“ Ibu jangan makan indomie ya, jangan makan yang asin-asin, goring- gorengan, mie baksoitu bisa menaikkan tensi ibu lagi, terus ibu banyak
istirahat jangan terlalu banyak pikiran sebab bisa mempengaruhi kandunagan ibu dan berbahaya apalagi ibu sudah diperiksa tadi
hasilnya kan positif urinenya…jadi harus dijaga bu ya….kalau bisa ibu harus periksa ke dokter kandungan lagi mau bu supaya lebih aman bagi
kehamilan ibu dan bayi” “ Ibu jangan memakai baju terlalu ketatlah kalau datang periksa hamil
ya….jika ada keluhan segera datang periksa ke bidan yang terdekat aja kalau ke puskesmas agak jauh dari rumah y bu”
Bidan III berinisial HN sebagai berikut: “ Ibu kan tadi tensinya agak tinggi jadi ibu harus makan kurangi garam
atau yang asin-asin, lemak. Ibu banyak makan sayur, buah dan kurangi minum kopi lebih baik banyak minum air putih. Ibu nanti setiap ada
keluhan lansung datang periksakan ya supaya segara dapat penanganan dan melahirkan nanti sama ibu
bidan ya…supaya jika ada kesulitan cepat di rujuk, sekali lagi ibu harus jaga makan, banyak istirahat dan
jangan stress supaya tensi tidak naik lagi” Berdasarkan penyuluhan tersebut dapat di simpulkan bahwa tenaga
kesehatan bidan sudah memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dan melakukan rujukan terhadap ibu hamil yang
berinisial KW dengan kasus preeklampsia ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe.Dengan tujuan untuk menekan angka kematian ibu dan
bayi.Meskipunmasih ada ibu yang kurang memperhatikan nasehat ataupun penyuluhan dari tenaga kesehatan untuk meningkatkan kesehatan supaya
kehamilannya lebih sehat dan aman sampai melahirkan.
BAB V PEMBAHASAN
Puskesmas Lhoksukon di Seksi Kesehatan Ibu dan Anak yaitu ruang pemeriksaan antenatal care adalah tersedianya fasilitas antenatal yaitu alat
pemeriksaan tekanan darah berupa tensimeter, stetoskop dan alat pemeriksaaan protein urine.Tenaga kesehatan yang bertugas di Seksi Kesehatan Ibu dan Anak
adalah semua profesi bidan dengan pendidikan D III Kebidanan, dan program pelayanan antenatal yang dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan standar
program pelayanan antenatal care.Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas program pelayanan seperti: tersedianyafasilitas antenatal
care, tenaga kesehatan dan program pelayanan antenatal, ini menunjukkan bahwa sangat berpengaruh terhadap pelayanan antenatal care terkait dengan deteksi
preeklampsiaeklampsia. Fasilitasantenatal, tenaga kesehatan dan program pelayanan antenatal care yang baik akan meningkatkan status kesehatan ibu hamil
menjadi lebih baik, hal itu juga berlaku sebaliknya bila fasilitas antenatal, tenaga kesehatan dan program pelayanan antenatal buruk maka status kesehatan ibu
hamil pun juga buruk.
5.1 Program Pelayanan Antenatal Care Terkait dengan Deteksi PreeklampsiaEklampsia Pemeriksaan Tekanan Darah, Pemeriksaan
Protein Urine dan Pemeriksaan Oedema Antenatal care adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya
oleh tenaga professional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayananyaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada
trimester satu, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Dengan
pemeriksaan ANC teratur, ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan bisa mengenali tanda bahaya yang timbul selama kehamilan serta mempersiapkan
persalinannya. Menurut Rohjati 2003 bahwa pemeriksaan antenatal merupakan komponen penting pelayanan kehamilan yang diikuti dengan kegiatan
komunikasi, informasi, dan edukasi KIE kepada ibu hamil, suami dan keluarga untuk perencanaan persalinan aman dan persiapan rujukan terencana bila
diperlukan. Kualitas program pelayanan kesehatan ibu dan anak terutama pelayanan
antenatal care seperti peningkatan pengetahuan dan ketrampilan terhadap petugas dalam pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan protein urine, dan melakukan
pemeriksaan oedema. Hal ini penting dilaksanakan dalam memastikan diagnosa untuk ibu hamil yang mengalami preeklampsia.
Program pelayanan antenatal meliputi permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan secara umum, deteksi secara dini terhadap resiko kehamilan,
screening untuk mengidentifikasi faktor resiko, upaya pengobatan untuk mencegah komplikasi dari penyakit yang diderita dan intervensi dalam
upayapencegahan penyakit yang timbul Azwar, 1990. Observasi dan dokumentasi terhadap 4 orang tenaga kesehatan pada
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan protein urine dan pemeriksaan oedema, dalam penelitian pada kriteria terdapat 1 orang bidan yang sudah melakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar operasional prosedur, dan ada 3 orang bidan yang belum sesuai dengan standar operasional prosedur dalam melakukan
pelayanan seperti, dalam hal tidak menggunakan stetoskop pada pemeriksaan tekanan darah terhadap ibu hamil.
Program pelayanan antenatal sudah dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh Depkes RI, yaitu standar 10T 1 timbang
berat badan, 2 takanan darah, 3 tinggi fundus uteri, 4 tetanus toksoid, 5 tablet zat besi, 6 tes penyakit menular seksual, 7 temu wicara, 8 tes
laboratorium, 9 tes reduksi urine, 10 tes protein urine. Padahal aplikasi program jaminan mutu di Puskesmas adalah dalam bentuk penerapan Standar
Operasional Prosedur SOP, agar hasil yang diperoleh tetap terjaga kualitasnya, meskipun pada kondisinya lingkungan dan petugas yang berbedaberganti.
Standar Operasional Prosedur merupakan pedoman dalam pelaksanaan administrasi dalam peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi dan sebagai
dokumen yang berisi serangkaian intruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan pelayanan, bagaimana cara, dan kapan waktu
harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan aktor dapat memberikan arah guna perbaikan peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh puskesmas. Hal ini
mengingat bahwa dokumen Standar Operasional Prosedur yang merupakan pedoman baku bagi petugas sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan target kinerja yang telah ditentukan.Contoh standar operasional prosedur kebidanan adalah sebagai berikut: 1 nama
pekerjaan: pemeriksaan antenatal care, 2 tujuan: sebagai pedoman kerja petugas Kesehatan Ibu dan Anak dalam pelaksananpelayanan pemeriksaan ibu hamil, 3
sasaran: petugas KIA dalam mempersiapkan alatsarana untuk memberikan
pelayanan pemeriksaan ibu hamil, 4 uraian umum: persiapan ruangan dan alat lengkap, alat pemeriksaan timbangan, ukuran panggul, tensimeter, stetoskop dan
alat suntik, persiapan vaksin Tetanus Toksoid, tablet besi dan vitamin pelaksanaan pemeriksaan dan tindakan, penyuluhan, pencatatan rujukan, 5
langkah-langkah kegiatan: a petugas menerima kunjungan ibu hamil di ruang KIA setelah mendaftar di loket pendaftaran, b petugas melakukan anamnesa
menanyakan identitas, riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu, riwayat menstruasi, riwayat persalinan yang lalu dan pemakaian alat kontrasepsi, riwayat
penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga, keluhan pasien, mempersilakan ibu hamil ke laboratorium untuk periksa Hb dan golongan darah
untuk ibu hamil dengan kunjungan pertama kali atau K-1, pemeriksaan Hb diulang pada umur kehamilan trimester III, serta pemeriksaan laboratorium
lainnya seperti protein urine, reduksi urine atas indikasi, c petugas melakukan pemeriksaantinggi badan, berat badan, ukuran lengan atas, tekanan darah,
petugas melakuakan inspeksi kepada pasien, mengukur ukuran panggul bila ada indikasi: tinggi badan 145 cm, memeriksa tinggi fundus uteri, posisi janin,
presentasi janin, dan pemeriksaan denyut jantung janin, d petugas memberikan imunisasi tetanus toksoid TT1 sambil memberitahukan ulangan TT2 yang akan
datang, e petugas memberikan penyuluhan gizi ibu hamil, hygiene perorangan, perawatan payudara selama kehamilan, pentingnya periksakan kehamilan secara
rutin sesuai umur kehamilan, pesan supaya pada saatnya nanti melahirkan di tenaga kesehatan,, f petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku
KIA, Kohort Hamil, g petugas menulis resep kalsium laktat, Fe, vitamin, h
petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ada dan rujukan ke RSUdokter spesialis serta melakukan kunjungan rumah pasien, i petugas merujuk ke ruang
pengobatan bila ada indikasi, j petugas mencatat ke kohort ibu sesuai kartu ibu. Keberhasilan program Kesehatan Ibu dan Anak khususnya pelayanan
antenatal sangat strategis dan ditentukan oleh konsistensi kualitas pelayanan yang diberikan di Puskesmas. Saat ini capaian pembangunan kesehatan menggunakan
acuan Standar Pelayanan Minimal atau disingkat SPM adalah standar pelayanan minimal yang harus didapatkan oleh mayarakat dan menjadi program yang
ditetapakan oleh pemerintah pusat dan pelaksanaannya diwajibakan kepada pemerintah daerah sesuai dengan sumber daya dan kemampuan daerah.Sehingga
hal-hal yang berkaitan dengankualitas pelayanan services quality, seperti kepuasan pasien bahkan dampak pelayanan impact of sevices masih belum
mendapat perhatian yang lebih serius.Salah satu indikator pelayanan yang menjadi kunci penting bagi para pasien sebagai konsumen meliputi pelayanan tepat.
Menurut Kepmenkes Nomor: 826MENKESSKIX2008 indikator standar pelayanan minimal ditetapkan 18 indikator standar pelayanan minimal
yang berkaitan dengan antenatal care antara lain adalah: 1 cakupan K-4 target 95, 2 cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani target 80, 3 cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan target 90, 4 cakupan pelayanan nifas target 90.
Menurut Manuaba 1998, pemeriksaan kehamilan penting karena dapat menemukan berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat
diperhitungkan dan
dipersiapkan langkah-langkah
dalam pertolongan
persalinannya, apabila ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan maka, tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan baik atau mengalami keadaan resiko
yang dapat membahayakan ibu dan janinnya.
5.2 Tenaga Kesehatan
Fasilitas antenatal yang memadai harus didukung oleh adanya tenaga kesehatan yang mencukupi, terampil, dan terlatih. Dokter, bidan dan perawat
merupakan tenaga kesehatan formal yang dapat dan mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi.
Bidan Puskesmas dalam memberikan pelayanan antenatal berdasarkan pada pedoman standar kebidanan, standar pedoman ini disusun sebagai acuan
dalam pengelolaan program.Kompetisi teknis menyangkut pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dan penampilan atau kinerja pemberi layanan
kesehatan. Peran bidan dalam pelayanan antenatal adalah semua kegiatan yang
dilakukan oleh bidan yang mencakup pencatatan dan pelaporan jumlah ibu hamil baik di puskesmas, posyandu, polindes, dan poskesdes. Dengan adanya pencatatan
dan pelaporan, maka akan terlaksana pemetaan ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tersebut Depkes RI, 2009.
Selain itu, pada penelitian ini juga diamati tentang pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di puskesmas mulai dari awal kehamilan sampai
berlangsungnya proses persalinan, sehingga kemungkinan akan terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan dapat segera diatasi.
Dari hasil penelitian bahwa tenaga kesehatan sudah cukup baik memberi pelayanan antenatal dilihat dari kehadiran, kedisiplinan, memberi penyuluhan,
maupun dengan penanganan terhadap resiko, karena ke tiga ibu hamil yang di diagnosa preeklampsia sudah mengerti akan bahaya dari preeklampsia
tersebutcontoh:“kalau saya merasa pusing, saya langsung memeriksakan diri ke ibubidan
”. Dimana setiap mengalami keluhan langsung memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan dan tidak ke dukun walaupun diantara mereka ada yang
bertempat tinggal jauh dari puskesmas. Menurut, dari hasil penelitian Ningrum 2014 yang dilakukan di daerah
Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa adanya tenaga kesehatan tidak mengurangi
angka kejadian
preeklampsiaeklampsia karena
preeklampsiaeklampsia tidak diketahui penyebabnya tetapi untuk mendeteksi, maka perlu tenaga kesehatan untuk melakukan hal tersebut, ini mungkin
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti pola makan, gaya hidup dan sebagainya.
5.3 Fasilitas Antenatal Care
Fasilitas antenatal adalah alat atau tempat yang digunakan untuk penyelenggarakan upaya pelayanan kehamilan, baik promotif, preventif,yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan atau masyarakat. Berikut dijelaskan fasilitas antenatal care adalah :
5.3.1 Alat Pemeriksaan Tekanan darah
Tensimeter dan stetoskop adalah alat mengukur tekanan darah pada ibu hamil setiap pelayanan antenatal, dan stetoskop digunakan untuk mmendengarkan
hasilnya.Hasil penelitian menunjukan bahwa tersedianya fasilitas antenatal yang memadai adalah salah satu upaya penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi. Tersedianya fasilitas antenatal sepertitensimeter dan stetoskop penting terhadap pemeriksaan tekanan darah pada ibu hamil yaitu: untuk
mengetahui tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi. Kelayakan tensimeter dan stetoskop perlu diperhatikan uji kelayakannya
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Jika dilihat dari jumlah tensimeter yang tersedia sebanyak 4 unit dan layak pakai hanya 1 unit tensimeter dan I unit
stetoskop. Menurut Depkes RI tensimeter harus dikalibrasi setiap 1 tahun
sekali.Tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter adalah alat pengukuran
tekanan darah sering juga disebut sphygmomanometer.Tensimeter terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet, yang terbungkus
kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.Tensimeter tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat
pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Stetoskop bahasa Yunani: stethos, dada dan skopeein, memeriksa adalah
sebuah alat medis sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh. Stetoskop banyak digunakan untuk mendengar suara jantung dan pernapasan,
meskipun dia juga digunakan untuk mendengar aliran darah dalam arteri.Stetoskop ditemukan di Perancis pada 1816 oleh Rene-Theophile-Hyacinthe