27 Metode Tobit mengasumsikan bahwa variabel-variabel bebas tidak
terbatas nilainya non-censured; hanya variabel tidak bebas yang censured; semua variabel baik bebas maupun tidak bebas diukur dengan benar; tidak
ada autocorrelation; tidak ada heteroscedascity; tidak ada multikolinearitas yang sempurna; dan model matematis yang digunakan menjadi tepat. Dalam
penggunaan metode analisis regresi untuk penelitian bidang sosial dan ekonomi, banyak ditemui struktur data dimana variabel responnya
mempunyai nilai nol untuk sebagian observasi, sedangkan untuk sebagian observasi lainnya mempunyai nilai tertentu yang bervariasi. Struktur data
seperti ini dinamakan data tersensor censored data. Dalam regresi tobit terdapat tambahan informasi koefisiens skala scale yaitu faktor skala yang
akan diestimasi σ. Faktor skala ini dapat digunakan untuk mengestimasi
standar deviasi dari residual. Keunggulan menggunakan prosedur two-stage DEA, yaitu: mudah
diimplementasikan, kemungkinan mempertimbangkan banyak variabel secara simultan tanpa menigkatkan jumlah unit efisien, tidak diperlukan
untuk mengetahui orientasi pengaruh dari setiap variabel lingkungan dan dimungkinkan menggunakan beberapa atau keseluruhan variabel
lingkungan bersama untuk menjadi bagian dari individual.
6. Analisis Kesehatan BPRS CAMEL
Tingkat Kesehatan atau lebih dikenal dengan TKS merupakan indikator penilaian kinerja BPRS secara kuantitatif dan kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisidan kinerja bank.
28 Komponen-komponen
penilaian tingkat
kesehatan bank
meliputi permodalan Capital, kualitas aset Assets Quality, manajemen
Management, rentabilitas Earning dan likuiditas Liquidity. Masing- masing faktor tersebut terdiri dari satu atau dua komponen yang dinilai dan
diberi bobot terhadap total penilaian tingkat kesehatan BPRS. Penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
BPRS berdasarkan prinsip syariah mencakup penilaian terhadap faktor- faktor CAMEL berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.917PBI2007
dan Surat Edaran No.929DPbS 2007 terdiri atas:
a. Permodalan Capital
Modal adalah sejumlah dana yang harus disediakan oleh pemilik bank, diluar biaya pendirian dan harta tetap-inventaris perusahaan.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 23 tahun 2009, ketentuan permodalan yang harus disediakan bila ingin mendirikan BPRS adalah
jika: - BPRS yang didirikan di wilayah DKI Jakarta, KabupatenKota Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi minimal Rp 2 milyar. - BPRS yang didirikan di ibu kota provinsi di luar wilayah tersebut
minimal Rp 1 milyar. - BPRS yang didirikan selain di wilayah-wilayah tersebut minimal Rp
500 juta.
29 Kecukupan permodalan bertujuan untuk mengantisipasi resiko
keuangan dan operasional atar perannya dalam penghimpunan dan penyaluran dana yang dilakukan oleh BPRS.
Permodalan terdiri dari Modal Inti dan Modal Pelengkap. Modal inti yaitu modaldisetor, agio-disagio saham, modal sumbangan, dana
setoran modal, cadangan umum dantujuan, laba ditahan setelah diperhitungkan pajak, laba tahun lalu setelah diperhitungkanpajak, rugi
tahun lalu sebagai pengurang, 50 laba tahun berjalan, rugi tahun berjalansebagai pengurang dan goodwill. Sedangkan Modal Pelengkap
yaitu selisih penilaian aktiva tetap, cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva maksimal 1, 25 dari ATMR,modal pinjaman,
investasi subordinasi maksimal 50 dari modal inti. 1 Rasio Kecukupan Modal Rasio Utama yaitu untuk mengukur
kecukupan modal bank dalam menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan KPMM yang terlaku. Dihitung dari permodalan bank
terhadap ATMR Aktiva Tertimbang Menurut Resiko, seperti kas, penempatan pada bank lain dan pembiayaan dengan perhitunga bobot
resiko tertentu. Dengan rumus sebagai berikut: CAR =
+
Kriteria penilaian peringkat: 1
2 3
4 5
CAR ≥ 11 9,5 ≤ CAR 11 8 ≤ CAR 9,5 6,5 ≤ CAR 8
CAR 6,5
30
b. Kualitas Aset Assets Quality
Aktiva Produtif adalah penempatan dana BPRS dalam rupiah berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk pembiayaan, piutang, ijarah
dan penempatan dana pada bank lain. Indikator kualitas aktiva produktif terdiri dari lancar, kurang lancar, diragujan dan macet atau disebut
dengan kolektabilitas. 1 Rasio kualitas aktiva produktif atau earning asset quality EAQ
Rasio Utama yaitu untuk mengukur proporsi aktiva produktif yang tidak diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif.
EAQ =
1 −
y
Aktiva Produktif yang diklasifikasikan yaitu aktiva produktif yang mengandung
potensi tidak
memberikan penghasilan
atau menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:
- 50 dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar - 75 dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan
- 100 dari aktiva produktif yang digolongkan macet Kriteria penilaian peringkat:
1 2
3 4
5
EAQ ≥ 93 90 ≤ EAQ ≤ 93 87 ≤ EAQ 90 84 ≤ EAQ 87 EAQ 84
2 Rasio pembiayan bermasalah Rasio Penunjang yaitu mengukur proporsi pembiayaan bermasalah terhadao total pembiayaan yang
disalurkan atau sering disebut dengan NPF Non Performing Finance
31 NPF =
JPB = Jumlah pembiayaan yang tergolong dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
JP = Jumlah pembiayaan yang dimiliki oleh bank Kriteria penilaian peringkat:
1 2
3 4
5
NPF ≤ 7 7
NPF ≤ 10 10 NPF 13
13 NPF 16 NPF 16
c. Rentabilitas Earning
Rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk
memgukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
1 Rasio Efisiensi Operasional ROE Rasio utama yaitu mengukur efisiensi operasi BPRS.
REO = BO = Beban Operasional yaitu beban yang dikeluarkan oleh bank
untuk membiayai operasional bank, tidak termasuk bagi hasl kepada dana pihak ketiga.
PO = Pendapatan Operasional yaitu pendapatan operasional yan diterima oleh bank setelah dikurangi denga bagi hasil kepada
dana pihak ketiga.
32 Kriteria penilaian peringkat:
1 2
3 4
5
REO ≥ 83 83 REO ≤ 85
85 REO 87 87 REO 89
REO 89
2 Return on Assets ROA Rasio Observed yaitu mengukur tingkat kemampuan bank memperoleh laba atas aset yang dimiliki.
ROA = EBT = Earning Before Tax adalah laba yang diperoleh bank sebelum
perhitungan pajak. TA = Total Aset yang dimiliki bank
Kriteria penilaian peringkat:
1
2 3
4 5
ROA ≥ 1,45 1,21 ROA ≤ 1,45
0,99 ROA 1,21 0,76 ROA 0,99
ROA ≤ 0,76
3 Return on Equity ROE Rasio Observed yaitu mengukur tingkat kemampuan bank memperoleh laba atas modal yang dimiliki.
ROE = EAT = Earning After Tax adalah laba yang diperoleh bank setelah
perhitungan pajak. PIC = Pic in Capital adalah modal disetor yang dimiliki oleh bank.
d. Likuiditas Liquidity
Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya berupa kewajiban segera harus dibayar dengan harta
lancarnya.
33 1 Cash Ratio CR Rasio utama yaitu mengukur kemampuan alat
likuid bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. CR =
Kas dan Setara Kas = Kas, giro dan tabungan pada bank lain Kewajiban Lancar = tabungan, deposito, kewajiban kepada bank lain
Kriteria penilaian peringkat: 1
2 3
4 5
CR ≥ 4,8 4,05 ≤ CR 4,8 3,3 ≤ CR 87 2,55 ≤ CR 3,3 CR 2,55
e. Manajemen Management
Penilaian manajemen merupakan penilaian kualitatif terhadap kemampuan manajerial pengurus BPRS untuk menjalankan usaha
termasuk komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, kecukupan manajemen risiko, dan kepatuhan BPRS terhadap prinsip
syariah dan pelaksanaan fungsi sosial, berupa peranan bank dalam pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah ZIS, wakaf uang dan lain-lain
yang relevan. Peringkat komponen faktor manajemen ditetapkan 4 peringkat yaitu peringkat A, B, C dan D. Peringkat A mencerminkan
kulitas tata kelola paling baik dan peringkat D mencerminkan kulitas tata kelola paling buruk.
Berdasarkan pasal 8 PBI No.917PBI2007 dalam penilaian faktor keuangan, digunakan angka 1 sampai 5 untuk mempresentasikan hasil
34 pengukuran kinerja BPRS. Adapun secara lebih rinci mengenai penetapan
peringkat standar penilaian BPRS adalah sebagai berikut: a. Peringkat faktor keuangan 1, mencerminkan bahwa kondisi BPRS
memiliki kinerja keuangan yang sangat baik, yaitu BPRS memiliki kemampuan menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang tinggi
sehingga mampu berkembang optimal. b. Peringkat faktor keuangan 2, mencerminkan bahwa kondisi BPRS
memiliki kinerja keuangan yang baik, yaitu BPRS memiliki kemampuan menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang cukup tinggi
sehingga mampu berkembang. c. Peringkat faktor keuangan 3, mencerminkan bahwa kondisi BPRS
memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, yaitu BPRS memiliki kemampuan menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang sedang
namun BPRS masih memiliki beberapa kelemahan dalam pengelolaan BPRS yang dapat menurunkan kondisi keuangan BPRS.
d. Peringkat faktor keuangan 4, mencerminkan bahwa kondisi BPRS memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, yaitu BPRS mengalami
kesulitan keuangan yang berpotensi mebahayakan kelangsungan usaha. e. Peringkat faktor keuangan 5, mencerminkan bahwa kondisi BPRS
memiliki kinerja keuangan yang tidak baik, yaitu BPRS mengalami kesulitan keuangan yang membahayakan kelangsungan usaha dan kecil
kemungkinan untuk dapat diselamatkan.
35
B.
Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 1. Hubungan LNDEPO terhadap Tingkat Efisiensi
Market share diproksikan dengan log natural deposito atau dana pihak ketiga yang dimiliki oleh BPRS diduga memiliki pengaruh terhadap
tingkat efisiensi teknis BPRS. Gunes 2016 menjelaskan bahwa bank dengan jumlah dana pihak ketiga yang besar dapat menarik lebih banyak
dana pihak ketiga dari nasabah. BPRS yang besar memungkinkan menarik lebih banyak dana pihak ketiga. BPRS yang mampu menarik dana pihak
ketiga lebih banyak akan menjadikan BPRS tersebut lebih efisien.
2. Hubungan NIETA terhadap Tingkat Efisiensi