Efisiensi Analisis Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Indonesia Dengan Metode Two-Stage Data Envelopment Analysis Tahun 2013-2015

12 mengembangkan usahanya diperkenankan membuka kantor cabang namun dibatasi hanya dalam wilayah propinsi yang sama dengan kantor pusatnya. Sedangkan untuk membuka kantor kas, hanya dapat didirikan dalam wilayah kabupatenkotamadya yang sama dengan kantor induknya. Mengacu kepada kategorisasi lembaga keuangan mikro LKM yang dilakukan oleh Greuning, Gallardo dan Randhawa 1999 dalam Buchori 2003, BPRS dapat dimasukkan dalam LKM dengan kategori C yaitu LKM yang sumber dananya terutama berasal dari masyarakat umum dengan cara menghimpun dana dalam bentuk tabungan dan deposito. Secara umum BPRS memiliki tujuan dan karakteristik yang relative sama dengan LKM lainnya. LKM memiliki dua tujuan utama yang harus dicapai sekaligus, yaitu komersial dan pengembangan masyarakat. Komersial artinya LKM dalam menjalankan usahanya harus memperoleh keuntungan agar aktivitasnya dapat terjaga sustainable dan kemampuan melayani nasabah semakin meningkat outreach. Hal tersebut sejalan dengan keberadaan BPRS yang memiliki tujuan khusus yaitu menyediakan jasa dan produk perbankan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan usaha mikro, kecil dan menengah UMKM baik di perkotaan maupun di pedesaan.

2. Efisiensi

Efisiensi bagi indsutri perbankan secara keseluruhan merupakan aspek yang penting diperhatikan untuk mewujudukan suatu kinerja keuangan yang sehat dan berkelanjutan suistainable. Efisiensi industri 13 perbankan menurut Berger dan Mester 1997 dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro. Dalam perspektif mikro, dalam suasana persaingan yang semakin ketat sebuah bank agar bisa bertahan dan berkembang harus efisien dalam kegiatan operasinya. Bank-bank yang tidak efisien, besar kemungkinan akan keluar dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan kompetitornya, baik dari segi harga, kualitas, porduk dan pelayanan. Bank yag tidak efisien akan kesulian dalam mempertahankna kesetiaan nasabh dalam rangka memperbesar customer basenya. Dari perspektif makro, bank yang efisien harus mampu menjalankan fungsi intermediasinya secara optimal melalui penyaluran pembiayaan dengan biaya murah. Semakin banyak pembiaan yang disalurkan ke sector riil, maka kegitan investasi akan berkembang dan pertmbuhan ekonomi akan meningkat. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi, kinerja perbankan akan semakin baik dalam mengalokasi sumber daya keuangan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila menggunakan input yang lebih sedikit dari jumlah input pada umumnya dapat menghasilkan output yang lebih banyak atau dapat menghasilkan minimal sama besarnya. Atau bila perusahaan menggunakan input yang sama besarnya namun dapat menghasilkan output yang lebih besar dari biasanya. Dengan demikian, ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu 1 apabila dengan input yang 14 sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, 2 dengan input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama,dan 3 dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan jumlah output dengan persentase yang lebih. Mengingat fakta yang ada saat ini terdapat banyak sekali input dan output yang berhubungan dengan sumber daya, aktivitas, dan factor lingkungan yang berbeda. Maka dari itu, ukuran efisiensi relatif yang digunakan sekarang ialah. Hasil dari perhitungan diatas akan menunjukkan angka besaran antara 0 – 1 nol hingga satu. Ketika hasil perhitungan semakin mendekati angka 0, maka unit bisnis yang diuji semakin tidak efisien. Sebaliknya, jika hasil perhitungan mendekati angka 1, maka unit bisnis yang diuji semakin efisien. Nilai-nilai efisiensi tersebut adalah relatif tidak absolut dan nilai yang dihasilkan adalah dengan membandingkan antara setiap unit-unit bisnis pada kumpulan data yang akan dianalisis. Untuk mengukur tingkat efisiensi dapat dilakukan melalui pendekatan sisi input dan pendekatan sisi output. Coelli, dkk 2005 menjelaskan dua sisi pendekatan ukuran efisiensi sebagai berikut:

a. Pengukuran Berorientasi Input Input-Oriented Measures

Pendekatan sisi input dilakukan untuk menjawab berapa banyak kuantitas input yang dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi kuantitas output yang sama. Oleh karena itu, melalui Efisiensi = Jumlah tertimbang dari Jumlah tertimbang dari � 15 pendekatan input ini diharapkan perusahaan dalam hal ini bank dapat mengurangi biaya produksi input dengan memaksimalkan jumlah output. Pendekatan ini dilakukan ketika kondisi suatu pasar sudah mencapai titik jenuh, sehingga perusahaan perlu mengetahui tingkat efisiensi dari sumber daya yang dimilikinya saat ini. Diasumsikan, jika sebuah perusahaan menggunakan dua jenis input X 1 dan X 2 untuk memproduksi satu jenis output Y 1 dalam Constant Return to Scale CRS. Konsep efisiensi dari pendekatan sisi input dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Gambar 2.1 Efisiensi Pendekatan Input Sumber:Coelli, et, al., 2005 Perusahaan yang paling efisien dalam kumpulan unit bisnis fully efficiency firms atau unit bisnis-unit bisnis yang paling efisien secara teknis fully technically efficient. Unit bisnis yang berada pada titik P adalah unit bisnis yang tergolong kurang efisien. Unit bisnis ini dapat menjadi unit bisnis yang lebih efisien jika ia mengurang kedua jenis inputnya X 1 dan X 2 , untuk memproduksi 1 unit output sehingga unit bisnis tersebut berada di titik Q. Jarak PQ disebut sebagai potential 16 improvment, yaitu berapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proposional untuk memproduksi kuantiitas output yang sama. Ukuran efisiensi teknis sebuah unit bisnis dalam kelompok unit bisnis TE1 secara umum diukur dengan rasio: TE1= 1-QPOP = 0Q0P Sehingga 0 ≤ TE1 ≤ =1 menunjukkan bahwa unit bisnis i adalah yang paling efisien secara teknis di antara kelompok unit bisnisnya. Garis A to A’ adalah garis isocost yang menunjukkan rasio harga price ratio antara input 2 terhadap input 1. Efisiensi alokatif AE unit bisnis i yang berada pada titik P, ditunjukkan oleh rasio: AE1= 1-RQ0Q = 0R0Q RQ menunjukkan pengurangan biaya produksi yang akan terjadi jika produksi dilakukan pada titik yang efisienbaik secara teknis maupun secara alokatif Q’. Efisiensi ekonomis EE1 unit bisnis i adalah merupakan produk atau hasil perkalian antara efisiensi teknis TEi dengan efisieni alokatif AEi. Secara matematis dapat dilihat pada persamaan berikut ini. EE1= TEi x AEi =1- QPOP x RQ0Q = 0R0P Di mana 0 ≤ TEi, AEi, EE1 ≤ =1

b. Pengukuran Berorientasi Output Output-Oriented Measures

Berbeda dengan pendekatan sisi input yang menjawab beberapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi kuantitas output yang sama, pendekatan sisi output 17 menjawab beberapa banyak kuantitas output dapat ditingkatkan secara proporsional dengan kuantitas input yang sama. Diasumsikan misalnya sebuah perusahaan denngan 2 output Y 1 danY 2 dan 1 jenis input X1 dalam suatu ancanga CRS. Konsep ukuran efisiensi dengan pendekatan sisi output dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Gambar 2.2 Efisiensi Pendekatan Output Sumber:Coelli, et, al., 2005 TE1= 1-AB0B = 0A0B Jika kita memiliki informasi tentang harga output, maka efisiensi alokatif AEi dapat dihitung dengan: AE1= 1-BC0C = 0B0C Potential Improvement pada titik C memiliki arti bahwa perusahaan di titik B masih dapat meningkatkan pendapatannya dengan berproduksi di titik yang efisien secara teknis dan alokatif, yaitu di titik B’. Secara umum, efisiensi ekonomis adalah: EE1= TEi x AEi =1-0A0B x 0B0C = 0A0C Ukuran efisiensi relatif, baik melalui pendekatan input dan output sama- sama membutuhkan pendefinisian garis pembatas frontier yang 18 menunjukkan unit-unit bisnis yang secara relatif paling efisien dari kelompok unit bisnisnya.

c. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank

Menurut Hadad dkk 2003, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan input dan output dari institusi keuangan, yaitu pendekatan produksi production approach, pendekatan intermediasi intermediation approach, dan pendekatan aset asset approach. 1 Pendekatan Produksi Pendekatan ini melihat institusi finansial sebagai produser dari rekening tabungan dan kredit pinjaman. Pendekatan ini mendefinisikan output sebagai penjumlahan dari rekening-rekening tersebut atau rekening-rekening terkait. Sedangkan input dalam pendekatan ini dihitung dari jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aktiva tetap dan material lainnya. Pendekatan produksi melihat aktivitas bank sebagai sebuah produksi jasa bagi para depositor dan peminjam kredit. Untuk mencapai tujuan yaitu memproduksi output- output yang diinginkan, seluruh faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, dan modal sebagai input. 2 Pendekatan Aset Pendekatan aset melihat fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman. Efisiensi asset mengukur kemampuan perbankan dalam menanamkan dana dalam bentuk kredit, 19 surat-surat berharga dan alternatif lainnya sebagai output. Input diukur dari harga tenaga kerja, harga dana, dan harga fisik modal. 3 Pendekatan Intermediasi Pendekatan ini melihat institusi keuangan sebagai perantara, institusi keuangan ini mengubah dan mentransfer aset-aset keuangan, dari unit-unit yang kelebihan dana ke unit-unit yang kekurangan dana. Output dalam pendekatan ini diukur melalui kredit pinjaman dan investasi keuangan, sedangkan input institusional adalah biaya tenaga kerja dan modal. Pada dasarnya pendekatan intermediasi bersifat komplementer dengan pendekatan produksi. Pendekatan intermediasi menerangkan aktivitas perbankan sebagai pentransformasian uang yang dipinjamkan dari depositor menjadi uang yang dipinjamkan kepada para debitor.

3. Efisiensi Perbankan

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

3 8 100

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

0 2 100

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGANMENGGUNAKAN METODE NONPARAMETRIK DATA ENVELOPMENT Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA).

0 3 11

Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Pendekatan Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah Di Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Tahun 2012.

0 2 13

ANALISIS EFISIENSI TEHNIK PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Tehnik Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Syariah Tahun 2011).

0 2 14

ANALISIS EFISIENSI TEHNIK PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Tehnik Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Syariah Tahun 2011).

0 1 12

PENGUKURAN EFISIENSI BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KOTA BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN DEA (DATA ENVELOPMENT ANALYSIS).

2 15 35

PENGUKURAN KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PENDEKATAN EFISIENSI DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA).

0 3 6

ANALISIS EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DEVISA DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS STUDI PADA BANK MUAMALAT INDONESIA

0 1 25

PENGUKURAN EFISIENSI BANK PERKREDITAN RAKYAT KONVENSIONAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) TAHUN 2016

0 0 14