6
Saluran inlet pada akuarium berupa pipa PVC ½ inci yang dibuat sejajar dan diletakkan di tengah tiap akuarium dengan diberi lubang berdiameter 0,5-0,8
cm sebanyak 2 unit, sedangkan saluran outlet berupa pipa PVC ½ inci yang dilengkapi dengan keran untuk tiap akuariumnya. Setiap sistem resirkulasi terdiri
dari 3 unit akuarium budidaya dan 1 unit akuarium filter, serta dilengkapi dengan 1 unit talang air. Sistem resirkulasi filtrasi ini digunakan untuk mengurangi
kotoran dan menjernihkan air agar cahaya mudah diterima oleh rumput laut, untuk pasokan oksigen, serta untuk mengurangi pertumbuhan lumut yang berlebihan
yang dapat mengganggu rumput laut untuk hidup. Setiap akuarium diberi aerasi untuk menambah gerakan air yang dapat membantu rumput laut dalam menyerap
nutrien secara difusi dan menyuplai oksigen di perairan. Media pada pemeliharaan adalah air laut, yang diisi ke dalam akuarium
sebanyak 81 liter dan ke dalam tiap wadah filter sebanyak 72 liter, sehingga total air yang digunakan untuk pemeliharaan rumput laut pada setiap sistem resirkulasi
3 akuarium budidaya dan 1 akuarium filter Lampiran 2 sebanyak 315 liter. Air dari wadah filter dipompa ke akuarium dan disalurkan melalui pipa inlet dengan
debit air 0,26 literdetik. Air yang keluar dari saluran outlet kemudian dialirkan melalui talang air dan selang ke wadah filter, yang dimulai dengan filter fisik
berupa kapas, karang, dan filter kimia berupa arang aktif, kemudian kapas lagi, lalu filter biologi berupa bioball.
2.4 Pemeliharaan Rumput Laut
Rumput laut Kappaphycus alvarezi hasil kultur jaringan yang memiliki karakteristik tidak terdapat bercak, tidak terkelupas, talus elastis dan memiliki
jumlah cabang yang bervariasi, serta memiliki pangkal yang lebih kecil dari cabangnya, ujungnya berbentuk lurus.
Gambar 2. Individu rumput laut Kappaphycus alvarezii hasil kultur jaringan
7
Rumput laut dipelihara dalam akuarium kaca dengan kepadatan biomassa awal berbeda yaitu 95, 143, 191, dan 238 gm
3
. Jumlah rumpun yang digunakan berkisar 33-137 individu. Rumput laut disebar atau dasar untuk memudahkan
rumput laut dalam bergerak dan menyerap nutrisi dari air laut. Sistem yang digunakan yaitu sistem resirkulasi dan pergantian air sebanyak 50 yang
dilakukan satu kali dalam dua minggu. Sampling bobot individu, biomassa, panjang dan panjang total talus individu dilakukan setiap minggu. Pengukuran
diameter pangkal, diameter tengah talus, dan jumlah individu dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan.
Salinitas air laut yang digunakan diupayakan pada kisaran 33-35 ppt. Jika salinitas mengalami kenaikan, dilakukan penambahan akuades sehingga kembali
ke nilai semula. Suhu air pada media pemeliharaan diharapkan berada pada kisaran 24-30
C. Nilai pH pada media pemeliharaan diupayakan selalu dalam
kisaran 7,3-8,8. Rumput laut membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi. Oksigen terlarut yang baik untuk rumput laut adalah 5 mgl. Nilai tersebut dapat
diperoleh dari difusi udara, pergantian air, hasil fotosintesis, dan aerasi.
2.5 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah biomassa rumput laut Lampiran 3, bobot individu rumput laut, panjang talus Lampiran 4 dan
panjang total talus Lampiran 5 yang dilakukan setiap minggu. Pengamatan diameter pangkal dan diameter tengah talus diamati saat awal dan akhir
pemeliharaan. Pengamatan suhu, salinitas, intensitas cahaya, dan oksigen terlarut dilakukan langsung pada media pemeliharaan setiap harinya. Pengukuran pH
media pemeliharaan dilakukan setiap minggu. Pengukuran kadar total fosfat, ortofosfat, nitrat, nitrit, dan amoniak dalam wadah pemeliharaan dilakukan pada
awal pemeliharaan, sebelum dan setelah ganti air, serta pada akhir pemeliharaan Lampiran 6 di Laboratorium Air dan Udara SEAMEO BIOTROP. Hal ini
dilakukan untuk melihat jumlah nutrisi yang berada diperairan, serta nutrisi mana yang lebih banyak diserap oleh rumput laut beserta jumlahnya. Analisis proksimat
dilakukan pada akhir pemeliharaan untuk melihat jumlah N dan P yang terserap oleh talus rumput laut selama pemeliharaan. Analisis ini dilakukan di
8
Laboratorium Nutrisi Pakan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi Teknologi Peternakan, Fakultas Perternakan, Institut Pertanian Bogor. Berikut diuraikan
lebih lanjut.
2.5.1 Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate SR merupakan perbandingan antara jumlah total individu rumput laut yang hidup pada akhir
percobaan Ni dengan jumlah total individu rumput laut yang ditebar pada awal percobaan No. Setiap individu rumput laut memiliki berbagai ukuran dan jumlah
talus atau percabangan.
SR = Ni
No × 100
Keterangan : SR = Survival rate tingkat kelangsungan hidup
Ni = Total individu rumput laut yang hidup pada akhir percobaan individu No = Total individu rumput laut yang hidup pada awal percobaan individu
2.5.2 Pertambahan Bobot, Biomassa dan Laju Pertumbuhan Harian
Pertambahan bobot atau biomassa didapatkan dari hasil selisih antara bobot atau biomassa akhir dengan bobot atau biomassa awal pemeliharaan. Data
bobot rumput laut diperoleh dengan mengambil sampel individu yang telah ditandai pada masing-masing perlakuan untuk kemudian ditiriskan hingga tidak
ada air yang menetes dan menimbangya serta mencatat hasilnya. Data biomassa rumput laut diperoleh dengan mengambil semua rumput laut yang ada pada
akuarium, kemudian ditiriskan hingga tidak ada air yang menetes. Rumput laut tersebut kemudian ditimbang dengan timbangan digital merk ACIS dan dicatat
nilai biomassanya. Penimbangan dilakukan di tempat teduh yang terlindungi dari sinar matahari langsung, untuk menjaga agar rumput laut tidak kekeringan dan
mengalami kerusakan. Laju pertumbuhan harian α Lampiran 7 dapat dihitung dari nilai bobot atau biomassa yang diperoleh selama waktu tertentu
menggunakan rumus berikut :
9
α = ln W
t
– ln W
o
t x 100
Keterangan : W
t
= bobot atau biomassa basah rumput laut pada waktu t gram W
o
= bobot atau biomassa basah sebelumya atau awal gram t = waktu pengamatan hari
2.5.3 Pertambahan Panjang Talus dan Pertambahan Panjang Total Talus
Pertumbuhan rumput laut dapat diukur pula dari nilai pertambahan panjang talus dan pertambahan panjang total talus. Data panjang dan panjang total
talus diperoleh dengan mengambil individu yang telah ditandai dan mengukurnya menggunakan penggaris setiap minggu. Panjang talus diukur mulai dari pangkal
cabang pertama hingga ujung cabang talus, sedangkan panjang total talus diukur mulai dari pangkal utama talus hingga ujung cabang talus Lampiran 8.
Pertambahan panjang talus atau panjang total talus dapat diukur dengan menghitung selisih panjang atau panjang total pada waktu t dengan panjang atau
panjang total awal. Pernyataan ini dirumuskan sebagai berikut : ∆L = L
t
– L
o
Keterangan: ∆L
= Pertambahan panjang talus atau panjang total talus cm L
t
= Panjang atau panjang total pada waktu t cm L
o
= Panjang atau panjang total awal cm
2.5.4 Pertambahan Diameter Talus
Pertumbuhan rumput laut dapat diukur pula dari nilai pertambahan diameter talus rumput laut. Pengukuran diameter talus ini dilakukan pada dua
bagian yaitu bagian pangkal talus atau terbawah percabangan dan pada bagian bagian terbesar talus Lampiran 8. Pertambahan diameter talus didapatkan dari
selisih diameter akhir dengan diameter awal. Data diameter pangkal dan diameter tengah terbesar diperoleh dengan cara mengukur menggunakan jangka sorong
pada awal dan akhir pemeliharaan. Berikut merupakan rumus pertambahan diameter talus :
10
∆D = D
t
– D
o
Keterangan: ∆D
= Pertambahan diameter pangkal atau tengah terbesar talus mm D
t
= Diameter pangkal atau tengah terbesar talus pada waktu t mm D
o
= Diameter pangkal atau tengah terbesar talus awal mm
2.5.5 Penyerapan Nitrogen
Nitrogen yang berada di perairan umumnya dalam bentuk nitrat, nitrit dan amoniak. Penyerapan nitrogen oleh rumput laut dapat dilihat dari hasil
pengukuran kualitas air dan analisis proksimat. Jumlah nitrogen nitrat, nitrit, dan amoniak yang diserap diperoleh dari selisih kadar nitrogen nitrat, nitrit, dan
amoniak setelah pergantian air [N]
t
dengan sebelum pergantian air [N]
o
dibagi biomassa rumput laut Kappaphycus alvarezii W. Tanda mutlak | |
menunjukkan bahwa nilai yang diserap selalu positif. Dalam hal ini diasumsikan tidak ada organisme lain yang terdapat dalam wadah budidaya, kecuali
Kappaphycus alvarezii. Berikut merupakan rumus untuk menghitung nitrogen nitrat, nitrit, dan amoniak yang diserap berdasarkan pengukuran kualitas air
Sinaga, 2010: N yang diserap mgg = | [N]
t
- [N] | x 1 kg
W g Penyerapan nitrogen oleh talus rumput laut berdasarkan hasil analisis
proksimat analisis kandungan nitrogen dengan metode Kjeldahl Lampiran 9 yaitu dengan perhitungan sebagai berikut : sejumlah rumput laut melalui analisis
proksimat akan diketahui jumlah N yang terkandung didalamnya. Setelah itu dilakukan perhitungan Zhou et. al 2006 :
N uptake µmolghari = LPH hari x N tissue g100g 100
2.5.6 Penyerapan Fosfor
Fosfor yang berada di perairan sering melimpah dalam berbagai bentuk senyawa fosfat, diantaranya total fosfat dan ortofosfat. Penyerapan fosfor oleh
11
rumput laut dapat dilihat dari hasil pengukuran kualitas air dan analisis proksimat. Jumlah fosfor total fosfat dan ortofosfat yang diserap diperoleh dari selisih kadar
fosfor total fosfat dan ortofosfat setelah pergantian air [P]
t
dengan sebelum pergantian air [P]
o
dibagi biomassa rumput laut Kappaphycus alvarezii W. Tanda mutlak | | menunjukkan bahwa nilai yang diserap selalu positif. Dalam hal
ini diasumsikan tidak ada organisme lain yang terdapat dalam wadah budidaya, kecuali Kappaphycus alvarezii. Berikut merupakan rumus untuk menghitung
fosfor total fosfat dan ortofosfat yang diserap berdasarkan pengukuran kualitas air Sinaga, 2010:
P yang diserap mgg = | [P]
t
- [P] | x 1 kg
W g Penyerapan fosfor oleh talus rumput laut berdasarkan hasil analisis
proksimat analisis kandungan fosfor Lampiran 10 dengan menggunakan spektrofotometer yaitu dengan perhitungan sebagai berikut : sejumlah rumput laut
melalui analisis proksimat akan diketahui jumlah P yang terkandung didalamnya. Setelah itu dilakukan perhitungan Zhou et. al 2006 :
P uptake µmolghari = LPH hari x P tissue g100g 100
2.6 Analisis Data
Parameter yang diuji secara statistik adalah tingkat kelangsungan hidup rumput laut, laju pertumbuhan harian rumput laut, pertambahan biomassa rumput
laut, pertambahan bobot individu rumput laut, pertambahan diameter pangkal dan pertambahan diameter tengah terbesar talus, pertambahan panjang dan
pertambahan panjang total talus rumput laut, serta penyerapan nitrogen dan fosfor. Data penyerapan nitrogen dan fosfor dianalisis secara deskriptif. Data yang
diperoleh diolah pada Microsoft Excel 2007 dan dianalisis dengan menggunakan ragam ANOVA pada selang kepercayaan 80 dan program SPSS 17.0 serta
polynomial orthogonal dengan menggunakan Minitab Lampiran 11.
12
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil 3.1.1 Morfologi dan Kelangsungan Hidup
Pada akhir percobaan, warna rumput laut terlihat lebih muda hijau muda dibandingkan dengan saat awal penanaman yang tampak hijau tua. Talus rumput
laut terlihat lebih panjang dan lebih berisi pada akhir pemeliharaan. Bentuk percabangan rumput laut yang terlihat yaitu dichotomus atau bercabang dua terus
menerus.
A B
C D
Gambar 3. Rumput laut Kappaphycus alvarezii awal dan akhir pemeliharaan pada setiap perlakuan kepadatan biomassa awal A 95 gm
3
, B 143 gm
3
, C 191 gm
3
, D 238 gm
3
Rumput laut yang dipelihara pada tingkat kepadatan biomasa awal yang berbeda menunjukkan mampu bertahan hidup dengan baik. Nilai tingkat
kelangsungan hidup semua rumput laut mencapai 100
.
3.1.2 Laju Pertumbuhan Harian dan Pertambahan Biomassa
Grafik di bawah ini Gambar 4 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian y rumput laut semakin menurun dengan meningkatnya kepadatan
biomassa awal x mengikuti persamaan y = 4,600 – 0,2801x P0,2 Lampiran
11. Berdasarkan garis linier yang terbentuk terlihat bahwa titik tertinggi atau maksimum terdapat pada perlakuan kepadatan biomassa awal 95 gm
3
, dan setelah