya Universitas Negeri (USU) diwilayah kecamatan medan baru sangat banyak di huni mahasiswa dan mahasiswi yang bermukim dan tinggal kost-kostan.


(17)

Selain itu di kecamatan medan baru terdapat bimbingan-bimbingan test dan merupakan pusat bimbingan-bimbingan test di kota medan yang setiap tahunnya kecamatan medan baru kedatangan calon mahasiswa dan mahasiswi dengan sangat besar setia akan adanya UMPTN.

4.3.2 Kesehatan Masyarakat

Dengan dibantu puskesmas padang bulan medan kecamatan medan baru dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat dikecamatan medan baru, camat Medan Baru, Lurah dan kader-kader PKK yang telah menyelenggarakan kegiatan-kegitan yang meliputi :

• Penyuluhan gizi dan kesehatan untuk ibu hamil/menyusi dan balita • Mengarahkan lurah agar mendirikan POSKESKEL agar melayani

pengobatan penyakit ringan secara gratis dan pemberian pelayanan JAMPERSAL disetiap kelurahan

• Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk memberantas DBD dengan membersihkan lingkungn dan tempat-tempat sarang nyamuk disetiap kelurahan secara bergiliran.

• Memantau pelaksanaan foging yang dilaksanakan dinas kesehatan kota Medan dan Puskesmas padang bulan di rumah-rumah penderita DBD

• Penyuluhan PHBS bagi ibu-ibu PKK bekerjasama dengan

• Penyuluhan penyakit HIV/AIDS dan penyakit kelamin lainnya bekerjasama dengan puskesmas padangbulan

• Penyuluhan penyakit menular bekerjasama dengan puskesmas padangbulan


(18)

• Memantau penyelenggaraan G21H Cuci tangan pakai sabun yang dilaksanakan disetiap keluarahan, sekolah TK dan SD.

4.4.1 Ekonomi Masyarakat

1. Penguatan Peran Koperasi dalam Mendukung Perekonomian Masyarakat

Dalam mendukung peran Perekonomian Masyarakat kegiatan yang dilakukan antara lain:

• Menumbuhkan peningkatan perekonomian warga dengan melakukan penyuluhan Koperasi dan TTG (Teknologi Tepat Guna)

• Menjalin kerjasama dengan koperasi pedagang pasar peringgan dalam upaya peningkatan penghasilan warga.

• Membina pedagang kecil dan menata pedagang kaki lima

2. Fasilitas Pembangunan Usaha Mikro dan Usaha Kecil Masyarakat Untuk meningkatkan Usaha Kecil dan Mikro Camat Medan Baru memantau pelaksanaan malalui dana UEP dan PNPM Mandiri yang ada di kelurahan dalam mengembangkan usaha rakyat berupa :

• Bantuan Modal untuk pedagang kecil, penjual jamu, penjual es krim dan pedagang makanan

• Pelatihan Bordir dan salon dengan dana PNPM Mandiri di masing-masing kelurahan

• Memantau pelaksanaan pinjaman bergulir untuk dana UEP di setiap keluarahan

Selanjutnya Camat Medan Baru bekerja sama dengan Wella School menyelenggarakan kegiatan pelatihan tata boga dan kecnatikan yang


(19)

bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan menyelenggarakan pelatihan Perakitan Komputer di Kelurahan Babura.

4.4.2 Keamanan Dan Ketertiban

Dalam keterbatasan kemampuan yang dimiliki Kecamatan Medan Baru di bantu Petugas dari Polsekta Medan Baru dan Koramil 05 Medan Baru telah mengupayakan penguatan sistem pengamanan lingkungan yang langsung dikoordinir oleh Kepala Lingkungan dn dibawah pengawasan Lurah mendirikan Poskamling Pembantu terbesar di 64 Lingkungan yang ada.

4.4.3 Tertib Administrasi

Kecamatan Medan Baru melakukan pengawasan dalam melaksanakan tertib Administrasi di Lingkungan Kecamatan serta memantau pelaksanaan administrasi Kelurahan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2007, tanggal 24 juli 2007 tentang pedoman Administrasi Kelurahan, jenis Administrasi Kelurahan sebagai berikut :

a. Administrasi Umum; b. Administrasi Peduduk; c. Administrasi Keuangan; d. Administrasi Pembangunan; e. Administrasi Lainnya;

f. Data PNS Kecamatan Medan Baru yang sudah membuat Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) tahun 2015 dan Tahun 2016

4.4.4 Pencapaian Target Pbb

Untuk Tahun 2016 Terget PBB Kecamatan Medan baru sebesar Rp.15.989.586.315,-(Lima Belas Milyar sembulan ratus delapan puluh sembilan juta


(20)

lima ratus delapan puluh enam ribu tiga ratus lima belas ribu Rupiah) dengan 9.776 WP. dan realisasi pembayaran sampai dengan bulan Mei 2015 sebesar Rp.2.053.098.528,- (Dua Milyar Lima Puluh Tiga Juta Sembilan Puluh Delapan Ribu Lima Ratus Dua Puluh Lima Rupiah) atau sebesar 12,84%.

4.4.5 Tingkat Pencapaian Swadaya / Partisipasi Masyarakat

Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan pasrtisipasi warga secara gotong royong Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kecamatan memegang peranan penting dalam menjalin kemitraan dengan msyarakat. Adapun peran serta LPM Kecamatan dalam mendukung kegiatan di Kecamatan Medan Baru antara lain :

• Melakukan koordinasi dan sinkronisasi antara LPM Kecamatan dan LPM Kelurahan

• Melakukan gotong-royong secara bergiliran di setiap Kecamatan dan Lingkungan, setiap hari sabtu atau hari minggu mengajak partisipasi warga untuk membersihkan pekarangan, drainase / parit dan lingkungan sekitar.

• Menumbuhkan peran aktif warga dalam penyelenggaraan Siskamling dan Pengadaan Pos Kamling dan Fasilitas Pos Kamling. • Melalui LPM Kelurahan membantu Posyandu dengan memberikan

makanan tambahan untuk balita dan ibu hamil

• Melalui LPM Kelurahan membantu operasional kegiatan PAUD bagi Kelurahan yang memiliki PAUD

• Menjalin kerja sama dengan pengusaha dalam penyelenggaraan MTQ tingkat Kecamatan dan tongkat Kota Medan

• Menjalin Kerja sama dengan Instansi-instansi terkait seperti pengadaan alat-alat kebersihan Dll.


(21)

4.5 Profil Kelurahan

4.4.1 Gambaran Umum Kelurahan Titi rantai

Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru merupakan 1 dari 6 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Baru. Dengan luas wilayah lebih kurang 106 Ha dan terbagi dalam 10 lingkungan dengan batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan PB Selayang II Kec.Medan Selayang

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan polonia Kec. Medan Polonia

• Sebelah Selatan berbatasam dengan Kelurahan Beringin Kec. Medan Selayang

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan Kec.Medan Baru.

4.4.2 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Titi Rantai berdasarkan laporan Mutasi Mutandis sampai dengan desember 2016 adalah 13.676 jiwa yang terdiri dari :

1. Laki-laki : 6.938 Jiwa 2. Perempuan : 6.738 Jiwa

Namun kenyatannya karena banyak penduduk yang menetap sementara yang berstatus mahasiswa / mahasiswi USU dan perguruan tinggi lainnya, pegawai / pekerja yang tinggal mengontrak, sehingga jumlah tersebut relatif dapat berubah karena tingginya tingkat mobilitas atau perpindahan penduduk di Kelurahan Titi Rantai.


(22)

4.5.1 Mata Pencarian

Warga / penduduk yang tinggal bermukim di Kelurahan Titi Rantai sangat bervariasi yaitu di bidang pemerintahan (Pegawai Negeri) maupun di bidang Swasta, buruh, pedagang dari usia bekerja. Sedangkan sebahagian besar warga merupakan penduduk Non-Produktif mencapai 70% dari jumlah penduduk.

4.5.2 Penddikan

Dalam bidang pendidikan sebagaimana data yang ada secara keseluruhan tidak ditemukan penduduk yang tdiak pernah mengenyam pendidikan dan dari seluruh jumlah penduduk lebih kurang 10% SD Sederajat, 10% Lulus SMP Sederajat, 20% Lulus SMA Sederajat dan selebihnya Lulus perguruan tinggi (jenjang S1,S2 dan S3)

4.5.3 Tipologi Kelurahan

Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru dapat dikategorikan sebagai pemukiman dan pertokoan kota yang mana dapat dilihat dari sepanjang jalan protokol terdapat pemukiman dan pertokoan yang cukup strategis dengan cirii khas terdapat pasar modern dan tradisional yang dikenal dengan nama Pasar Sembada Psr.V.

4.6 Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan

Sebagai penyelenggara Pemerintahan Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru memiliki kantor yang terletak di Jalan Bahagia No.89 dipimpin Lurah Titi RantaiAntonius Purba,SHdibantu dengan Sekretaris Kelurahan 1 orang, Kepala Seksi Pemerintahan 1 orang, Kepala Seksi Pembangunan 1 orang, Kepala seksi trantib 1 orang serta 10 Kepala Lingkungan.


(23)

1. Bidang Kesekretariatan.

Kegiatan bidang sekretariatan melaksanakan kegiatan dibidang surat-menyurat antara lain:

 Pengarsipan Surat masuk dan Surat Keluar

 Pengurusan domisili kependudukan dan perusahaan  Pengurusan administrasi pertanahan

 Dan lain-lain

2. Bidang Pemerintahan

Kegiatan bidang pemerintahan melaksanakan administrasi kependudukan antara lain :

 Pengurusan kartu tanda penduduk (KTP)  Pengurusan kartu tanda keluarga

 Pengurusan administrasi pertanahan  Dan lain-lain

3. Bidang Sosial

Kegiatan bidang sosial melaksanakan administrasi sosial kemasyarakatan antara lain :

 Pembagian raskin

 Membantu pengelolaan kesekretariatan PKK  Pengurusan surat kematian, nikah Dll

 Pendataan organisasi kepemudaan dan kegiatan sosial 4. Bidang Tantrib

Kegiatan bidang tantrib melaksanakan pengawasan dan perencanaan pembangunan di tingkat kelurahan antara lain ;


(24)

 Penertiban dan penataan pedagang kaki lima  Perencanaan pembangunan kelurahan  Dan lain-lain

4.6 Potensi Dan Pencapaian Kegiatan 4.6.1 Pendidikan

Sejalan dengan perkembangan wilayah Kelurahan Titi Rantai selain sebagai pusat pemukiman dan pertokoan kota, juga dijadikan sebagai lokasi pusat pendidikan formal maupun informal, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel Daftar Nama Sekolah di Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru :

NO JENJANG

PENDIDIKAN

NAMA

SEKOLAH/YAYASAN

ALAMAT KET

1 TK Al Mutaqin Jl.Terompet No.51

2 SD Negeri Jl.Rebab

3 SD Pelita Jl.Bahagia Gg.Pelita

4 SMP Pelita Jl.Bahagia Gg.Pelita

5 SMA Swasta Pelita Jl.Bahagia Gg.Pelita 6 SMA Piaget Singapore Perum Citra Garden 7 SMA High Scope Jl.Bahagia Gg.Pelita Sumber : Expose Kelurahan Titi Rantai 2016

4.6.2 Kesehatan Masyarakat

Dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru, Lurah dan Kader-kader PKK yang dibina ole Ka.Puskesmas Padang Bulan telah menyelenggarakan kegiatan rutin yang meliputi :


(25)

 Pembinaan 5 POSYANDU yang terdapat di 10 Lingkungan yanga ada di Kelurahan Titi Rantai dengan rangkaian Posyandu dilakukan penimbangan balita dan imunisasi

 Penyuluhan gizi dan kesehatan untuk ibu hamil/menyusui dan balita  POSKESKEL melayani pengobatan penyakit ringan secara gratis dan

pemberian pelayanan JAMPERSAL

 Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan foging untuk memberantas DBD

 Penyuluhan bagi ibu-ibu PKK 4.6.3 Ekonomi Masyarakat

1. Penguatan Peran Koperasi dalam Mendukung Perekonomian Masyarakat

Dalam mendukung peran perekonomian masyarakat kegiatan yang dilakukan antara lain :

 Menumbuhkan peningkatan perekonomian warga dengan melakukan penyuluhan koperasi dan TTG (Teknologi Tepat Guna)

 Membina pedagang kecil dan menata pedagang kaki lima.

2. Fasilitas Pembangunan Usaha Mikro dan Usaha Kecil Menengah Untuk meningkatkan usaha kecil dan mikro melalui dana UEP dan PNPM Mandiri dikembangkan usaha rakyat berupa :

 Bantuan modal untuk pedagang jamu, ES krim dan makanan  Pelatihan bordir dan salon dengan dana PNPM Mandiri

Selanjutnya Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru bekerja sama dengan Wella School menyelenggarakan kegiatan pelatihan tata boga khusus untuk warga Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru dan


(26)

bekerja sama dengan dinas perindustrian dan perdagangan Kota Medan menyelenggarakan pelatihan pembuatan keripik.


(27)

BAB V ANALISIS DATA

5.5 Pelayanan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH), Family Development Session (FDS)

Family Developmnet Session (FDS) atau Kemampuan Peningkatan Keluarga di laksanakan tanggal 5November 2016 di Kelurahan Titi Rantai.Dikecamatan Medan Baru ini terdiri dari 6 kelurahan dan masing-masing kelurahan memiliki anggota yang menerima PKH dan telah terlaksananya FDS.

Berikut jumlah penerimaan PKH di Kecamatan Medan Baru Tingkat Kelurahan :

Tabel Jumlah Penerima PKH Setiap Kelurahan di Kecamatan Medan Baru 2016 :

NO PENERIMA PKH JUMLAH KPM/KELURAHAN

1 KEL.TITI RANTAI 21 KPM

2 KEL.PADANG BULAN 22 KPM

3 KEL.MERDEKA 9 KPM

4 KEL.DARAT 9 KPM

5 KEL.BABURA 16 KPM

6 KEL.PETISAH HULU 31 KPM

JUMLAH PENERIMA PKH 108 KPM

Sumber :Pendamping PKH 2016

Jumlah total keluarga penerima PKH yaitu 108 KPM (Keluarga Penerima Manfaat), dan setiap penerima PKH ini wajib mengikuti FDS di lokasi yang telah ditentukan.


(28)

5.1.1 Analisis Pelayanan Sosial Family Development Session (FDS)

Pertemuan peningkatan Kemampuan Keluarga (FDS) jika dilaksanakan rutin oleh pendamping PKH sangat bermanfaat bagi peserta. Peserta diajarkan dan dibekali oleh pendamping tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan, pengelolaan keuangan keluarga, cara mengasuh anak dan lain sebagainya.Dalam proses pelaksaan FDS di kecamatan Medan Baru dari 6 Kelurahan., dibagi menjadi 2 lokasi FDS seperti pada tabel berikut :

Tabel pembagian 2 lokasi FDS di kecamatan Medan Baru yakni :

NO LOKASI FDS PESERTA FDS/KELURAHAN KET

1. Kel.Petisah Hulu

1.Kel.Merdeka Pelaksanaan

FDS Tanggal 3 September 2016 2.Kel.Babura

3.Kel.Petisah Hulu

2. Kel.Titi Rantai

1.Kel Padang Bulan Pelaksanaan FDS Tanggal 5 November 2016 2.Kel. Darat

3.Kel. Titi Rantai Sumber : Pendamping PKH 2016

Dari tabel diatas, pelaksaan FDS di Lokasi Kel.Petisah Hulu telah dilaksanakan pada tanggal 3 September 2016. Sedangkan FDS Kel.Titi Rantai dilaksanakan pada tanggal 5 November 2016. Dalam hal ini peneliti meneliti dilokasi Kel.Titi Rantai.

Dimana kegiatan FDS ini merupakan bagian dari kegiatan PKH dan yang menjadi pesertanya pun adalah ibu-ibu penerima bantuan PKH yang dilaksanakan di Kel. Titi Rantaitepatnya berada di Jl.Bahagia No.89dengan Jumlah Keluarga


(29)

Penerim Manfaat PKH di Kel.Titi Rantai 21KPM, Kel.Padang Bulan 22KPM, Kel.Darat 9KPM dengan Total 52 KPM.

Dalam hal ini tim pelaksana PKH sangat berharap keluarga ini bisa datang semua dalam mengikuti FDS “Ya, Saya sangat berharap sekali ini jumlah total keluarga 52 penerima PKH dapat hadir semua pada pelaksanaan FDS minggu depan ini, soalnya biar bagaimanapun juga kalau kita berpikir sejauh mana bantuan terus ada ya kan. Biarlah dengan FDS ini nanti semua keluarga ini tidak bergantung pada bantuan dari pemerintah. Jadi kami sudah kontak ni kepada semua keluarga untuk menghadiri FDS minggu depan tangggl 5 November lah jadinya.” Pak Azwir sebagai tim pelaksana atau pendamping berjalannya FDS ini.

Dari hasil wawancara bersama Pak Azwir, sedikit kendala dalam persiapan FDS ini, sebagaimana diungkapkan oleh Pak Azwir :

“sejauh ini yang menjadi kendala kami dan membuat kami berpikir-pikir terus ni, sebagian besar yang mengikuti atau menerima PKH di Kelurahan Titi Rantai, Padang Bulan, dan darat ini berasal dari Suku Nias, maaf ya maksud saya sebagian dari data yang sudah kami peroleh dan dari pertemuan-pertemuan sebelumnya juga mereka susah untuk mengerti rata-rata orang nias dengan pendidikan tidak tamat SD dan paling tinggi Tamat SD atau sederajat juga ada yang tidak tau baca tulis, dan mereka kurang mengerti jika diartikan atau berbicara menggunakan bahasa Indonesia, ya mungkin karna mereka sangat jarang berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan sejauh ini kami berupayalah semaksimal mungkin ni agar mereka benar-benar mengerti gitu entah dengan cara mendatangkan moderator dengan mentranslate ke daerah nias atau bagaimana caranya nanti sedang di rembukkan”

Salah satu yang menjadi ciri-ciri keluarga itu miskin yaitu tingkat pendiidkan yang pada umumnya rendah. Seperti kendala yang disampaikan oleh Pak Azwir yaitu peserta PKH yang berasal dari Suku Nias sangat kurang dalam berbehasa Indonesia karna tingkat pendidikan keluarga sangat rendah. Sehingga mereka sulit mengerti tentang apa yang telah disampaikan, terlihat dari


(30)

pertemuan-pertemuan sebelumnnya ada yang tidak mengerti sama sekali tentang apa yang disampaikan. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka, beberapa penelitian antara lain menyimpulkan waktu mereka pada umumnya habis tersisa semata-mata hanya untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan ketrampilan.

Dari hasil wawancara bersama Ibu Aisyah selaku Koord.PKH, tentang pelayanan sosial bagi keluarga miskin lewat program keluarga harapan, juga mengungkapkan :

“sebenarnya pelayanan PKH ini baik di bidang kesehatan dan pendidikan yang telah diberikan, tidak lepas dari Family Development Session (FDS). Kenapa saya berkata demikian karna FDS ini penting bahkan sangat penting sekali untuk terus diterapkan pada masyarakat, seseorang dikatakan miskin juga disebabkan karna menseat atau pola pikir yang salah masing-masing keluarga ditambah kurangnya informasi dalam semua bidang baik segi menjaga kesehatan, anak wajib disekolahkan, dan sebagainya dibidang manapun sangat kekurangan informasi,dan dari FDS inilah kita berharap bagaimana supaya keluarga yang ada saat ini bisa atau mampu bertahan dalam kondisi apapun ketika tidak ada bantuan dari pihak manapun swasta atau pemerintah. Keluarga yang mengikuti PKH ini juga butuh motivasi yang kembali menyemangati mereka itulah gunanya yang saya katakan tadi FDS penting karna pelayanan sosial ini tidak hanya bergerak pada pemenuhan material saja tapi pelayanan sosial juga berbicara tentang pemberdayaan masyarakat lewat FDS yang ada di PKH.”

Dalam teori yang disampaikan oleh Romanyshyn (1971)bahwa arti pelayanan sosial yaitusebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melaluiproses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stres dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal. Seperti halnya yang disampaikan oleh Ibu Aisyah dimana Program Keluarga Harapan (PKH) baik dibidang Kesehatan dan Pendidikan, tidak lepas dari Family Development Session (FDS) dan pelayanan sosial tidak hanya bergerak pada bidang


(31)

material saja tetapi pelayanan sosial juga berbicara tentang pemberdayaan kepada masyarakat lewat FDS yang ada di PKH, agar keluarga yang ada saat ini bisa mampu bertahan dalam kondisi apapun ketika tidak ada bantuan dari pihak manapun.

Dari setiap program yang dijalankan juga tidak terlepas dari kendala atau hambatan yang ada baik dalam segi pelayanan yang telah diberikan maupun dari masyarakat itu sendiri. Seperti di Kecamatan Medan Baru dalam proses berjalannya Program Keluarga Harapan (PKH ) di Kelurahan Titi Rantai ada sebagain dari masyarakat yang protes kenapa tidak terdaftar penerimaan PKH, seperti yang di uangkapkan oleh Ibu Aisyah :

“ya, kalau berbicara soal kendala pasti ada tu,tapi itu hal yang biasa ya menghadapi masyarakat yang protes kenapa begini, kenapa begitu, kenapa gak dapat tetangga saya dapat hahaha....dan masih banyak lagilah. Hal ini terjadi karna itu tadi yang saya katakan pola pikir menseat masyarakat ini terkurung dalam satu hal saja yaitu “keluarga saya miskin”. Padahal sering bahkan awal mulainya PKH ini mereka dikumpulkan dan diberikan arahan, saat diberi ruang untuk bertanya pada ngerti semua, tapi saya sendiri maklum lah itu gunanya ada program ini tidak hanya memberikan penjelasan kepada keluarga yang sah menerima PKH saja tapi kepada masyarakat yang tidak menerimapun kami memberikan penjelasan yang konkrit sampai mengerti kenapa keluarga nya tidak mendapat kan PKH atau namanya tidak tercantum dan sejauh ini kami atau para pendamping juga sudah sangat berusaha menjelaskan dan meyakinkan keluarga tersebut serta terus diberikan motivasilah agar tidak menyerah dengan keadaan keluarga dan mereka bisa berterima. Kalau kendala lain sepertinya bisa diatasi butuh kesabaran aja dalam pelaksanaan FDS ini karna rata-rata pendidikan keluarga Titi rantai, Padang Bulan, dan Darat itu tamat SD sederajat tapi kebanyakannya tidak tamat SD. Jadi agak susah juga mengubah pola pikir seseorang, di tambah yang orang Nias nya itu sebagaian mereka juga kurang cepat menangkap atau mengerti apa yang disampaikan. Tapi Tim pelaksana terus berusaha membuat sampai mereka benar-benar mengerti dengan menggunakan bahasa yang sederhana.”

Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja sosial diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah secara langsung. Pendamping sosial hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi klien. Seperti masalah yang


(32)

disampaikan Ibu Aisyah, Ada keluarga yang protes tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam program keluarga harapan (PKH) dan para pendamping lapangan terus memberikan penjelasan yang berterima dengan keluarga tersebut, serta berupa untuk membuat FDS lebih khususnya kepada orang nias agar benar-benar mengerti apa yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Dengan demikian, pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara klien dan pekerja sosial untuk secara bersama menghadapi beragam masalah yang dihadapi klien.

5.6 Analisis Tahapan Kegiatan Family Development Session (FDS) Kel.Titi Rantai

Kegiatan FDS dilaksanakan setiap 2 (dua) munggu sekali perkelompok anggota PKH. Jadwal tersebut sudah dirancang sedemikian rupa untuk memaksimalkan penyerapan materi demi hasil yang didasarkan dalam kegiatan FDS. Dalam proses FDS ini jumlah anggota yang datang dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok. Setiap satu kelompok akan mendapatkan 1 (satu) tema modul yang terbagi menjadi beberapa sesi setiap kali pertemuan. Dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan UPPKH Kecamatan Medan Baru, di Kelurahan Titi Rantai, melalui kegiatan FDS maka peneliti menggunakan konsep teori dari Sulistyani (2010:83) yaitu

1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan- kecakapan ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan dasar sehingga mengambil peran dalam pembangunan


(33)

3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandiran.

5.6.1 Analisis Tahap Penyadaran dan Pembentukan Perilaku

Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku merupakan tahap menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.Pada tahap ini pihak pelaku pelayanan PKH berusaha menciptakan pra-kondisi supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pelayanan sosial yang efektif. Sentuhan penyadaran akan membuka keinginan dan kesadaran keluarga tentang kondisi saat ini dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan semangat yang diharapkan dapat mengantarkan masyarakat untuk sampai pada kesadaran dan kemauan untuk belajar.

Dalam pelaksanaannya, tahap penyadaran pada sesi Pengasuhan dan Pendidikan Anak dapat dilihat dari peran serta guru sekolah PAUD/TK Kelurahan Titi Rantai yang sengaja diundang oleh pendamping pada saat jadwal materi pelatihan disampaikan. Kehadiran guru PAUD juga dirasakan manfaatnya ketika pendamping menyampaikan materi Perlindungan Anak, dimana kehadiran guru ini sangat menarik perhatian para peserta pelatihan yang masih terlihat pasif saat awal pelaksanaan kegiatan FDS ini. Pada sesi Pengasuhan dan Pendidikan anak, pendamping bersama guru tersebut menyampaikan bagaimana cara mengasuh anak yang baik, mulai yang balita hingga usia dewasa, dengan perlakuan dan cara orangtua mendidik anak yang harus berbeda, disesuaikan dengan usianya.

Guru tersebut menjelaskan lebih detail tentang apa dan bagaimana memperlakukan anak yang masih usia dini, begitu juga dengan cara mendidiknya,


(34)

karena mendidik anak diusia dini adalah kunci untuk keberhasilan dan kesuksesan seorang anak kelak. Kegiatan yang terlihat disana pendamping dan guru PAUDmenyampaikan bagaimana menjadi orang tua yang baik yaitu dengan memberikan contoh seperti ketika anak kita juara kelas sepatutnya kita orang tua wajib memberikan penghargaan, walaupun tidak dengan barang, hanya kalimat pujian itu sudah membuat anak senang. Selain itu menunjukkan raut wajah yang selalu ceria walaupun sedang kesal dengan perilaku anak, itulah beberapa hal yang terlihat saat soasialisasi cara pengasuhan dan pendidikan anak.

Pendamping juga sangat terbantu dengan mengundang guru PAUD pada sesi Perlindungan Anak, karena guru juga membantu menyampaikan bagaimana cara memahami anak, dimulai dari usianya yang masih dini, agar bisa terhindar dari tindak kekerasan yang dapat melukai dan mencederai anak. Sebab pada umumnya, pelaku kejahatan dan kekerasan pada anak dimulai dari ketidak tahuan orang tua dan atau orang-orang terdekatnya bagaimana cara memahami dan memperlakukan anak dengan baik, sehingga tak jarang kemudian para orang tua akan memaksakan kehendaknya dan pada akhirnya dapat melukai dan mencederai anak. Pendamping juga menayangkan video yang dibuat khusus oleh KPP-PA yang berisi tentang bagaimana menganalisa, mencegah, dan bagaimana cara melaporkan, jika sampai terjadi praktek tindak kekerasan terhadap anak, kepada para peserta pelatihan FDS.

Cara yang sama juga dilakukan pendamping untuk dapat menarik minat para peserta pelatihan FDS pada sesi Kesehatan Ibu dan Anak. Pada sesi ini, pendamping mengundang seorang bidan desa yang membantu menjelaskan lebih detail kepada para peserta tentang bagaimana bergaya hidup sehat. Seperti menyiapkan jenis makanan yang sehat dan bergizi bagi keluarga, bermacam manfaat dari Air Susu Ibu, membiasakan mencuci tangan dan buang air besar di jamban. Hal


(35)

tersebut dilakukan pendamping, sebab pada materi ini, memang banyak dari ibu-ibu peserta yang bertanya tentang masalah kesehatan, sehingga dengan menghadirkan seorang bidan, para peserta bisa dengan bebas melakukan tanya jawab langsung dengan bidan.

Hanya pada sesi Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha, pendamping tidak mengundang narasumber, namun pendamping tetap mampu menarik minat para peserta dengan bekal modul, poster, flipchart, dan video tutorial yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pada sesi ini, peserta berperan serta lebih aktif daripada sesi yang lainnya, sebab pendamping mengajarkan secara langsung bagaimana cara berhitung keuangan keluarga yang baik, mengetahui apa yang disebut ‘keinginan dan kebutuhan’, bagaimana membuat jurnal kas harian atau bulanan, dan meminta para peserta untuk mempraktekkannya secara langsung. Dengan begitu, diharapkan peserta akan langsung memahami materi yang diberikan dengan lebih mudah.

Demi tercapainya tugas dan tanggung jawab ini, pihak pemberdaya, dalam hal ini UPPKH Dinas Sosial Kecamatan Medan Baru, telah berusaha maksimal dengan mempersiapkan para pendampingnya dengan pelatihan - pelatihan yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran, yang disebut Family Development Session (FDS). Dengan menerapkan metode pembelajaran Andragogi, yaitu pembelajaran untuk orang dewasa (adult learning), materi-materi dalam FDS akan dirasakan mudah, ringan, dan santai, sehingga akan mudah dipahami dan diserap dengan baik oleh para peserta PKH yang mengikutinya.

Dalam sesi ini, pendamping dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang terjadi saat itu, maupun permasalahan yang disampaikan oleh peserta pelatihan FDS di wilayah dampingannya. Mulai dari permasalahan lingkup keluarga tentang


(36)

mengasuh anak, kondisi keuangan keluarga, dan sebagainya, hingga permasalahan yang terjadi di sekitar rumah dan di lingkungan sosialnya, tentunya permasalahan – permasalahan yang masih berhubungan dengan lingkup materi pelatihan. Ini membuat para pendamping harus berfikir keras untuk dapat membantu memecahkan setiap permasalahan yang terjadi di lapangan, demi untuk meringankan beban mereka. Dengan adanya pelatihan FDS ini diharapkan mampu menjembatani antara semua masalah yang terjadi, dengan solusi – solusi yang disampaikan ke peserta oleh pendamping.Selain harus mampu berimprovisasi, tak jarang pendamping juga melemparkan permasalahan yang disampaikan oleh peserta kepada peserta yang lainnya dalam satu kelompok terlebih dahulu, dengan tujuan membiasakan para peserta untuk berperan aktif dalam setiap pembelajaran, dengan berbagi cerita dan menyampaikan pendapat. Metode tersebut boleh saja dilakukan selama metode pemberdayaan melalui pembelajaran ini, tidak melenceng dari isi dan aturan, serta tata cara pemberian materi pelatihan. Terkadang mereka juga mendapatkan beberapa pertanyaan yang tidak bisa diselesaikan sendiri, maka diadakanlah pertemuan antar pendamping FDS dalam satu kecamatan, yang dilaksanakan rutin setiap dua (2) minggu sekali untuk sharing, membahas dan bertukar pendapat antar pendamping, agar dapat membantu menyelesaikan kasus dan permasalahan - permasalahan yang mungkin belum dapat diselesaikan pendamping seorang diri.

5.6.2 Analisis Tahap Transformasi Kemampuan

Tahap transformasi pengetahuan dan kecakapan, keterampilan dapat berlangsung dengan baik dan penuh semangat dan juga efektif, jika tahap pertama sudah terkondisi. Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan-keterampilan yang memiliki relevansi dengan apa yanh menjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Keadaan ini akan menstimulasi terjadinya keterbukaan wawasan


(37)

dan menguasai kecapakan- ketrampilan dasar yang mereka butuhkan. Pada tahap ini masyarakat hanya dapat memberikan peran partisipasi pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut atau obyek pembangunan saja.

Dalam pelaksanaannya, para peserta pelatihan FDS sudah mulai menerapkan apa yang disampaikan oleh pendamping dan para narasumber yang diundang pada setiap pertemuan. Seperti pada sesi Pendidikan dan Pengasuhan Anak, RTSM sudah menyadari pentingnya pengasuhan anak sejak usia dini dan mulai memperhatikan bagaimana dengan pendidikannya dengan mengikutkan anaknya, yang masih usia 3 sampai 4 tahun, pada kegiatan sekolah. Kebiasaan baik yang juga dipraktekkan para peserta juga terlihat dari tingkat kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak, yang semakin baik. Para ibu peserta yang hamil menjadi rajin untuk memeriksakan kondisi kehamilannya pada bidan desa atau pada puskesmas setempat, juga lebih mengutamakan dalam memberikan pertolongan pada yang sakit pada dokter, puskesmas, atau bidan terdekat. Tidak lagi menggunakan jasa ‘dukun beranak’ pada saat melahirkan, menggunakan jamban, mencuci tangan, dan kegiatan menuju sehat yang lainnya, sesuai dengan apa yang disampaikan dalam sesi Kesehatan Ibu dan Anak.

Sesi Mengatur Keuangan dan Memulai Usaha juga mulai diterapkan sedikit demi sedikit dalam kehidupan sehari-hari, disesuaikan dengan kondisi dalam keluarganya masing-masing. Dengan pengetahuan tentang ‘keinginan dan kebutuhan’ yang diajarkan pada saat sesi pelatihan, dan disiplin membuat catatan kas harian, para peserta jadi lebih bijak dalam membelanjakan uangnya, sehingga mulai terasa penghematan yang mempengaruhi keuangan keluarga. Mereka mulai mengurangi berhutang, bahkan sedikit demi sedikit mampu melunasi hutang-hutangnya. Dengan merasakan manfaat yang didapatkan, diharapkan para peserta


(38)

semakin bersemangat untuk mengikuti pertemuan – pertemuan berikutnya dalam persiapan untuk membantu kemandirian keuangan keluarga dengan membuka usaha sendiri.

Begitu pula dengan sesi Perlindungan Anak yang pelan tapi pasti mulai menunjukkan hasilnya. Kini para orang tua semakin perhatian dan semakin pandai mengendalikan emosi terhadap anak-anak mereka. Dulu yang sebelumnya sering berkata kasar, membentak, atau bahkan memukul dan mencubit anaknya, hanya karena capek kerja lalu anaknya rewel, sekarang para orang tua berusaha lebih santun dalam bertindak dan berkata-kata, mampu menahan amarah saat anaknya ‘meminta perhatian’, serta mulai mengawasi anak-anak mereka lebih intensif dalam pergaulannya sehari-hari, agar mampu terhindar dari tindak kekerasan sedini mungkin.

Dalam Tahap Transformasi kemampuan, terjadi keterbukaan di dalam masyarakat akan pentingnya pemberdayaan yang nantinya akan mempengaruhi wawasan, kecakapan - ketrampilan dasar yang mereka miliki. Dimana Pada tahap ini, menjadi seorang pendamping berarti harus mampu memiliki kemampuan dalam inovasi dan leadership yang kuat. Pendamping dituntut untuk mampu berimprovisasi di setiap kondisi apapun yang terjadi dilapangan, agar target dan tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik, sesuai deadline, dan juga maksimal.

Tak jarang, seorang pendamping harus menyesuaikan jadwal kerjanya dengan waktu luang para peserta pelatihan, bukan sebaliknya. Ini dimaksudkan, agar ibu-ibu para peserta pelatihan FDS dapat dengan nyaman, tidak ada keterpaksaan untuk datang ke pertemuan yang sudah dijadwalkan, tanpa adanya gangguan dari luar, termasuk pekerjaan rumah maupun jadwal kerja mereka (bagi para peserta pelatihan FDS yang bekerja di pabrik maupun yang bekerja sebagai buruh tani).


(39)

Meski terkadang seorang pendamping harus mengorbankan waktu libur atau waktu istirahatnya, setidaknya apa yang dilakukan oleh pendamping FDS ini berbuah manis.

5.6.3 Analisis Tahap Peningkatan Kemampuan Intelektual, Kecakapan dan Ketrampilan

Tahap ketiga adalah tahap peningkatan intelektualitas dan kecakapan-ketrampilan yang diperlukan supaya mereka dapat membetuk kemampuan kemandirian. Kemandirian tersebut akan ditandai oleh kemampuan masyarakat didalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi dan melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Masyarakat yang mandiri tidak dapat dibiarkan begitu saja masyarakat tersebut tetap memerlukan perlindungan supaya dapat terpupuk dan terpelihara dengan baik dan selanjutnya dapat membentuk kedewasaan sikap dari masyarakat tersebut.

Dalam pelaksanaannya, tahap peningkatan intelektualitas ini menjadi tahapan hasil dari dua tahap sebelumnya. Bahkan para peserta yang sudah mendapatkan informasi dari pelatihan, serta sudah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari secara langsung, mulai mau dan mampu menularkan kebiasaan baiknya pada lingkungan sekitarnya. Pada sesi Pengasuhan dan Pendidikan Anak, para peserta juga sudah berani mengajak saudara dan tetangga sekitarnya untuk mulai memperhatikan cara pengasuhan yang baik, serta tidak melupakan pendidikan dari anak-anak mereka. Para peserta sudah mulai memberikan contoh yang baik dalam praktek pengasuhan anak dan memperlihatkan kebaikannya pada lingkungan sekitar mereka.

Mereka juga menyampaikan informasi tentang pentingnya memahami anak-anaknya sedini mungkin agar mampu menghindari tindak kekerasan yang


(40)

mungkin terjadi pada anak-anak mereka. Saling menjaga satu sama lain antar saudara dan tetangga di lingkungan sekitarnya agar anak-anak terhindar dari tindak kekerasan yang bisa dilakukan oleh orang asing yang tidak dikenal. Semua pengetahuan yang sudah disampaikan dalam sesi Perlindungan Anak sudah mampu mereka terapkan dan ditularkan dengan cukup baik agar anak-anak mereka benar-benar terlindungi dengan baik.Sesi ekonomi yang bertema Mengatur Keuangan Keluarga dan Memulai Usaha juga mulai memperlihatkan hasilnya. Ibu-ibu peserta pelatihan FDS yang sudah terbiasa dan paham betul bagaimana mengatur keuangan dengan baik, saat ini mulai mempersiapkan kegiatan memulai usaha untuk dapat menyokong perekonomian keluarga yang mandiri. Mereka sudah mulai berhitung besar kecilnya modal, pengeluaran dan rancana pemasukan, tempat usaha, rekanan dan jenis usaha apa yang akan mereka lakukan nanti.

Dalam Tahap Peningkatan Kemampuan Intelektual, akan terlihat inovasi - inovasi dan perubahan – perubahan positif yang akan dimunculkan oleh para peserta. Bisa dikatakan, tahap ini adalah semua hasil dan rangkuman dari proses keberhasilan 3 (dua) tahap sebelumnya. Keberhasilan tersebut terlihat dari semakin meningkatnya wawasan, pengetahuan, dan inisiatif para peserta pelatihan FDS ini. Berawal dari merubah kebiasaan pasif belajar ke aktif belajar, peningkatan kemampuan baca tulis dan berhitung, hingga mampu menularkan ilmu yang dipelajarinya pada keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bahkan, tingkat kepercayaan diri yang meningkat dalam permasalahan pengasuhan anak, juga dalam mengatur ekonomi keluarga menjadi kebanggaan tersendiri.

Peningkatan intelektual itu pula yang juga membantu salah satu peserta FDS dalam menyelesaikan permasalahan dalam keluarganya. Anak yang sebelumnya tidak mau bersekolah disebabkan salah cara pengasuhan, diperburuk dengan kondisi


(41)

keuangan keluarga, ternyata bisa teratasi dengan baik, meskipun secara bertahap. Peningkatan intelektualitas diri para peserta FDS juga membuat mereka merasa diterima kembali di lingkungannya. Mereka yang sebelumnya pasif, pemalu, dan takut bersosialisasi, menjadi aktif dan mampu bersosialisasi lebih baik lagi dalam beberapa kegiatan kemasyarakatan. Bahkan beberapa dari mereka sudah mampu menularkan ilmu yang didapatkan dari pelatihan – pelatihan FDS yang diikutinya, dengan mengajarkannya pada para saudara, tetangga dekat, atau dalam kelompok sosialnya yang lain, semua yang didapatkannya dari kegiatan pelatihan FDS, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

Perubahn positif yang terjadi pada peserta pelatihan FDS tersebut juga sesuai dengan yang disampaikanRomanyshynmemberikan arti pelayanan sosial sebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stres dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal. Pengertian yang dikemukakan oleh Romanyshyn ini mendekati pengertian dan fungsi pekerjaan sosial.Terlihat disini, bahwa kegiatan pelatihan pemberdayaan melalui kegiatan FDS, yang sudah dilaksanakan selama lima (5) kali pertemuan, sudah mulai menuai hasil yang baik dan positif, sesuai harapan yang hendak dicapai dalam semangat cita – cita Program Keluarga Harapan, yaitu untuk memutuskan mata rantai kemiskinan, melalui kesehatan dan pendidikan, serta mampu membentuk masyarakat yang maju dan mandiri.

5.7 Analisis Data

Analisis data statistik deskriptif hanya berlaku pada satu tabel tanpa generasi. Kekuatan pada analisis data statistik deskriptif terletak pada kemampuan


(42)

interpretasi data yang disajikan dalam tabel. Dalam teknik analisis data ini, diperlukan kemampuan interpretasi data penelitian yang kuat (Siagian, 2011:228).

Setiap pertemuan yang dilaksanakan dari program keluarga harapan seperti Family Development Session (FDS) ini, tidak hanya sekedar memberikan teori dari program PKH tetapi mengajak masyarakat juga untuk meberinteraksi satu sama lain. Keluarga miskin tidak merasa tidak memiliki teman, tetapi melalui FDS ini kita diajarkan kita adalah keluarga. Ada pembentukan kelompok yang berfungsi untuk bisa berbagi cerita dan hal tidak kita mengerti bisa ditanyakan.

FDS yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Baru dibagi menjadi 2 lokasi Kelurahan agar setiap peserta PKH mampu menjangkau lokasi untuk setiap pertemuan dan FDS yang dilaksanakan. Seperti Lokasi Kelurahan Petisah Hulu yang telah melaksanakan FDS pada tanggal 3 September 2016. Berikut jumlah peserta yang telah mengikuti FDS di Kel.Petisah Hulu dari 56 KPM penerima PKH dan mengikuti FDS sebanyak 5 kali pertemuan

Tabel jumlah kehadiran keikutsertaan peserta penerima PKH dalam mengikuti FDS di Kelurahan Petisah Hulu :

NO

TAHAP PERTEMUAN

JADWAL PERTEMUAN

JUMLAH PESERTA FDS

WAKTU PERTEMUAN 1. Pertama 3 September 2016 50 KPM 13.00 WIB 2. Kedua 17 September 2016 47 KPM 15.00 WIB 3. Ketiga 01 Oktober 2016 48 KPM 15.00 WIB 4. Keempat 15 Oktober 2016 50 KPM 15.00 WIB 5. Kelima 29 Oktober 2016 53 KPM 15.00 WIB


(43)

Dari hasil pertemuan FDS yang telah dilaksanakan di Kelurahan Petisah Hulu, peserta penerima PKH yang terdaftar 56 KPM. Sedangkan yang mengikuti FDS tergolong Baik atau dikatakan Sukses, terlihat dari jumlah kehadiran peserta PKH yang semakin meningkat sekalipun pada pertemuan kedua sempat mengalami penurunan selisih 3 KPM dari pertemuan pertama dan diakhir pertemuan peserta hadir 53 KPM dari 56 KPM yang sudah terdaftar. Analisis data dari Kelurahan Petisah Hulu ini sebagai pembanding dengan FDS yang dilaksanakan di Kelurahan Titi Rantai.

Pelaksanaan FDS yang telah berlangsung di Kelurahan Petisah Hulu, selesai pada tanggal 29 Oktober 2016, dan diteruskan dengan FDS di Keluarahan Titi Rantai pada tanggal 5 November 2016.

Berikut Tabel jumlah kehadiran keikutsertaan peserta penerima PKH dalam mengikuti FDS di Kelurahan Titi Rantai :

NO

TAHAP PERTEMUAN

JADWAL PERTEMUAN

JUMLAH PESERTA FDS

WAKTU PERTEMUAN 1. Pertama 5 November 2016 42 KPM 13.00 WIB 2. Kedua 19 November 2016 45 KPM 15.00 WIB 3. Ketiga 03 Desember 2016 48 KPM 15.00 WIB 4. Keempat 17 Desember 2016 48 KPM 15.00 WIB 5. Kelima 24 Desember 2016 34 KPM 15.00 WIB Sumber : Pendamping PKH-Laporan Hasil Pertemuan FDS 2016

Dari hasil pertemuan FDS yang telah dilaksanakan di kelurahan Titi Rantai, peserta penerima PKH yang terdaftari 52 KPM. Sedangkan yang mengikuti FDS tergolong Baik atau dikatakan Sukses, terlihat dari jumlah kehadiran peserta


(44)

PKH yang semakin meningkat sekalipun pada pertemuan FDS akhir jumlah peserta yang hadir sangat berkurang mengingat sebagian keluarga peserta PKH mengadakan liburan natal di luar Daerah dan diluar Kota Medan ini. Tetapi FDS ini tergolong sukses dan FDS tahun 2016 di Kelurahan Titi Rantai telah selesai pada tanggal 24 desember 2016.

Dari hasil data yang telah diperoleh FDS di Kecamatan Medan Baru pada tahun 2016 ini telah selesai dan dinyatakan Sukses dalam Program Keluarga Harapan (PKH).

5.8 Analisis Peserta Family Development Session (FDS) Terhadap Anggota PKH

Nama : Ibu Ina Ribani Bu’ulolo

Usia : 45 Tahun

Alamat : Jl.Bahagia Kelurahan Titi Rantai Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan/Bln : 1.000.000 / Bln

Kendala tidak hanya ada pada Tim Pelaksana PKH saja, tetapi anggota penerima PKH yang telah mengikuti FDS juga mengalami kendala, seperti yang diungkap oleh Ibu Ina Ribani bu’ulolo dengan menggunakan bahasa daerah nias yang artinya :

“saya sebenarnya sangat senang mengikuti FDS ini dan pertemuan-pertemuan yang sudah disepakati. Hanya saja terkadang saya juga malu ketika saya dikasi materi atau buku pada hal saya tidak tau membaca dan menulis. Tapi ketika saya mengikuti tahap pertama FDS ini ternyata ada pembagian kelompoknya jadi saya sedikit sangat terbantu bisa dikelompokkan dalam jumlah yang sedikitlah jadi saya pun tidak malu-malu ketika bertanya apa yang tidak saya mengerti. Dari awal mengikuti PKH ini sampai FDS ini pun saya selalu hadir mengikuti pertemuan tidak pernah absen. Menurut saya ini sangat sangat penting bagi saya dan keluarga apalagi FDS yang telah dilaksanakan. Namanya juga dari


(45)

segala hal. Sebelum ikut ini mau anak saya sekolah atau tidak itu terserah dia malah saya senang mereka hanya tamat SD saja yang penting mereka tau membaca karna biaya juga sangat minim untuk mereka disekolahkan. Tapi setelah mengikuti FDS ini di topik “Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha” saya baru mengerti sedikit uang itu diarahkan kemana. Karna selama ini kalau ada uang bukan untuk sekolah anak tapi untuk bisa makan dan ditabung aja menurut saya sekolah cukup tau membaca saja anak-anak saya. Saya punya 3 anak, anak pertama kelas 6 SD mau tamat, anak kedua kelas 4 SD dan anak ke tiga masih umur 5 tahun. Sebenarnya saya dan suami saya sudah memutuskan tidak meneruskan anak pertama saya lanjut SMP lagi cukup saja SD tapi kembali saya mikir juga siapa yang membuat keluarga saya berubah lebih baik kedepan ya anak saya juga jadi saya ambil keputusan terus lanjutin anak saya sekolah lah semampu kami.”

Terkadang membaca dan menulis aja masih menjadi pedoman bagi orang tua yang tidak mau mengubah menseat pikirannya dengan baik. Dari hasil observasi saya juga Ibu Ina Ribani juga merupakan anggota yang sangat aktif mengikuti setiap pertemuan sekalipun dia tidak mengerti tapi dia tetap berusaha bertanya sampai dia benar-benar mengerti.

Nama : Ibu Ina Yaia Ndruru

Usia : 47 Tahun

Alamat : Kelurahan Darat

Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan/Bln : 1.000.000/Bln

Dari Family Development Session (FDS) yang telah dilaksanakan Ibu Ina Yaia Ndruru mengungkapkan :

“saya sebenarnya malas ikut-ikut pertemuan seperti ini, berapa kali saya dapat bantuan dari pemerintah tidak pernah ada pelayanan seperti begini yang mengarahkan pola pikir kami yang salah, ya ada raskin ya tingggal diambil, ada bantuan uang tunai ya tinggal diambil, tidak ada ibaratnya pembekalan buat kamilah yang penerima PKH ini. Awalnya saya ikut karna berkali-kali diinformasikan ke saya sampai ada relawan yang


(46)

kerumah menginformasikanya jadi saya datang saja, saya juga dapat PKH masa saya tidak datang itu pikir saya. Keluarga kami dapat PKH ini juga karna ada anak saya cacat 1 orang dan itu anak satu-satunya, saya tidak mau kasi dipanti juga saya terus rawat anak saya itu perempuan usia 13 tahun cacat fisik kakinya lumpuh dan matanya tidak normal seperti kita melihat. Saya hanya 3 kali datang pertemuan mengikuti FDS ini karna jaga anak saya dirumah juga, dan ketiga kali ini yang saya ketahui saya punya kenalan, banyak teman jadinya. Dan saya mengerti semua yang dijelaskan tapi saya harus buat apa pendidikan juga anak saya tidak punya jadi saya lebih senang saja punya banyak teman dan terus memberikan saya semangat dan motivasi ini disini ada bu nurhaidah, rosmiyati selalu kasi semangat juga iyah itu saja“

Dalam hal ini Ibu Ina Yaia Ndruru memiliki pola pikir yang berbeda juga, dalam FDS ini dia senang bisa memiliki banyak teman dan Ibu ini juga sangat membutuhkan banyak motivasi, semangat sehingga Ibu bisa kuat mempertahankan keluarganya.

Nama : Daryati Usia : 40 Tahun

Alamat : Keluarahan Padang Bulan Penghasilan/Bln : 1.000.000/bln

Dari pemaparan FDS tadi ibu daryati selaku relawan dalam PKH ini sangat aktif mengabarkan setiap info yang didapatkan. Seperti yang didungkapkan oleh Ibu Daryati :

“saya senang jadi relawan buktinya saya sudah 3 kali berturut-turut mendapatkan PKH ini. saya tidak dibayar kok, jika pak Azwir telfon saya buat kabari berita atau info kepada teman-teman yang penerima PKH saya pasti kerumah-rumah ibu-ibu ini semua naik sepeda kabari info. Dan kalau FDS ini menurut saya ini sangat penting, kenapa saya bilang begitu buktinya, jika saya kerumah-rumah ibu-ibu ini saya tidak hanya kasi tau saja jadwal pertemuan saja tapi bahkan saya mencoba meyakinkan mereka kalau ketika mereka datang mengikuti FDS tidak ada yang sia-sia, biar saya juga jangan sia-sia dayung-dayung sepeda kesana-kemari tapi toh tidak datang. Dan sekarang kita bisa lihat sendiri 5 kali ngadain FDS ini awalnya tidak semua yang hadir tapi lama-lama semakin banyak juga yang hadir. Saya mau juga ibu-ibu ini mampu berpikir yang baik sekalipun tidak punya pendidikan yang tinggi tapi anak-anak kita jangan sampai seperti kita gitu. Sejauh ini saya tetap aktif mengikuti semua kegiatan di PKH kalau ada pertemuan ya saya ikut dan


(47)

sempat datang karna ada halangan juga. Saya mendapat PKH juga karna dikeluarga saya anak saya 1 orang yang cacat fisik dan satu orang yang masih sekolah SMP. Trus ibu saya juga tinggal bersama saya dirumah dan ibu saya dapat PKH lansia juga.”

Sejauh yang telah saya Observasi juga, Ibu Daryati merupakan seorang relawan yang bertugas untuk mengabarkan info-info seputar PKH kepada teman-teman atau ibu-ibu yang menerima PKH. Ibu Daryati juga salah satu yang selalu aktif dalam pertemuan dan sangat menghimbau keluarga yang mendapat kan PKH untuk aktif mengikuti setiap pertemuan. Bagi ibu Daryati semua tidak sia-sia ketika datang mengikuti pertemuan terlebih-lebih FDS yang telah dilaksanakan.


(48)

BAB VI PENUTUP 6.3 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil analisis mengenai “Pelayanan Sosial Bagi Keluarga Miskin Melalui Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Baru”. Studi pada kegiatan Family Development Session (FDS) di Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru, yang sudah dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan sosial pemberdayaan yang dilakukan dapat dilihat dari tiga pendekatan pelayanan pemberdayaan yaitu :

1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku merupakan tahap menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Pada tahap ini pihak pelaku pelayanan PKH berusaha menciptakan pra-kondisi supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pelayanan sosial yang efektif. Sentuhan penyadaran akan membuka keinginan dan kesadaran keluarga tentang kondisi saat ini dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan semangat yang diharapkan dapat mengantarkan masyarakat untuk sampai pada kesadaran dan kemauan untuk belajar.Kehadiran guru PAUD juga dirasakan manfaatnya ketika pendamping menyampaikan materi Perlindungan Anak, dimana kehadiran guru ini sangat menarik perhatian para peserta pelatihan yang masih terlihat pasif saat awal pelaksanaan kegiatan FDS ini. Pada sesi Pengasuhan dan Pendidikan anak, pendamping bersama guru tersebut menyampaikan bagaimana cara mengasuh anak yang baik, mulai yang balita hingga usia dewasa, dengan perlakuan dan


(49)

usianya.Pendamping juga sangat terbantu dengan mengundang guru PAUD pada sesi Perlindungan Anak, karena guru juga membantu menyampaikan bagaimana cara memahami anak, dimulai dari usianya yang masih dini, agar bisa terhindar dari tindak kekerasan yang dapat melukai dan mencederai anak. Cara yang sama juga dilakukan pendamping untuk dapat menarik minat para peserta pelatihan FDS pada sesi Kesehatan Ibu dan Anak. Pada sesi ini, pendamping mengundang seorang bidan desa yang membantu menjelaskan lebih detail kepada para peserta tentang bagaimana bergaya hidup sehat. Hanya pada sesi Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha, pendamping tidak mengundang narasumber, namun pendamping tetap mampu menarik minat para peserta dengan bekal modul, poster, flipchart, dan video tutorial yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pada sesi ini, peserta berperan serta lebih aktif daripada sesi yang lainnya, sebab pendamping mengajarkan secara langsung bagaimana cara berhitung keuangan keluarga yang baik, mengetahui apa yang disebut ‘keinginan dan kebutuhan’, bagaimana membuat jurnal kas harian atau bulanan, dan meminta para peserta untuk mempraktekkannya secara langsung. Dengan begitu, diharapkan peserta akan langsung memahami materi yang diberikan dengan lebih mudah.

2. Tahap transformasi pengetahuan dan kecakapan, keterampilan dapat berlangsung dengan baik dan penuh semangat dan juga efektif, jika tahap pertama sudah terkondisi. Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan-keterampilan yang memiliki relevansi dengan apa yanh menjadi tuntutan kebutuhan tersebut.Dalam Tahap Transformasi kemampuan, terjadi keterbukaan di dalam masyarakat akan pentingnya pemberdayaan yang nantinya akan mempengaruhi wawasan, kecakapan -


(50)

ketrampilan dasar yang mereka miliki. Dimana Pada tahap ini, menjadi seorang pendamping berarti harus mampu memiliki kemampuan dalam inovasi dan leadership yang kuat. Pendamping dituntut untuk mampu berimprovisasi di setiap kondisi apapun yang terjadi dilapangan, agar target dan tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik, sesuai deadline, dan juga maksimal.

3. Tahap ketiga adalah tahap peningkatan intelektualitas dan kecakapan-ketrampilan yang diperlukan supaya mereka dapat membetuk kemampuan kemandirian. Kemandirian tersebut akan ditandai oleh kemampuan masyarakat didalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi dan melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Masyarakat yang mandiri tidak dapat dibiarkan begitu saja masyarakat tersebut tetap memerlukan perlindungan supaya dapat terpupuk dan terpelihara dengan baik dan selanjutnya dapat membentuk kedewasaan sikap dari masyarakat tersebut.ketika peneliti mengamati proses pemberdayaan, terlihat para RTSM antusias dalam menjawab soal-soal yang di berikan, mereka juga terlihat mulai percaya diri, kemampuan baca tulisnya pun mulai meningkat, meskipun sesekali masih harus mengeja huruf dan angka yang dibaca. Kemampuan berhitung pun meningkat. Selain itu juga ada pernyataan dari RTSM, bahwa dia juga mencoba menularkan ilmu yang didapat dari pelatihan kepada keluarga lainnya walaupun itu hanya terbatas sesuai dengan kemampuan yang mereka bisa.


(51)

6.4 SARAN

Berdasarkan uraian hasil penelitian, bahwa peneliti memberikan beberapa saran yang dapat berguna agar pemberdayaan yang dilakukan melalui kegaiatan Family Development Session kedepannya bisa lebih baik lagi. Saran tersebut antara lain:

1. Melihat dari target yang harus dipenuhi, serta waktu yang terbatas, mungkin sebaiknya program FDS harus dimulai bersamaan dengan program PKH dilaksanakan. Sehingga tujuan utama dari program bisa tercapai dengan lebih optimal.

2. Dukungan financial juga sebaiknya diberikan untuk menunjang semua pengeluaran dalam kegiatan ini. Pendamping juga menyayangkan tidak adanya dukungan financial dari pemerintah daerah setempat. Semua pengeluaran yang dibutuhkan selama melaksanakan pelatihan, termasuk fotokopi, kertas-kertas, dan peralatan ATK yang lain, semua ditanggung oleh pendamping. Sedangkan, di beberapa daerah di kabupaten lain, para pendamping FDS-PKH sudah menerima tambahan financial untuk mendukung kelancaran berjalannya program FDS. Tentunya pendamping akan sangat terbantu dengan diberikannya dukungan financial dari pemerintah daerahnya.

3. Jumlah pendamping yang ada tidak sebanding dengan jumlah kegiatan dan jumlah RTSM yang didampingi. Ini juga disebabkan target waktu berakhirnya program FDS juga pendek. Sebaiknya jumlah SDM pendamping bisa ditambah sesuai dengan standart pelayanan, untuk memaksimalkan hasil program pemberdayaan. Misalnya, satu pendamping untuk mendampingi maksimal 15 sampai 20 orang saja per pertemuan.


(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Sosial dan Fungsi Pelayanan Sosial 2.1.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial (Social Service) merupakan istilah yang tidak mudah untuk di jelaskan (Romanyshyn,1971;Wickenden, 1976). Pertama-tama, kesulitannya karena kata service mempunyai berbagai arti seperti pekerjaan atau kewajiban yang dilakukan untuk pemerintah, perusahaan, atau militer. Kata ini juga dapat berarti bagian dari suatu organisasi pemerintah seperti Civil Service dan Diplomatic Service. Kata service juga dapat diartikan perawatan dan perbaikan kendaraan dan mesin secara reguler; dan juga digunakan sebagai pukulan awal dalam tenis atau badminton. Kata ini juga sering diartikan sebagai jasa seperti dalam goods and services, yaitu barang dan jasa dan sebagainya.

Selain itu, pengertian pelayanan sosial tidak sama untuk negara yang berbeda. Diinggris, misalnya , istilah itu digunakan untuk semua pelayanan (services) dan manfaat (benefits) yang berorientasi orang (wickenden,1976).Spicker (1995), seorang penuis inggris, menyatakan bahwa pelayanan sosial meliputi jaminan sosial, perumahan, kesehatan, pekerjaan sosial, dan pendidikan (sebagai lima besar). Ini merupakan pelayanan sosial secara luas. Hal ini hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Kahndan Kamerman (1976) yang menyatakan bahwa lima pelayanan sosial dasar adalah pendidikan, transfer penghasilan (yang sering disebut sebagai jaminan sosial), kesehatan, perumahan, dan pelatihan kerja. Kahn dan Kamerman selanjutnya menyatakan bahwa sistem keenam yang baru muncul adalah pelayanan sosial personal (personal social services) atau disebut juga sebagai pelayanan sosial umum (general social services) Spicker juga menyatakan bahwa


(53)

kadang-kadang lima pelayanan sosial tersebut diperluas yang meliputi pelayanan lain seperti pekerjaan, pelayanan nasihat dan penjagaan ketertiban. Dikatakan oleh spicker bahwa penggunaan istilah pelayanan sosial tidak konsisten dan berada dari satu negara dengan negara lainnya.

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi dapat terlihat dalam rumusan Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial Pasal 2 Ayat 1 : “kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, sosial yang sebaik-baiknya bagi diri keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”.

Romanyshyn (1971) memberikan arti pelayanan sosial sebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) sumber-sumber sosial pendukung, dan (2) proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stres dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal. Pengertian yang dikemukakan oleh Romanyshyn ini mendekati pengertian dan fungsi pekerjaan sosial.

Dari berbagai pengertian diatas dapat terlihat ruang lingkup pengertian kesejahteraan sosial yang sebenarnya sangat meluas dan melingkupi berbagai aspek kehidupan. Dalam kesejahteraan sosial juga terdapat usaha kesejahteraan sosial, dimana pelayanan sosial juga termasuk dari salah satu didalamnya. Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu:


(54)

a) Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja, dan sebagainya.

b) Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya.

Maka dapat diartikan bahwa pelayanan sosial adalah kegiatan-kegiatan atau program-program yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial dimana Sepanjang kegiatan-kegiatan itu diarahkan pada tujuan-tujuan kesejahteraan sosial, maka kegiatan-kegiatan itu dikatakan sebagai pelayanan sosial. Pada umumnya baik kualitas maupun kuantitas dari pada pelayanan sosial akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu negara dan juga sesuai dengan faktor sosiokultur dan politik yang juga menentukan masalah prioritas pelayanan.

Pendampingan sosial merupakan salah satu strategi pelayanan. Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri’, pendampingan terhadap klien merupakan partisipasi nyata sebagai wujud kepedulian terhadap mereka. Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja sosial diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah masalah secara langsung. Pendamping sosial hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi klien. Dengan demikian, pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara klien dan pekerja sosial untuk secara bersama menghadapi beragam


(55)

masalah yang dihadapi klien.Yang dikaji menggunakan pendekatan Pelayanan Sosial menurut Sulistyani (2010:83) yaitu:

1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan- kecakapan ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan dasar sehingga mengambil peran dalam pembangunan

3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandiran.

2.1.2 Fungsi-fungsi Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial dapat dikategorikan dalam berbagai cara tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut :

a. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat b. Pengembangan sumber-sumber manusiawi

c. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial.

d. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan pembangunan

e. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar pelayanan-pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi (Muhidin, 19992:42)


(56)

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangan. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitas mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara individual maupun didalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya.

Dengan adanya berbagai kesenjangan, maka pelayanan sosial disini mempunyai fungsi sebagai “akses” untuk menciptakan hubungan bimbingan yang sehat antara berbagai program, sehingga program-program pelayanan tersebut dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya.

2.2 Kemiskinan atau Keluarga Miskin

2.2.1 Pengertian Kemiskinan atau Keluarga Miskin

Berbicara tentang kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan martabat manusia. Jika ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan, dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia. Demikian halnya dengan negara, baik ditingkat pusat maupun daerah, melalui berbagai kementerian, dinas maupun badan memiliki berbagai program penanggulangan masalah kemiskinan.

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Oleh karena itu langkah pertama penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Masalah kemiskinan dipandang dalam dua aspek yakni sebagai suatu


(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulis skripsi yang berjudul “Pelayanan Sosial Bagi Keluarga Miskin Melalui Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Baru”. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan baik itu berupa dukungan moril maupun materil. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Muryanto Amin,S.Sos,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar S,Sos.M.S.P selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

3. Kepada Bapak Dr.Agus Suriadi S.Sos,M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada Orangtua saya Ayah Afolo Lase dan Ibu Satiamin Harefa yang telah banyak berkorban baik secara materil maupun moril, kasih saying, perhatian, kepedulian telah penulis terima dari balita hingga sekarang penulis bisa menyelesaikan sarjana dengan baik.

5. Kepada saudara kandung saya Abang Peter Alexander Lase, Ardyanto Lase, dan Alber Toniman Lase yang selalu terlibat dalam kehidupan penulis, membantu penulis bahkan ikut terlibat selama penulis meneliti, kalian hebat.


(2)

6. Kepada kakak kandung saya Yesiska Lase yang telah memberikan teladan yang baik dan menyelesaikan perkuliahan juga dengan baik, kakak luar biasa selalu memberikan semangat kepada penulis.

7. Kepada Adik kandung saya Nesfi Afsat Lase yang cantik, imut, pintar, selalu memberikan motivasi yang hebat buat penulis. Semangat buat UN nya.

8. Kepada Ezra Putra Mendrofa yang selalu mendampingi penulis selama penelitian dan sangat banyak bantuan yang telah penulis terima, perhatian, pengorbanan hingga penulis bisa menyelesaikan sarjana dengan baik.

9. Kepada Bapak Pdt.Octaviusta Bangun S.Th M.Min selaku Ayah buat saya selama di Medan ini trimakasih buat pertolongan, buat dukungannya, buat kasih sayangnya dan selalu berdoa buat penulis hingga saat ini penulis tetap semangat dalam menyelesaikan sarjana ini.

10. Kepada Organisasi Generasi Muda Nias (GEMA NIAS) yang selalu menyemangati penulis bahkan selalu berdoa buat penulis untuk bisa menyelesaikan sarjana hingga saat ini, trima kasih buat pembelajaran yang penulis dapatkan dari Aggota Gema Nias tetap maju terus untuk Nias Berubah.

11. Kepada Gereja Kristen Baithani New Hope Community yang melibatkan penulis untuk menjadi pelayan Tuhan di Gereja, mengingatkan penulis ketika salah mendukung penulis hingga saat ini penulis bisa kuat melewati tantangan selama meneliti maupun dalam penyelesaian skripsi ini. dan

12. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tidk dapat penulis sebutkan namanya satu persatu trimakasih atas dukungan, kerjasama dan doanya.


(3)

Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkat, hikmat dan kebijaksanaan serta membalas segala kebaikan yang lebih baik lagi. Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk itu sangat diharapkan masukannya, akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial Kedepannya.

Medan, Januari 2017 Penulis,


(4)

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

1.4 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Sosial dan Fungsi Pelayanan Sosial 2.1.1 Pengertian Pelayanan Sosial ... 12

2.1.2 Fungsi-fungsi Pelayanan Sosial ... 15

2.2 Kemiskinan atau Keluarga Miskin 2.2.1 Pengertian Kemiskinan atau Keluarga Miskin ... 16

2.2.2 Ciri-ciri Kemiskinan ... 17

2.2.3 Jenis-jenis Kemiskinan ... 18

2.3 Program Pemerintah Dalam Mengatasi Masalah Kemiskinan ... 21

2.4 Program Keluarga Harapan (PKH) 2.4.1 Latar Belakang Program Keluarga Harapan (PKH) ... 23

2.4.2 Pengertian Program Keluarga Harpan (PKH) ... 27

2.4.3 Sasaran Program Keluarga Harapan (PKH) ... 28

2.4.4 Komponen Yang Menjadi Fokus Program Keluarga Harapan... 28

2.5 Program Pelayanan Family Development Session (FDS) 2.5.1 Pengertian Family Development Session (FDS)... 30

2.5.2 Tujuan Program FDS ... 30

2.5.3 Mekanisme Pelaksanaan FDS ... 31

2.5.4 Materi Pembelajaran Family Development Session (FDS) ... 32

2.6 Kerangka Pemikiran... 41

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep ... 42


(5)

2.7.2 Defenisi Operasional ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 45

3.2 Lokasi Penelitian ... 45

3.3 Iforman Penelitian 3.3.1 Informan Kunci ... 46

3.3.2 Informan Utama ... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.5 Teknik Analisis Data ... 48

BAB VI DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Kecamatan Medan Baru dan Kelurahan Titi Rantai 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Baru ... 49

4.1.2 Jumlah Penduduk ... 49

4.1.3 Mata Pencarian... 50

4.1.4 Pendidikan... 50

4.1.5 Tipologi Kecamatan ... 51

4.2 Penyelenggaraan Pemerintahan ... 51

4.3 Potensi Dan Capaian Kegiatan 4.3.1 Pendiidkan ... 58

4.3.2 Kesehatan Masyarakat ... 59

4.3.3 Ekonomi Masyarakat ... 60

4.3.4 Keamanan Dan Ketertiban ... 61

4.3.5 Tertib Administrasi ... 61

4.3.6 Pencapaian Target PBB ... 61

4.3.7 Tingkat Pencapaian Swadaya / Partisipasi Masyarakat... 62

4.4 Profil Kelurahan 4.4.1 Gambaran Umum Kelurahan Titi rantai ... 63

4.4.2 Jumlah Penduduk... 63

4.4.3 Mata Pencarian ... 64

4.4.4 Penddikan ... 64


(6)

4.6.1 Pendidikan ... 66 4.6.2 Kesehatan Masyarakat ... 66 4.6.3 Ekonomi Masyarakat ... 67

BAB VANALISIS DATA

5.1 Pelayanan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH), Family Development Session (FDS)

5.1.1 Analisis Pelayanan Sosial Family Development Session (FDS) ... 70 5.2 Analisis Tahapan Kegiatan Family Development Session (FDS) Kel.Titi

Rantai

5.2.1 Analisis Tahap Penyadaran dan Pembentukan Perilaku ... 75 5.2.2 Analisis Tahap Transformasi Kemampuan ... 78 5.2.3 Analisis Tahap Peningkatan Kemampuan Intelektual, Kecakapan dan

Ketrampilan ... 81 5.3 Analisis Data ... 83 5.4 Analisis Peserta Family Development Session (FDS) Terhadap Anggota

PKH ... 86 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 90 6.2 Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA