Analisa FTIR Analisa Uji Biodegradabilitas

keratin mulai terdekomposisi pada temperatur 475 o C dan terbakar habis pada temperatur 520 o C. Tabel 4.3. Hasil Analisis Pengujian DTA Sampel Temperatur Transisi Gelas o C Tg Temperatur Leleh o C Tm Temperatur Dekomposisi o C Keratin 80 275 475-520 LDPE 100 240 330-440 LDPE-keratin10 100 - 420-440 LDPE-keratin20 100 250 440-450 LDPE-keratin30 100 250 440-450 LDPE-keratin40 100 250 440-450 Nilai temperatur transisi gelas Tg dan temperatur leleh Tm diperlukan untuk menentukan kondisi proses dan aplikasi produk yang dihasilkan. Polimer dengan Tm tinggi membutuhkan energi lebih besar untuk bisa mencairkan dan mencetak polimer. Plastik agar dapat berfungsi dengan baik dalam penentuan fungsional suatu produk plastik, maka suhu Tg harus cukup lebih tinggi daripada suhu linkungan kerja ketika dipakai Stevens, 2007.

4.3. Analisa FTIR

Pengujian FTIR dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari keratin, LDPE, dan komposit LDPE. Analisis ini juga digunakan untuk melihat peningkatan pengisi keratin dalam matriks LDPE. Spektrum uji FTIR dapat dilihat pada Lampiran B, dan hasil analisis gugus fungsi dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Hasil Analisis Gugus Fungsi Bahan Berdasarakan Data FTIR Sampel Bilangan Gelombang cm -1 Gugus Fungsi Keratin 3294,42 1643,35 2962,66 O-H Ikatan Hidrogen C=O Amida C-H Alkana LDPE 3371,57 2962,66 2167,99 1620,21 1465,90 O-H Ikatan Hidrogen C-H Alkana C C Alkyne C=C Alkena Tekukkan LDPE-keratin-PE-g- MA 2939,52 2414,88 2152,56 C-H Alkana O-H Asam karbosilat C C Alkyne Dari hasil FTIR di atas menunjukkan bahwa keratin mengandung gugus O- H Ikatan Hidrogen, C=O Amida yang merupakan gugus fungsional organik yang berikatan dengan suatu atom nitrogen. Keratin juga mengandung gugus C-H Alkana ditandai dengan sidik jari 2962,66 cm -1 , hal ini menunjukkan keratin mengandung senyawa nonpolar yang sukar larut dalam air. Pada spektrum FTIR dari LDPE murni, terdapat bilangan gelombang 1465,90 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus . Dan juga mengandung gugus gugus O-H Ikatan Hidrogen, gugus C-H Alkana, gugus Alkyne yang memiliki ikatan karbon rangkap tiga C C , dan gugus fungsi C=C Alkena. Pada spektrum FTIR dari biokomposit LDPE-keratin-PE-g-MA tidak menunjukkan pembentukkan gugus fungsi baru, sehingga dapat dikatakan bahwa komposit yang dihasilkan hanya berinteraksi secara fisika. Universitas Sumatera Utara

4.4. Analisa Uji Biodegradabilitas

Pengujian biodegradabilitas ini bertujuan untuk mengetahui laju degradasi biokomposit. Uji biodegradabilitas dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan metode soil burial test. Spesimen biokomposit dikubur di dalam tanah dengan kedalaman 7 cm dengan menjaga kestabilan kelembaban tanah. Kemudian spesimen yang dikubur ditimbang tiap satuan waktu. Sebelum dikubur spesimen uji terlebih dahulu ditimbang. Kemudian tiap seminggu sekali sampel dikeluarkan dari dalam tanah untuk ditimbang dalam keadaan kering dan bersih dari sisa tanah yang menempel. Untuk menghitung fraksi berat residual digunakan persamaan 4.1. berat residual = 4.1 dimana: = massa spesimen sebelum dikubur mg = massa spesimen sesudah dikubur pada minggu ke-1, 2,3,4,dan 5 mg Tabel 4.5, menunjukkan hasil uji biodegradabilitas 3 buah spesimen untuk setiap variasi 10, 20, 30, 40. Tabel 4.5. Hasil Uji biodegradabilitas Komposit LDPE Terisi Keratin Sampel ke- Massa spesimen mg 0 hari 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5 Minggu Keratin 10 1 2 3 110 100 120 110 100 120 110 100 120 110 100 120 110 100 120 110 100 120 Keratin 20 1 2 3 130 130 150 130 130 150 130 130 150 130 130 150 130 130 150 130 120 150 Keratin 30 1 2 3 90 120 130 90 120 130 90 120 130 90 120 130 90 120 130 90 110 130 Keratin 40 1 2 3 130 120 80 130 120 80 130 120 80 130 120 80 130 120 80 120 120 80 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa belum tampak kehilangan berat spesimen selama penguburan 4 minggu. Pada penguburan selama 5 minggu terjadi kehilangan berat spesimen dengan berat residual sebesar 91,6 pada penambahan keratin sebesar 30. Penambahan pengisi polimer alam keratin pada resin polietilen menunjukkan bahwa tingkat degradasi biokomposit yang dihasilkan adalah sangat rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh susilawati dkk 2011 yaitu polietilen terisi tepung ubi kayu yang sudah terdegaradasi 20 dengan waktu kubur 2 minggu dan terdegradasi 30 dengan waktu kubur 4 minggu. Dengan mengekstraksi protein keratin dari bulu ayam sebagai pengisi polietilen ternyata belum mampu mempercepat proses degradasi biokomposit polietilen. Degradasi keratin menjadi molekul yang lebih sederhana merupakan proses yang kompleks dan memerlukan kerja sinergis enzim-enzim keratinolitik, Ramnani dkk, 2005.

4.5. Analisa Uji Scanning Electron Microscopy SEM