ANALISIS PROLIFERASI SEL SPERMATOGONIA IKAN GURAMI PADA GONAD IKAN NILA

mitosis tersebut merupakan indikasi terjadinya spermatogenesis. Sel SpB yang terbentuk selanjutnya berdiferensiasi dengan pembelahan meiosis menjadi spermatosit primer hingga ke tahap perkembangan berikutnya yaitu spermatid. Spermatid selanjutnya akan mengalami tahap spermiogenik hingga akhirnya membentuk spermatozoa Jiang Short 1998, Hess Franca 2007. Pada bab IV telah dibuktikan bahwa sel germinal spermatogonia ikan gurami mampu berkoloni dengan sel-sel testikular pada gonad ikan nila. Hal ini mengindikasikan bahwa sel donor ikan gurami dapat hidup pada gonad ikan nila tanpa penolakan sistem imun dari ikan nila seperti yang terjadi pada umumnya dalam xenotransplantasi. Hasil ini merupakan awal dari keberhasilan teknologi xanotransplantasi sel germinal jantan ikan gurami pada ikan nila. Namun demikian, untuk mendapatkan sel gamet ikan gurami dari ikan nila sebagai induk pengganti maka sel donor yang telah terkolonisasi harus mampu bergametogenesis. Dari pengamatan sel donor yang telah dilabel PKH 26 pada gonad resipien bab IV diduga adanya indikasi sel spermatogonia yang terkolonisasi mengalami proliferasi pada resipien berdasarkan adanya kumpulan-kumpulan sel yang terlabel PKH 26 pada resipien yang berumur lebih dari 2 bulan. Di samping itu, berdasarkan pengamatan gonad resipien di bawah mikroskop fluoresens ditemukan pula perbedaan intensitas warna PKH 26 dari resipien umur 2 bulan pascatransplantasi pt ke resipien umur 3 bulan pt. Untuk membuktikan indikasi proliferasi sel donor ikan gurami pada resipien ikan nila maka pada penelitian ini dilakukan analisis proliferasi sel spermatogonia ikan gurami pada gonad ikan nila. Berbagai macam cara digunakan oleh para peneliti untuk menganalisis proliferasi sel. Proliferasi sel dapat dianalisis secara tidak langsung dengan parameter yang diamati adalah aktivitas senyawa tertentu yang berperan dalam proses pembelahan sel tersebut. Cara ini dapat ditempuh dengan teknik ELISA, western blots atau imunohistokimia. Parameter lain adalah dengan mengukur peningkatan jumlah sintesis DNA sebagai tanda terjadinya proses replikasi. Untuk tujuan tersebut, maka pada DNA biasanya dilakukan pelabelan Roche 2003. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah peningkatan jumlah sel donor pada resipien umur 1, 2 dan 3 bulan pt. Teknik yang digunakan untuk mengestimasi terjadinya peningkatan jumlah sel donor adalah teknik polymerase chain reaction PCR dengan marka molekuler gen growth hormone GH ikan gurami. Dengan marka molekuler gen GH ikan gurami, sel donor ikan gurami pada gonad resipien ikan nila dapat diidentifikasi. Ketebalan pita pada gel elektroforesis menunjukkan besarnya konsentrasi DNA donor pada gonad resipien. Peningkatan tebal pita DNA pada gel elektroforesis hasil PCR gonad ikan nila umur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan pt diharapkan dapat menunjukkan terjadinya proliferasi sel donor ikan gurami pada resipien ikan nila. BAHAN DAN METODE Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurami ke Larva Ikan Nila Transplantasi sel testikular ikan gurami ke larva ikan nila dilakukan mengikuti prosedur yang telah dijelaskan pada bab IV. Testis ikan gurami dengan kisaran bobot tubuh sekitar 600 –700 g didisosiasi untuk mendapatkan suspensi sel donor. Sebelum disuntikkan, suspensi sel dihitung untuk menentukan volume label PKH 26 yang dibutuhkan untuk mewarnai sel donor dan untuk mengetahui jumlah sel spermatogonia diameter ≥ 15 µm yang berpeluang terkolonisasi. Jumlah sel dihitung menggunakan hemositometer di bawah mikroskop CX10 Olympus. Pelabelan sel testikular ikan gurami dengan PKH 26 fluorescent membrane dye dilakukan berdasarkan protokol yang telah disajikan pada bab IV. Transplantasi sel testikular ikan gurami dilakukan secara i.p pada 45 ekor larva ikan nila yang berumur 3 hpm dengan jumlah sel yang disuntikkan sekitar 20.000 sel0,5 µ L medium L15. Pemeliharaan resipien dilakukan hingga mencapai umur analisis yaitu 24 jam, 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan pt. Untuk isolasi DNA dari larva yang berumur 24 jam pt digunakan 3 ekor larva yang dipilih secara acak. Untuk isolasi DNA dari larva umur 1, 2 dan 3 bulan pt digunakan masing-masing 6 ekor resipien yang positif membawa sel donor.